Anda di halaman 1dari 136

STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI

YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Balakang

Kajian yang membahas isu mengenai LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual,

dan Transgender) di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini menunjukkan

perkembangan yang cukup pesat. Hal ini dipicu oleh beberapa hal, seperti

semakin eksisnya komunitas-komunitas berbasis LGBT di berbagai daerah dalam

menyuarakan hak-hak kelompok LGBT, baik melalui program maupun aktivitas

rutin komunitas tersebut. Kemudian diangkatnya berbagai berita mengenai

fenomena LGBT di Indonesia dalam berbagai media juga menjadi isu yang kian

ramai diperbincangkan sehingga masyarakat menjadi semakin familiar. Aspek

yang perlu diperhatikan dari perkembangan tersebut adalah perubahan sudut

pandang yang sering digunakan dalam melihat dan merumuskan hak dari

kelompok LGBT.

Dalam beberapa kurun waktu terakhir, perdebatan mengenai isu Lesbian,

Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) di Indonesia semakin memanas, terlebih

setelah beberapa petinggi negara mengeluarkan pernyataan yang cenderung anti-

LGBT. Seperti yang dilansir dalam sebuah artikel berjudul “Menristek Nasir

Larang LGBT Masuk Kampus, Media Sosial Ramai Kritik”, mengatakan bahwa

“Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir melarang

kelompok lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) masuk kampus.

1|Page
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Alasannya: tidak sesuai dengan nilai-nilai dan kesusilaan bangsa”1. Menteri Nasir

awalnya membuat pernyataan soal LGBT di kampus pada tanggal 23 Januari 2016

lalu ketika menanggapi kegiatan Support Group an Ressources Center on

Sexuality Studies (SGRC), yang aktif di Universitas Indonesia dan menawarkan

konseling untuk kelompok LGBT. Namun pernyataan Mohamad Nasir tersebut

mengundang banyak reaksi protes di media sosial, bahkan di internet beredar

sebuah petisi yang menuntut agar Nasir mencabut kembali pernyataannya. Setelah

kritik bermunculan, mantan rektor sebuah universitas itu lalu mengoreksi

pernyataannya.

Sentimen anti LGBT di Indonesia semakin meningkat, terutama setelah

Menteri Pendidikan Tinggi Mohammad Nasir melarang kegiatan kelompok LGBT

di kampus-kampus di seluruh Indonesia.2 Sejak itu, makin banyak institusi dan

organisasi yang berlomba-lomba mendeklarasikan pelarangan kegiatan serupa di

lingkungan mereka. Sejak itu, berbagai intimidasi hingga diskriminasi dialami

oleh kelompok LGBT di Yogyakarta. Penerimaan masyarakat Indonesia terhadap

fenomena LBGT pun menjadi sangat kontroversial. Masyarakat Indonesia

cenderung memandang LGBT merupakan fenomena yang tidak lazim terjadi, dan

memandang anggota LGBT dengan stigma negatif serta cenderung melakukan

diskriminasi terhadap anggota LGBT. Di Indonesia anggota LGBT kurang

diterima di masyarakat sebagai sesama anggota masyarakat yang hidup

berdampingan dengan anggota masyarakat lainnya.

1
Deutsche Welle News. (2016). Menristek Nasir Larang LGBT Masuk Kampus, Media Sosial
Ramai Kritik.Dikutip dari situs resmi DW News : http://www.dw.com/id/menristek-nasir-larang-
lgbt-masuk-kampus-media-sosial-ramai-kritik/a-19002222.
2
Ibid.

2|Page
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Stigma negatif dan diskriminasi tersebut telah merebut hak-hak dari

kelompok LGBT yang juga merupakan warga negara Indonesia yang memiliki

hak yang sama dengan sesama warga negara Indonesia. Hak tersebut diutarakan

oleh Gibson diantaranya adalah hak untuk mendapatkan perlindungan, hak

mendapatkan rasa aman serta berkumpul sebagai sarana aktualisasi diri sebagai

kebutuhan mendasar setiap manusia3. Hilangnya hak-hak dalam hidup seperti

yang disebutkan tersebut, ditanggapi oleh Gibson dkk dengan lahirnya motivasi

pada atau dalam diri individu masing-masing. Proses mendapatkan kembali hak-

hak mendasar ini, diwujudkan dengan merangkul individu lain bedasarkan

kesamaan latar belakang, kesamaan motivasi dan tujuan yang lantas membangun

suatu perkumpulan atau yang disebut komunitas. Komunitas kemudian dijadikan

sebagai ruang untuk membangun identitas mereka guna merespon proses

kehidupan yang terus berlangsung4. Masyarakat luas kurang memiliki pemahaman

yang luas mengenai LGBT, sehingga mereka kerap mencampur adukkan istilah

tersebut dengan pemahaman yang salah. Yang terjadi kemudian adalah

masyarakat luas bahkan mashasiswa sebagai kalangan akademisi masih

melahirkan stigma atau pandangan negatif terhadap kelompok LGBT, yang mana

kelompok LGBT sebenarnya bisa berkarya dengan baik di tengah masyarakat.

Adanya berbagai bentuk diskriminatif pada kelompok LGBT juga memunculkan

isu-isu kekerasan pada kelompok LGBT di masyarakat. Seharusnya, kelompok

LGBT yang juga merupakan warga negara Indonesia tidak berhak menerima

3
Donnelly, Gibson. (1996). Organisasi, Perilaku, Struktur, Prsoses. Jakarta: Erlangga.
4
Friedman, M. (1994). Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktek. Alih Bahasa. Jakarta: EGC.

3|Page
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

perlakuan diskriminasi dan mengalami kekerasan. Untuk melindungi hak-hak

asasi dari para anggota LGBT, muncullah berbagai komunitas ataupun organisasi

yang berbasis LGBT yang mengangkat isu-isu mengenai LGBT dan perlindungan

HAM terhadap anggotanya.

Sejumlah komunitas LGBT yakni Komunitas Arus Pelangi seperti yang

dilansir oleh situs berita online resmi Deutsche Welle (DW) News dalam sebuah

artikel yang berjudul “Melongok Nasib LGBT di Indonesia” menegaskan bahwa

pernyataan para pejabat yang terkesan anti LGBT dapat memicu terjadinya aksi

kekerasan horizontal, seperti pengusiran orang-orang LGBT dari lingkungan

masyarakat dan juga di institusi pendidikan serta tindakan sewenang-wenang atau

anarkis oleh kelompok intoleran. Pernyataan inkonstitusional tersebut juga

berdampak pada upaya kriminalisasi negara terhadap kaum LGBT di Indonesia.

Hasil riset yang dirilis Arus Pelangi (2013) menyebutkan 89.3% LGBT di

Indonesia pernah mengalami kekerasan, dimana 79.1% dalam bentuk kekerasan

psikis, 46.3% dalam bentuk kekerasan fisik, 26.3% dalam bentuk kekerasan

ekonomi, 45.1% dalam bentuk kekerasan seksual, dan 63.3% dalam bentuk

kekerasan budaya. Dari sekian banyak kasus kekerasan yang terjadi 65,2%

diantaranya mencari bantuan ke teman, dan bahkan 17,3% diantara korban

kekerasan itu pernah melakukan percobaan bunuh diri. Dalam situasi seperti ini,

kembali dipertanyakan peran negara dalam melindungi warganya. Human Rights

Working Group (HRWG) dalam website resminya juga menilai bahwa selama ini

4|Page
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

baik anggota maupun komunitas LGBT di Indonesia masih menjadi pihak yang

kerap mengalami diskriminasi di masyarakat5.

Mirisnya, kondisi diskriminatif dan ketidakadilan tersebut juga dialami

oleh kelompok LGBT yang berada di Yogyakarta yang mana Yogyakarta

memiliki julukan City of Tolerant oleh warganya sendiri. Menilik sejarah

Yogyakarta, julukan itu memang pantas disematkan pada kota tersebut karena

Yogyakarta dikenal sebagai kota yang tumbuh dengan beragam agama dan latar

belakang budaya6. Namun dalam beberapa waktu belakangan, di Yogyakarta

marak terjadi penolakan dan kekerasan oleh pihak-pihak tertentu terhadap

komunitas LGBT yang kemudian dinilai sebagai bentuk perampasan ruang-ruang

kebebasan berekspresi bagi kelompok LGBT. Bentuk kekerasan yang terjadi

cukup beragam, mulai dari pelarangan diskusi hingga penyerangan fisik maupun

psikis. Kasus terakhir yang terjadi di Yogyakarta adalah kejadian penyerangan

dan pemukulan terhadap beberapa angggota komunitas LGBT saat momen

perayaan Transgender Day of Remembrance di Tugu Yogyakarta, November

2014 lalu. Seperti yang dilansir oleh situs berita resmi online viva.co.id dalam

sebuah artikel yang berjudul “Diserang Kelompok Tak Dikenal, LGBT Yogya

Lapor ke Polda” menyatakan bahwa Komunitas Lesbian, Biseks, Gay dan

Transgender (LGBT) diserang sekelompok orang tak dikenal, Kamis (20/11)

5
Deutsche Welle News. (2016, 1 Maret). Melongok Nasib LGBT di Indonesia. Dikutip dari situs
resmi DW News : http://www.dw.com/id/melongok-nasib-lgbt-di-indonesia/a-19070880.
6
Tarsono, Warsa. (2016, 4 Maret). Peneliti CRCS UGM: Pemerintah Yogyakarta Tidak Peduli
pada Penindasan Toleransi. Dikutip dari situs resmi Madina Online News :
http://www.madinaonline.id/sosok/wawancara/pemerintah-yogyakarta-tidak-peduli-pada-
penindasan-toleransi/.

5|Page
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

malam. Penyerangan terjadi saat mereka melakukan aksi peringatan Transgender

Day of Remembrance di Tugu Yogyakarta.” pada November 2014 lalu7.

Dalam kasus lain seperti teror dan ancaman terhadap aksi masa yang pro

akan LGBT di Tugu Jogja pada Februari 2016 lalu. Seperti yang dilansir dalam

sebuah artikel yang berjudul “Peserta Aksi LGBT di Yogyakarta Diteror

Ancaman” yang menyatakan bahwa ratusan aktivis pro-demokrasi Yogyakarta

mendapat ancaman dari kelompok intoleransi ketika mereka berunjuk rasa secara

damai pada Selasa, 23 Februari 2016. Ancaman sudah ada sebelum aksi dimulai

hingga demonstrasi berlangsung8. Kondisi akan tekanan terhadap LGBT di

Yogyakarta yang semakin memanas beberapa tahun terakhir ini juga telah

memberikan rasa tidak aman terhadap kelompok LGBT di Yogyakarta. Kelompok

LGBT tidak hanya mendapatkan kekerasan fisik namun juga psikis seperti kerap

mendapatkan ancaman teror ketika hendak mengadakan event tertentu yang

berhubungan dengan LGBT. Penolakan terhadap kelompok LGBT di Yogyakarta

kian ramai menjadi perbincangan kembali sejak awal tahun 2016 terlebih ketika

Februari lalu terjadi aksi masa yang pro dan kontra terhadap fenomena LGBT di

Yogyakarta. Padahal, pada Februari 2016 lalu pemerintah Yogyakarta juga telah

mengeluarkan Prinsip-prinsip Yogyakarta dan berisi Penerapan Hukum

Internasional Hak Asasi Manusia dalam Hubungannya dengan Orientasi Seksual

dan Identitas Gender. Prinsip Yogyakarta ini merupakan panduan universal untuk
7
Kresna. (2014, 21 November). Diserang Kelompok Tak Dikenal, LGBT Yogya Lapor ke Polda.
Dikutip dari situs resmi Merdeka News :https://www.merdeka.com/peristiwa/diserang-kelompok-
tak-dikenal-lgbt-yogya-lapor-ke-polda.html.
8
Erlangga, Pius. (2016, 31 Oktober). Peserta Aksi LGBT di Yogyakarta Diteror Ancaman.Dikutip
dari situs resmi Tempo News :
https://nasional.tempo.co/read/news/2016/02/24/058747700/peserta-aksi-lgbt-di-yogyakarta-
diteror-ancaman.

6|Page
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

menerapkan hukum hak asasi manusia internasional untuk pelanggaran yang

dialami oleh kelompok seksual minoritas9. Walaupun demikian, prinsip tersebut

pada kenyataannya tidak diwujudkan melalui program-program khusus dan tidak

dapat dirasakan hasilnya secara langsung oleh kelompok LGBT di Yogyakarta.

