Anda di halaman 1dari 5

NAMA : GENTA ADHITYA

NO BP : 1910003600418
KELAS : 3H6
UAS HUKUM DAN HAM

1. apakah seseorang yang mengajukan tuntutan hak untuk menikah sesama jenis merupakan
pelanggaran ham? jelaskan
Pengakuan perkawinan sejenis dianggap sebuah hak asasi manusia, hak sipil, serta
masalah politis, sosial, dan religius. Pendukung utama perkawinan sejenis adalah organisasi hak
asasi manusia dan hak perdata juga komunitas ilmiah dan medis, sedangkan penentang yang
utama adalah kelompok keagamaan. Beberapa komunitas aliran di dunia mendukung perkawinan
sejenis, meskipun banyak kelompok keagamaan menentangnya. Jajak pendapat secara
konsisten menunjukkan peningkatan berkelanjutan terhadap dukungan pengakuan perkawinan
sejenis di seluruh negara demokrasi maju dan beberapa negara demokrasi berkembang.
Pasal 16 tentang hak untuk menikah dan berkeluarga yang berhubungan dengan isu
pernikahan sesama jenis sampai saat ini masih termasuk wilayah abu-abu DUHAM PBB.
Indonesia adalah salah satu negara yang tidak membolehkannya. Di negara lain, ada yang
membolehkan, seperti Belanda dan Amerika. Jadi, DUHAM PBB merupakan perangkat hukum
internasional yang bertindak sebagai payung dalam bidang HAM.
Beberapa pasal dalam DUHAM masih bersifat longgar (kurang jelas), sehingga dibutuhkan
penjelasan lebih lanjut dalam konvensi dan hukum nasional. DUHAM PBB dalam
pelaksanaannya bergantung pada hukum nasional suatu negara (walaupun sudah meratifikasi
DUHAM PBB) karena hukum yang paling mengikat adalah hukum nasional.
Indonesia tidak dapat memberlakukan pernikahan sesama jenis ke dalam bentuk regulasi. Sebab,
pernikahan sesama jenis bertentangan dengan ideologi negara, Pancasila, dan konstitusi
Indonesia. Konstitusi Indonesia menganut asas Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai core
Pancasila yang menunjukkan bila bangsa Indonesia merupakan bangsa beragama. Sebagai
bangsa beragama, sudah sejatinya menolak pernikahan sesama jenis karena perilaku
menyimpang.
Indonesia itu, di samping DUHAM PBB, landasan filosofis HAM-nya adalah sila kedua
Pancasila, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Sebagai bangsa beradab, tentu Indonesia
menolak penyimpangan seksual komunitas lesbian, gay, biseksual, transgender (LGBT). UU
yang ada pun telah dengan tegas menutup celah bagi pernikahan sesama jenis ini. Contohnya,
aturan tentang perkawinan pada Pasal 1 UU No 1 Tahun 1974 menyebutkan, perkawinan adalah
ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa.
UU ini perwujudan dan bentuk komitmen bangsa Indonesia untuk membangun NKRI yang
mengedepankan nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Budaya dan agama-agama di Indonesia
juga bersepakat perkawinan sesama jenis merupakan aib dan perbuatan amoral yang harus
ditolak, bahkan dikategorikan perbuatan dosa.

2. Berikan contoh kasus sehari hari sekelompok orang yang mengatasnamakan ham tetapi justru
melanggar HAM orang lain.

HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada diri manusia yang di berikan oleh
Tuhan YME pada saat manusia itu lahir. Tetapi sering terjadi seseorang mengatasnamakan ham
dan berbuat sekendak hati,seperti contohnya :

1. Orangtua yang memaksakan kehendaknya ( memaksa anak untuk masuk sekolah


pilihan orangtuanya)

2.Seorang siswa dengan sengaja mengejek, mencemooh, dan menyiksa siswa lainnya.

3.Seorang guru yang telah membeda-bedakan muridnya yang ada di sekolah, baik itu dari
segi kekayaan, kepintaran ataupun perilaku murid tersebut.

3. a. sebutkan dan jelaskan hak hak yang termasuk hak adat di Indonesia!

