Anda di halaman 1dari 7

TUGAS KEWARGANEGARAAN

PENEGAKAN HAM DI INDONESIA BERKAITAN DENGAN PENOMENA


YANG TERJADI SAAT INI DILIHAT DARI KACAMATA HUKUM NEGARA
DAN PERSPEKTIF ISLAM

DI SUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEWARGANEGARAAN

NAMA : Reva Dina Fitria Dewi


NIM : D3 Kebidanan
Kelas : 1A D3 Kebidanan

STIKES KARSA HUSADA GARUT TAHUN AJARAN

2022/2023
PENAGAKAN HAM DI INDONESIA BERKAITAN DENGAN

HUKUM NEGARA

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hak asasi diartikan sebagai hak dasar atau
hak pokok seperti hak hidup dan mendapatkan perlindungan. Hak asasi manusia adalah
hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya, yang tidak dapat dipisahkan dari
hakekatnya dan karean itu bersifat suci.
Negara hukum merupakan negara yang berdasarkan dengan undang-undang atau
peraturan undang –undang yang dibuat oleh negara barang siapa yang melanggar
peraturan tersebut akan dikenai sanksi atau bahkan di hukum. Di negara indonesia ini
sistem hukum nya masih kurang karena membedakan antara kalangan atas dengan
kalangan orang bawah. Seperti kasus pejabat tinggi yang melakukan korupsidi proses
nya sangatlah lama sedangkan kasus orang biasa yang mencuri kayu atau dituduh
mencuri di proses nya sangatlah cepat. Dan di jatuhkan hukuman penjara. Sedangkan
pejabat tinggi yang melakukan hal yang serupa melakukan pelanggaran peraturan
undang-undang di proses nya sangat lah lama. Disini letak ketidakadilan hukum
indonesia.

Disinilah kita sebagai warga negara indonesia harus berani mengkritisi hal-hal
tersebut. Perlu ditegakkan sistem hukum indonesia. Sejak kita di bangku sekolah,
perkuliahan ataupun dimanapun harus dibiasakan bersikap jujur.Dan berani untuk
mengambil segala keputusan. Karena dengan kita sudah terbiasa dengan hal-hal yang
baik maka sewaktu kita sudah dewasa dan kerja maka tidak akan berani melanggar
peraturan hukum indonesia. Karena apabila melakukan perbuatan yang melanggar
peraturan hukum maka akan merugikan diri kita sendiri bahkan orang lain. Sebenarnya
peraturan undang-undang sudah tegas isinya tetapi mengapa masih banyak warga
indonesia yang melanggar peraturan undang-undang, dengan adanya peraturan tersebut
bukankah akan membawa kita menjadi kepribadian yang baik. Dan akan lebih
menciptakan kita lebih disiplin dalam melakukan segala sesuatu. Disini rakyat juga
harus membantuuntuk mewujudkan negara hukum yang jauh lebih baik dan juga harus
mematuhi peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah supaya menciptakan negara yang
aman, adil dan makmur. Selain kita harus menegakan hukum indonesia juga harus
menegakan sistem HAM , karena diera dewasa ini banyak sekali kasus-kasus
pelanggaran HAM seperti kasus maraknya anak membunuh orang tua, yang seharusnya
seharusnya anak harus menyayangi orang tua dan juga menghormatinya karena orang
tua yang telah merawat anak sejak kecil dan juga mendidik nya supaya menjadi anak
yang lebih baik ini bahkan sebaliknya. Selain itu juga orang tua menyuruh anaknya
untuk mencari nafkah yang belum pada saatnya, diusia anak yang seharusnya
merasakan kesenangan bermain bersama anak sama seperti usianya. HAM yang
seharusnya di peroleh oleh seorang anak dan juga orang tua.
Sebagai Negara hukum dan negara demokrasi Indonesia menjunjung tinggi hak
asasi manusia dengan membuat peraturan undang-undang mengenai perlindungan hak
asasi manusia dan juga membentuk KOMNAS HAM (Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia) untuk melindungi semua hak yang ada pada setiap warga Negara tanpa
memandang status,jabataan,jenis kelamin,etnik,agama dll.Hak asasi manusia merupakan
hak dasar yang melekat pada diri manusia secara alami atas anugrah dari tuhan sejak
manusia itu lahir,hak ini tidak di berikan atau di wariskan melainkan telah melekat pada
diri manusia dan tidak boleh di langgar ataupun melanggar hak orang lain.Sedangkan
menurut Undang-Undang RI nomor 39 tahun 1999 "Hak asasi manusia merupakan
seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk
tuhan yang maha esa dan merupakan anugerahnya yang wajib di hormari,di junjung
tinggi dan di lindungi oleh Negara,hukum pemerintah dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia" Hak Asasi Manusia
saling berkaitan/berkorelasi dengan Kewajiaban asasi.Dalam pemenuhan hak asasi
setiap manusia memiliki kewajiban untuk memenuhi hak asasi orang lain,apabila salah
satu tidak di laksanakan maka akan terjadi pelanggaran dan tidak terlaksananya serta
tegaknya hak asasi manusia.hak dan kewajiban sendiri memiliki hubungan sebab akibat
dan saling berkaitan.misalnya,setiap warga negara wajib dalam ikut pembelaan Negara
maka ia berhak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari negaranya tersebut.