Realita yang terjadi di Yogyakarta ini tentu saja tidak membuat para aktivis dan

simpatisan LGBT berdiam diri dan membiarkan ketidakadilan yang diterima oleh

kelompok LGBT semakin bertambah.

Kondisi seperti inilah yang menjadi perhatian khusus dari Komunitas

People Like Us-Satu Hati Yogyakarta yang berbasis LGBT dan concern akan

perlindungan hak-hak LGBT di Yogyakarta. Bermula dari sebuah komunitas

bernama Pelangi Jogja yang mana komunitas tersebut telah melakukan kerja-kerja

pada isu-isu Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT), yang resmi

terbentuk pada tanggal 15 Juli 2002 di Yogyakarta10. Komunitas Pelangi Jogja

yang juga berpusat di Jakarta sempat terhenti kegiatannya karena

kesibukan personal dari masing-masing pengurusnya. Dalam masa vakum

tersebut, beberapa komunitas gay di Yogyakarta tetap secara rutin mengadakan

diskusi-diskusi kecil non formal dengan mengangkat topik-topik LGBT dan

pelanggaran HAM para anggotanya di Yogyakarta. Dari diskusi-diskusi kecil ini

akhirnya memunculkan keinginan dari para anggota untuk melanjutkan kerja-

kerja LGBT yang sudah dilakukan oleh Pelangi Jogja terdahulu untuk tetap

9
Kabar LGBT News. (2016, 21 Februari). Apa itu HAM dan Prinsip-Prinsip Yogyakarta yang
Berkaitan dengan Orientasi Seksual dan Identitas Gender. Dikutip dari situs resmi Kabar LGBT
News : https://kabarlgbt.org/2016/02/21/apa-itu-ham-dan-prinsip-prinsip-yogyakarta-yang-
berkaitan-dengan-orientasi-seksual-dan-identitas-gender/.
10
People Like Us-Satu Hati. 2014. Profil Komunitas PLUSH. Dikutip dari Website Resmi
Komunitas People Like Us Satu Hati : http://www.plush.or.id/p/profil.html

7|Page
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

melindungi kaum LGBT dan membantu LGBT dan memperjuangkan hak-hak

mereka. Dengan satu kesepakatan yang dicapai mereka memutuskan untuk

membentuk komunitas yang mana merupakan kelanjutan dari Komunitas Pelangi

Jogja dengan nama baru yakni Komunitas People Like Us - Satu Hati (PLUSH).

People Like Us - Satu Hati ini resmi berdiri di Yogyakarta pada tanggal 10

Desember 2006. Komunitas PLUSH ini juga resmi mendapatkan akta notaris

sebagai organisasi berbasis komunitas pada 31 Maret 2008. Belajar dari

pengalaman komunitas terdahulu yakni Pelangi Jogja, akhirnya seluruh anggota

komunitas PLUSH Yogyakarta menyepakati bahwa komunitas ini akan lebih

melakukan kerja-kerja di bidang advokasi dan hak asasi manusia (HAM). Alasan

utamanya adalah karena masyarakat masih mempunyai pandangan yang sangat

negatif terhadap keberadaan dan aktivitas dari komunitas LGBT dan negara yang

belum mengakui keberadaan dari komunitas LGBT sendiri.

Komunitas People Like Us - Satu Hati (PLUSH) melalui berbagai

programnya tidak hanya melakukan advokasi tetapi juga bermaksud untuk

menyuarakan hak-hak yang sudah seharusnya dimiliki oleh para anggota LGBT

sebagai manusia dan warga negara Indonesia. Divisi advokasi yang ada di

Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta sebelumnya memiliki beberapa

program seperti Program Reducing Violence Against LBGT in Yogyakarta yang

mana program ini bertujuan untuk mengurangi kekerasan yang dialami oleh

kelompok LBGT. Program ini dilaksanakan dengan mengadakan FGD (focus

group discussion) dan capacity building. Kemudian terdapat pula Program

Increasing Acceptance in Public Space yang bertujuan untuk meningkatkan

8|Page
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

penerimaan terhadap LBGT di wilayah publik. Program ini dilakukan dengan cara

pemetaan tempat-tempat umum yang sering terjadi kekerasan dan diskriminasi

terhadap kelompok LGBT (dengan wawancara dan FGD) kemudian melakukan

mediasi dengan pemilik tempat atau pihak yang berpengaruh di wilayah tersebut.

Adapula Program Penanganan Kasus yang mana program ini bertujuan untuk

memberikan pendampingan pada korban dan pengawalan kasus bila terjadi kasus

yang melibatkan komunitas LGBT. Program ini juga bisa melibatkan lembaga-

lembaga lain dalam jaringan. Dan program yang bekerja untuk mengadvokasi

kebijakan-kebijakan Pemerintah DIY adalah Program Advokasi Kebijakan.

Program ini bertujuan mengawasi apakah kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan

oleh pemerintah telah memenuhi hak-hak komunitas LGBT atau malah merugikan

komunitas LGBT. Program ini dilakukan berjaringan dengan lembaga-lembaga

lain, misalnya melalui JPY (Jaringan Perempuan Yogyakarta) atau SIAR (Simpul

Indonesia Untuk Advokasi Remaja).

Dalam sebuah kasus penyerangan fisik terhadap beberapa anggota

komunitas LGBT dalam perayaan Transgender Day of Remembrance di Tugu

Yogyakarta November 2014 lalu seperti yang dilansir dalam sebuah artikel yang

berjudul “Diserang kelompok tak dikenal, LGBT Yogya lapor ke Polda” pada 21

November 2014, Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta turut berperan

aktif dalam melakukan advokasi akan kasus penyerangan tersebut yang mana

pada awalnya pihak yang berwenang seakan tutup mata akan kasus tersebut.

“Komunitas Lesbian, Biseks, Gay dan Transgender (LGBT) diserang sekelompok

orang tak dikenal, Kamis (20/11) malam. Penyerangan terjadi saat mereka

9|Page
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

melakukan aksi peringatan Transgender Day of Remembrance di Tugu Yogya”11.

Peran Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta dalam kasus ini adalah

melakukan advokasi dengan penanganan kasus dan mengadvokasi pihak

berwenang agar pelaku bertanggungjawab penuh secara hukum. Walaupun

terdapat beberapa tantangan yang selaku mereka hadapi seperti adanya beberapa

pihak yang enggan menjadi penengah dalam kasus kekerasan yang berhubungan

dengan kelompok LGBT termasuk aparat hukum sendiri yang terkesan “takut”

untuk memasuki zona LGBT. Selain itu juga terdapat berbagai penolakan untuk

berdamai dari beberapa ormas yang menentang adanya komunitas pro LGBT di

Yogyakarta. Walaupun demikian, Komunitas People Like Us-Satu Hati

Yogyakarta sebisa mungkin melakukan upaya dalam memerjuangkan hak-hak

kelompok LGBT dan berusaha menangani masalah yang berkaitan dengan LGBT

di Yogyakarta dengan mempengaruhi keputusan pihak aparat penegak hukum

dalam kasus penyerangan fisik terhadap kelompok LGBT tersebut. Dengan

perjuangan Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta dalam melakukan

advokasi dibantu oleh beberapa komunitas lain yang pro akan hak-hak LGBT

kasus tersebut terselesaikan dengan penyelesaian secara hukum pada sang pelaku.

Kemudian seperti dalam kasus UU Ormas tahun 2013 lalu, Komunitas

People Like Us-Satu Hati Yogyakarta bersama komunitas lain juga turut

melakukan penolakan keras terhadap akan diberlakukannya UU tersebut.

Pasalnya, UU Ormas yang rencana akan diluncurkan oleh pemerintah yang dirasa

11
Kresna. (2014). Diserang Kelompok Tak Dikenal, LGBT Yogya Lapor ke Polda. Dikutip dari
situs resmi Merdeka News :https://www.merdeka.com/peristiwa/diserang-kelompok-tak-dikenal-
lgbt-yogya-lapor-ke-polda.html.

10 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

bukanlah merupakan jawaban atas kekerasan yang banyak dilakukan oleh ormas

tertentu. Dalam kasus ini disinilah peran dari Komunitas People Like Us-Satu

Hati Yogyakarta yang juga telah aktif dalam melakukan advokasi kebijakan yang

dikeluarkan oleh pemerintah yang dirasa diskriminatif bagi LGBT. Dalam

melakukan advokasi terhadap hak-hak kelompok LGBT, Komunitas People Like

Us-Satu Hati Yogyakarta Yogyakarta juga kerap mengadakan acara atau

perkumpulan yang menyangkut tentang hak-hak yang seharusnya dimiliki oleh

para kelompok LGBT di wilayah-wilayah di Yogyakarta yang notabene kerap

terjadi kasus kekerasan terhadap kelompok LGBT oleh pihak atau ormas tertentu.

Disini Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakartaberusaha untuk

menginformasikan kepada masyarakat akan adanya keberagaman dan

mengedepankan isu-isu sosial termasuk mengenai LGBT, karena LGBT juga

merupakan bagian dari keberagaman sosial yang ada di Indonesia. Komunitas

People Like Us-Satu Hati Yogyakarta melalui perkumpulan rutin juga

menggambarkan keadaan kelompok LGBT di Yogyakarta yang kerap

mendapatkan kekerasan fisik maupun psikis, padahal kelompok LGBT juga

merupakan warga negara Indonesia yang memiliki hak yang sama dengan warga

negara lain.

Diskriminasi yang diterima oleh kelompok LGBT tersebut seharusnya

mendapatkan penanganan yang lebih krusial dari Pemerintah Provinsi DIY. Hal

ini dikarenakan kelompok LGBT yang juga merupakan bagian dari warga negara

Indonesia yang tidak seharusnya mendapatkan sikap diskrminasi berupa

kekerasan fisik maupun psikis ataupun menerima penolakan yang begitu keras

11 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

terhadap berbagai pihak terlebih ormas yang radikal. Kelompok LGBT juga

merupakan warga negara yang juga membutuhkan keamanan, hak untuk hidup,

berkumpul, dsb. Dalam UUD 1945 pasal 27-34 disebutkan banyak hal mengenai

hak dari warga negara Indonesia seperti dalam Pasal 27 ayat (1) segala warga

negara bersamaan dengan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan

pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. (2) tiap-tap warga negara berhak

atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. (3) setiap warga

negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaa negara. Kemudian pada

pasal 28 disebutkan hak-hak warga negara Indonesia yang lain yakni

kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan

tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang. Pada pasal 28 B ayat

(2) juga lebih ditekankan bahwa setiap orang berhak atas kelangsungan hidup,

tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dan kekerasan

diskriminasi. Dan seperti yang telah tertulis dalam pasal 28 D ayat (1) UUD 1945

bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian

hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. Namun pada

kenyataannya, hak-hak warga negara Indonesia tersebut tidak sepenuhnya dapat

dirasakan oleh kelompok LGBT yang masih mendapatkan perlakuan diskriminasi

dari berbagai kalangan. Hak-hak yang seharusnya juga dimiliki oleh kelompok

LGBT tersebut diabaikan oleh banyak warga negara di Indonesia.

Dalam hal ini pemerintah dinilai kurang tanggap dalam kondisi dimana

kelompok LGBT masih kerap mendapatkan diskriminasi yang ekstrim dengan

penolakan dan kekerasan dan pemerintah tidak melihat keadaan sebenarnya dari

12 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

mereka. Hal ini cukup mengejutkan bila mengingat bahwa DIY yang dijuluki City

of Tolerant oleh warganya itu belum mampu mengatasi kondisi yang sudah

semakin ekstrim yang dialami oleh warganya. Pemerintah seharusnya segera

bertindak dengan menyusun peraturan tertentu yang lebih nyata untuk melindungi

hak-hak kelompok LGBT. Sehingga sangat disayangkan apabila prinsip-prinsip

yang dikeluarkan oleh pemerintah Yogyakarta yakni Prinsip-prinsip Yogyakarta

dan berisi Penerapan Hukum Internasional Hak Asasi Manusia dalam

Hubungannya dengan Orientasi Seksual dan Identitas Gender lalu tidak diimbangi

dengan program-program nyata dan pada kenyataannya masih ditemukan kasus

kekerasan dan diskriminasi lainnya pada kelompok LGBT, yang mana hal ini

memaksa para kelompok LGBT untuk tetap bertahan dalam lingkaran

diskriminasi.

Kondisi seperti ini seharusnya dapat ditangkap dengan mudah oleh para

birokrat. Seperti pada kasus penyerangan fisik yang menghebohkan terhadap

beberapa anggota komunitas LGBT dalam perayaan Transgender Day of

Remembrance di Tugu Yogyakarta November 2014 lalu, pihak aparat hukum

dalam menangani kasus tersebut seakan tidak ingin menyelesaikan kasus secara

prosedural hukum yang seharusnya. Dalam melihat kasus ini birokrasi seakan

tidak bergeming dan tidak berusaha untuk melakukan tindakan pengatasan.

