Anda di halaman 1dari 30

JANTUNG

D AN
ANEMIA
Kelompok 4

Shafa Mufidah Anisa Kurnia Ramdhini

01 (314118002) 02 (314118009)

03 04
Nadyanty Anggraeni Siti Nur Azizah
(314118017) (314118018)
Definisi
Anemia adalah keadaan massa eritrosit dan/atau massa
hemoglobin yang beredar tidak dapat memenuhi fungsinya untuk
menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh atau dapat juga disimpulkan
sebagai penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, atau hitung eritrosit
di bawah normal. Seorang perempuan hamil didiagnosis mengalami
anemia apabila memiliki kadar hemoglobin dibawah 11 g/dl.
Anemia dalam kehamilan didefi nisikan sebagai kadar
hemoglobin wanita hamil <11g% pada trimester 1 dan 3 atau kadar
<10,5g% pada trimester 2. Nilai batas tersebut dan perbedaannya
dengan kondisi wanita tidak hamil terjadi karena hemodilusi, terutama
pada trimester 2 (Nwachi, et al., 2010; Saifuddin, 2009).
Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan
Klasifikasi anemia Nilai ambang batas yang digunakan untuk menunjukkan status anemia ibu hamil didasarkan
pada kriteria WHO Dep.Kes RI

01
02. 03.
. Anemia
Normal : Anema berat :
Ringan :
Kadar Hb Kadar Hb
Kadar Hb
dalam darah ≥ dalam darah <
dalam darah 8
11 gr% 8 gr%
- 10 gr%
Anemia dalam Kehamilan
Anemia
01 Megaloblastik 02 Anemia Hipoplastik
Anemia dalam Kehamilan
Anemia Anemia
03 Hemolitik 04 defisiensi besi
Di mana pertambahan tersebut adalah sebagai berikut plasma 30%, sel darah 18%,
dan hemoglobin 19%. Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara
fisiologi dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita hamil tersebut. Pengenceran ini
meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa hamil, karena
sebagai akibat hipervolemia tersebut, keluaran jantung (cardiac output) juga meningkat.
Kerja jantung ini lebih ringan apabila viskositas darah rendah. Resistensi perifer
berkurang pula, sehingga tekanan darah tidak naik (Wiknjosastro, 2005 ).
Selama hamil volume darah meningkat 50 % dari 4 ke 6 L, volume plasma
meningkat sedikit menyebabkan penurunan konsentrasi Hb dan nilai hematokrit.
Penurunan ini lebih kecil pada ibu hamil yang mengkonsumsi zat besi. Kenaikan volume
darah berfungsi untuk memenuhi kebutuhan perfusi dari uteroplasenta.
Ketidakseimbangan antara kecepatan penambahan plasma dan penambahan eritrosit ke
dalam sirkulasi ibu biasanya memuncak pada trimester kedua (Smith dkk., 2010).
Patofisiologi Anemia Defisiensi Besi
Selama kehamilan terjadi peningkatan volume darah (hipervolemia). Hipervolemia
merupakan hasil dari peningkatan volume plasma dan eritrosit (sel darah merah) yang
berada dalam tubuh tetapi peningkatan ini tidak seimbang yaitu volume plasma
peningkatannya jauh lebih besar sehingga memberi efek yaitu konsentrasi hemoglobin
berkurang dari 12 g/100 ml. (Sarwono,2002).
Pengenceran darah (hemodilusi) pada ibu hamil sering terjadi dengan peningkatan
volume plasma 30%-40%, peningkatan sel darah 18%-30% dan hemoglobin 19%. Secara
fisiologis hemodilusi untuk membantu meringankan kerja jantung. Hemodulusi terjadi
sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya pada kehamilan 32-36 minggu. Bila
hemoglobin ibu sebelum hamil berkisar 11 gr% maka dengan terjadinya hemodilusi akan
mengakibatkan anemia hamil fisiologis dan Hb ibu akan menjadi 9,5-10 gr% (Smith dkk.,
2010)
Diagnosis