Adapun undang-undang yang dimiliki oleh Indonesia dalam kaitannya dengan


penegakan hak asasi manusia bagi warga negaranya diantaranya: Undang-Undang No.
1 Tahun 1974 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 merupakan udang-undang yang
berkaitan upaya pemerintah dalam menegakkan HAM dengan hak asasi manusia yang
mengatur tentang perkawinan di Indonesia. Sejauh ini pelakasaan Hak Asasi manusia di
Negara kita masih kurang terlaksana,meskipun Negara Indonesia telah membuat
peraturan Undang-Undang mengenai perlindungan Hak asasi Manusia dan membentuk
KOMNAS HAM dalam upaya pemenuhan perlindungan HAM namun masih banyak
sekali pelanggaran-pelanggaran HAM yang terjadi. Lembaga Yang Dapat Mengadili
Hak Asasi Manusia Negara Republik Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas
hukum. Segala sesuatu yang berkenaan dengan pelaksanaan sendi-sendi kehidupan
bernegara di negara ini harus tidak bertentangan dengan nilai-nilai, norma-norma dan
kaidah-kaidah yang ada dalam kegiatan-kegiatan bernegara, Indonesia yang menyatakan
dalam pedoman dasar konstitusi bahwa Indonesia adalah negara hukum, berarti tiada
kebijakan ataupun wewenang dan amanah tanpa berdasarkan hukum. Lembaga
pengadilan yang ada di negara Indonesia merupakan bagian dari fungsi yudikatif yang
telah diamanahkan oleh konstitusi. Keberadaan pengadilan yaitu sebagai wadah untuk
menegakkan hukum yang ada di negara ini. Lembaga pengadilan adalah suatu lembaga
yang mempunyai peran untuk mengadili dan menegakkan kaidah-kaidah hukum yang
berlaku di wilayah negara hukum nasional dan fungsi dari pada lembaga pengadilan
sebagai wilayah guna mendapatkan simpul keadilan yang tiada sewenang-
wenang.Dalam lingkungan pradilan di Indonesia, mengenai masalah-masalah Hak Asasi
Manusia dewasa ini, sedang bagitu semarak di wacanakan bukan hanya saja dalam
wahana seminar, diskusi, semiloka bahkan di dalam praktisi pengembala hukum itu
sedang menjadi topik yang sering dibicarakan dan diperdebatkan. Hak Asasi Manusia
sekarang di dunia telah menjadi suatu isu global meskipun perkembangan Hak Asasi
Manusia telah lama.