Birokrasi dalam posisi ini dinilai tidak responsif dan bahkan terkesan tidak ramah

terhadap isu-isu LGBT. Hal ini seakan menunjukkan bahwa birokrasi dengan

segala perangkatnya menutup mata akan kondisi yang sebenarnya sudah memanas

ini. Pemerintah daerah di salah satu kabupaten di DIY bahkan pernah

13 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

mengeluarkan kebijakan yang dirasa merugikan kelompok LGBT khususnya

kaum transgender. Bahkan para pejabat negeri seakan berlomba untuk

memberikan pernyataan anti LGBT.

Melalui Komunitas People Like Us – Satu Hati Yogyakarta ini,

kelompok LGBT yang mengalami perampasan hak melalui tindak kekerasan fisik

atau psikis, maupun penolakan baik dari ormas tertentu maupun dari kebijakan

pemerintah sendiri dan jauh dari penanganan pemerintah ini pada akhirrnya

sedikit demi sedikit mendapatkan penanganan akan kasus-kasus mereka. Hal ini

tentunya menunjukkan kegagalan pemerintah dalam melakukan pendekatan dan

sensitivitasnya terhadap kelompok LGBT di Yogyakarta, yang mana justru

mendapatkan perhatian dan penanganan yang lebih oleh Komunitas People Like

Us-Satu Hati Yogyakarta. Bersama komunitas berbasis LGBT lainnya, Komunitas

People Like Us-Satu Hati Yogyakartan yatanya mampu melakukan advokasi

dalam penanganan kasus yang berhubungan dengan perampasa hak-hak kelompok

LGBT walaupun terdapat berbagai tantangan dalam melakukan gerakan advokasi.

Penelitian mengenai Strategi Komunitas LGBT People Like Us-Satu Hati

dalam Advokasi Hak LGBT di Yogyakarta ini dapat menjadi sebuah penelitian

terkait dengan strategi advokasi yang dilakukan oleh komunitas tersebut dalam

mengadvokasi hak-hak LGBT di Yogyakarta melalui penanganan kasus dan

advokasi kebijakan. Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta ini

diharapkan akan mampu memberikan contoh bagi komunitas lain untuk berani

bergerak dan melakukan berbagai macam advokasi dengan strategi tertentu dalam

mempengaruhi kebijakan pemerintah maupun mindset warga negara Indonesia

14 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

yang masih mendiskriminasi kelompok LGBT serta melindungi hak-hak para

anggota LGBT. Peneliti ingin lebih mengetahui bagaimana strategi komunitas

tersebut dalam melakukan segala bentuk advokasi untuk melindungi hak-hak

kelompok LGBT di Yogyakarta.

Sehingga dalam penelitian yang berjudul Strategi Komunitas People Like

Us-Satu Hati Dalam Advokasi Hak LGBT di Yogyakarta ini akan dipaparkan

bagaimana strategi advokasi dari komunitas tersebut dalam melakukan advokasi

hak-hak kelompok LGBT di Yogyakarta. Yang mana dalam hal ini, pemerintah

seharusnya lebih tanggap dan peka terhadap isu maupun kasus diskriminasi LGBT

yang memunculkan berbagai perlakuan yang tidak layak terhadap kelompok

LGBT seperti kekerasan fisik dan psikis, akan tetapi hal yang terjadi adalah

masyarakat khususnya dalam hal ini komunitaslah yang lebih peka dan terdorong

untuk melakukan gerakan advokasi terhadap kasus-kasus diskriminasi LGBT di

Yogyakarta tersebut. Sehingga dalam hal ini dapat menimbulkan kecurigaan

bahwa pemerintah seakan tidak berani untuk menangani isu-isu ekstrim yang ada

di tengah masyarakat, akan tetapi masyarakat sendirilah yang justru berusaha

untuk menangani isu-isu tersebut, khususnya Komunitas PLUSH dalam berbagai

program advokasi yang ada.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana strategi advokasi yang digunakan oleh Komunitas People Like

Us - Satu Hati dalam mengadvokasi hak-hak kelompok LGBT di

Yogyakarta?

15 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

bagaimana strategi advokasi yang digunakan oleh Komunitas People Like Us -

Satu Hati (PLUSH) dalam melakukan advokasi terhadap hak-hak kelompok

LGBT yang berada di Yogyakarta melalui advokasi kasus diskriminasi yang kian

meningkat yang dialami oleh kaum LGBT di Yogyakarta serta advokasi kebijakan

yang dinilai diskriminatif terhadap LGBT di Yogyakarta. Serta sejauh mana

keberhasilan yang dicapai oleh Komunitas People Like Us - Satu Hati (PLUSH)

dalam melakukan advokasi tersebut terkait dengan strategi advokasi yang

digunakan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam kajian

ilmu sosial dan gender terkait dengan strategi advokasi dari suatu

komunitas yang berbasis LGBT dalam melakukan advokasi terhadap

hak-hak kaum LGBT serta sejauh mana keberhasilan dari strategi yang

digunakan tersebut.

2. Bagi Pemerintah Provinsi DIY, penelitian ini diharapkan dapat

menjadi bahan masukan atau referensi dalam penyusunan kembali

peraturan daerah yang terkesan mendiskriminasi LGBT di Yogyakarta.

3. Bagi Dinas Sosial, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

masukan atau referensi dalam penyusunan program yang berkaitan

16 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

dengan kebijakan peraturan daerah dalam melindungi hak-hak dari

kaum LGBT maupun komunitas yang berbasis LGBT di Yogyakarta.

4. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan

referensi dalam pengetahuan di bidang komunitas dan gender, selain

itu peneliti juga ingin membuka hati masyarakat dan mengubah stigma

dan pandangan masyarakat akan hak-hak yang seharusnya dimiliki

olehkaum LGBT maupun komunitas yang berbasis LGBT karena

bukan hal yang mustahil bahwa kelompok LGBT ataupun komunitas

yang berbasis LGBT mampu berkarya dan berkontribusi dengan baik

di tengah masyarakat dan negara.

17 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB II

LANDASAN KONSEPTUAL

Masyarakat Indonesia masih memandang LGBT sebagai fenomena yang

tidak lazim terjadi, dan memandang kelompokatau komunitas LGBT dengan

stigma negatif dan cenderung melakukan diskriminasi. Kondisi diskriminatif dan

ketidakadilan tersebut juga dialami oleh kelompok LGBT yang berada di Daerah

Istimewa Yogyakarta yang mana Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki julukan

City of Tolerant oleh warganya sendiri. Adanya berbagai bentuk diskriminasi

pada kelompok LGBT juga memunculkan isu-isu kekerasan, baik kekerasan fisik

maupun psikis. Banyak terjadi kasus kekerasan fisik, serangan teror, pembubaran

paksa terhadap kelompok LGBT di Yogyakarta oleh ormas-ormas tertentu. Dalam

kondisi seperti ini Komunitas People Like Us - Satu Hati Yogyakarta hadir untuk

mengadvokasi hak-hak kelompok LGBT di DIY. Tentunya Komunitas People

Like Us - Satu Hati Yogyakarta memilki strategi khusus dalam melakukan

advokasi hak-hak kelompok LGBT di Yogyakarta. Walaupun di dalam melakukan

advokasi di beberapa kasus kekerasan misalnya, terdapat berbagai tantangan oleh

pihak aparat sendiri. Pemerintah disini yang seharusnya lebih sensitif dalam

mengatasi berbagai kasus yang menyangkut terampasnya hak-hak kelompok

LGBT sebagai warga negara Indonesia seakan tutup mata dan tidak meluncurkan

program atau kebijakan tertentu untuk melindungi kelompok LGBT. Nyatanya

Komunitas People Like Us - Satu Hati Yogyakarta Yogyakarta ini lebih tanggap

terhadap isu-isu perampasan hak LGBT dan mengadvokasi hak-hak yang

seharusnya dimiliki oleh kelompok LGBT. Di dalam landasan konseptual ini

18 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

berisi gambaran kajian konsep tentang advokasi yang di dalamnya terdapat

konsep advokasi kebijakan serta strategi advokasi itu senditi. Penggunaan kedua

konsep ini dimaksudkan agar memudahkan peneliti dalam menyajikan temuan

penelitian di lapangan. Temuan/fakta empiris yang diperoleh kemudian dianalisis

dengan bantuan konsep ini dan kemudian disajikan dalam bentuk laporan

penelitian. Berikut penjelasan detail mengenai konsep yang akan dibahas.

2.1 Advokasi

Proses implementasi suatu kebijakan tidak hanya dilakukan dengan cara

pendekatan Top-Down saja tetapi juga pendekatan dengan cara Bottom-Up.

Fenomena kebijakan melalui pendekatan Bottom-Up merupakan “jalan lain” suatu

kebijakan diakomodasi tidak hanya dari pemegang otoritas tetapi juga suatu

kebijakan dapat diakomodasikan oleh suatu kelompok tertentu12. Kelompok yang

dimaksud adalah yang berasal dari unsur masyarakat (Bottom) atau komunitas.

Sifat akomodasi kebijakan yang menyesuaikan dengan komunitasnya melahirkan

konsep community organizing, yaitu adalah “the process of organizing people

around problems or issues that are larger than group members own immdiate

concerns13. Konsep tersebut berakar pada konsep empowerment yang dapat

didefinisikan sebagai “process of collective reflection and action in which

previsiously isolated individuals became protagonists in shapping society

12
Erasmus, Ermin dan Lucy Gilson. (2008). How To Start Thinking About Investigating Power in
the Organizational Settings of Policy Implementation.Journal of Health Policy and Planning, Vol
23, pp : 362
13
Loue, Sana. (2006). Community Health Advocacy.Journal of Epidemol Community Health.Vol
60. No 3, pp :458 – 460

19 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

according to their shared interest”14. Pendapat tersebut menunjukan bahwa

kebijakan bottom-up merupakan ide kolektif dari berbagai individu yang

terkelompokan sesuai dengan kepentingannya sehingga terjadi pemberdaayaaan

atau perlibatan individu yang tergabung dalam suatu kelompok. Dalam melakukan

hal tersebut terjadi suatu tindakan yang dapat dimaknai sebagai tindakan

Advokasi. Definisi Advokasi sendiri menurut Webster Encylopedia Unabridge

Dictionary of English adalah “Act of pleading for supporting or recommending

active espousal.” Definisi tersebut memiliki maksud atas suatu tindakan

mendukung pembelaan atau merekomendasikan dukungan secara aktif. Definisi

yang lebih mengarah selanjutnya, Sharma mengungkapkan bahwa “Advocacy is

putting a problem on the agenda, providing a solution to that problem and

building support for act on both the problem and the solution”. Dalam definisi

kedua tersebut lebih jelas arah lokus advokasi yang mengarah pada memberikan

suatu permasalahan agar menjadi agenda dan diupayakan kepentingannya dalam

agenda tersebut.

Istilah advokasi sangat lekat dengan profesi hukum. Menurut Bahasa

Belanda, advocaat atau advocateur berarti pengacara atau pembela. Karenanya,

tidak heran jika advokasi sering diartikan sebagai „kegiatan pembelaan kasus atau

beracara di pengadilan‟. Dalam bahasa Inggris, to advocate tidak hanya berarti to

defend (membela), melainkan juga to promote (mengemukakan atau mengajukan),

to create (menciptakan), dan to change (melakukan perubahan). Dalam konteks

pembelaan hak-hak LGBT yang dilakukan oleh komunitas PLU Satu Hati,
14
Loue, Sana. (2006). Community Health Advocacy.Journal of Epidemol Community Health.Vol
60. No 3, pp :462.