● Anamnesa
● Pemeriksaan fisik
● Pada inspeksi muka, conjungtiva, bibir, lidah, selaput lendir dan dasar kuku kelihatan
pucat.
● Pada pemeriksaan palpasi kemungkinan didapatkan splenomegali dan takhirkardi.
● Pada pemeriksaan auskultasi dapat terdengar bising jantung.
● Pemeriksaan Laboratorium (Kadar Hb)
Pengaruh Anemia dalam Kehamilan
Pengaruh Anemia dalam Kehamilan Menurut Manuaba (2010), anemia dalam
kehamilan dapat berpengaruh buruk pada kondisi ibu maupun janin, bahaya tersebut
antara lain:
1. Bahaya selama kehamilan
1. Bahaya saat persalinan
2. Bahaya kala nifas
Upaya Pencegahan Anemia Ibu Hamil
Pada saat hamil, tubuh membutuhkan lebih banyak zat besi, vitamin dalam
memenuhi kebutuhan untuk membentuk sel-sel tubuh termasuk sel-sel otak agar kesehatan
ibu dan janin sehat. Berikut adalah beberapa upaya pencegahan anemia dalam kehamilan
menurut para ahli antara lain :
Menurut Waryana (2010) pencegahan anemia adalah sebagai berikut :
● Istirahat yang cukup.
● Makan-makanan yang bergizi dan banyak mengandung Fe, misalnya daun pepaya,
kangkung, daging sapi, hati ayam, dan susu.
● Pada ibu hamil dengan rutin memeriksakan kehamilannya minimal empat kali selama
hamil untuk mendapatkan Tablet Besi (Fe) dan vitamin yang lainnya pada petugas
kesehatan, serta makan-makanan yang bergizi tiga kali satu (3x1) hari, dengan porsi 2
kali lipat lebih banyak.
Penanganan Anemia Pada Ibu Hamil
Perawatan di arahkan untuk mengatasi anemia yang di derita ibu hamil, bila tidak di
tangani dengan baik akan meningkatkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bahkan janin
didalam kandungan. Berikut ini penanganan anemia pada ibu hamil menurut beberapa ahli :
Penanganan Anemia ringan dan sedang menurut Arisman (2004) adalah :
● Anemia Ringan dengan kadar Haemoglobin 9-10 gr% masih dianggap ringan sehingga
hanya perlu diberikan kombinasi 60 mg/ hari besi dan 400 mg asam folat peroral sekali
sehari.
● Anemia Sedang pengobatannya dengan kombinasi 120 mg zat besi dan 500 mg asam folat
peroral sekali sehari.
Penanganan anemia berat menurut Prawirohardjo yaitu: Pemberian preparat parenteral
yaitu dengan fero dextrin sebanyak 1000 mg (20 ml) intravena atau 2x10 ml intramuskuler.
Transfusi darah kehamilan lanjut dapat diberikan walaupun sangat jarang diberikan mengingat
resiko transfuse bagi ibu dan janin.
●  
Jantung
Penyakit Jantung Pada Kehamilan
Sebagian besar disebabkan demam reumatik. Bentuk kelainan katup yang sering dijumpai adalah
stenosis mitral, insufisiensi mitral, gabungan stenosis mitral dengan insufisien mitral, stenosis aorta,
insufisiensi aorta, gabungan insufisiensi aorta dan stenosis aorta penyakit katup pulmonal, dan
trikuspidal.

