PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
1. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak tercantum dalam pasal 27 ayat (2).
Tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.
2. Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan tercantum dalam pasal 28A. Setiap
orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.
3. Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang
sah tercantum dalam pasal 28B ayat (1).
4. Hak atas kelangsungan hidup. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh,
dan Berkembang.
5. Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya dan
berhak mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi
meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan hidup manusia. Hak tersebut
termuat dalam Pasal 28C ayat (1).
6. Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk
membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya dimuat dalam pasal 28C ayat (2).
7. Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil.
1. Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Tercantum dalam pasal 27 ayat (1) UUD
1945 yang berbunyi: "Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum
dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya."
2. Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Tercantum dalam pasal 27 ayat (3)
dengan bunyi: "Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara."
3. Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Tercantum pada pasal 28J ayat (1)
yang berbunyi: "Setiap orang wajib menghormati hak asai manusia orang lain."
c. Bela Negara
Bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa dan
negara yang seutuhnya.
Peran penting Bela Negara dapat dikuak secara lebih jernih dan mendalam
melalui perspektif pertahanan. Keutuhan wilayah Indonesia, beserta seluruh sumber
daya, kedaulatan dan kemerdekaannya, selalu terancam oleh agresi asing dari luar dan
pergolakan bersenjata dari dalam. Kalau ancaman ini menjadi nyata dan Indonesia tidak
siap, semuanya bisa kembali ke titik nol. Antisipasi para pendiri bangsa tercantum
dalam salah satu poin tujuan nasional yaitu “Melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia”. Pernyataan ini menjadi dasar dari tujuan pertahanan.
Ia tidak berdiri sendiri tetapi berbagi ruang dengan tujuan keamanan atau ketertiban
sipil dan berdampingan 3 (tiga) tujuan lainnya, yakni tujuan kesejahteraan (memajukan
kesejahteraan umum), tujuan keadaban (mencerdaskan kehidupan bangsa) dan tujuan
kedamaian (berpartisipasi aktif dalam perdamaian dunia yang adil dan abadi). Tiap-tiap
warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara dan Syarat-
syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang.
e. Mentaati Hukum
Ketaatan kepada peraturan dan hukum menjadi sebuah konsep yang harus
diwujudkan dalam diri setiap warga negara. Semakin seseorang itu taat hukum, maka
bisa disimpulkan kalau tingkat kesadaran hukumnya juga tinggi.
Ketaatan hukum seseorang memiliki arti bahwa orang itu memiliki kesadaran
untuk menaati peraturan perundang-undangan yang berlaku, menegakkan kepastian
hukum yang berlaku, dan mempertahankan ketertiban hukum yang sudah ada. Untuk
melihat seseorang yang taat hukum, bisa dilihat dari perilakunya. Berikut ini adalah
ciri-ciri orang yang taat hukum:
1. IUS SANGUINIS
2. IUS SOLI
Ius Soli ini memberikan kewarganegaraan pada seseorang dengan berdasar pada
tempat lahirnya. Misalnya A adalah anak dari pasangan berkewarganegaraan
amerika serikat yang menganut asas ius soli. A dilahirkan di Negara argentina
yang juga menganut asas ius soli, maka kewarganegaraan dari A adalah argentina
bukan USA karena ia dilahirkan di argentina.
3. BIPATRIDE
2. DEMOKRASI
Demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu “Demos” dan “Kratos”. Demos
bermakna rakyat atau khalayak, sementara Kratos bermakna pemerintahaan.
Demokrasi sebagai sistem pemerintahan yang mengijinkan dan memberikan hak,
kebebasan kepada warga negaranya untuk berpendapat serta turut serta dalam
pengambilan keputusan di pemerintahan.
a. Sejarah Demokrasi
Demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu “Demos” dan “Kratos”. Demos
bermakna rakyat atau khalayak, sementara Kratos bermakna pemerintahaan.
Demokrasi sebagai sistem pemerintahan yang mengijinkan dan memberikan hak,
kebebasan kepada warga negaranya untuk berpendapat serta turut serta dalam
pengambilan keputusan di pemerintahan. Jadi, seluruh perkara kenegaraan harus
dibicarakan langsung dengan rakyatnya. Demokrasi murni atau demokrasi langsung
adalah sistem yang diusung di zaman tersebut. Ribuan tahun kemudian, pada abad ke-
6 SM, bentuk pemerintahan yang relatif demokratis diperkenalkan di negara-negara
bagian Athena oleh Cleisthenes pada 508 sebelum masehi.