PENAGAKAN HAM DI INDONESIA BERKAITAN DENGAN

PREPEKTIF ISLAM

Jauh sebelum dunia Barat memperkenalkan Hak Asasi Manusia alias HAM pada
sekitar abad XVI-XIX, Islam sudah terlebih dahulu memperkenalkan konsep HAM
pada 1.300 tahun sebelumnya. Bahkan Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam, merupakan salah satu sosok revolusioner sekaligus pejuang penegak HAM yang
paling gigih se antero jagad. Ia tidak hanya sekedar membawa serangkaian pernyataan
HAM yang tertuang dalam kitab suci (Al-Qur’an), namun juga memperjuangkan
dengan penuh pengorbanan dan kesungguhan. Salah satu kegigihan Nabi dalam
memperjuangkan HAM, yakni memurnikan ajaran maupun kebiasaan yang ada pada
zamannya, yakni tradisi masyarakat Arab Jahiliyah di Makkah yang sangat bertentangan
dengan konsep HAM.

Dalam catatan sejarah, Islam juga sudah mengenal apa yang disebut dengan HAM.
Salah satunya dibuktikan dengan adanya bentuk perjanjian konkrit yang disebut
sebagai Piagam Madinah pada tahun 622 Masehi.
Bukti lainnya berupa pidato Muhammad bin Abdullah pada tahun 632 Masehi, yang
dikenal dengan sebutan Deklarasi Arafah. Bahkan deklarasi tersebut disebut-sebut
sebagai dokumen tertulis pertama yang berisi tentang HAM. Secara sederhana dapat
disimpulkan, jika dunia internasional baru mengenal HAM ribuan tahun pasca adanya
konsep HAM mempuni yang diprakarsai Islam pada zaman Nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dalam perkembangannya, HAM (Human
Rights, bahasa Inggris) diartikan sebagai sebuah konsep hukum dan normatif yang
menyatakan bahwa manusia memiliki hak yang melekat pada dirinya karena ia adalah
seorang manusia. HAM berlaku kapanpun, di manapun, dan kepada siapapun, sehingga
sifatnya universal. HAM pada prinsipnya tidak dapat dicabut, juga tidak dapat dibagi-
bagi, saling berhubungan, dan saling bergantung. HAM biasanya dialamatkan kepada
negara dengan kata lain negaralah yang mengemban kewajiban untuk menghormati,
melindungi, dan memenuhi HAM, termasuk dengan mencegah dan menindaklanjuti
pelanggaran yang dilakukan oleh swasta. Dalam terminologi modern, HAM dapat
digolongkan menjadi hak sipil dan politik yang berkenaan dengan kebebasan sipil.
Seperti gak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa dan kebebasan berpendapat. Termasuk
juga hak ekonomi, sosial dan budaya yang berkaitan dengan akses ke barang publik.
Seperti hak untuk memperoleh pendidikan yang layak, hak atas kesehatan, dan lainnya.
Secara konseptual, HAM dapat dilandaskan pada keyakinan bahwa hak tersebut
‘dianugerahkan secara alamiah’ oleh alam semesta, nalar atau bahkan Tuhan. Mereka
yang menolak penggunaan unsur alamiah meyakini bahwa hak asasi merupakan
pengejawantahan nilai-nilai yang disepakati oleh masyarakat. Selain itu ada pula yang
menganggap HAM sebagai perwakilan dari klaim-klaim kaum yang tertindas, dan pada
saat yang sama juga terdapat kelompok yang meragukan keberadaan HAM sama sekali
dan menyatakan bahwa HAM hanya ada karena manusia mencetuskan dan
membicarakan konsep tersebut. Ditinjau dari sudut pandang hukum internasional, HAM
sendiri dapat dibatasi atau dikurangi dengan syarat-syarat tertentu. Biasanya harus
ditentukan oleh hukum, memiliki tujuan yang sah dan diperlukan dalam suatu
masyarakat demokratis. Sementara pengurangan hanya dapat dilakukan dalam keadaan
darurat yang mengancam ‘kehidupan bangsa’. Memang masyarakat kuno tidak