Interaksi sosial antar peradaban secara anthropologis melahirkan komunitas atau


kelompok masyarakat yang memiliki karakteristik sosial budaya berbeda antar kelompok atau
antar wilayah. Komunitas masyarakat ini hidup secara eksklusif menurut adat istiadat yang
diwariskan oleh nenek moyang mereka atau hidup menurut inkulturisasi dan asimilasi peradaban
yang dibawa oleh pihak di luar komunitas mereka. Komunitas ini disebut masyarakat adat atau
oleh Prof.Dr.C. Snouck Hungronje menyebut sebagai masyarakat hukum adat. Berkaitan dengan
masyarakat hukum adat dan hukum tata negara adat diatur dalam Pasal 18B sbb:

(1) Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus
atau istimewa yang diatur dengan undangundang.

(2) Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-
hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.

Materi muatan Pasal 18B ayat (2) UUD 1945 sebagai syarat eksistensi masyarakat hukum adat di
Indonesia memuat 4 syarat yaitu syarat yaitu: pertama, ”sepanjang masih hidup” maksudnya
daerah atau teritorial masyarakat adat masih bisa mempertahankan eksistensi mereka dan tidak
pudar karena pengaruh dari luar komunitasnya. Para anggota persekutuan hukum adat tetap
diikat dengan pertalian darah yang kuat. kedua, ”sesuai dengan perkembangan masyarakat” yaitu
hal-hal yang menjadi ketentuan-ketentuan tradisionalnya, tidak boleh bertentangan dengan
kemajuan masyarakat dewasa ini yang tidak dapat menghindarkan dirinya dari pengaruh global.
ketiga, ”prinsip negara kesatuan Republik 12 Freeman dalam Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan
Hukum Tata Negara Adat, Disampaikan sebagai bahan Keynote Speech pada Seminar Nasional
tentang Konstitusi Kesultanan-Kesultanan Islam di Jawa Barat dan Banten. UIN Gunung Djati,
Bandung, 5 April 2008, 919 Pengakuan Negara terhadap Hak-Hak Politik (Right To Vote)
Masyarakat Adat dalam Pelaksanaan Pemilihan Umum (Studi Putusan Mahkamah Konstitusi
No.47-81/PHPU.A-VII/2009) 144 Jurnal Konstitusi, Volume 9, Nomor 1, Maret 2012
Indonesia” yang berarti hukum yang diberlakukan dalam masyarakat tersebut benar-benar murni
suatu perwujudan dari ketentuan-ketentuan atau kebiasaan-kebiasaan tradisional yang telah
secara turun-temurun dilaksanakan. keempat, ”yang diatur dalam Undang-Undang” berarti
bahwa hukum adat yang masih dipegang erat oleh masyarakat hukum adat telah mendapat
legitimasi dalam UUD 1945 (Pasal 18B) yang selanjutnya dijabarkan dalam peraturan
perundang-undangan yang lain seperti dalam UU No 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi. Ketentuan UU tersebut, antara lain diatur bahwa masyarakat hukum adat sebagai satu
kesatuan merupakan salah satu pihak yang dapat menjadi pemohon dalam persidangan
Mahkamah Konstitusi sebagaimana diatur dalam Pasal 51 ayat (1) huruf b UU No 24 Tahun
2003.

b. sebutkan dan jelaskan hak hak yang termasuk hak politik di indonesia

Hak asasi politik atau politics rights adalah sebuah hak yang dimana untuk ikut andil dan
berperan dalam sebuah bentuk pemerintahan yang ada pada sebuah negara. Kemudian, hak pilih
yang dimana maksud dari hak asasi politik disini adalah sebuah bentuk dari hak yang dimana
digunakan unutk dipilih. Hal ini kemudian dapat artikan sebagai pencalonan diri seorang
mansuia untuk menjadi bupati, selain itu memiliki peran untuk seabgai pemilih dalam kegiatan
kegiatan pemilu yang dilaksanakan seperti memilih legislatif, bupati, dan juga Presiden pada
sebuah negara. Selain itu hak asai politik ini juga berbentuk hak untuk mendirikan sebuah partai
politik dan lain sebagainya.

Contoh dari hak asasi politik

- Hak asasi politik adlah sebuah hak yang dimana dimiliki oleh setiap manusia untuk memilih
dalam sebuah kegiatan pemilihan yang dilakukan seperti pemilihan presiden dan juga kepala
daerah.

