Anda di halaman 1dari 7

PROCEEDING

Konvensi Nasional XXI


Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia
Bandung, 27-29 April 2019

Fenomena LGBT di Kalangan Remaja dan


Tantangan Konselor
di Era Revolusi Industri 4.0
Yasrial Chandra
chandrayasrial@gmail.com
STKIP PGRI Sumatera Barat

Rahmawati Wae
Rahmawae89@gmail.com
IAIN Bukit Tinggi

ABSTRAK
Fenomena LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual,Transgender) akhir-akhir ini sedang menjadi isu yang
cukup hangat di kalangan masyarakat. Selain dikalangan orang dewasa “wabah” LGBT juga
sudah merambah ke kalangan remaja dan pelajar, hal ini tentu sangat mengkhwatirkan, karena
pelajar merupakan aset bangsa, calon pemimpin bangsa dan hal ini tentu harus menjadi perhatian
serius semua pihak. Fenomena ini juga sudah mendapatkan perhatian yang cukup serius dikaji
oleh tokoh-tokoh di dunia pendidikan di indonesia, tak terkecuali di ranah bimbingan dan
konseling. Sebagai bagian integral dari pendidikan, Bimbingan dan Konseling juga harus
berperan serta dalam menangkal berkembangnya fenomena LGBT tersebut. Maka dari hal itu guru
BK sebagai pelaksana pelayanan BK di sekolah juga harus memiliki perhatian khusus pada
fenomena LGBT ini dan ini akan menjadi tantangan yang cukup serius bagi guru BK di era
perkembangan teknologi yang semakin pesat ini.
Kata kunci : Remaja, LGBT, Bimbingan_Konseling
Published by Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia, 27-29 April 2019

PENDAHULUAN disandingkan adalah Gay. Selain itu juga dikenal


istilah biseksual, yaitu menyasar kepada individu
Keberadaan kaum Lesbian, Gay, yang memiliki ketertarikkan kepada dua jenis
Biseksual, Transgender atau LGBT masih menjadi kelamin sekaligus. Istilah terakhir yaitu
pembahasan yang hangat diberbagai kalangan. transgender, yaitu kondisi dimana individu telah
Keberadaan kaum LGBT masih menjadi pro dan merubah jenis kelaminnya menjadi sesuai dengan
kontra dari berbagai pihak, baik di dunia yang diinginkannya, seperti laki-laki yang yang
Internasional maupun di Indonesia. Pada tahun merubah jenis kelaminnya menjadi perempuan
2016 publik negara Amerika Serikat melalui prosedur medis, dan begitu juga
menghebohkan public karena secara resmi sebaliknya perempuan yang merubah kelaminnya
melegalkan LGBT di negara tersebut, namun juga menjadi seorang laki-laki.
ada beberapa negara yang menentang keberadaan Indonesia adalah salah satu negara yang
kaum LGBT salah satunya yaitu Kesultanan sebagian besar masyarakatnya menentang adanya
Brunei Darussalam mengejutkan dunia dengan praktek LGBT ini, walaupun pihak pemerintah
mengeluarkan putusan penerapan hukuman belum secara resmi mengeluarkan peraturan
cambuk dan rajam kepada kelompok LGBT di seperti yang dilakukan oleh negara Brunei
awal tahun 2019. Darusslam, namun sebagian besar masyarakat
LGBT sering juga diistilahkan oleh indonesia masih menjunjung tinggi adat ketimuran
masyarakat awam sebagai homoseksual. Menurut yang menentang keras praktek LGBT. Menurut
Pratama, dkk (2018) perilaku homoseksual adalah hasil riset Saiful Mujani Research and Consulting
perilaku seksual yang ditujukan pada pasangan (SMRC) (Tabloid TEMPO, 25 januari 2018)
sejenis. Bila terjadi di antara kaum perempuan mengungkapkan mayoritas penduduk Indonesia
sering disebut lesbianisme, dan apabila terjadi menolak lesbian, gay, biseksual, dan transgender
pada kaum laki-laki maka istilah yang lazim (LGBT). SMRC melakukan survei pada Maret