20 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

advokasi tidak hanya memfasilitasi dalam beberapa bidang tetapi juga bersama-

sama dengan mereka melakukan upaya-upaya perubahan sosial secara sistematis

dan strategis. Advokasi menjadi suatu aksi untuk mempengaruhi dukungan atau

rekomendasi sesuai kepentingan kelompok agar kepentingan tersebut dapat

dijadikan agenda oleh penentu kebijakan. Suatu kebijakan dapat dipengaruhi

karena 2 hal yaitu tergantung pada isu atau konteks kebijakan itu sendiri. Adanya

advokasi kebijakan dikarenakan muncul berasal dari suatu isu yang dianggap

penting untuk diagendakan. Isu tersebut digerakan oleh satu atau lebih kelompok

untuk menekan policy maker sehingga tercipta interaksi antar aktor sebagai alat

untuk melegitimasi kebijakan tersebut dimana didalamnya terdapat pengaruh antar

aktor serta konsensus dari pengaruh tersebut15.Tindakan Advokasi membutuhkan

kekuasaan organisasional untuk mendemonstrasikan kekuasaan tersebut agar

sesuai dengan harapan dan diakomodasi16. Kekuasaan tersebut penting agar suatu

kebijakan tersebut dapat terlegitimasi dan sesuai dengan harapan dari berbagai

pihak. Advokasi memang didefinisikan beragam. Namun pengertian advokasi

disini sebenarnya tidak hanya mempunyai arti „membela‟ tetapi juga

„mengajukan‟ atau „mengemukakan‟ yang berarti juga mempunyai arti untuk

berusaha „menciptakan yang baru.17 Namun secara sederhana kita bisa

mengatakan bahwa advokasi adalah sebuah kepentingan yang dicoba untuk

15
Erasmus, Ermin dan Lucy Gilson. (2008). How To Start Thinking About Investigating Power in
the Organizational Settings of Policy Implementation.Journal of Health Policy and Planning, Vol
23, pp : 364
16
Loue, Sana. (2006). Community Health Advocacy.Journal of Epidemol Community Health.Vol
60. No 3, pp :463
17
The Heritage Dictionary of Current English, Oxford. 1958 dalam Roem Topatimasang,
“Mengubah Kebijakan Publik”. 2005. Yogyakarta: INSIST. Hlm 7.

21 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

diperjuangkan secara kolektif dan poin lainnya adalah adalah sebuah perubahan

yang diharapkan.

Advokasi dapat diartikan sebagai upaya pendekatan (approaches) terhadap

orang lain yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu

program atau kegiatan yang dilaksanakan. sehingga, yang menjadi sasaran atau

target advocacy adalah para pemimpin suatu organisasi atau institusi kerja, baik di

lingkungan pemerintah maupun swasta, serta organisasi kemasyarakatan. Makna

atau advokasi mempunyai arti yang luas, banyak pakar mempunyai pandangan

mengenai advokasi yang berbeda-beda. Advokasi menurut LBH Malang adalah

Usaha sistimatis secara bertahap (inkremental) dan terorganisir yang dilakukan

oleh kelompok atau organisasi profesi untuk menyuarakan aspirasi anggota, serta

usaha mempengaruhi pembuat kebijakan publik untuk membuat kebijakan yang

berpihak kepada kelompok tersebut, sekaligus mengawal penerapan kebijakan

agar berjalan efektif. Kemudian advokasi menurut Mansour Faqih Satrio Aris

Munandar merupakan Media atau cara yang digunakan dalam rangka mencapai

suatu tujuan tertentu. Advokasi lebih merupakan suatu usaha sistematis dan

terorganisir untuk mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya perubahan dalam

kebijakan publik secara bertahap maju. Menurut Julie Stirling advokasi

merupakan serangkaian tindakan yang berproses atau kampanye yang

terencana/terarah untuk mempengaruhi orang lain yang hasil akhirnya adalah

untuk merubah kebijakan public. Selanjutnya Sheila Espine-Villaluz, advokasi

diartikan sebagai aksi strategis dan terpadu yang dilakukan perorangan dan

kelompok untuk memasukkan suatu masalah (isu) kedalam agenda kebijakan,

22 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

mendorong para pembuat kebijakan untuk menyelesaikan masalah tersebut, dan

membangun basis dukungan atas kebijakan publik yang diambil untuk

menyelesaikan masalah tersebut.

Rachmat Syafa‟at menganggap bahwa advokasi sebaiknya diletakkan

dalam konteks keadan sosial18. Advokasi dipahami sebagai proses yang

menghubungkan berbagia unsur dalm masyarakat warga (civil society) melalui

terbetuknya aliansi-aliansi strategis yang memperjuangkan terciptanya keadilan

sosial dengan cara mendesakkan terjadinya perubahan-perubahan kebijakna

publik. Cohen menyampaikan bahwa advokasi merupakan respon dari

perwujudan praktek kebijakan dan hukum yang diterapkan di suatu masyarakat.

Advokasi sebagai suatu mekanisme demokrasi dan keadilan sosial dalam suatu

kehidupan bernegara. Advokasi merupakan sebuah instrumen untuk mengawal

kebijakan publik agar sesuai dengan fungsinya19.

“Advokasi adalah rangkaian berbagai upaya dan tindakan yang


terorganisasi, yang menggunakan peralatan (instrumen) demokrasi untuk
mengakkan dan melaksanakan hukum dan kebijakan yang dapat
menciptakan masyarakat adil dan berkesetaraan. Peralatan itu adalah
pemilihan umum, mobilisasi massa, aksi sipil (termasuk pembangkangan
sipil), loby, perundingan, tawar menawar, dan aksi di peradilan. Pemanfaatan
peralatan ini dipergunakaan untuk memperkuat proses demokrasi sehinga
rakyat turut berpartisipasi di dalam tindakan yang terorganiasi yang
melibatkan organisasi non pemerintah, media, dan badan-badan pengambilan
keputusan.”
Sebelum melakukan advokasi atas satu isu tertentu, maka penting untuk

mengidentifikasikan aspek-aspek penting yang harus diletakkan sebagai pondasi

18
Syafa‟at, Rachmat. (2008). Advokasi dan Pilihan Penyelesaian Sengketa.Malang : Agritek
Yayasan Pembangunan Nasional.
19
Cohen, L. (1995). Quality Function Deployment: How to Make QFD Work For You. Addison
Wesley.

23 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

gerakan. Dengan memahami unsur-unsur pokok advokasi maka diharapkan proses

advokasi bisa bekerja secara lebih sistematis dan efektif. Unsur-unsur tersebut

bisa dilihat dalam skema berikut ini20:

Koalisi
Pengum
pulan Tujuan
Dana

Evaluasi Advokasi Data

Pelaksan Sasaran
aan Advokasi

Pesan

Gambar 1 Unsur-Unsur Pokok Advokasi


Sumber: Diambil dari Sharma, Tahun 2004

 Memilih Tujuan Advokasi

Agar usaha advokasi manjadi berhasil, tujuan umumnya harus dipersempit

sampai pada tujuan advokasi yang didasarkan pada jawaban terhadap

pertanyaan-pertanyaan terkait.

20
Sharma, Ritu R. 2004. Pengantar Advokasi: Panduan dan Latihan. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia

24 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

 Menggunakan Data dan Penelitian untuk Advokasi

Data dan penelitian merupakan hal yang sangat penting untuk membuat

keputusan yang tepat ketika memilih masalah yang akan ditangani,

mengidentifikasi solusi bagi masalah tersebut, dan menentukan tujuan

yang realistis.

 Mengidentifikasikan Sasaran Advokasi

Jika masalah dan tujuannya telah dipilih, usaha advokasi itu harus

diarahkan kepada orang-orang yang memiliki kewenangan untuk

mengambil keputusan dan idealnya, kepada orang yang mempengaruhi

pengambil keputusan itu, seperti staf, penasihat, orang tua-tua yang

berpengaruh, media, dan masyarakat.

 Mengembangkan dan Menyampaikan Pesan Advokasi

Berbagia macam sasaran advokasi memberikan tanggapan terhadap pesan

yang berbeda-beda pula. Misalnya, seorang politikus mungkin tergerak

hatinya kerika ia tahu berapa banyaknya orang di wilayahnya yang

menaruh kepedulian terhadp probel tersebut.

 Membentuk Koalisi

Seringkali kekeuatan advokasi terdapat pada beberapa orang yang

mendukung tujuan umum dari advokasi tersebut. Khususnya di mana

demokrasi dan advokasi merupakan fenomena yang baru, yang

melibatkan sejumlah besar orang yang mewakili kepentingan yang

berbeda-beda itu dapat memberikan jaminan keamanan bagi advokasi

maupun untuk membentuk dukungan politik.

25 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

 Membuat Presentasi yang Persuasif

Kesempatan untuk mempengaruhi sasaran advokasi yang merupakan

tokoh kunci seringkali terbatas. Persiapan yang cermat dan mendalam

untuk membuat argumen meyakinkan dan gaya penyajian mungkin dapat

mengubah kesempatan yang sempit itu menjadi advokasi yang berhasil.

 Mengumpulkan Dana untuk Advokasi

Sebagian besar kegiatan, termasuk advokasi, memerlukan sumber dana.

Usaha untuk melakukan advokasi secara berkelanjutan dalam waktu yang

panjang berarti mennyediakan waktu dan energi dalam mengumpulkan

dana atau sumber daya yang lain untuk mendukung tugas advokasi yang

dijalankan.

 Mengevaluasi Usaha Advokasi

Untuk menjadi pelaksana advokasi yang efektif diperlukan umpan balik

dan evaluasi terus-menerus mengenai usaha advokasi yang dilakukan.

Advokasi juga merupakan langkah untuk merekomendasikan gagasan

kepada orang lain atau dapat juga sebagai sarana menyampaikan suatu isu penting

untuk dapat diperhatikan masyarakat serta mengarahkan perhatian para pembuat

kebijakan untuk mencari penyelesaiannya serta membangun dukungan terhadap

permasalahan yang diperkenalkan dan mengusulkan bagaimana cara penyelesaian

masalah tersebut.Dari bermacam definisi tersebut, sebenarnya memberikan

pemahaman kepada kita bahwa yang pertama, advokasi bisa dilakukan oleh siapa

saja. Advokasi mempunyai sifat yang bebas nilai dan sarat akan kepentingan aktor

dibelakangnya. Sehingga pembacaan advokasi pun tidak berhenti pada taraf

26 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

masalah apa yang diadvokasi, tetapi jauh kepada aktor-aktor siapa saja yang

bermain dan kepentingan apa yang dibawanya. Yang kedua, advokasi mempunyai

banyak sekali fungsi, nilai dan makna pembelaan/pendampigan,

pendidikan/pemberdayaan, atau desakan/tekanan pada sebuah struktur dengan

oorientasi terciptanya perubahan sosial yang lebih baik. Secara lebih detil tujuan

dari advokasi adalah:21

1. Menarik perhatian para pembuat kebijakan terhadap masalah-

masalah yang dihadapi kelompok marginal.

2. Mempengaruh proses pembuatan dan implementasi dari kebijakan-

kebijakan yang ada.

3. Memberi pemahaman kepada publik tantang detail dari berbagai

kebijakan, sistem-sistem yang ada serta skema-skema

kesejahteraan sosial.

4. Meningkatkan keterampilan dan cara pandang individu maupun

kelompok-kelompok sosial agar kebijakan yang diimplementasikan

secara baik dan benar,

5. Menciptakan sistem pemerintahan yang berorientasi pada rakyat.

6. Mendorong tumbuhnya aktivis-aktivis keadilan sosial yang muncul

dan kekuatan masyarakat sipil.

Terlepas dari perdebatan makna advokasi, menurut Valerie Miller dan Jane

Covey, setidaknya advokasi tersusun dari empat konsep, yaitu legitimasi,

21
Pamungkas, Sigit. 2011. Advokasi Berbasis Jejaring. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.Hlm 12.

27 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

kredibilitas, akuntabilitas, dan kekuasaan.22 Keempat unsur dari advokasi tersebut

menjadi modal bagi sebuah gerakan advokasi.

Maka dapat disimpulkan bahwa advokasi merupakan sebuah alat atau cara

untuk terus mengawal kepentingan masyarakat kecil atau kaum marginal dalam

setiap alur kebijakan. Advokasi yang dapat dilakukan individu maupun komunitas

tersebut memiliki tujuan akhir untuk mengubah kebijakan atau mempengaruhi dan

mengubah pemikiran masyarakat atas kaum marginal maupun masyarakat kecil.

2.2 Advokasi Kebijakan Publik

Sesungguhnya masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan

masyarakat merupakan dampak dari hubungan dan tarik-menarik kepentingan

antara tiga aktor/pelaku governance, yakni negara, swasta, dan masyarakat. Ketika

hubungan itu berjalan tidak seimbang, biasanya terjadi karena ada persengkokolan

antara negara dan swasta, maka dapat dipastikan akan lahir kebijakan-kebijakan

korup yang sangat merugikan masyarakat. Ruang lingkup kebijakan publik itu

sendiri meliputi peraturan (rules), regulasi standarisasi, Undang-Undang,

pernyataan, dan Instruksi yang memiliki fungsi sebagai norma umum, standa etika

maupun sanksi.

Dari sinilah muncul advokasi kebijakan publik sebagai bentuk dari

partisipasi masyarakat untuk menuntut hak-haknya sebagai warga negara.

Berbicara mengenai advokasi, sebenarnya tidak ada definisi yang baku seperti

22
Valerie Miller dan Jane Covey. 2005. Pedoman Advokasi: Perencanaan, Tindakan dan Refleksi.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

28 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

pada penjelasan sebelumnya. Inti dari advokasi merupakan tindakan atau aksi

untuk memepengaruhi atau mendukung sesuatu atau seseorang. Advokasi

merupaka upaya untuk mengingatkan dan mendesak negara dan pemerintah untuk

selalu konsisten dan bertanggung jawab melindungi dan mensejahterakan seluruh

warganya. Ini berarti sebuah tanggung jawab para pelaksana advokais untuk ikut

berperan serta dalam menjalankan fungsi governance. Advokasi kebijakan publik

sendiri yaitu tindakan-tindakan yang dirancang untuk merubah kebijakan-

kebijakan pubik tertentu. Kebijakan yang dirubah, mencakup: hukum dan

perundang-undangan, peraturan, putusan pengadilan, keputusan dan peraturan

presiden, platform partai politik, kebijakan-kebijakan institusional lainnya. Secara

lebih spesifik, dalam praksisnya kerja advokasi banyak diarahkan pada sasaran

tembak yaitu kebijakan publik yang dibuat oleh penguasa (eksekutif, legislatif dan

yudikatif) dengan mewajibkan warganya untuk mematuhi peraturan yang telah

dibuat. Setiap kebijakan yang akan disahkan untuk menjadi peraturan perlu dan

harus dikawal serta diawasi agar kebijakan tersebut tidak menimbulkan dampak

negatif bagi warganya. Hal ini dikarenakan pemerintah ataupun penguasa tidak

mungkin mewakili secara luas, sementara kekuasaan cenderung sentralistik dan

selalu memainkan peranan dalam proses kebijakan.23

23
Yusuf Effendi SC, S.HI. Dasar-dasar Advokasi dan Manajemen Aksi. Disampaikan pada sesi
materi Advokasi Manajemen Aksi dalam PKD PMII Komisariat Gadjah Mada di PP Sunan
Pandan Aran, 18-20 April 2008. Diperoleh dari
http;//pmiigadjahmada.wordpress.com/2010/04/14/dasar-dasar-advokasi-dan-manajemen-aksi/
pada 25 April 2017.

29 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

2.3 Strategi Advokasi

Menyusun strategi yang kuat dalam advokasi merupakan inti dari kegiatan

advokasi. Karena itulah strategi sangat penting disusun secara matang dan

diperhitungkan keberhasilannya. Banyak definisi untuk istilah strategi, tetapi

disini dapat dirumuskan secara umum bahwa strategi sebagai rencana tindakan

untuk mempengaruhi kebijakan, program, perilaku dan praktik publik.24 Secara

khusus Hasrul Hanif & Rachmad Gustomy juga mengatakan, bahwa strategi

advokasi adalah mobilisasi segala sumber untuk mewujudkan tujuan advokasi.25

Dalam suatu proses advokasi agenda untuk menyusun strategi adalah hal yang

diperlukan karena dapat memberikan yaitu perencanaan strategi memandu

aktivitas advokasi menjadi lebih terarah, mengoptimalkan potensi positif serta

mendayagunakan peluang dan meminimalisasi resiko dan tantangan dalam proses

advokasi. Ada beberapa teori yang dipaparkan disini mengenai strategi advokasi

sebagai upaya untuk menuju keberhasilan dari advokasi. Pertama, strategi

advokasi menurut Coulby, ia memaparkan bahwa dalam mewujudkan

keberhasilan advokasi setidaknya ada tujuh hal yang harus dilakukan, antara

lain:26

24
ValerieMiller dan Jane Covey.Pedoman advokasi, perencanaan, tindakan, danRefleksi. Jakarta :
Yayasan Obor Indonesia. Hlm 68
25
Hasrul Hanif dan Rachmad Gustomy. „Strategi dan Teknik Advokasi Berbasis Jejaring‟ dalam
Sigit Pamungkas (ed.). Advokasi Berbasis Jejaring Yogyakarta : Research Cenne for Politics and
Government (Polgov). Hal 60.
26
Coulby. 2014. Advokasi Pajak Berkeadilan: Alat Bantu untuk Masyarakat Sipil. Jakarta:
Perkumpulan Prakarsa. (Ed Terjemahan)

30 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

a. Penelitian dan analisis permasalahan

Strategi yang dapat dilaksanakan untuk mencapai keberhasilan

advokasi adalah dengan melakukan penelitian dan analisis terhadap

permasalahan. Pada proses ini diakukan pendalaman atas

permasalahan yang ada untuk memperoleh gambaran yang

menyeluruh mengenai permasalahan yang terjadi. Analisis

terhadap permasalahan ini selnajutnya dapat menjadi bahan untuk

menyusun rekomendasi dalam rencana peyelesaian masalah.

b. Identifikasi solusi dan perubahan yang dibutuhkan

Setelah mengetahui permasalahan yang ada maka hal yang

selanjutnya harus dilakukan adalah identifikasi terjadap solusi dna

perubahan-perubahan apa saja yag dibutuhkan untuk menciptakan

kondisi yang sesuai dengan harapan.

c. Pemetaan kekuatan

Dalam mewujudkan advokasi yang berhasil, penting untuk dapat

melihat peta kekuatan-kekuatan. Hal ini bertujuan untuk

mendukung upaya advokasi agar dapat mencapai tujuannya.

d. Analisis stakeholder

Setalah dapat dipetakan berbagai kekuatan yang ada maka hal

selanjutnya adalah menganalisis peran para stakeholder yang

terlibat dalam advokasi.

e. Mengatur “Issues and process objectives”

f. Memilih metode atau pendekatan yang akan digunakan

31 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Advokasi dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode

atau pendekatan, seperti lobi, reports and briefing, networking,

konfrensi atau seminar, kampanye, menggunakan media, social

marketing melalui aplikasi website,dll. Penggunaan metode atau

pendekatan advokasi ini dipilih berdasarkan kesesuainnya dengan

konteks dan perimbangan efektifitas metode tersebut.

g. Membuat rencana aktivitas dan waktu pelaksanaannya serta

pertanggungjawaban

Strategi selanjutnya yang dapat dilakukan agar advokasi dapat

berhasil mencapai tujuannya adalah dengan membuat time table

yang berisikan aktivitas, waktu pelaksanaan, serta

pertanggungjawabannya. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk

memperjela setiap langkah sehingga aktivitas yang dilakukan

menjadi terarah dan terkendali.

Strategi advokasi untuk melakukan perubahan bisa berupa hukum formal

(litigasi) maupun upaya di luar hukum formal (nonlitigasi). Upaya hukum

(litigasi) menggunakan mekanisme formal institusi hukum dan struktural

administratif yanga ada, baik itu di kepolisian, kejaksaan, maupun peradilan.

Sedangkan upaya di luar hukum, formal (non-litigasi memanfaatkan potensi

kekuatan sosial dan politik yang tersedia, baik yang memiliki hubungan secara

langsung maupun tidak lagsung terhadap advokasi yang dilakukan.27 Sedangkan

27
Hermawanto tentang advokasi dalam Panduan Bantuan Hukum di Indonesia.Jakarta : YLHBI
2009. Hal 476

32 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

menurut Jane Covey bahwa strategi advokasi yang sering digunakan dapat

diklasifikasikan menjadi kategori berikut28:

Tabel 1. Strategi Advokasi Kebijakan Model Jane Covey :

Strategi Taktik Keterampilan


Sumber Sifat-Sifat
Daya Manusia
Pendidikan Rapat-rapat; Riset; analisis Alat tulis; Kesabaran,
media; dan transport; kreativitas,
lokakarya penyebaran akomodasi; presenter yang
informasi; peralatan baik
komunikasi kantor; dan
bahan-
bahan
Kolaborasi Membangu Komunikasi; - Transparansi;
n hubungan; mengorganisas keterbukaan;
jembatan; i kejujuran
kerjasama
dengan
pemerintah
Persuasi Rapat; Mengorganisas Peralatan Kejelasan;
lokakarya; i; komunikasi; kantor; kreativitas;
koalisi; motivasi; akomodasi; visi;
lobi; media; berunding transport kompromi;
demo keterlibatan
Litigasi Menggunak Legislasi; Pengadilan; Adi; jujur;
an komunikasi praktisi tegas; dan jelas
pengadilan hukum
Konfrontasi Demo; rapat Memobilisasi; Pemimpin- Keberanian;
umum; komunikasi; pemimpin pengorbanan;
orasi; dan motivasi; modal; dan komrpomi;
pidato kepemimpinan pembicara keterlibatan
yang baik

Strategi kerjasama atau kolaborasi berarti kelompok boleh jadi bekerjasama

dengan negara untuk menyebarkan inovasi setempat yaang berhasil atau untuk

memperbaiki layanan negara. Strategi pendidikan (edukasi) membina

28
Valerie Miller dan Jane Covey. 2005. Pedoman Advokasi: Perencanaan, Tindakan dan Refleksi.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Hal 67.

33 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

kewaspadaan kritis, memperkuat LSM dan kelompok warganegara, dan juga

memberi informasi, analisis, dan kebijakan alternatif. Strategi persuasi

menggunakan informasi, analisis, dan mobilisasi warga negara untuk

mendesakkan perubahan. Litigasi berarti mempromosikan perubahan dengan

menggunakan sistem peradilan. Strategi kontestasi menggunakan protes untuk

menarik perhatian ke dampak-dampak negatif kebijakan dan memberi tekanan

demi perubahan.

Sedangkan, Flowers dan Goyal mengklasifikasikan strategi advokasi

menjadi lima macam, yaitu29:

a) Strategi Legal

Strategi legal dalam advokasi berkaitan dengan penciptaan sebuah

aturan atau legal yang dapat mendorong sasaran advokasi untuk

mengambil langkah sesuai dengan tujuan advokasi.

b) Strategi Riset

Riset adalah salah satu strategi yang dapat digunakan untuk

mendorong sasaran advokasi agar memiliki empati dan komitmen

terhadap hal yang diadvokasikan. Melalui riset ini fenomena dan

masalah diteliti sehingga sampai pada sebuah gambaran mengenai apa

yang terjadi dan hal yang perlu dilakukan sebagai solusi yang perlu

ditindaklanjuti.

c) Strategi Politik

29
Flowers, Nancy dan Goyal, Rakhee. 2003. Mengembangkan Strategi Advokasi Yang Efektif.
Jakarta: Women‟s Learning Partnership.

34 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Strategi politik juga perlu dilakukan untuk mengefektifkan advokasi

yang dilakukan. Strategi ini berupaya untuk memetakan kekuatan dan

menyatukan kepentingan agar bersinergi menuju apa yang dicita-

citakan.

d) Strategi Negosiasi

Melakukan negosiasi penting dalam melakukan advokasi karena

didalamnya terjadi proses komunikasi, sharing dan tawar menawar

terhadap sasaran advokasi maupun pihak yang berkaitan dengan

advokasi.

e) Strategi Media

Hal lain yang dapat membantu advokasi mencapai tujuannya adalah

dengan menggunakan media. Melalui media tertentu informasi, data,

dan pendapat yang berguna bagi upaya advokasi dapat tersalurkan

pada sasaran advokasi.

Penyusunan strategi advokasi dilakukan dengan mengingat tujuan awal

advokasi itu sendiri yaitu untuk memperjuangkan hak-hak kelompok yang kurang

didengarkan dalam proses penyusunan kebijakan publik. Dua hal inti dari strategi

advokasi adalah mendorong perumusan kebijakan alternatif dan memperkuat

tekanan publik sehingga mempengaruhi proses advokasi tersebut berjalan dengan

sesuai harapan atau tidak.30Valarie Miller dan Jane Covey mengatakan, bahwa

strategi merupakan suatu rencana tindakan untuk mempengaruhi kebijakan,

program, perilaku dan praktek publik. Memperjelas bagaimana proses dan

30
Valerie Miller dan Jane Covey. 2005. Pedoman Advokasi: Perencanaan, Tindakan dan Refleksi.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Hal 67.