mengenal konsep HAM universal, seperti halnya masyarakat modern. Pelopor dari
wacana HAM adalah konsep hak kodrati yang dikembangkan pada abad pertengahan,
dipengaruhi wacana politik selama Revolusi Amerika dan Revolusi Prancis. Konsep
HAM modern akhirnya muncul pada paruh kedua abad 20, terutama pasca
dirumuskannya Pernyataan Umum tentang HAM di Paris (Prancis) pada 1948 silam.
Sejak saat itu, HAM mengalami perkembangan yang pesat dan menjadi semacam kode
etik yang diterima dan ditegakkan secara global. Pelaksanaan HAM dalam skala
internasional diawasi oleh Dewan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sepeti Dewan
HAM dan Badan Troktat hingga Komite HAM dan Komite Hak Ekonomi, Sosial dan
Budaya. Sementara di tingkat regional, HAM ditegakkan oleh Pengadilan HAM Eropa,
Pengadilan HAM Antar-Amerika, serta Pengadilan HAM dan Hak Penduduk Afrika.
Bahkan kovenan internasional tentang hak-hak sipil dan politik hingga hak ekonomi,
sosial dan budaya sendiri sudah diratifikasi oleh hampir semua negara di dunia,
termasuk Indonesia. Bahkan empat negara di kawasan Asia Tenggara, yakni Brunai
Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura. Diwakili menteri agama masing-
masing, sepakat mewujudkan resolusi yang berisi tujuh poin tentang HAM dalam
perspektif Islam.
-Pertama, umat Islam diharapkan melengkapi diri dengan ilmu dan keterampilan yang
tepat melalui sumber terpercaya untuk menghadapi berbagai doktrin dan tantangan baru.
Hal itu demi memastikan hak-hak yang diperjuangkan sesuai prinsip dan bebas dari
unsur yang bertentangan dengan Islam.
-Kedua, perlunya memberdayakan komitmen kehidupan beragama sebagai satu cara
hidup, demi memastikan setiap individu muslim mampu menyikapi realitas kehidupan
saat ini yang berporos kepada prinsip dan panduan ajaran Islam.
-Ketiga, mencari titik persamaan atas nilai-nilai kemanusiaan seperti martabat dan
kehormatan, kemerdekaan dan kebebasan, kesetaraan dan kesamaan, serta persaudaraan
sebagai dasar kesempatan untuk bekerjasama menangani isu-isu hak asasi manusia yang
sejalan dengan Islam.
-Keempat, menyebarluaskan pemahaman tentang Islam sebagai satu sistem nilai dan
etika, yang berkontribusi kepada kebaikan bersama.
-Kelima, Memperkuat perjuangan hak asasi manusia yang sejalan dengan tuntutan
Islam, berdasarkan strategi menekankan prinsip-prinsip Islam sebagai sistem etika
tentang HAM, meningkatkan pemahaman masyarakat terkait prinsip HAM sesuai etika
Islam, serta meningkatkan efektivitas jaringan kerjasama antarotoritas agama di setiap
negara, organisasi dan individu, demi memperkuat perjuangan isu-isu hak asasi dari
perspektif Islam.
-Keenam, siap menjalin kolaborasi program penjelasan HAM dari sudut pandang Islam
melalui kerja sama strategis di antara negara anggota.
-Ketujuh, forum menyepakati penulisan konsep HAM dari sudut pandang Islam yang
dibentangkan dalam konferensi ini dapat diterbitkan atas nama MABIMS (Forum
Menteri Agama Brunai, Indonesia, Malaysia dan Singapura) sebagai sumber informasi
bagi para peneliti yang bisa dijadikan referensi di tingkat negara anggota, serta
masyarakat antarbangsa.
Hak asasi manusia (HAM) bukanlah suatu istilah yang baru di dalam masyarakat
kontemporer. Dewasa ini masyarakat semakin familiar dengan istilah tersebut. Baik
masyarakat tingkat atas atau tingkat bawah mulai akrab membicarakan permasalahan
HAM. Media menjadi salah satu faktor semakin dikenalnya istilah ini.