28
PROCEEDING
Konvensi Nasional XXI
Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia
Bandung, 27-29 April 2019

2016, September dan Desember 2017 dengan sesama jenis dan berteman di media sosial dengan
jumlah responden 1.220 orang. Berdasarkan pengguna yang bertingkah laku seperti banci serta
survei tersebut hampir seluruh penduduk mengidolai artis-artis yang berperilaku sebagai
indonesia yaitu sebesar 87.6 % masyarakat banci (Hermawan dkk, 2017).
menilai bahwa LGBT adalah ancaman. Hal ini Penyebaran LGBT sudah mulai
semakin membuktikan bahwa sebagian besar merambah kepada remaja dan pelajar, maka
masyarakat indonesia memandang LGBT sebagai pendidikan harus mengambil peran dalam upaya
sesuatu yang menyimpang dari norma masyarakat mebentengi remaja dan pelajar dari bahaya
maupun norma agama. propaganda LGBT tersebut. Bimbingan dan
Namun dengan semakin gencarnya Konseling sebagai bagian integral dari pendidikan
penolakan masyarakat terhadap komunitas LGBT bisa berperan penting dalam upaya preventif
yang ada, belum mampu membendung tersebut. Bimbingan dan konseling di dalam
meningkatnya jumlah kaum LGBT di Indonesia. pendidikan dituntut untuk mampu menjawab
Dari segi kuantitas, kaum LGBT di Indonesia berbagai permasalahan dan problematika yang
semakin meningkat dari tahun ke tahun. Menurut dialami oleh klien. Dinamika kehidupan
laporan terakhir Kementerian Kesehatan masyarakat di era modern ini banyak
(Kemenkes) yang dikutip dari Komisi memunculkan problematika-problematika terkait
Penanggulangan AIDS Nasional mengungkap pemanfaatan teknologi dan informasi, perbedaan
jumlah lelaki berhubungan seks dengan lelaki budaya, isu-isu gender, gaya hidup dan masih
(LSL) alias gay sudah mencapai angka jutaan. banyak permasalahan lainnya dan semua
Berdasarkan estimasi Kemenkes pada 2012, permasalahan tersebut menjadi penyubur
terdapat 1.095.970 LSL baik yang tampak maupun berkembangnya LGBT di masyarakat.
tidak. Lebih dari lima persennya (66.180 orang) Probelamatika terperosoknya remaja
mengidap HIV. Sementara, PBB memprediksi kelingkaran hitam LGBT yang semakin
jumlah LGBT jauh lebih banyak, yakni tiga juta memprihatinkan ini menjadi tantangan bagi
jiwa pada 2011. Padahal, pada 2009 populasi gay konselor sebagai seorang helper profesional.
hanya sekitar 800 ribu jiwa. Mereka berlindung di Konselor diharapkan dapat melaksanakan
balik ratusan organisasi masyarakat yang pelayanan bimbingan dan konseling sebagai salah