35 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

penyusunan strategi advokasi, Valerie dan Covey, menjelaskan bahwa strategi

advokasi harus mendasarkan pada beberapa hal yaitu visi ideal tentang

masyarakat dam analisis permasalahan, isu, stakeholder, dan kekuasaan. Selain itu

strategi harus memiliki tiga unsur penitng, pertama tujuan, sasaran dan target

yang jelas; kedua, taktik yang matang; ketiga, dilaksanakan secara terorganisir

dan sistematis. Penggunaan strategi advokasi berarti menggunakan kekuasaan dan

mengubah hubungan kekuasaan untuk mencapai tujuan itu.31 LSM dan organisasi

akar rumput biasanya menggunakan berbagai macam strategi untuk mengejar dan

memandu pekerjaan advokasi mereka. Strategi ini dapat dikategorikan dengan

berbagai macam cara. Misalnya, strategi seringkali diidentifikasikan dnegan cara

sangat langsung dan terus terang oleh sasarannya, strategi legislatif atau

strategimedia. Strategi dapat pula ditentukan secara lebih komprehensif dalam

rangka jenis tindakan yang dilibatkannya, misalnya pendidikan atau tuntutan

hukum.32

Democrito T. Mendoza33 memberikan gambaran yang hampir sama

dengan Valerie Miller dan Jane Covey mengenai stratgei advokasi. Menurutnya,

ada lima unsur utama yang harus dipertimbangkan dalam advokasi yaitu : 1)

Tujuan jangka panjang, menengah dan jangka pendek. 2) Pertimbangan-

pertimbangan organisasi. 3) Para pemilih, para sekutu, dan lawan. 4) Sasaran

(yang dapat memberikan apa yang diinginkan) 5) Taktik. Uraian strategi utama

31
Valerie Miller dan Jane Covey. 2005. Pedoman Advokasi: Perencanaan, Tindakan dan Refleksi.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.Hal 68.
32
Ibid. Hal 66.
33
Democrito T. Mendoza. 2004. Kampanye dan Cara Melobi. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Hal 29.

36 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

tersebut merupakan kombinasi yang harus diterapkan agar tercapainya tujuan

advokasi. Pemilihan tujuan jangka panjang, menengah dan pendek digunakan

untuk memperjelas apa yang akan dicapai. Prasyarat ini sangat dibutuhan untuk

memperjelas setiap usaha yang dilakukan oleh pekerja advokasi (advokator).

Pertimbangan organisasi digunakan mempekuat organisasi advokai dalam

menerapkan berbagai taktik advokasi. Pemilih, sekutu dan lawan menjadi bagian

penting yang tidak bisa dilewatkan karena mereka adalah aktor-aktor yang akan

dipengaruhi. Menjalankan trik merupakan sutau tindakan praktis, setelah melalui

beberapa tahanpan sebelumnya.

Penyusunan strategi dalam melakukan advokasi berangkat dari asumsi

bahwa sebuah tujuan mustahil tercapai apabila tidak ada upaya untuk

mencapainya, dan kalaupun tercapai tidak lebih darisebuah keberuntungan semata

yang kita tidak tahu kapan itu akan datang. Jadi dapat dikatakan bahwa

melakukan perencanaan strategi sama dengan mengusahakan separuh dari

keberhasilan kegiatan advokasi, begitupun sebaliknya, tanpa melakukan

perencanaan strategi sama dengan merencanakan setengah kegagalan dalam

kegiatan advokasi. Secara spesifik Sigit Pamungkas34 menjelaskan bahwa dalam

proses advokasi, menyusun strategi merupakan hal yang urgen karena

memberikan berbagai manfaat, antara lain:

- Perencanaan strategi memandu aktivitas advokasi lebih terarah

- Mengoptimalkan potensi positif serta mendayagunakan peluang dan

meminimalisasi resiko dan tantangan dalam proses advokasi.

34
Pamungkas, Sigit. 2011. Advokasi Berbasis Jejaring. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

37 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Proses penyusunan strategi sangat perlu dilakukan untuk mencapai

tujuan utama dan keberhasilan advokasi yaitu memperoleh komitmen dan

dukungan dari seluruh lapisan masyarakat terlebih dari para penentu kebijakan

atau pembuat keputusan di segala tingkat. Dapat dikatakan, berhasil atau tidaknya

kegiatan advokasi dipengaruhi oleh kuat atau tidaknya perencanaan strategi yang

dilakukan. Setidaknya ada hal yang perlu diperhatikan untuk mencapai tujuan

tersebut dengan membangun kesadaran publik dan mendorong adanya perubahan

kebijakan itu sendiri.

Dalam kegiatan advokasi, proses penyadaran publik merupakan

aktivitas yang bertujuan untuk mempengaruhi cara pikir masyarakat dan proses

kebijakan. Proses penyadaran piblik ditempuh dengan upaya memberikan

argumen rasional dengan harapan bahwa masyarakat dapat ikut meyakini tujuan

kegiatan advokasi yang dilakukan merupakan respon terhadap masalah sosial.

Strategi ini merupakan langkah untuk mengemas isu secara menarik dan

meyakinkan. Strategi ini berupa kegiatan advokasi yang dapat dilihat secara

langsung dengan tujuan untuk menarik perhatian para pembuat kebijakan dan

masyarakat. Kegiatan ini juga dimaksudan agar masyarakat mendapat informasi

yang lebih jelas dan dapat menilai sendiri tentang isu yag diangkat dalam kegiatan

advokasi.

Strategi untuk membangun kesadaran publik dapat ditempuh melalui

media masa, social media, daa aksi turun ke jalan. Media massa dan social media

memiliki peran penting dalam proses advokasi. Melalui media cetak maupun

media elektronik, permasalahan disajikan baik dalam bentuk lisan, artikel, berita,

38 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

diskusi, penyampaian pendapat, dan sebagainya.Seperti kita ketahui bersama

bahwa media massa mempunyai kemampuan yang kuat untuk membentuk suatu

opini publik (public opinion), yang dapat mempengaruhi bahkan memberikan

tekanan (pressure) terhadap para pembuat kebijakan dan para pengambil

keputusan. Strategi ini juga dapat dilakukan dnegan menggelar aksi di jalanan

sebagai bentuk perlawanan kepadapara pembuat kebijakan. Aksi yang dilakukan

lebih secara aksi damai dalam menyuarakan pendapat dengan tidak melakukan

tindakan provokatif (bakar ban, bersitegang dengan parat pengamanan, bahasa

yang tidak sopan, dll), hal ini dilakukan guna menarik simpati masyarakat bahwa

aksi yang dilakukan adalah murni untk meyuarakan pendapat dan guna megurangi

resiko mendapatkan cap buruk dari pemerinah maupun masyrakat. Aksi ini sangat

membutuhkan kerjasama dengan pihak media massa untuk memberitakan adanya

suatu kegiatan advokasi yang isunya layak untun disoroti. Strategi ini diperlukan

untuk mengangkat dan menyebarluskan isu kepada masyarakat agar isu yang

diangkat dapat menjadi topik perbincangan di masyarakat, pro-kontrayang tercipta

akibat isu yang diangkat akan sangat membantu proses advokasi karena hasil

perdebatan baik dari pihak pendukung maupun dari pihak yang penentang

merupakan bahan pembelajaran penting dalam mempersiapkan strategi ke

depannya.

Strategi advokasi yang dikonsepkan oleh Valerie Miller dan Jane Covey

dan Democrito T. Mendoza tersebut, menurut penulis substansial relatif sama

yaitu suatu rangkaian usaha untuk merubah dan mempengaruhi suatu kebijakan

agar lebih berpihak pada masyarakat. Menyusun strategi yang kuat merupakan

39 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

jantung dari advokasi yang efektif. Beberapa mekanisme tersebut saling

mendukung dan melengkapi sehingga kolaborasi strategi tersebut sangat

dimungkinkan untuk mencapai tujuan advokasi secara maksimal. Dari penjabaran

mengenai strategi advokasi dapat dipahami bahwa advokasi tidak dapat terlepas

dari stretegi yang diharapkan mampu meningkatkan efektfitas advokasi. Terdapat

banyak strategi yang dapat dilakukan seperti yang telah dikemukakan oleh

Coulby.35

Dari pengertian ketiga konsep yakni konsep advokasi, advokasi kebijakan

dan strategi advokasi di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan secara umum. Inti

dari advokasi sendiri merupakan tindakan atau aksi untuk mempengaruhi atau

mendukung sesuatu atau seseorang. Advokasi merupakan upaya tertentu untuk

mengingatkan dan mendesak negara dan pemerintah untuk selalu konsisten dan

bertanggungjawab melindungi dan menyejahterakan seluruh warganya. Ini berarti

sebuah tanggung jawab untuk melindungi dan menyejahterakan seluruh

warganya. Ini juga berarti merupakan sebuah tanggung jawab para pelaksana

advokasi untuk ikut berperan serta dalam menjalankan fungsi governance. Dalam

pemaparan di atas advokasi kebijakan merupakan tindakan yang dirancang untuk

merubah kebijakan-kebijakan publik tertentu yang dirasa tidak pro masyarakat.

Maka dari itu untuk melakukan suatu advokasi diperlukan adanya strategi yang

matang. Meski terdapat berbagai kemungkinan definisi untuk istilah “strategi”,

namun dapat dirumuskan bahwa strategi adalah mobilisasi segala sumber untuk

mewujudkan tujuan yang ingin dicapai. Pelaksanaan strategi advokasi berarti

35
Coulby, H. 2008. Advocacy and Campaigning Course Toolkit. INTRAC.

40 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

menggunakan kekuasaan dan mengubah hubungan kekuasaan untuk mencapai

tujuan tersebut.36Jadi dapat dikatakan bahwa melakukan perencanaan strategi

sama dengan mengusahakan separuh dari keberhasilan kegiatan advokasi,

begitupun sebaliknya, tanpa melakukan perencanaan strategi sama dengan

merencanakan setengah kegagalan dalam kegiatan advokasi. Sedangkan konsep

strategi advokasi memiliki pengertian yakni suatu rencana tindakan untuk

mempengaruhi kebiijakan, program, orang, kelompok atau juga praktek sosial

dalam masyarakat. Selain itu strategi memiliki tiga unsur penting, pertama tujuan,

sasaran dan target yang jelas; kedua, taktik yang matang; ketiga, dilaksanakan

secara terorganisir dan sistematis.

2.4 Kerangka Berpikir

Dalam hal ini peneliti ingin menggambarkan upaya Komunitas People

Like Us-Satu Hati Yogyakarta dalam mengadvokasi hak-hak LGBT di

Yogyakarta melalui advokasi kasus penyerangan pada saat Perayaan Transgender

Day of Remambrance dan advokasi kebijakan Perda No. 1 Tahun 2014. Dalam

penelitian ini strategi advokasi merupakan sebuah mekanisme advokasi yang

dilakukan oleh Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta dalam

mengadvokasi hak-hak k LGBT di Yogyakarta. Adapun strategi advokasi yang

dilakukan oleh Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta dalam

mengadvokasi hak-hak LGBT di Yogyakarta meliputi strategi persuasi, negosiasi

dan litigasi. Adapun output dari advokasi kasus kekerasan maupun advokasi

36
Valerie Miller dan Jane Covey. 2005. Pedoman Advokasi, Perencanaan, Tindakan, dan Refleksi.
Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. Hlm 68.

41 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

kebijakan yang dilakukan oleh Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta

yakni tujuan utama itu sendiri dari masing-masing advokasi. Tujuan utama

Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta dalam melakukan advokasi

yang pertama advokasi kasus kekerasan adalah menuntut keadilan akan

penyelesaian kasus kekerasan terhadap LGBT di kepolisian. Dan yang kedua

dalam mengadvokasi kebijakan Perda No.1 Tahun 2014 tujuan utama dari

Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta adalah dihapuskannya Perda

yang dirasa mendiskriminasi keberadaan LGBT di Yogyakarta tersebut. Tujuan

umum Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta sendiri dalam

mengadvokasi kedua isu tersebut adalah untuk memperjuangkan hak-hak LGBT

di Yogyakarta sebagaimana hak-hak yang dimiliki oleh Warga Negara Indonesia.

Komunitas People Like


Us-Satu Hati Yogyakarta

Unsur-unsur
dasaar advokasi; Strategi
Advokasi: Hak-
 Tujuan hak
Persuasi LGB
 Data Advokasi
Negosiasi T
 Sasaran
Advoka
si Litigasi

 Pesan

 Koalisi Isu Diskriminasi


 Present
asi

 Pengum
pulan
Dana

 Evaluas
i

42 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sifat Penelitian

Rancangan penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis

studi kasus (case study). Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk menguji

hipotesis tertentu tetapi hanya menggambarkan apa adanya suatu variabel, gejala

dan keadaan.37 Pengertian tersebut senada dengan Burhan Burngin, bahwa

penelitian kualitatif tidak bermaksud untuk menggambarkan karakteristik populasi

atau menarik generalisasi kesimpulan yang berlaku bagi suatu populasi,

melainkan lebih terfokus pada representasi terhadap fenomena sosial. 38 Tujuan

kualitatif yaitu untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis,

faktual dan akurat, sifat-sifat serta hubungan diantara fenomena yang diselidiki.