Kondisi tersebut membuat Cleisthenes dikenal dengan panggilan bapak
demokrasi Athena. Saat itu, Athena menganut demokrasi langsung dan memiliki dua
ciri utama, yakni pemilihan warga secara acak untuk mengisi jabatan administratif dan
yudisial di pemerintahan, serta majelis legislatif yang terdiri dari semua warga Athena.
Kesemuanya saat itu memiliki hak berbicara dan memberi suara di majelis
Athena. Meski dibuat oleh majelis, demokrasi Athena berjalan dengan kontrol
langsung dari rakyat. Rakyat akan menyuarakan pendapatnya lewat majelis atau
pengadilan untuk membantu kendali politik.
Hingga pada saat memasuki abad pertengahan (6-15 M) di Eropa Barat,
gagasan tersebut tidak digunakan lagi, ada banyak sistem dimana pemilihan tetap
dilakukan meskipun hanya beberapa orang yang dapat bergabung.
Parlemen Inggris sendiri dimulai dari Magna Carta, sebuah dokumen yang
menunjukkan bahwa kekuasaan Raja terbatas dan melindungi hak-hak tertentu rakyat.
Parlemen terpilih pertama adalah Parlemen De Montfort di Inggris pada 1265. Namun
hanya beberapa orang yang benar-benar dapat bergabung sebab parlemen dipilih oleh
beberapa orang saja.
c. Tujuan Demokrasi
1. Kebebasan Berpendapat
5. Mencegah Perselisihan
d. Macam Demokrasi
Kekuasaan tertinggi negara demokrasi dimiliki oleh rakyat, entah dari mana
rakyat tersebut berasal dan latar belakangnya. Semua warga negara dianggap sama
tanpa melihat latar belakang dan asal rakyat tersebut. Sehingga, dalam suatu negara
demokrasi semua warga negara dianggap memiliki kesetaraan. Berikut ini macam-
macam demokrasi yang perlu kamu ketahui:
1. Demokrasi Parlementer
2. Demokrasi Langsung
4. Demokrasi Pancasila
5. Demokrasi Presidensial
e. Prinsip Demokrasi
Hak asasi manusia (HAM) adalah hak dasar atau hak pokok yang dimiliki manusia
sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.
Hak asasi manusia mencakup hak untuk hidup, kebebasan memeluk agama, kebebasan
berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat, serta hak-hak lain sesuai
ketentuan undang-undang.
Selain itu salah satu prinsip demokrasi adalah mengakui dan memberikan kebebasan
untuk berserikat atau membentuk organisasi.
Setiap orang boleh berkumpul dan membentuk identitas dengan organisasi yang ia
dirikan. Melalui organisasi tersebut setiap orang dapat memperjuangkan hak sekaligus
memenuhi kewajibannya.
Peradilan bebas adalah peradilan yang berdiri sendiri dan bebas dari campur tangan
pihak lain termasuk tangan penguasa. Pengadilan bebas merupakan prinsip demokrasi
yang mutlak diperlukan agar aturan hukum dapat ditegakkan dengan baik.
Para hakim memiliki kesempatan dan kebebasan dalam menemukan kebenaran dan
memberlakukan hukum tanpa pandang bulu.
Posisi netral sangat dibutuhkan untuk melihat masalah secara jernih dan tepat.
Kejernihan pemahaman tersebut akan membantu hakim menemukan kebenaran yang
sebenar-benarnya Selanjutnya, hakim dapat mempertimbangkan keadaan yang ada dan
menerapkan hukum dengan adil bagi pihak berperkara.
Setiap perbuatan melawan hukum harus ditindak secara tegas. Saat hukum memiliki
wibawa, hukum tersebut akan ditaati oleh setiap warga negara.
Kebebasan pers merupakan salah satu pilar penting dalam prinsip-prinsip demokrasi.
Pers yang bebas dapat menjadi media bagi masyarakat untuk menyalurkan aspirasi
serta memberikan kritikan dan masukan kepada pemerintah dalam pembuatan
kebijakan publik.
Di sisi lain, pers juga menjadi sarana sosialisasi program-program yang dibuat
pemerintah. Melalui pers diharapkan dapat terjalin komunikasi yang baik antara
pemerintah masyarakat.
3. WAWASAN NUSANTARA
Jika dicermati secara etimologis, kata Wawasan Nusantara berasal dari bahasa
Jawa, yaitu Wawas, Nusa, dan Antara. Arti kata wawas yaitu Pandangan, Tinjauan,
Penglihatan Indrawi. Sedangkan kata Nusa berarti pulau atau kesatuan kepulauan.