mendukung kecenderungan untuk berhubungan satu upaya pendidikan untuk membantu remaja
seks sesama jenis. Tentunya kondisi tersebut dan pelajar agar terhindar dari jeratan LGBT. Dari
sangat memprihatinkan dan perlu untuk mendapat uraian yang telah dipaparkan di atas, penulis
reaksi serta penanganan dari pemerintah bersama mencoba untuk memaparkan tinjauan teoritis
segenap lapisan masyarakat mengenai mulai maraknya LGBT di kalangan
Selain menjadi “ancaman” bagi orang pelajar dan bagaimana upaya konselor dalam
dewasa, fenomena LGBT juga menjadi virus bagi menghadapi permasalahan tersebut.
para remaja dan pelajar. hal ini sangat
mengkhawatirkan, karena pelajar merupakan calon METODOLOGI
pemimpin bangsa, yang akan meneruskan Penelitian ini menggunakan metodologi
pembangunan bangsa. Bukti ancaman ini sudah library research (penelitian kepustakaan) yaitu
semakin banyak, salah satunya yaitu berita yang penelitian dengan teknik pengumpulan data
menghebohkan masyarakat pada tahun 2018 , dengan mengadakan penelaahan terhadap buku-
mengenai munculnya grup penyuka sesama jenis buku, literatur-literatur, catatan-catatan dan
di Facebook, yang diduga anggota grup tersebut laporan-laporan yang berhubungan dengan
merupakan pelajar SMP (Liputan 6, 9 Oktober permasalahan yang dipecahkan (Nazir, 1988).
2018). Fakta ini seperti fonemena gunung es, Penelitian kepustakaan atau kajian
karena masih banyak lagi kasus-kasus LGBT yang literatur (literature review atau literature research)
melibatkan remaja dan pelajar yang tidak merupakan penelitian yang mengkaji atau
terungkap oleh media. meninjau secara kritis pengetahuan, gagasan, atau
Terjangkitnya para pelajar ke dalam temuan yang terdapat di dalam tubuh literatur
“lubang hitam” LGBT semakin meningkat di era berorientasi akademik (academic-oriented
tekhnologi seperti sekarang ini, salah satunya yaitu literature), serta merumuskan kontribusi teoritis
dari maraknya penggunaan media sosial di dan metodologisnya untuk topic tertentu, (Cooper
kalangan pelajar. Para pelajar yang umumnya aktif dan Taylor dalam Farisi, 2010). Data dan literatur
di media sosial seperti Facebook, Twitter Whats yang akan di telaah yaitu terkait fenomena LGBT
Up dan Instagram. Media sosial tersebut dapat di kalangan pelajar serta kajian peran dan
menjadi salah satu pintu untuk masuknya para tantangan dunia bimbingan dan konseling dalam
pelajar ke lingkungan LGBT, seperti grup-grup upaya membantu menghindarkan pelajar dari
media sosial yang anggotanya berisi penyuka bahaya LGBT.