Studi kasus (case study) adalah bentuk penelitian yang mendalam tentang

suatu aspek lingkungan sosial termasuk manusia di dalamnya, yakni

memperhatikan keadaan sekarang, pengalamannya masa lampau, latar belakang

dan lingkungannya.39 Selain itu, studi kasus bermaksud untuk mempelajari secara

intensif tentang latar belakang, keadaan, dan posisi saat ini, serta interaksi

lingkungan unit sosial tertentu yang bersifat apa adanya (given). 40 Hal senada juga

diungkapkan oleh Robert K. Yin, bahwa studi kasus (case study)memungkinkan

37
Suharsi, Arikunto. 1999. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT Renika
Cipta. Hal 234.
38
Burhan, Bungin. 2003. Metode Penelitian Kualitatif.Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Hal 52.
39
Consuelo G. Sevilla, dkk. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta : UI-Press. Hal 71.
40
Sudarman, Danim. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung : CV Pustaka Setia. Hal 55.

43 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

peneliti untuk mempertahankan karakteristik holistik siklus kehidupan seseorang,

proses-proses organisasional dan manajerial, perubahan lingkungan sosial dan lain

sebagainya.41

Adapun alasan menggunakan metode kualitatif yaitu, pertama untuk

memperoleh tingkat deskripsi dan analisis mendalam mengenai fokus penelitian

dalam hal ini strategi advokasi Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta

dalam mengadvokasi hak-hak kaum serta komunitas LGBT di Yogyakarta dalam

berbagai kasus diskriminasi yang terjadi. Dengan menggunakan metode kualitatif,

peneliti dapat mengeksplorasi data sebanyak-banyaknya dari subjek peneliti.

Kedua, kerja advokasi yang dilakuakan oleh Komunitas People Like Us-Satu Hati

Yogyakarta merupakan suatu kerja advokasi yang berhasil mendapatkan

pencapaian-pencapaian tertentu yang dirasakan hasilnya langsung oleh LGBT di

Yogyakarta, sehingga penelitiannya akan lebih tepat melihat pada strategi-strategi

yang dilakukan oleh komunitas tersebut, baru kemudian melihat dan

mengevaluasi hasilnya. Studi kasus yang akan digunakan dalam penelitian ini

salah satunya adalah kasus penyerangan pada saat Perayaan Transgender Day of

Remambrance terhadap LGBT di Yogyakarta yang mana Komunitas People Like

Us-Satu Hati Yogyakarta melakukan berbagai upaya dalam mengadvokasi kasus

tersebut agar ditangani secara adil oleh pihak kepolisian. Serta advokasi kebijakan

Perda No. 1 Tahun 2014 yang mana Komunitas People Like Us-Satu Hati

Yogyakarta juga berhasil mempengaruhi kinerja dari Satpol PP yang melakukan

kerja berkaitan dengan Perda tersebut.


41
Robert K. Yin. 2002. Studi Kasus Desain dan Metode.Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Hlm
4.

44 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Berdasarkan alasan tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk

membuat sebuah deskripsi atau gambaran yang sistematis, aktual dan akurat

tentang srategi advokasi yang dilakukan oleh Komunitas People Like Us-Satu

Hati Yogyakarta dalam mengadvokasi hak-hak kaum serta komunitas LGBT

yang ada di Yogyakarta dalam berbagai kasus diskriminasi yang terjadi.

3.2 Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan

sebagai instrumen aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan.

Sedangkan instrumen pengumpulan data yang lain selain manusia adalah berbagai

bentuk alat-alat bantu data berupa dokumen-dokumen lainnya yang dapat

digunakan untuk menunjang keabsahan hasil penelitian, namun berfungsi sebagai

instrumen pendukung. Oleh karena itu kehadiran peneliti secara langsung di

lapangan sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang diteliti,

sehingga peneliti terlibat langsung dan aktif dengan informan dan atau sumber

data lainnya.

3.3Lokasi Penelitian

Lokasi atau setting penelitian ini secara spesifik akan dilaksanakan di

markas Komunitas LGBT People Like Us - Satu Hati Yogyakarta di Jalan Nagan

Lor No. 25 Yogyakarta.

45 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

3.4 Sumber Data dan Teknik Pegumpulan Data

Sumber data penelitian ini diperoleh dari data primer yang diperoleh langsung

dari informan kunci (key informan) dan data sekunder.

a. Data primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan

informan terkait maupun interaksi peneliti kepada aktor-aktor atau key

person yang terlibat langsung dalam kerja advokasi yang dilakukan oleh

Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta. Data primer diperoleh

melalui key informan secara langsung, meliputi beberapa pengurus

komunitas yang terdiri dari Ketua Komunitas People Like Us-Satu Hati

Yogyakarta, Koordinator Divisi Pengorganisasian, Koordinator Divisi

Litbang hingga anggota-anggota dari Komunitas People Like Us-Satu Hati

Yogyakarta.

Untuk mendapatkan data lebih detailnya mengenai proses advokasi

yang dilakukan oleh Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta

serta strategi advokasi yang mereka gunakan untuk kinerja advokasi itu

sendiri, peneliti melakukan wawancara secara mendalam kepada Ketua

Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta, yakni Mario Pratama.

Wawancara dilakukan secara mendalam dan semi tersruktur berdasar pada

pedoman wawancara yang telah disusun oleh penulis. Pedoman

wawancara yang telah disusun oleh penulis terdapat dua bagian, yang

pertama merupakan pedoman wawancara yang khusus ditujukan untuk

Ketua Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta, yang berisi

46 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

pertanyaan mengenai kinerja advokasi secara lebih detail dari komunitas

tersebut. Sementara pada baian kedua berisikan pedoman wawancara yang

berhubungan dengan pertanyaan mengenai kinerja Komunitas People Like

Us-Satu Hati Yogyakarta secara umum berdasarkan tugas dan fungsi dari

masing-masing anggota komunitas. Data yang diperoleh baik itu mengenai

proses advokasi hingga strategi advokasi yang digunakan oleh Komunitas

People Like Us-Satu Hati Yogyakarta kemudian oleh penulis diolah ke

dalam bentuk pembahasan.

Untuk data mengenai keanggotaan atau pengorganisasian dari

Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta maupun data/dokumen

mengenai sejarah terbentuknya komunitas tersebut, penulis melakukan

wawancara secara mendalam dan semi terstruktur berdasar pada pedoman

wawancara kepada Koordinator Divisi Litbang dan Koordinator Divisi

Pengorganisasian Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta. Data

yang diperoleh dari hasil wawancara kedua key informan tersebut

kemudian oleh penulis diolah untuk dijadikan pemaparan mengenai profil

dam kinerja secara umum dari masing-masing anggota maupun divisi

Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta hingga informasi

mendalam mengenai komunitas tersebut.

b. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh tidak dengan cara langsung

dari informan. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dengan cara

melakukan studi pustaka/literatur yang didapatkan peneliti dari situs-situs

47 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

berita resmi online, buku, jurnal, sertadokumen-dokumenyang

berhubungan dengan proses kerja advokasi yang akan diperoleh dari

Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta sendiri. Hal ini

dilakukan agar dapat memperkuat dan mendukung data primer itu sendiri.

Sedangkan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

teknik wawancara mendalam (in depth interview). Wawancara mendalam adalah

suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap

muka dengan key informan agar mendapatkan data yang lengkap dan mendalam.

Key informan tentunya yang terlibat langsung dalam keberlangsungan advokasi

yang dilakukan oleh Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta.

Wawancara mendalam dilakukan dengan cara tanya jawab melalui tatap muka

dengan key informan yang telah ditentukan (purpose). Dalam melakukan

wawancara, peneliti mengendalikan diri terhadap informan, sehingga tidak

menyimpang jauh dari pokok permasalahan, serta tidak memberikan penilaian

mengenai benar atau salahnya pendapat atau opini dari key informan. Maka dari

itu, wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara (interview

guide) secara semi berstruktur dan terbuka. Penggunaan merode ini didasarkan

pada dua alasan: pertama, dengan wawancara, peneliti dapat menggali tidak saja

apa yang diketahui dan dialami subjek yang diteliti, tetapi juga makna potensial

apa yang melandasi respon terhadap strategi advokasi yang diterapkan oleh

Komunitas People Like Us-Satu Hati dan sejauh mana keberhasilan dari strategi

yang telah digunakan komunitas tersebut. Kedua, apa yang ditanyakan kepada

48 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

informan bisa mencakup hal-hal yang bersfat lintas waktu, yang berkaitan dengan

masa lampau, masa sekarang, dan juga masa mendatang.

Secara lebih rinci akan dijelaskan pada tabel dibawah:

Tabel 2. Data yang Ingin Diperoleh

No Aspek yang Sumber Data Teknik Bentuk/Jenis


diteliti (Informan) Pengumpula Data
n
1. Pengorganisasi -Ketua Komunitas Wawancara -Dokumen atau
an Komunitas PLUSH kronologi
-Anggota pembentukan
Komunitas komunitas
PLUSH -Tugas dan fungsi
-Koor Divisi masing-masing
Litbang PLUSH anggota
- Koor Divisi komunitas
Pengorganisasian -Laporan
PLUSH pertanggungjawa-
ban pelaksanaan
kegiatan advokasi
komunitas
-Informasi
mengenai
gambaran
pelaksanaan
koordinasi
advokasidi dalam
komunitas.
-Dan lain-lain
mengenai
dokumen strategis
atau informasi
yang relevan

2. Konten -Ketua Komunitas Wawancara -Informasi


Advokasi PLUSH mengenai waktu

49 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Lanjutan Tabel 2.

No. Aspek yang Sumber Data Teknik Bentuk/Jenis Data


diteliti (Informan) Pengumpu
lan
-Koor Divisi dan jadwal kegiatan
Advokasi -informasi mengenai
Komunitas metode
PLUSH
pembelajaran sebelum
melakukan advokasi
-Dan lain-lain
dokumen strategis dan
informasi relevan.

3. Strategi -Ketua Wawancara -informasi mengenai


Advokasi Komunitas strategi advokasi
PLUSH litigasi, negosiasi dan
-Koor Divisi persuasi yang
Litbang digunakan komunitas
dalam mengadvokasi
hak-hak kelompok
LGBT di Yogyakarta
melalui advokasi
kasus dan advokasi
kebijakan.
-Dan lain-lain
dokumen strategis
atau informasi yang
relevan.
4. Keberhasilan -Ketua Wawancara -dokumen yang
Advokasi Komunitas berhubungan dengan
PLUSH advokasi yang telah
dilakukan komunitas.
-dampak dari advokasi
yang telah dilakukan
oleh komunitas.
-Dan lain-lain
dokumen strategis
atau informasi yang
relevan.

50 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

3.5 Teknik Analisis Data

Proses analisis data dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis

data kualitatif. Dalam menganalisa penelitian kualitatif terdapat beberapa tahapan-

tahapan dalam penelitian ini, diantaranya:

1. Pengumpulan seluruh data

Data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi diolah

kedalam transkrip. Selain data yang diperoleh dari wawancara, data

sekunder juga dikumpulkan sesuai dengan fokus penelitian. Data yang

terkumpul drai berbagai informan dikumpulkan dan diorganisir sesuai

dengan kategori yang telah ditentukan agar memudahkan dalam

penelitian data. Data diorgaisir berdasarkan sumber atau informan dan

tanggal pengambilan data.

2. Pemilihan data

Seluruh data dan dokumen yang diperoleh tidak harus

digunakan secara keseluruhan. Hanya data-data yang sesuai dengan

fokus penelitian dan merujuk kepada jawaban dari rumsan masalah

yang akan digunakan peneliti untuk menganalisis permasalahan.

3. Penyajian dan interpretasi data

Informasi yang diperoleh dari lapangan disajikan secara

sistematis dan rinci dalam laporan penelitian. Data atau informasi

tidak hanya disajikan, namun juga diinterpretasikan secara lebih

mendalam dan mendetail untuk menemukan makna yang terkandung

didalamnya

51 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

4. Penarikan kesimpulan

Tahap terakhir adalah penarikan kesimpulan. Dalam tahap ini, peneliti

telah menemukan jawaban atas rumusan masalah berdasarkan pada

penelitian lapangan yang dilakukan. Kesimpulan disajikan secara

sistematis dan tetap pada alur utama peneilitian.