Lalu, arti dari Antara berarti dua benua dan dua samudera.
•Menjadikan persatuan dan kesatuan bangsa sebagai tujuan bersama dari kehidupan
bernegara.
•Menampilkan wibawa sebagai bangsa yang besar dan berdaulat di hadapan bangsa
maupun negara lain.
1. Wadah
Batas ruang lingkup wilayah Nusantara ditentukan oleh lautan yang di dalamnya
terdapat gugusan ribuan pulau yang saling dihubungkan oleh dalamnya perairan, baik
laut maupun sealat serta dirgantara di atasnya yang merupakan satu kesatuan ruang
wilayah.
Bagi Indonesia, tata inti organisasi negara didasarkan pada UUD 1945 yang
menyangkut bentuk dan kedaulatan negara, kekuasaan pemerintahan, sistem
pemerintahan dan sistem perwakilan. Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang
berbentuk Republik.Kedaulatan berada di tangan rakyat yang dilaksanakan menurut
Undang – undang.Sistem pemerintahan menganut sistem pemerintahan
presidensial.Presiden memegang kekuasaan permerintah berdasarkan UUD
1945.Indonesia adalah negara hukum (Rechtsstaat) bukan negara kekuasaan
(machtsstaat). Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mempunyai kekuatan kuat, yang
tidak dapat dibubarkan oleh Presiden. Anggota DPR merangkap sebagai anggota
MPR.
Wujud tata kelengkapan organisasi adalah kesadaran politik dan kesadaran bernegara
yang harus dimiliki oleh seluruh rakyat yang mencakup pertai politik, golongan dan
organisasi masyarakat, kalangan pers serta seluruh aparatur negara.
e. Tata Laku
Tata laku merupakan hasil interaksi antara wadah dan isi, yang melahirkan prilaku
bangsa Indonesia baik tata laku bhatiniah dan lahiriah. Tata laku bhatiniah
mencerminkan jiwa, semangat, dan mentalitas yang baik bagi bangsa Indonesia.
Sedangkan tata laku lahiriah tercermin dalam tindakan, perbuatan, dan prilaku yang
baik dari bangsa Indonesia yang berdasarkan kekeluargaan dan kebersamaan yang
memiliki rasa bangga dan cinta kepada bangsa dan negara dalam semua aspek
kehidupan.
4. OTONOMI DAERAH
otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur
serta mengurus rumah tangga sendiri sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Otonomi daerah secara harfiah berasal dari kata otonomi dan daerah. Dalam
bahasa Yunani, otonomi berasal dari kata autos dan nomos. Autos yang berarti sendiri
dan nomos yang berarti aturan atau undang-undang. Sehingga dapat diartikan sebagai
kewenangan untuk mengatur sendiri atau kewenangan untuk membuat aturan guna
mengurus rumah tangga sendiri. Sedangkan, daerah adalah kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai batas-batas wilayah.
a. Tujuan Otonomi Daerah
Otonomi daerah berfungsi untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
agar semakin baik. Menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya
daerah. Selain itu, otonomi daerah juga bertujuan untuk memberdayakan dan
menciptakan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan.
Pengembangan suatu daerah akan disesuaikan oleh pemerintah daerah dengan potensi
dan ciri khas daerah masing-masing.
2. Dekonsentrasi
Dekonsentrasi adalah pelimpahan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan pemerintah pusat kepada gubernur sebagai wakil pemerintah pusat,
kepada instansi vertikal di wilayah tertentu, dan/atau kepada gubernur dan bupati/wali
kota sebagai penanggung jawab urusan pemerintahan umum.
3. Tugas Pembantuan
Tugas pembantuan adalah penugasan dari pemerintah pusat kepada daerah otonom
untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
pemerintah pusat atau dari pemerintah daerah provinsi kepada daerah kabupaten/kota
untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah
provinsi.
Pelaksanaan otonomi daerah berdampak bagi masyarakat baik positif maupun negatif.
Otonomi daerah berdampak bagi masyarakat daerah terhadap hukum, ekonomi,
sosial, budaya,perilaku masyarakat dan pemerintah. Otonomi daerah telah membawa
perubahan sosial pada perilaku masyarakat. Perubahan paradigma pemerintahan
sentralisasi ke pemerintahan desentralisasi telah menyebabkan perubahan-perubahan
dalam masyarakat . Pelaksanaan otonomi daerah perlu didukung oleh semua pihak,
baik kesiapan masyarakat maupun aparat pemerintah daerah agar pelaksanaannya
efektif, efisien dan berorientasi pada kualitas pelayanan serta melibatkan partisipasi
masyarakat.
1. Undang-undang Dasar Tahun 1945 amandemen ke-2, pasal 18 ayat 1-7, pasal 18A
ayat 1 dan 2, dan pasal 18B ayat 1 dan 2.
2. Ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi
Daerah, Pengaturan, Pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang
Berkeadilan serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dalam Kerangka NKRI.
3. Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan dalam
Penyelenggaraan Otonomi Daerah.
4. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
5. Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
6. Undang-undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (revisi UU No. 32
Tahun 2004).
1. Era kolonial
Dalam buku Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan (2002) karya Syaukani dkk,
pada Pemerintahan Hindia Belanda sudah mengeluarkan peraturan mengenai otonomi
daerah, yaitu Reglement op het Beleid der Regering van Nederlandsch Indie
(Peraturan tentang administrasi Negara Hindia Belanda).
Kemudian pada 1903, belanda mengeluarkan Decentralisatiewet yang memberi
peluang dibentuknya satuan pemerintahan yang memiliki keuangan sendiri.
Penyelenggaraan pemerintahan diserahkan pada dewan di masing-masing daerah.
Namun kenyataannya, pemerintah daerah hampir tidak memiliki kewenangan. Bahkan
hanya setengah anggota dewan daerah yang diangkat dari daerah dan sebagian lainnya
pejabat pemerintah. Dewan daerah hanya berhak membentuk peraturan setempat yang
menyangkut hal-hal yang belum diatur oleh pemerintah kolonial. Dewan daerah
mendapatkan pengawasan sepenuhnya dari Gouverneur-General Hindia Belanda yang
berkedudukan di Batavia. Kemudian pada 1922 pemerintah Belanda mengeluarkan
peraturan baru mengenai administrasi. Dari ketentuan S 1922 No 216 munculah
sebutan provincie (provinsi), regentschap (kabupaten), stadsgemeente (kota) dan
groepmeneenschap (kelompok masyarakat). Sistem otonomi di era Belanda hanya
untuk kepentingan penjajah saja, agar daerah tidak mengganggu koloni dalam meraup
kekayaan di Indonesia. Baca juga: Optimalisasi Otonomi Daerah Dinilai Lebih Bijak
Ketimbang Pemindahan Ibu Kota Namun ada beberapa yang bisa dipelajari dari sistem
otoni daerah era Belanda, yaitu kecenderungan sentralisasi kekuasaan dan pola
penyelenggaraan pemerintah daerah yang bertingkat. Hal inilah yang masih
dipraktikkan dalam penyelenggaraan pemerintah Indonesia dari masa ke masa.
2. Era Jepang
Meski hanya dalam waktu 3,5 tahun (1941-1945) ternyata Pemerintah Jepang
banyak melakukan perubahan yang cukup fundamental. Pembagian daerah pada masa
Jepang jauh lebih terperinci ketimbang pembagian di era Belanda. Awal mula masuk
ke Indonesia, Jepang membagi daerah bekas jajahan Belanda menjadi tiga wilayah
kekuasaan. Wilayah tersebut yaitu Sumatera di Bukittinggi, Jawa dan Madura dengan
kedudukan di Jakarta, serta wilayah timur, seperti Sulawesi, Kalimantan, Sunda Kecil,
dan Maluku. Di Jawa, Jepang mengatur penyelenggaraan pemerintah daerah dalam
beberapa bagian, dikenal dengan sebutan Syuu (tiga wilayah kekuasaan Jepang) dibagi
dalam Ken (kabupaten) dan Si (kota).
Jepang tidak mengenal provinsi dan sistem dewan. Pemerintah daerah hampir
sama sekali tidak memiliki kewenangan. Penyebutan otonomi daerah pada masa itu
bersifat menyesatkan. Namun, struktur administrasi lebih lengkap bila dibandingkan
dengan pemerintah Belanda. Struktur administrasi tersebut adalah:
Panglima Balatentara Jepang
Pejabat Militer Jepang
Residen
Bupati
Wedana Asisten
Wedana Lurah atau Kepala Desa
Kepala Dusun
Rt atau RW
Kepala Rumah Tangga
Kotaraya
Kotamadya
Kotapraja
3. Orde Baru
Pada era ini secara tegas menyebutkan ada dua tingkat daerah Otonom, yaitu
Daerah Tingkat I dan Darah Tingkat II. Selama Orde Baru berlangsung, pemerintah
pusat memperketat pengawasan atas pemerintah daerah sebagai pengejawantahan dari
pelaksanaan tanggung jawab pemerintah pusat. Dalam era tersebut dikenal tiga jenis
pengawasan, yaitu pengawasan preventif, pengawasan represif, dan pengawasan
umum.