Hak Asasi Manusia dikenal di berbagai agama samawi meskipun dengan istilah yang
berbeda, tidak terkecuali Islam. Islam sangat menjunjung tinggi hak asasi setiap
manusia, meskipun di dalam praktiknya terdapat perbedaan-perbedaan yang cukup
mencolok antara HAM menurut Islam dan HAM menurut Barat. Perbedaan itu
kadangkala menjadi polemik dan menjadi bahan untuk menyerang umat Islam. Kendati
dalam kenyataannya perbedaan itu bukanlah sebuah masalah yang besar, karena Islam
di dalam kitab sucinya dengan jelas menghormati hak asasi manusia.

Konsep HAM dalam Islam

Terdapat perbedaan mendasar antara konsep HAM dalam Islam dan HAM dalam
konsep Barat sebagaimana yang diterima oleh dunia Internasional. HAM dalam Islam
didasarkan pada aktivitas manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi. Sementara
dunia Barat percaya bahwa pola tingkah laku hanya ditentukan oleh hukum-hukum
negara atau sejumlah otoritas yang mencukupi untuk tercapainya aturan-aturan pblik
yang aman dan perdamaian universal. Perbedaan lain yang mendasar juga terlihat dari
cara memandang HAM itu sendiri. Di Barat perhatian kepada individu-individu dari
pandangan yang bersifat anthroposentris, di mana manusia merupakan ukuran terhadap
gejala sesuatu. Sedangkan dalam Islam, menganut pandangan yang bersifat theosentris,
yaitu Tuhan Yang Maha Tinggi dan manusia hanya untuk mengabdi kepada-Nya.

Berdasarkan pandangan yang bersiifat anthroposentris tersebut maka nilai-nilai


utama dari kebudayan Barat seperti demokrasi, institusi sosial dan kesejahteraan
ekonomi sebagai perangkat yang mendukung tegaknya HAM itu berorientasi kepada
penghargaan terhadap manusia. Berbeda keadaannya pada dunia Islam yang bersifat
theosentris, larangan dan perintah lebih didasarkan atas ajaran Islam yang bersumber
dari al-Quran dan Hadis. Al-Quran menjadi transformasi dari kualitas kesadaran
manusia. Manusia diperintahkan untuk hidup dan bekerja dengan kesadaran penuh
bahwa ia harus menunjukkan kepatuhannya kepada kehendak Allah. Oleh karena itu
mengakui hak-hak natar manusia adalah sebuah kewajiban dalam rangka kepatuhan
kepada-Nya.
Dalam perspektif Barat manusia ditempakan dalam suatu setting di mana
hubungannya dengan Tuhan sama sekali tidak disebut. Hak asasi manusia dinilai hanya
sebagai perolehan alamiah sejak kelahiran. Sementara HAM dalam perspektif Islam
dianggap dan diyakini sebagai anugerah dari Tuhan dan oleh karenanya setiap individu
akan merasa bertanggung jawab kepada Tuhan. Dengan demikian, penegakan HAM
dalam Islam tidak hanya didasarkan kepada aturan-aturan yang bersifat legal-formal
saja tetapi juga kepada hukum-hukum moral dan akhlaqul karimah.

Untuk mencegah kemungkinan terjadinya pelanggaran HAM di dalam masyarakat,


Islam mempunyai ajaran yang disebut amar ma’ruf nahi munkar . Islam mengajarkan
tiga tahapan dalam menjalankan ajaran tersebut: (1) melalui tangan (kekuasaan), (2)
melalui lisan (nasihat), (3) melalui gerak hati nurani, yaitu membenci kemungkaran
sambil mendoakan agar pelakunya sadar. Sehingga untuk mengatasi mengatasi
terjadinya pelanggaran HAM, Islam tidak hanya melakukan tindakan represif teatapi
lebih menekankan tindakan preventif. Sebab, tindakan represif cenderung berpijak
hanya pada hukum legal-formal yang mengandalkan bukti-bukti yang bersifat material
semata. Sedangkan tindakan preventif tidak memerlukan adanya bukti secara hukum

Anda mungkin juga menyukai