Peningkatan usia pasien dengan penyakit jantung hipertensi dan superimpose preeclampsia atau
eklampsia, aritma jantung atau hipertrofi ventrikel kiri, riwayat dekompensasi kordis, anemia
P
a
t
o
f
i
s
i
o
l
o
g
i
Terjadi hidremia (hypervolemia) dalam kehamilan, yang
sudah dimulai sejak umur kehamilan 10 minggu dan mencapai
puncak pada usia 32-36 minggu. Uterus yang semakin besar
mendorong diafragma ke atas, kiri, dan depan sehingga
pembuluh-pembuluh darah besar dekat jantung mengalami
tekanan dan putaran. Kemudian 12-24 jam pascapersalinan
terjadi peningkatan volume plasma akibat ambibisi cairan dari
ekstravaskuler ke dalam pembuluh darah, kemudian diikuti
periode diuresis pascapersalinan yang menyebabkan
hemokonsentrasi. Jadi, penyakit jantung akan menjadi lebih berat
pada pasien yang hamil dan melahirkan, bahkan dapat terjadi
gagal jantung.
Diagnose
Burwell dan Metcalfe mengajukan 4 kriteria. Diagnosis ditegakkan bila ada satu dari
kriteria :
 Bising diastolic, presitolik, atau bising jantung terus-menerus
 Pembesaran jantung jelas
 Bising sistolik yang nyaring, terutama bila disertai thrill
 Aritma berat
Berdasarkan gejalanya dan sebagai penilaina fungsi jantung, pasien hamil dengan penyakit
jantung digolongkan dalam klasifikasi New York Heart Association .bila terdapat gejala
dekompensasi jantung, pasien harus digolongkan satu kelas lebih tinggi dan segera dirawat.
Komplikasi
Pada ibu dapat terjadi gagal jantung kongestif, edema paru, hingga
kematian.Dapat terjadi abortus pada kehamilan.Pada bayi dapat terjadi lahir
premature, berat badan lahir rendah, hipoksia, gawat janin, lahir mati, nilai
APGAR rendah, dan pertumbuhan janin terhambat.
( Kapita Selekta FK UI, 2000: 282-283)
Aspek Fisiologis Penyakit Jantung Dalam
Kehamilan
Perubahan hemodinamik nyata yang dirangsang oleh kehamilan menimbulkan dampak besar pada
penyakit jantung yang didapat oleh ibu hamil. Aspek paling penting adalah bahwa selama kehamilan curah
jantung (cardiac output) meningkat sebesar 30-50 %. Capeless dan Clapp (1989) memperlihatkan bahwa
hampir separuhdari peningkatan total telah terjadi pada usia gestasi 8 minggu, dan penigkatan ini menjadi
maksimum pada pertengahan kehamilan. Peningkatan awal mungkin disebabkan oleh menguatnya isi
sekuncup ( stroke volume) yang tampaknya terjadi akibat penurunan resistensi vascular disertai penurunan
tekanan darah. Pada tahap kehamilan selanjutnya juga terjadi peningkatan tekanan denyut istirahat dan isi
sekuncup semakin meningkat mungkin berkaitan dengan meningkatnya pengisian diastolic (diastolic filling)
karena bertambahnya volume darah.
Beberapa Indikator Klinis Penyakit Jantung Selama
Kehamilan
Gejala
Ortopnea atau dispnea progresif
Batuk malam hari
Hemoptisis
Sinkop
Nyeri dada
Temuan Klinis
Sianosis
Jari tabuh ( clubbing finger)
Pelebaran persisten vena leher
Murmur sistolik derajat 3/6 atau lebih
Murmur diastolic
Kardiomegali
Aritmia persisten
Bunyi split-second persisten
Criteria untuk hipertensi pulmonary
Klasifikasi Klinis
 Kelas I : Tidak terganggu (uncompromised)- tidak ada hambatan aktivitas fisik.Para wanita ini tidak
memperlihatkan gejala insufisiensi jantung dan tidak mengalami nyeri angina.
 Kelas II : Hambatan ringan aktivitas fisik (slightly compromised).Para wanita ini merasa nyaman saat
istirahat, tetapi jika melakukan aktivitas fisik biasa mereka mengalami ketidaknyamanan dalam
bentuk lelah berlebihan, palpitasi, dipsnea atau nyeri angina.
 Kelas III : Hambatan nyata aktivitas fisik (markedly compromised).Para wanita ini merasa nyaman
saat istirahat, tetapi aktivitas fisik yang lebih ringan daripada biasa sudah menyebabkan
ketidaknyamanan karena lelah berlebihan, palpitasi, dispnea, atau nyeri angina.
 Kelas IV : Sangat terganggu (severely compromised)-tidak mampu melakukan aktivitas fisik tanpa
menimbulkan ketidaknyamanan.Gejala insufisiensi jatung atau angina dapat timbul bahkan saat
istirahat, dan jika mereka melakukan aktivitas fisik, ketidaknyamanan meningkat.
PENATALAKSANAAN KELAS I DAN II

Wanita di kelas I dan sebagian besar kelas II menjalani kehamilan mereka


tanpa mordibitas. Akan tetapi, sepanjang kehamilan dan masa nifas perlu
diberikan perhatian khusus terhadap pencegahan dan deteksi dini gagal jantung.
Persalinan dan Pelahiran

Umumnya, persalinan harus dilakukan per vaginam kecuali jika terdapat


indikasi obstetric untuk sesar.Pada sebagian wanita dengan penyakit jantung
yang parah, mungkin diindikasikan kateterisasi arteri pulmonalis untuk
pemantauan hemodinamik secara kontinu.Hal ini dapat dilakukan secara
elektif saat persalinan dimulai atau saat sesar terencana.Menurut pengalaman
kami, pemantauan semacam ini jarang diindikasikan pada wanita yang tetap
berada dalam kelas fungsional I atau II sepanjang kehamilan.
Nifas

Wanita yang tidak atau sedikit memperlihatkan tanda distress jantung


selama kehamilan, persalinan, atau pelahiran masih tetap dapat mengalami
dekompensasi setelah melahirkan.Oleh karena itu, perawatan yang cermat
perlu dilanjutkan pada masa nifas.Perdarahan pascapartum, anemia, infeksi,
dan tromboembolisme menjadi komplikasi yang jauh lebih serius pada pasien
dengan penyakit jantung.Memang, faktor-faktor ini sering timbul bersama-
sama untuk memicu gagal jantung pascapartum pada wanita yang sudah
menderita penyakit jantung.
PENATALAKSANAAN KELAS III DAN IV

Pertanyaan penting pada para wanita ini adalah mereka harus hamil.
Mereka yang memilih ingin hamil harus memahami resiko dan bekerja sama
secara penuh. Jika kehamilan diketahui sejak dini, wanita dengan beberapa
jenis penyakit jantung harus mempertimbangkan terminasi kehamilan
mereka.Jika kehamilan dilanjutkan, rawat inap atau tirah baring lama sangat
diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai