Anda di halaman 1dari 8

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.1 (2021.2)

Nama Mahasiswa : ANDRI DARMAWAN

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 042193108

Tanggal Lahir : 02/04/1999

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4403 ILMU PERUNDANG-UNDANGAN

Kode/Nama Program Studi : ILMU HUKUM S1

Kode/Nama UPBJJ : BANDUNG

Hari/Tanggal UAS THE : KAMIS 29 DESEMBER 2021

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman
ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN


KEBUDAYAAN UNIVERSITAS
TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : ANDRI DARMANWAN


NIM : 042193108
Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4403 ILMU PERUNDANG-UNDANGAN
mFakultas : FISHIP
Program Studi : ILMU HUKUM S1
UPBJJ-UT : BANDUNG

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE
pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan
soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai
pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai
dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan
tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui
media apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan
akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari
terdapat pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung
sanksi akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
BANDUNG, 29 DESEMBER 2021

Yang Membuat Pernyataan

ANDRI DARMAWAN
LEMBAR JAWABAN
1. Dalam sistem perundang-undangan Indonesia, Pancasila berkedudukan sebagai staatsidee
dan filosofigrondslag. Dalam ketentuan Pasal 2 UU Nomor 12 Tahun 2011, kedudukan
Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum.
a. Bagaimana analisis Saudara terkait makna Pancasila sebagai sumber dari segala
sumber hukum?
Jawaban:
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum memberi makna bahwa
sistem hukum nasional wajib berlandaskan Pancasila. Akan tetapi,
keberadaan Pancasila tersebut semakin tergerus dalam sistem hukum nasional. Lalu,
status Pancasila tersebut hanya dijadikan simbol dalam hukum.
b. Bagaimana UUD NRI Tahun 1945 mengatur keberadaan Pancasila sebagai
sumber dari segala sumber hukum?
Jawaban:
Berdasarkan Pasal 2 UU 12/2011 yaitu: Pancasila merupakan sumber segala
sumber hukum negara. Karena dasar hukum tertinggi dalam hierarki ialah UUD
1945 sesuai Pasal 7 ayat (1) UU 12/2011. Sehingga dapat dipahami
bahwa Pancasila bukan dasar hukum, melainkan sebagai sumber dari segala sumber
hukum.
c. Berikan analisis Saudara bagaimana mekanisme atau upaya judicial review yang
bisa dilakukan jika suatu peraturan perundang-undangan tidak sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila!
Jawaban:
Pengajuan permohonan judicial review ke Mahkamah Konstitusi diajukan
langsung ke gedung Mahkamah Konstitusi Jakarta, atau bisa mendaftar online lewat
situsnya: http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/Permohonan harus ditulis dalam
Bahasa Indonesia baku, ditandatangani oleh pemohon/kuasanya dan dibuat dalam 12
rangkap. Permohonan yang dibuat harus memuat jenis perkara yang dimaksud, disertai
bukti pendukung dengan sistematika:
• Identitas dan legal standing Posita
• Posita petitum
• Petitum
Adapun prosedur pendaftaran:
• Pemeriksaan kelengkapan permohonan panitera:
• Belum lengkap, diberitahukan
• 7 (tujuh) hari sejak diberitahu, wajib dilengkapi
• Registrasi sesuai dengan perkara.
• 7 (tujuh) hari kerja sejak registrasi untuk perkara.
• Setelah berkas permohonan Judicial Review masuk, maka dalam 14 hari kerja setelah
registrasi ditetapkan Hari Sidang I (kecuali perkara Perselisihan Hasil Pemilu) akan
ditetapkan jadwal sidang. Para pihak berperkara kemudian diberitahu/dipanggil, dan
jadwal sidang perkara tersebut diumumkan kepada masyarakat.
2. Dalam Pasal 7 ayat (1) UU Nomor 12 Tahun 2011 sudah diatur mengenai jenis dan hierarki
peraturan perundang-undangan. Namun, ternyata ketentuan tersebut tidak mengatur
mengenai keberadaan peraturan desa.
a. Berikan analisis Saudara apakah peraturan desa tetap merupakan jenis
peraturan perundang-undangan yang diakui keberadaannya dan mempunyai
kekuatan hukum mengikat!

Jawaban:

Peraturan desa tetap diakui sebagai peraturan perundang-undangan.


Sehingga Peraturan Desa seturut UU Nomor 6 Tahun 2014 berfungsi untuk
menyelenggarakan Pemerintahan Desa dalam hal kewenangan desa mengatur
pelaksanaan kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal
berskala desa.

b. Berikan analisis Saudara terkait upaya yang bisa dilakukan jika peraturan desa
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan di atasnya atau
bertentangan dengan kepentingan umum!

Jawaban:

Pentingnya penyelarasan peraturan perundang-undangan khususnya peraturan


daerah. Maka dari itu, peraturan daerah tidak boleh bertentangan dengan peraturan
yang lebih tinggi. Jika memang peraturan kepala desa tersebut dinilai bertentangan
dengan kepentingan umum atau bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
lain di atasnya, peraturan desa tersebut dapat dibatalkan. Namun, pembatalannya tidak
oleh kepala desa, melainkan bupati/walikota. Perda sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) yang bertentangan dengan, kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi dapat dibatalkan oleh Pemerintah.

3. Pasal 15 ayat (1) UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan


PerundangUndangan menyebutkan bahwa, “Materi muatan mengenai ketentuan pidana
hanya dapat dimuat dalam: a. Undang-Undang; b. Peraturan Daerah Provinsi; atau c.
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota”.
a. Berikan analisis Saudara mengapa materi muatan ketentuan pidana hanya
dapat diatur atau dimuat dalam undang-undang, peraturan daerah provinsi dan
peraturan daerah kabupaten/kota? Jangan lupa juga mencantumkan asas
hukum yang menjadi dasar berfikir dalam jawaban Saudara!

Jawaban:

Pengaturan sanksi pidana tak boleh diatur dalam aturan turunan. Sebab, pengaturan
sanksi pidana hanya diperbolehkan pada level UU dan peraturan daerah. Oleh
karenanya, aturan turunan berupa peraturan pemerintah hingga peraturan presiden
(Perpres) dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja tak
boleh mengatur sanksi pidana berupa pidana penjara atau denda. Hal ini mengacu pada
asas no punist without representative, pencantuman rumusan norma sanksi pidana
hanya diperbolehkan dengan persetujuan rakyat melalui perwakilannya, dalam hal ini
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Sementara Perda, atas persetujuan dari
Gubernur dan/atau bupati dan/atau walikota. Perda dibatasi hanya untuk ancaman
pidana dalam level Perda.

b. Dalam rangka menjaga keutuhan negara kesatuan, pada awalnya pembatalan


peraturan daerah yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan di
atasnya dilakukan oleh pemerintah pusat. Namun, setelah dikeluarkannya
Putusan MK No. 137/PUU-XIII/2015 dan Putusan MK No. 56/ PUU-XIV/2016
maka Menteri (pusat) tidak memiliki kewenangan lagi untuk membatalkan
peraturan daerah. Berikan analisis Saudara mengapa kewenangan pemerintah
pusat membatalkan peraturan daerah dicabut!

Jawaban:

Pembatalan peraturan daerah harus dilakukan melalui mekanisme judicial review


di Mahkamah Agung. Setelah Putusan Nomor 137/ PUU-XIII/2015, Mahkamah
Konstitusi pada tanggal 14 Juni 2017 juga mengeluarkan Putusan Nomor 56/PUU-
XIV/2016 tentang Pengujian atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah. Mahkamah Konstitusi (MK) membatalkan berlakunya aturan
terkait kewenangan Menteri Dalam Negeri dalam membatalkan peraturan daerah
(perda).

4. KASUS PEMBATASAN USAHA SWALAYAN MODERN

Akhir-akhir ini, tempat-tempat perbelanjaan swalayan modern semakin marak.


Tidak hanya di kota-kota besar, namun juga merambah hingga pelosok negeri. Toko-toko
perbelanjaan tersebut beraneka ragam bentuk dan tipenya. Mulai dari yang bertipe terkecil
seperti minimarket hingga yang berukuran besar seperti supermarket, hypermarket,
department store, perkulakan dan usaha-usaha pusat perbelanjaan lainnya yang dikelola
secara modern.

Dipandang dari sudut pelayanan publik dan efektivitas kemudahan masyarakat,


kehadiran pusat perbelanjaan modern dengan berbagai tipe tersebut menjadi angin segar.
Apalagi tempat perbelanjaan modern tersebut biasanya dilengkapi dengan fasilitas yang
modern yang selalu diiringi dengan kualitas pelayanan yang semakin baik juga, sehingga
memudahkan para pelanggan ataupun konsumen untuk berbelanja kebutuhan masing-
masing.