5. MASYARAKAT MADANI
Dalam masyarakat madani, warga negara saling bekerja sama membangun ikatan
sosial, jaringan produktif, dan solidaritas kemanusiaan yang bersifat non-negara. Lebih
lanjut, dasar utama masyarakat madani adalah persatuan dan integrasi sosial yang
didasarkan pada suatu pedoman hidup, menghindarkan diri dari konflik dan permusuhan
yang menyebabkan perpecahan dan hidup dalam suatu persaudaraan. Berbagai negara,
termasuk Indonesia telah berupaya untuk mewujudkan konsep masyarakat madani.
Konsep masyarakat madani akan terwujud manakala terjadi tatanan masyarakat yang
harmonis, yang bebas dari eksploitasi dan penindasan. Selain itu, untuk mewujudkan
konsep masyarakat madani juga dibtuhkan motivasi yang tinggi dan partisipasi yang
nyata dari individu sebagai anggota masyarakat. Hal ini termasuk upaya membangun
sebuah toleransi sebagai instrumen dasar lahirnya sebuah konsensus atau kompromi.
Menjunjung tinggi nilai, norma, dan hukum yang ditopang dengan iman, ilmu, dan
tekhnologi. Itu artinya masyarakat madani hidup berdasarkan aturan-aturan yang
berlaku, seperti nilai, norma, dan hukum. Ketaatan tersebut dilandaskan pada ilmu dan
tekhnologi yang telah dipelajari dan dikembangkannya beserta kekuatan iman atau
keyakinannya kepada Sang Maha Pencipta.
Sebagai makhluk yang memiliki keyakinan atau iman kepada Sang Maha Pencipta,
masyarakat madani telah membuktikan bahwa mereka merupakan manusia yang
memiliki peradaban, yaitu beradab atau bertata krama. Selain bertata krama terhadap
Tuhan, tentunya juga bertata krama pada sesama manusia.
Ciri masyarakat madani dalam hal ini adalah mereka menganggap bahwa status mereka
sama, baik pria atau perempuan. Transparansi atau keterbukaan berarti mereka
menjalankan hidupnya harus dengan sikap jujur dan tidak perlu ada hal-hal yang harus
ditutupi sehingga menumbuhkan rasa saling percaya antar satu sama lain. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam masyarakat madani terdapat nuansa demokrasi, di mana
demokratisasi dapat diwujudkan dengan adanya fungsi Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM), pers yang bebas, supremasi atau kekuasaan tertinggi dalam hukum, partai
politik, perguruan tinggi, dan toleransi.
Hal ini dikarenakan dalam masyarakat sosial memiliki kaitan dengan wacana kritik
rasional masyarakat yang secara eskplisit atau jelas mensyarakat munculnya demokrasi.
Sedemikian sehingga masyarakat madani hanya bisa dijamin di negara yang menganut
sistem demokrasi, seperti Indonesia. Demikianlah pendapat yang disampaikan oleh
Neera Candoke. Toleransi sebagaimana telah disinggung dalam poin keempat di atas,
memiliki artian bahwa kesedian individu atau perseorangan untuk menerima pandangan,
pendapat serta sikap yang berbeda mengenai politik dan sosial. Toleransi yang demikian
juga merupakan sikap yang dikembangkan dalam masyarakat madani sebagai bentuk
dari rasa saling menghargai dan menghormati antar sesama, baik perorangan maupun
kelompok terkait pendapat dan sikap yang berbeda-beda.
Ruang public yang bebas atau dikenal dengan istilah free public sphere merupakan
wilayah yang memungkinkan masyarakat sebagai warga negara untuk memiliki hak dan
kewajiban warga negara melalui akses penuh terhadap kegiatan politik, menyampaikan
pendapat dengan status orang yang merdeka (yang berarti bebas), berserikat atau
bekerjasama, berkumpul serta mempublikasikan pendapat dan informasi kepada publik
atau masyarakat luas.