29
PROCEEDING
Konvensi Nasional XXI
Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia
Bandung, 27-29 April 2019

HASIL DAN PEMBAHASAN digunakan secara positif, maka bisa digunakan


untuk hal-hal yang bermanfaat bagi pelajar,
A. Analisis Rentannya pelajar terjangkit seperti dalam memperluas hubungan sosial
perilaku LGBT sebagai akibat melalui media sosial, dan media internet bisa
perkembangan teknologi bermanfaat untuk membantu remaja dalam
Perkembangan teknologi yang semakin pesat mengumpulkan sumber-sumber literasi yang
ikut berperan dalam menyuburkan perilaku LGBT berguna bagi proses belajar di sekolah. Namun
di kalangan pelajar. Perkembangan teknologi sebaliknya apabila internet dan media sosial
yang sering dijadikan kambing hitam yaitu digunakan untuk hal-hal yang negatif, seperti
perkembangan media yang begitu pesat, baik mengakses situ-situs pornografi, bergabung dalam
media sosial seperti Facebook, Tweeter, whats Up grup-grup LGBT dan penyebaran propaganda
maupun Instagram maupun media konvensional LGBT.
seperti televisi dan majalah. Informasi yang diperoleh di internet maupun
Salah satu problematika yang terjadi sebagai media sosial akhir-akhir ini tidak sepenuhnya
akibat perkembangan media sosial yaitu positif. Banyak konten-konten negatif yang
maraknya penyebaran pornografi. Konten-konten bermunculan, dalam hal ini konten-konten yang
berbau pornografi di berbagai media sosial berbau LGBT. Konten-konten di media
maupun media cetak, tayangan televisi dan konvensional maupun media online banyak
internet memicu keinginan anak atau seseorang menampilkan tokoh-tokoh yang berperilaku
untuk mencoba atau menirunya. Berbagai konten, kebanci-bancian yang acaranya dikemas secara
tulisan, gambar dan aksi pronografi terpapar di menarik dan lucu sehingga menarik para remaja
mana-mana, tidak terkecuali konten berbau untuk menonton dan mengidolai tokoh tersebut.
propaganda LGBT. Di majalah, koran, buku- Peniruan sikap kebanci-bancian tersebut yang
buku, komik, media sosial, televisi dan internet, dianggap biasa dan sebagai sebuah lucu-lucuan
Semua mengirimkan pesan bahwa perilaku LGBT menjadai melekat dalam kehidupan sehari-hari
seolah menyenangkan, suatu perbuatan yang biasa (Hermawan dkk, 2017). Hal ini diindikasikan ikut
saja, hingga dimaknai suatu kelaziman. Apalagi mendorong peningkatan jumlah remaja laki-laki
semua bentuk pornografi tersebut dilihat oleh yang mengalami identitas gender.
anak-anak dan remaja. Maka sesuai karakter di Dampak lain dari penggunaan media sosial
usia mereka sebagai peniru yang ulung, maka bagi berkembangnya perilaku LGBT yaitu dengan
keinginan untuk meniru dan mencoba praktik ditemukannya beberapa kasus tentang adanya
LGBT akan mudah terjadi. grup-grup khusus penyuka sesama jenis,
Pelajar yang dalam hal ini berada pada masa contohnya seperti kasus yang terjadi di Kabupaten
remaja sangat mudah terpengaruh oleh informasi- Garut, Jawa Barat, dimana terungkap adanya grup
informasi yang diperolehnya dari media. Menurut Facebook yang berisi penyuka sesama jenis, yang
Huston & Alvarez, 1990 (dalam Santrock, 2003), beranggotakan ribuan anggota dan sebagian besar
masa remaja awal merupakan suatu masa yang adalah pelajar.
sangat sensitif terhadap pesan-pesan yang Kebanyakan kaum LGBT merasa diri mereka
disampaikan oleh media salah satunya mengenai berbeda dan tidak normal seperti kebanyakan
peran gender. Media yang pada zaman sekarang orang. Perasaan tidak diterima dan perasaan
tidak dapat terpisahkan dari masyarakat tanpa berbeda dapat menyebabkan orientasi seksual
disadari telah mempengaruhi tingkah laku dan pada kaum LGBT semakin menetap, menurut
penampilan masyarakat. Yudianto (2012) Lingkungan yang tidak
Anak di usia remaja adalah seorang peniru diharapkan juga dapat memicu pelarian kepada
ulung, mereka dengan sangat mudah mengimitasi perilaku yang penyimpang sebagai ekspresi
perilaku idola mereka. Peniruan-peniruan terlihat penolakan.
dari potongan–potongan rambut, cara berpakaian, Sebagai bentuk kompensasi dari penolakan
gaya hidup, peniruan dialek, istilah-istilah yang dan perasaan berbeda tersebut, kaum LGBT
dilontarkan remaja sering kali ditiru oleh remaja akhirnya membuat komunitas-komunitas LGBT
(Gerungan, 2000). Senada dengan itu yang banyak dimulai dari media sosial.
Soetjiningsih (2010) menyatakan bahwa tampilan Keberadaan komunitas serta grup-grup yang
artis-artis televisi, selebritis atau siapapun yang mewadahi LGBT ini menjadi tempat yang
dikagumi dan menjadi tokokh idola, nyaman bagi kaum LGBT. Mereka merasa
menyebabkan terjadinya proses imitasi atau diterima didalam komunitasnya, dan tidak merasa
belajar observasional dengan memperhatikan apa mendapatkan intimidasi maupun stigma negatif
yang orang katakan atau lakukan. (Hartanto, 2016). Hal ini lah salah satu penyebab
Perkembangan internet dan media sosial semakin banyaknya kemunitas-komunitas LGBT
seperti sebuah pisau. Apa bila media sosial serta grup-grup penyuka sesama jenis.