- Hak asasi politik adlah sebuah hak yang dimana dimiliki oleh setiap manusia untuk dipilih
dalam sebuah bentuk kegiatan dalam pemilihan yang dilakukan seperti pemilihan presiden dna
juga kepala daerah

- Hak asasi politik adlah sebuah hak yang dimana dimiliki oleh setiap manusia untuk mendirikan
sebuah partai politik

4.a. jelaskan pengertian diskriminasi


Istilah diskriminasi telah dikenal dalam bahasa Inggris pada awal abad ke-17. Istilah ini
berasal dari bahasa Latin discriminat, berakar dari kata dis (berarti memilah atau memisah)
dan crimen (berarti diputusi berdasarkan suatu pertimbangan baik-buruk). Sebelum Perang
Saudara Amerika pada abad ke-18, istilah "diskriminasi" hanya digunakan digunakan dalam arti
biasa "untuk membedakan". Setelah Perang Saudara Amerika, istilah "diskriminasi" berkembang
sebagai kosakata bahasa Inggris untuk menjelaskan sikap prasangka negatif.
Diskriminasi berkaitan dengan prasangka karena seorang yang mempunyai prasangka (seperti
yang bersifat rasial) biasanya bertindak diskriminatif.  Tindakan diskriminasi dapat berkembang
menjadi sumber penindasan.
Di Indonesia, mengacu pada Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia (HAM), pengertian diskriminasi adalah: setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan
yang langsung ataupun tak langsung didasarkan pada perbedaan manusia atas dasar agama, suku,
ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan
politik, yang berakibat pengurangan, penyimpangan atau penghapusan pengakuan, pelaksanaan
atau penggunaan HAM dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik individual maupun kolektif
dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya, dan aspek kehidupan sosial lainnya
b.jelaskan pengertian pelanggaran ham berat.
Pelanggaran HAM adalah perbuatan seseorang atau kelompok orang yang disengaja
maupun tidak disengaja yang secara hukum mengurangi menghalangi membatasi atau
mencabut HAM seseorang. 
Pelanggaran HAM berat merupakan tindakan yang berbahaya dan mengancam nyawa seseorang
yang dilakukan oleh individu atau sekelompok manusia.

5. jelaskan konsep dan lembaga dalam kasus penyelesaian HAM menggunakan lewat penuntutan
dan bukan penuntutan.
Mekanisme penyelesaian perkara pelanggaran HAM berat yang ada di Indonesia, dapat
dilakukan melalui dua jalur, yakni melalui jalur peradilan atau melalui jalur di luar peradilan.
Kedua mekanisme penyelesaian perkara tersebut memiliki landasan yuridis yang kuat, yakni UU
No.26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM dan UU No.27 Tabun 2004 tentang Komisi
Kebenaran dan Rekonsiliasi. Kedua mekanisme tersebut bersifat khusus, karena ketentuan dalam
UU No.26 Tahun 2000 menyatakan Pengadilan HAM hanya berwenang untuk mengadili
pelanggaran HAM berat setelah adanya UU No.26 Tahun 2000, sedangkan untuk pelanggaran
HAM berat masa lalu sebelum adanya UU No.26 Tahun 2000 harus dibentuk Pengadilan HAM
ad hoc. Akan tetapi penyelesaian melalui Pengadilan HAM ad hoc ini bukan merupakan satu-
satunya upaya, karena terdapat upaya alternatif yakni melalui mekanisme KKR yang diatur
dalam UU No.27 Tahun 2004. Namun tetap perlu digaris bawahi bahwa mekanisme melalui
KKR hanya terbatas pada perkara pelanggaran HAM berat masa lalu sebelum adanya UU No.26
Tahun 2000. Sedangkan untuk perkara pelanggaran HAM berat setelah adanya UU No.26 Tahun
2000, mutlak melalui mekanisme Pengadilan HAM.
a. lewat penuntun (prosecutorial) mengajukan pelaku ke pengadilan. Tentu saja jika sudah
ditemukan ada peristiwa pelanggaran HAM, ada korbannya, ada pelakunya dan ada
buktinya. Dasar dari cara ini ada di UU tentang Peradilan HAM,
b.lewat bukan penutun (non prosecutorial) dengan cara rekonsiliasi atau musyawarah. Para
tergugat dan penggugat duduk bareng dengan mengemukakan apa kebenaran yang terjadi dalam
peristiwa pelanggaran HAM. Kemudian dicari solusi yang tidak dibawa ke pengadilan.

Anda mungkin juga menyukai