Namun begitu, kehadiran usaha swalayan modern ini dianggap sebagai bentuk
liberalisasi sektor perdagangan hilir (eceran). Kehadiran usaha swalayan modern juga
menjadi ancaman bagi eksistensi pasar tradisional dan berbagai usaha ekonomi mikro
lainnya seperti toko kelontong, warung, koperasi dan usaha sejenis. Apalagi beberapa
minimarket sudah menjangkau hingga ke berbagai pelosok pedesaan dan telah membuat
warung dan toko kelontong serta pedagang tradisional kehilangan pelanggan, sepi pembeli
dan akhirnya berujung pada kondisi gulung tikar. Apalagi usaha mikro seperti warung,
toko kelontong dan pedagang tradisional di Indonesia tergolong jenis usaha marginal yang
ditandai dengan penggunaan teknologi yang relatif sederhana, tingkat modal dan akses
terhadap kredit yang rendah, serta cenderung berorientasi pada pasar lokal. Sehingga akan
sangat sulit bagi kelompok ini untuk meningkatkan kualitas pelayanannya untuk dapat
bersaing dengan usaha swalayan modern yang memiliki modal (capital) lebih besar dan
akses lebih kuat. Padahal, jika usaha ekonomi mikro benar-benar colaps, maka dampaknya
akan sangat besar dalam pembangunan ekonomi nasional.
Hal ini harus menjadi perhatian pemerintah sebagai pihak yang bertanggung jawab
dalam menjaga perkembangan dan pembangunan ekonomi nasional. Oleh karena itu, jika
pemerintah menganggap bahwa warung, toko kelontong, pasar tradisional adalah beberapa
contoh usaha mikro yang eksistensinya harus dijaga dan dilindungi untuk menopang
pembangunan ekonomi nasional, maka pemerintah harus mampu dan mau membuat serta
menerapkan kebijakankebijakan, termasuk kebijakan yang tidak populer, dalam upaya
perlindungan tersebut. Oleh karena itu, sudah sepatutnya pemerintah, khususnya
Pemerintah Kota Medan mengambil langkah dan kebijakan yang tepat dan cepat untuk
menanggulangi permasalahan yang dialami usaha ekonomi mikro sebagai dampak
hadirnya pusat perbelanjaan swalayan modern melalui pembentukan peraturan daerah.

Peraturan daerah tersebut akan mengatur antara lain perlu adanya pembatasan
keberadaan minimarket, terutama di lokasi yang berdekatan dengan usaha ekonomi mikro,
agar tidak merebut pasar atau konsumen usaha ekonomi mikro tersebut. Pembatasan
keberadaan minimarket tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti: 1)
selektivisasi pemberian izin usaha minimarket; 2) pengaturan jarak antar minimarket atau
usaha swalayan modern maupun antarminimarket atau swalayan modern dengan warung,
kelontong, koperasi atau pasar tradisional.

a. Susunlah suatu konsideran peraturan daerah berdasarkan contoh kasus di atas


yang meliputi dasar filosofis, dasar sosiologis dan dasar yuridis!

Jawaban:

Pembentukan peraturan perundang-undangan harus dilakukan berdasarkan pada


asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang baik, yang meliputi:

• kejelasan tujuan;
• kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat;
• kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan;
• dapat dilaksanakan;
• kedayagunaan dan kehasilgunaan;
• kejelasan rumusan; danketerbukaan
Salah satu asas di atas yaitu asas dapat dilaksanakan yang memiliki arti bahwa
setiap Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus memperhitungkan
efektivitas Peraturan Perundang-undangan tersebut di dalam masyarakat, baik
secara filosofis, sosiologis, maupun yuridis.
-Landasan filosofis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa
peraturan yang dibentuk mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran, dan cita
hukum yang meliputi suasana kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia yang
bersumber dari Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (“UUD 1945”).
-Landasan sosiologis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan
bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam berbagai
aspek. Landasan sosiologis sesungguhnya menyangkut fakta empiris mengenai
perkembangan masalah dan kebutuhan masyarakat dan negara.
-Landasan yuridis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa
peraturan yang dibentuk untuk mengatasi permasalahan hukum atau mengisi
kekosongan hukum dengan mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan
diubah, atau yang akan dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan
masyarakat. Landasan yuridis menyangkut persoalan hukum yang berkaitan dengan
substansi atau materi yang diatur sehingga perlu dibentuk Peraturan Perundang-
Undangan yang baru. Beberapa persoalan hukum itu, antara lain, peraturan yang sudah
ketinggalan, peraturan yang tidak harmonis atau tumpang tindih, jenis peraturan yang
lebih rendah dari Undang-Undang sehingga daya berlakunya lemah, peraturannya
sudah ada tetapi tidak memadai, atau peraturannya memang sama sekali belum ada.
Landasan filosofis, sosiologis, dan yuridis dimuat dalam pokok pikiran
pada konsiderans Undang–Undang, Peraturan Daerah Provinsi, atau Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota. Unsur filosofis, sosiologis, dan yuridis tersebut menjadi pertimbangan
dan alasan pembentukannya yang penulisannya ditempatkan secara berurutan dari
filosofis, sosiologis, dan yuridis.

Anda mungkin juga menyukai