30
PROCEEDING
Konvensi Nasional XXI
Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia
Bandung, 27-29 April 2019

B. Tindakan preventif Bimbingan dan Menurut kajian Counseling and Mental


konseling dalam upaya pencegahan Health Care of Transgender Adult and Loved One
pelajar terjangkit perliaku LGBT (2006) fenomena transgender muncul tidak hanya
Pada era modern seperti ini, ilmu karena pengaruh lingkungan. Namun dalam sudut
pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pandang ilmu kesehatan mental, transgender bisa
sangat pesat. Setiap orang dapat dengan mudah muncul dipengaruhi oleh budaya, fisik, seks,
berkomunikasi dan mengakses berbagai informasi psikososial, agama dan aspek kesehatan.
kapanpun dan dimanapun ia kehendaki. Situasi Banyaknya penyebab muculnya fenomena
itulah yang mendorong sesorang untuk terus transgender dapat menjadi kajian tersendiri bagi
berpikir, meningkatkan kemampuan, memperluas konselor yang menangani masalah tersebut.
pengetahuan dan memperkaya wawasan. Namun Semakin kompleks masalah yang dialami konseli,
disisi lain, tidak sedikit pula seseorang yang maka semakin memerlukan diagnosis khusus
terjerumus dalam problematika kehidupan sebagai terhadap masalah tersebut.
akibat dari ketidakmampuan menyesuaikan diri Tujuan umum bimbingan dan konseling
dengan kmajuan teknologi. Salah satu dampak adalah untuk membantu individu mengembangkan
buruk perkembangan teknologi yaitu membantu diri secara optimal sesuai dengan tahap
penyebaran wabah perilaku LGBT terutama perkembangan yang dilalui individu tersebut
dikalangan pelajar. Untuk mengatasi permasalahan (Prayitno, 2004). Dalam hal ini bimbingan dan
tersebut, konselor sebagai pelaksana layanan konseling membantu individu untuk menjadi
bimbingan konseling perlu melaksanakan upaya manusia yang berguna dalam kehidupan dan
pencegahan agar perilaku LGBT itu tidak meluas. memilki pandangan, wawasan, pilihan dan
Konseling dalam seting pendidikan dituntut penyesuaian diri yang baik dengan lingkungan.
untuk mampu menjawab berbagai permasalahan Salah satu upaya bimbingan dan konseling atau
serta problematika yang dialami oleh remaja. dalam hal ini konselor dalam membentengi remaja
Terkait masalah yang dialami oleh siswa berkaitan agar tidak terjerumus dalam perilaku LGBT yaitu
dengan era kekinian antara lain adalah masalah melakukan tindakan preventif atau pencegahan.
yang berhubungan dengan pemanfaatan teknologi Upaya preventif dilaksanakan secara sistematis,
dan informasi, perbedaan budaya, isu-isu gender, berencana dan terarah untuk upaya pencegahan
gaya hidup dan masih banyak masalah lainnya. terjerumusnya pelajar atau remaja dalam lubang
Menurut Elia (2007) gaya hidup dalam masyarakat kelam LGBT. Berbagai materi dapat berikan
dibagi menjadi dua yakni gaya hidup umum (the dengan berbagai strategi maupun pendekatan
common lifestyle) dan gaya hidup alternatif (the layanan untuk upaya preventif yang dilaksanakan
alternative lifestyle). Gaya hidup umum (the dan diintegrasikan ke dalam program layanan. Dan
common lifestyle) dapat dimaknai sebagai gaya secara garis besar penulis membagi kepada tiga
hidup individu yang sejalan dengan dengan gaya aspek materi :
hidup yang dijalani oleh masyarakat mayoritas.
Sedangkan gaya hidup alternatif (the alternative a. Pemahaman peran gender
lifestyle), merupakan gaya hidup individu yang Masa remaja merupakan masa dimana
berbeda dengan gaya hidup yang dijalani oleh individu berada pada masa transisi antara
mayoritas masyarakat lain. Gaya hidup alternatif masa anak-anak ke masa dewasa yang
inilah yang cenderung memunculkan potensi mencakup perubahan bilogis, kognitif dan
permasalahan indiviadu. Fenomena seperti sosial-emosional. Menurut Santrock (2003),
transgender, gay dan lesbian merupakan salah satu pada setiap diri remaja harus menemui
contoh gaya hidup alternatif yang kini juga telah masa-masa dimana terdapat defnisi baru
merambah di Indonesia, terutama melanda para mengenai peran gender. .pengenalan peran
remaja yang notabene masih dalam usia sekolah. gender ini bertujuan agar remaja
Berdasarkan berbagai hasil penelitian tentang memamahami bagaimana seharusnya pera
adanya transgender, gay dan lesbian terutama di sosial perempuan dan laki-laki di
seting sekolah, maka konselor salah satu masyarakat.
komponen pendidikan dirasa perlu untuk Aspek-aspek sosial kehidupan anak lebih
mengatasi dan mengantisipasi segala bentuk cenderung pada identitas, relasi sosial, dan
potensi permasalahan yang muncul akibat gender (Santrock, 2003). Remaja sudah
fenomena tersebut. Konselor segala karakteristik, seyogyanya mendapatkan pendidikan dan
nilai dan budaya yang ada pada dirinya diharapkan memahami mengenai peran gender. Namun
mampu menangani konseli dengan berbagai latar pada kenyataanya banyak orangtua maupun
belakang nilai dan budaya yang berbeda termasuk guru yang masih menganggap bahwa
gaya hidup alternatif yang dipaparkan diatas. masalah gender merupakan hal yang tabu
dan masih belum layak untuk dibahas