5. Supremasi hukum
Supremasi hukum atau dalam KBBI diartikan sebagai kekuasaan tertinggi dalam
hukum memiliki arti bahwa terdapat jaminan terciptanya keadilan yang bisa dicapai bila
menempatkan hukum sebagai kekuasaan tertinggi dalam sebuah negara. Tentu keadilan
tersebut akan tercipta apabila hukum diberlakukan secara netral, dalam artian tidak
adanya pengecualian untuk memperoleh suatu kebenaran atas nama hukum.
6. Keadilan sosial
Keadilan sosial atau social justice merupakan suatu keseimbangan dan pembagian yang
proporsional atau sesuai antara hak dan kewajiban antar warga dan negara yang meliputi
seluruh aspek kehidupan. Artinya seorang warga negara memiliki hak dan kewajiban
terhadap negaranya. Begitupula pula sebuah negara juga memiliki hak dan kewajiban
atas warganya. Yang mana hak dan kewajiban tersebut memiliki porsi atau ukuran yang
sama sehingga berimbang. Plural atau keberagaman pasti akan terjadi dalam kalangan
masyarakat terlebih dalam suatu negara yang merupakan kesatuan atau kumpulan dari
berbagai kelompok masyarakat, terlepas dari masyarakat asli maupun pendatang yang
menutuskan untuk tinggal di dalamnya.
Sedemikian sehingga yang dimaksud dengan pluralisme adalah sebuah sikap menerima
dan mengakui fakta serta tulus bahwa masyarakat itu bersifat majemuk atau beragam
dan dapat menjadi penyebab terciptanya masyarakat majemuk dan multikultural. Mulai
dari kebiasaan, nilai norma, dan kebudayaannya, seperti contohnya Negara kita sendiri,
yaitu Indonesia. Banyak sekali keragaman masyarakat, mulai dari bahasa, suku, agama,
etnis, dan budayanya. Sebagai masyarakat madani, tentunya sikap tersebut, yaitu
pluralisme harus dimiliki dan dijaga serta berkeyakinan bahwa keberagaman itu bernilai
positif yang dirahmatkan oleh Sang Maha Pencipta.
7. Partisipasi sosial
Berpatisipasi dalam lingkungan sosial merupakan salah satu cara untuk menjalin
hubungan dan kerjasama antar individu maupun kelompok untuk mencapai sebuah
tujuan tertentu. Partisipasi sosial yang bersih tanpa rekayasa merupakan awal yang baik
untuk menciptakan masyarakat madani. Hal ini bisa saja terjadi apabila terdapat nuansa
yang memungkinkan otonomi (hak dan kewajiban) individu terjaga dengan baik.
Artinya dalam masyarakat madani harus seimbang antara hak dan kewajibannya sesama
individu. Sedemikian sehingga tercipta keadilan sosial atau social justice sebagaimana
telah disebutkan sebelumnya pada poin kedelapan.
Syamsudin Haris mengatakan bahwa masyarakat madani adalah suatu lingkup interaksi
sosial yang berada di luar pengaruh negara dan model yang tersusun dari lingkungan
masyarakat paling akrab seperti keluarga, asosiasi sukarela, gerakan kemasyarakatan,
dan berbagai bentuk lingkungan komunikasi antar warga masyarakat serta pengaruh
globalisasi.
Ryaas Rasyid mengatakan bahwa masyarakat madani adalah suatu gagasan masyarakat
yang mandiri, yang dikonsepsikan sebagai jaringan-jaringan yang produktif dari
kelompok-kelompok sosial yang mandiri, perkumpulan-perkumpulan, serta lembaga-
lembaga yang saling berhadapan dengan negara.
Contoh masyarakat Madani, antara lain:
1. Organisasi sosial kemasyarakatan. Organisasi ini adalah organisasi yang muncul atas
kesadaran masyarakat sendiri, bukan dibentuk oleh negara.
2. Asosiasi penerbitan. Sebuah perkumpulan masyarakat yang bergerak independen
dalam memproduksi sebuah ide-ide ataupun informasi-informasi.
3. Yayasan penyelenggara sekolah swasta. Adalah sebuah inisiatif masyarakat yang
bertujuan untuk mendirikan sekolah mandiri.
4. Yayasan pembela hak-hak perempuan. Sebuah inisiatif masyarakat untuk mengadakan
pembelaan dan pendampingan untuk para kaum perempuan korban dari deskriminasi.
5. Komunitas pejuang hak-hak difabel. Sebuah inisiatif masyarakat untuk mengadakan
pendampingan para penyandak disabilitas.
6. Asosiasi perlindungan konsumen. Sebuah inisiatif masyarakat untuk mengadakan
perlindungan terhadap para konsumen.