31
PROCEEDING
Konvensi Nasional XXI
Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia
Bandung, 27-29 April 2019

dengan anak remajanya. Padahal apabila Sarlito (2012) pendidikan seks tidak hanya
orangtua dan guru memberikan pemahaman penerangan tentang seks semata, akan tetapi
mengenai peran gender kepada remaja, juga harus mengandung pengalihan nilai-
maka dapat dipastikan remaja akan dapat nilai dari pendidik ke subjek-subjek didik.
menemukan identitas gender yang sesuai Dengan demikian pendidikan seks tidak
dengan apa yang diharapkannya (Soekanto, diberikan secara vulgar melainkan secara
2012). kontekstual.
Konselor sebagai pelaksanan layanan Pendidikan seks bagi pelajar atau remaja
bimbingan dan konseling sudah seharusnya bisa juga diintegrasikan dalam pelaksanaan
memililki perhatian kepada penanaman layanan BK oleh konselor. Materi-materi
pemahaman gender pada siswa yaitu pada yang bisa menjadi acuan oleh konselor
tiga aspek, pengenalan, akomodasi dan dalam mananamkan pendidikan seks pada
tindakan. remaja yaitu mengenai, (1) masa pubertas
1) Pengenalan dan perkembangan alat reproduksi, (2)
Dalam upaya pengenalan peran gender pengenalan sistem reproduksi dan
ini, konselor dapat mengintegrasikan kesehatan reproduksi, (3) menjalin
materi layanan yang berkaitan dengan hubungan dengan lawan jenis serta batasan-
pengenalan peran-peran sosial sebagai batasan yang harus dipatuhinya, (4)
laki-laki dan peran sosial sebagai pengenalan penyakit menular seksual.
perempuan.
2) Akomidasi c. Dampak perkembangan teknologi
Kesadaran gender selanjutnya yang Perkembangan teknologi bisa diibaratkan
harus ditanamkan kepada remaja yaitu sebagai sebuah mata piau, apabila
mengenai akomodsasi, yaitu perkembangan teknologi dimanfaatkan
kesadaran dalam menghargai secara positif maka teknologi akan sangat
keragaman peran laki-laki dan membantu manusia dalam aktifitas sehari-
perempuan sebagai aset yang harusnya hari. Namun disisi lain, apablia
berkolaborasi dalam keharmonisan perkembangan teknologi disalahgunakan
hidup. untuk hal-hal yang bersifat merugikan,
3) Tindakan maka dampaknya akan sangat besar bagi
Aspek kesadaran terakhir yang harus individu.
ditanamkan dalam diri remaja yaitu Salahsatu “produk” perkembangan
tindakan. Tindakan dalam hal ini yaitu teknologi yaitu keberadaan media sosial.
berupaya dan berkolaborasi secara Media sosial adalah suatu media online
harmonis dengan lain jenis dalam yang sering dimanfaatkan oeleh
keragaman peran sosial, baik feminim masyarakat, terutama pada kalangan remaja
maupun maskulin. yang sedang gemar-gemarnya
Dalam menanamkan pemahaman peran menggunakan media sosial seperti
gender pada remaja konselor berperan Instagram, facebook, Twitter, Youtube,
membantu remaja menganalisis peran WhatsUp, Path dan lainsebagainya.
gender dengan tujuan mengeksplorasi Penyebaran propaganda LGBT semakin
berbagai dampak dari peran gender yang marak terjadi di media sosial. Facebook dan
selama ini menjadi keyakinnya. Twitter merupakan dua media sosial yang
sering digunakan untuk kampanye LGBT
b. Pendidikan seks dan sifatnya global, sehingga
Pendidikan seks bagi remaja masih memungkinkan komunitas LGBT di
dianggap tabu oleh masyarakat kita. seluruh dunia untuk terkoneksi (Salzburg
Banyak orangtua yang berfikir pendidikan Academy, 2016). Keberadaan grup-grup
seks bagi remaja belum terlalu penting. media sosial yang anggotanya para penyuka
Remaja sudah seharusnya belajar tentang sesama jenis dan kebanyakan dari anggota
seksualitas, hubungan dengan lawan jenis, tersebut adalah para pelajar. Menurut Wati
serta segala hal yang menyangkut sistem (2011), menyatakan bahwa komunikasi
reproduksi pada pria dan wanita. dengan media sosial akan membawa
Pandangan pro dan kontra mengenai pengaruh pada, (1) Kepercayaan, nilai dan
pendidikan seks bagi remaja pada sikap, (2) pandangan terhadap dunia, (3)
hakikatnya tergantung sekali dengan Organisasi sosial, (4) Tabiat manusia, (6)
bagaimana seseorang guru dan orangtua Orientasi kegiatan, (7) persepsi diri dan
mendefenisikan seks itu sendiri. Menurut orang lain.

32
PROCEEDING
Konvensi Nasional XXI
Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia
Bandung, 27-29 April 2019

Peran konselor dalam upaya mengatasi dalam konteks ini terkait dengan
dampak negatif media sosial ini sangat penyebaran propaganda LGBT
penting. Tugas konselor dalam mengatasi melalui media sosial. Konselor
damapak negatif media sosial merupakan dalam pelaksanaan upaya tersebut
sebuah upaya yang perlu dilakukan, karena bisa melaksanakan dalam format
dalam bimbingan dan konseling terdapat individual, kelompok maupun
tujuan yang terkait dengan aspek pribadi- klasikal.
sosial siswa berkenaan dengan hal tersebut.
Dalam konteks meminimalisir dampak PENUTUP
negatif media sosial bagi remaja tidak Dari pemaparan di atas terlihat bahwa
cukup hanya dengan pendidikan akademik fenomena LGBT (Lesbian, Gay,
didalam kelas, namun juga memerlukan Biseksual,Transgender) yang akhir-akhir ini
bantuan psikoedukatif yaitu berupa layanan sedang menjadi isu yang cukup hangat di kalangan
bimbingan dan konseling. Adapun strategi masyarakat. Selain dikalangan orang dewasa
layanan bimbingan dan konseling yang “wabah” LGBT juga sudah merambah ke kalangan
dapat dilakukan dalam mengurangi efek remaja dan pelajar, hal ini tentu sangat
negatif penggunaan media sosial mengkhwatirkan, karena pelajar merupakan aset
dikalangan remaja adalah sebagai berikut: bangsa, calon pemimpin bangsa dan hal ini tentu
1. Strategi Layanan Dasar harus menjadi perhatian serius semua pihak.
Dalam rangka mengurangi Fenomena ini juga sudah mendapatkan perhatian
dampak negatif media sosial yang cukup serius dikaji oleh tokoh-tokoh di dunia
dikalangan remaja bisa dilaksanakan pendidikan di indonesia, tak terkecuali di ranah
melalui layanan dasar yaitu dengan bimbingan dan konseling.
melaksanakan need assesment yaitu Sebagai bagian integral dari pendidikan,
berupa angket untuk Bimbingan dan Konseling juga harus berperan
mengungkapkan pemahaman siswa serta dalam menangkal berkembangnya fenomena
tentang efek negatif media sosial. LGBT tersebut. Maka dari hal itu guru BK sebagai
Selain itu bisa melaksanakan pelaksana pelayanan BK di sekolah juga harus
layanan-layanan klasikal yaitu memiliki perhatian khusus pada fenomena LGBT
pelaksanaan pelayanan informasi ini dan ini akan menjadi tantangan yang cukup
dengan materi terkait dampak serius bagi guru BK di era perkembangan
negatif media sosial dan peran media teknologi yang semakin pesat ini. Konselor di
sosial dalam penebaran propaganda sekolah bisa menerapkan upaya-upaya melalui
LGBT. strategi-strategi pelayanan bimbingan dan
2. Strategi layanan Peminatan dan konseling. Strategi-strategi tersebut bisa
perencanaan individual dilaksanakan oleh konselor dalam meminimalisir
Strategi untuk mengurangi efek dampak negatif media sosial bagi remaja, yang
negatig media sosial pada remaja dalam konteks ini terkait dengan penyebaran
melalui layanan ini yaitu dengan propaganda LGBT melalui media sosial. Konselor
menguatkan pemahaman individu dalam pelaksanaan upaya tersebut bisa
mengenai dampak yang ditimbulkan melaksanakan dalam format individual, kelompok
dari penggunaan media sosial yang maupun klasikal.
tidak terkontrol, diantaranya yaitu
konten-konten berbau pornografi DAFTAR PUSTAKA
dan berbau LGBT.
3. Strategi layanan responsif Elia, Herman. (1991) Psikologi Umum. Jakata: PT
Pelaksanaan konseling kelompok Gramedia Pustaka Utama.
serta bimbingan kelompok dapat Farisi, M. I. (2010). Pengembangan Asesmen Diri
dilaksanakan dalam meningkatkan Siswa (Student Self-Assessment) sebagai
pemahaman remaja tentang efek Model.
negatif media sosial, terutama Gerungan, (2010), psikologi sosial. Bandung : PT.
mengangkat topik mengenai konten- Refika aditama.
konten berbau LGBT di media Hartanto, (2016). Hegemoni dalam Emansipatory:
sosial. Studi Kasus Advokasi Legalisasi Lesbian,
Strategi-strategi tersebut bisa Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT)
dilaksanakan oleh konselor dalam di Indonesia. Jurnal Indonesia Perspective.
meminimalisir dampak negatif Vol 1, No 2.
media sosial bagi remaja, yang

33
PROCEEDING
Konvensi Nasional XXI
Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia
Bandung, 27-29 April 2019

Hermawan, R.,Putra, S.H.,(2017). Peran


Bimbingan dan Konseling dalam
Komunitas LGBT. Proseding Seminar
Nasional “Peran Bimbingan dan Konseling
dalam penguatan Pendidikan Karakter.
Universitas Ahmad Dahlan.

Liputan 6, (2018). Kemkominfo Resmi Blokir


Grup Facebook LGBT.
https://www.liputan6.com/tekno/read/3665
640/kemkominfo-resmi-blokir-grup-
facebook-lgbt. (diakses pada 6 April 2019)
Moh. Nazir, (1988), Metode Penelitian, Ghalia
Indonesia, Jakarta.
Pratama, A.R., Fahmi, R., Fatmawati (2018).
LGBT: Tinjauan Teori Psikoseksual,
Psikologi Islam dan Biopsikologi. Jurnal
Psikologi Islam, Vol 30.
Prayitno. (2004). Layanan Bimbingan Kelompok
Dan Konseling Kelompok. Padang:
Universitas Negeri Padang.
Santrock, J. W, (2003). Perkembangan Remaja.
Jakarta: Erlangga.
Sarlito Wirawan Sarwono. (2012). Psikologi
Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Soekanto, Soerjono. (2012) Sosiologi Suatu
Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Soetjiningsih. (2012). Perkembangan Anak dan
Permasalahannya dalam Buku Ajar I Ilmu
Perkembangan Anak Dan Remaja. Jakarta
:Sagungseto.
Tempo.co, (2018). Survei SMRC: 87,6 Persen
Masyarakat Menilai LGBT Ancaman.
https://nasional.tempo.co/read/1053909/sur
vei-smrc-876-persen-masyarakat-menilai-
lgbt ancaman/full&view=ok, (diakses pada
6 April 2019).
Yudianto, (2016). Fenomena lesbian, gay,
biseksual dan transgender (lgbt) di
Indonesia serta upaya pencegahannya.
NIZHAM, Vol 5. No.1.

34

Anda mungkin juga menyukai