52 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB IV

FENOMENA LGBT DAN KEMUNCULAN KOMUNITAS PEOPLE LIKE

US-SATU HATI YOGYAKARTA

Pengantar

LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) sering dipahami

sebagai sebuah gaya hidup yang menyimpang dari segala sisi, baik dari sisi agama

atau budaya, khususnya di Indonesia. Ketidaktahuan masyarakat umum tentang

SOGIE (Sexual Orientation, Gender Identitiy and Expression) membawa

pemahaman yang salah mengenai LGBT.Pemahaman seperti ini berdampak pada

cara pandang masyarakat umum Indonesia terhadap kelompok LGBT itu sendiri.

Pandangan bahwa kelompok LGBT merupakan gaya hidup menyimpang yang

tidak lazim terjadi berimbas pada munculnya isu-isu diskriminasi pada kelompok

LGBT.

Memperbincangkan LGBT tidak dapat dilepaskan dari pembahasan

tentang seksualitas karena hal tersebut yang menyebabkan adanya diskriminasi

dan kekerasan yang dialami oleh kalangan LGBT. Seksualitas yang dimaksud

disini memiliki makna yang luas yaitu sebuah aspek kehidupan menyeluruh

meliputi konsep tentang seks (jenis kelamin), gender, orientasi seksual dan

identitas gender, identitas seksual, erotism, kesenangan, keintiman dan

reproduksi. Seksualitas dialami dan diekspresikan alam pikiran, fantasi, hasrat,

kepercayaan/nilai-nilai, tingkah laku, kebiasaan, peran dan hubungan. Namun

demikian, tidak semua aspek dalam seksualitas selalu dialami atau diekspresikan.

53 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Seksualitas dipengaruhi oleh interaksi faktor-faktor biologis, psikologis, sosial,

ekonomi, politik, sejarah, agama dan spiritual (Definisi WHO dalam Ardhanary

Institute dan HIVOS). Pada dasarnya, terdapat dua pandangan tentang seksualitas

yang saling berseberangan, yaitu kelompok yang mendasarkan pemikiran tentang

seksualitas pada aliran esensialism, dan kelompok yang lain pada social

constructionism.

Kelompok esensialism meyakini bahwa jenis kelamin, orientasi seksual,

dan identitas seksual sebagai hal yang bersifat terberi dan natural sehingga tidak

dapat mengalami perubahan. Kelompok ini berpandangan bahwa jenis kelamin

hanya terdiri dari 2 jenis yaitu laki-laki dan perempuan; orientasi seksual hanya

heteroseksual; dan identitas gender harus selaras dengan jenis kelamin

(perempuan-feminin; laki-laki-maskulin) menyebabkan kelompok yang berada di

luar mainstream tersebut dianggap sebagai abnormal.

Sebaliknya, dalam pandangan social contructionism, bukan hanya gender,

namun juga seks/jenis kelamin, orientasi seksual maupun identitas gender adalah

hasil konstruksi sosial. Sebagai sebuah konstruksi sosial, seksualitas bersifat cair,

dan merupakan suatu kontinum sehingga jenis kelamin tidak hanya terdiri dari

laki-laki dan perempuan namun juga intersex dan transgender/transeksual,

orientais seksual tidak hanya heteroseksual namun juga homoseksual dan

biseksual. Perbedaan dua sudut pandang tentang seksualitas tersebut dapat dirinci

sebagai berikut:

54 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Esensialism Social Constructionism

Seks Laki-laki dan Laki-laki, perempuan,

perempuan interseks, transgender

Gender Feminin, Feminin, maskulin,

maskulin androgynous, undifferentiated

Orientasi Seksual Heteroseksual Heteroseksual, homosekual,

biseksual

Pandangan umum yang diterima di Indonesia adalah pandangan pertama,

yang meyakini bahwa seksualitas bersifat terberi sehingga tidak dapat diubah.

Pandangan tersebut mendapatkan legitimasi dari ajaran agama maupun budaya

sehingga kelompok orang yang seksualitasnya tidak sejalan dengan konsep

tersebut (kelompok LGBT) dianggap sebagai abnormal, mendapatkan perlakuan

buruk baik dalam bentuk diskriminasi maupun kekerasan fisik dan psikis.

Hal ini yang turut menggerakkan terbentuknya Komunitas People Like Us-

Satu Hati Yogyakarta selain dengan nilai dasar mereka untuk menjunjung tinggi

nilai kesetaraan serta lebih melindungi hak-hak kaum LGBT khususnya yang

berada di Yogyakarta. Dengan nilai-nilai dasar komunitas untuk memperjuangkan

hak-hak dari kelompok LGBT di Yogyakarta, terbentuknya Komunitas People

Like Us-Satu Hati Yogyakarta menangkap isu diskriminasi terhadap kelompok

LGBT khususnya yang berada di Yogyakarta yang telah merenggut hak-hak

mereka, serta mengadvokasi isu tersebut. Adapun advokasi yang dilakukan dalam

upaya untuk menggerakkan hati dan mata masyarakat luas agar lebih menghargai

55 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

hak-hak dari kelompok LGBT serta mempengaruhi sasaran advokasi yang terkait

dengan isu advokasi yang diangkat.

Pada bab ini akan menjelaskan berbagai hal terkait dengan fenomena

LGBT serta isu diskriminasi terhadap kelompok LGBT dan Komunitas People

Like Us-Satu Hati Yogyakarta itu sendiri. Pertama, gambaran mengenai

kelompok LGBT yang berada di Yogyakarta dan berbagai isu diskriminasi yang

membingkainya. Yang kedua, Komunitas People Like Us-Satu Hati yang muncul

dengan nilai-nilai baru mereka yang mana lebih berfokus pada perlndungani hak-

hak kelompok LGBT di Yogyakarta melalui berbagai bentuk advokasi yang

dilakukan.

4.1 Kelompok LGBT di Yogyakarta

Sebagai gambaran umum tentang hak asasi manusia (HAM) LGBT di

Indonesia, hukum nasional dalam arti luas tidak memberi dukungan bagi

kelompok LGBT walaupun homoseksualitas sendiri tidak ditetapkan sebagai

tindak pidana. Baik perkawinan maupun adopsi oleh orang LGBT tidak

diperkenankan. Tidak ada undang-undang anti-diskriminasi yang secara tegas

berkaitan dengan orientasi seksual atau identitas gender. Hukum Indonesia hanya

mengakui keberadaan gender laki-laki dan perempuan saja, sehingga orang

transgender yang tidak memilih untuk menjalani operasi perubahan kelamin,

dapat mengalami masalah dalam pengurusan dokumen identitas dan hal lain yang

terkait. Sejumlah Perda melarang homoseksualitas sebagai tindak pidana karena

56 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

dipandang sebagai perbuatan yang tidak bermoral, meskipun empat dari lima

Perda yang terkait tidak secara tegas mengatur hukumannya. 42

Kebijakan yang terkait dengan hak-hak LGBT cukup bervariasi, dengan

adanya sejumlah komisi nasional yang mengakui dan memberikan dukungan bagi

kelompok LGBT, serta mengungkapkan dukungan resmi bagi kelompok LGBT

karena wabah HIV. Namun secara umum pihak kepolisian gagal melindungi

kelompok LGBT dari berbagai serangan oleh para aktivis Islamis garis keras dan

preman. Sementara orang LGBT yang tergolong gelandangan karena berkeliaran

di tempat umum dapat menjadi korban perlakuan semena-mena dan pemerasan

yang dilakukan oleh petugas pemerintahan.

Pandangan umum yang diterima di Indonesia yakni meyakini bahwa

seksualitas bersifat terberi sehingga tidak dapat diubah. Pandangan tersebut

mendapatkan legitimasi dari ajaran agama maupun budaya sehingga kelompok

orang yang seksualitasnya tidak sejalan dengan konsep tersebut (kelompok

LGBT) dianggap sebagai abnormal, mendapatkan perlakuan buruk baik dalam

bentuk diskriminasi maupun kekerasan. Hal ini yang dialami oleh kelompok

LGBT khususnya yang berada di Yogykarta. Seperti yang dilansir dalam sebuah

situs berita online, “Arus Pelangi, sebuah lembaga swadaya masyarakat yang

membela hak-hak kaum lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT),

menemukan bahwa nyaris 90% kaum LGBT di Jakarta, Yogyakarta, dan

Makassar mengalami kekerasan dan diskriminasi. Temuan tersebut diungkapkan

42
Oetomo, Dede & Khanis Suvianita. 2000. Hidup sebagai LGBT di Asia: Laporan Nasional
Indonesia. Jakarta: UNDP.

57 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Ketua Arus Pelangi, Yuli Rustinawati, dalam diskusi laporan Badan Perserikatan

Bangsa Bangsa yang menangani pembangunan (UNDP) tentang kondisi LGBT di

Indonesia. "Dalam penelitian kami, terdapat 89,3% kaum LGBT di Jakarta,

Yogyakarta, dan Makassar pernah mendapat perlakuan kekerasan

dandiskriminasi. Tindak kekerasan kami kategorikan menjadi lima bagian, yakni

aspek fisik, psikis, seksual, ekonomi, dan budaya," kata Yuli.43

Perlakuan diskriminasi dan intoleransi terhadap kelompok LGBT di

Yogyakarta seakan bertambah parah dalam beberapa waktu belakangan ini.

Seperti terjadinya kasus penyerangan dan pemukulan terhadap beberapa anggota

komunitas LGBT saat momen perayaan Transgender Day of Remembrance di

Tugu Yogyakarta, November 2014 lalu seperti yang dilansir oleh situs berita

resmi online dalam sebuah artikel yang berjudul “Diserang Kelompok Tak

Dikenal, LGBT Yogya Lapor ke Polda” yang menyatakan bahwa Komunitas

LGBT diserang kelompok orang tak dikenal, Kamis (20/11) malam. Penyerangan

terjadi saat mereka melakukan aksi peringatan Transgender Day of Remembrance

di Tugu Yogyakarta.”44

Dalam kasus lain seperti teror dan ancaman terhadap aksi masa yang pro

akan LGBT yang hendak menggelar aksi toleran LGBT di Tugu Jogja pada

Februari 2016 lalu. Seperti yang dilansir dalam sebuah artikel yang berjudul

“Peserta Aksi LGBT di Yogyakarta Diteror Ancaman” yang menyatakan bahwa


43
BBC News. (2014, 14 Agustus). Kaum LGBT Indonesia Alami Diskriminasi. Dikutip dari situs
berita resmi online BBC News :
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2014/08/140814_lgtb_indonesia.
44
Kresna. (2014, 21 November). Diserang Kelompok Tak Dikenal, LGBT Yogya Lapor ke Polda.
Dikutip dari situs resmi Merdeka News :https://www.merdeka.com/peristiwa/diserang-kelompok-
tak-dikenal-lgbt-yogya-lapor-ke-polda.html.

58 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

ratusan aktivis pro-demokrasi Yogyakarta mendapat ancaman dari kelompok

intoleransi ketika mereka berunjuk rasa secara damai pada Selasa, 23 Februari

2016. Ancaman sudah ada sebelum aksi dimulai hingga demonstrasi

berlangsung45.

Kondisi akan tekanan terhadap LGBT di Yogyakarta yang semakin

memanas beberapa tahun terakhir ini juga telah memberikan rasa tidak aman

terhadap kelompok LGBT di Yogyakarta. Kelompok LGBT tidak hanya

mendapatkan kekerasan fisik namun juga psikis seperti kerap mendapatkan

ancaman teror ketika hendak mengadakan event tertentu yang berhubungan

dengan LGBT serta cemoohan yang menjatuhkan. Penolakan terhadap kelompok

LGBT di Yogyakarta kian ramai menjadi perbincangan kembali sejak awal tahun

2016 terlebih ketika Februari lalu terjadi aksi massa yang pro dan kontra terhadap

fenomena LGBT di Yogyakarta. Padahal pada Februari 2016 lalu pemerintah

Yogyakarta juga telah mengeluarkan Prinsip-prinsip Yogyakarta dan berisi

Penerapan Hukum Internasional Hak Asasi Manusia dalam Hubungannya dengan

Orientasi Seksual dan Identitas Gender. Prinsip Yogyakarta ini merupakan

panduan universal untuk menerapkan hukum hak asasi manusia internasional

untuk pelanggaran yang dialami oleh kelompok seksual minoritas46. Walaupun

demikian, prinsip tersebut tidak diwujudkan melalui program-program khusus dan

45
Erlangga, Pius. (2016, 31 Oktober). Peserta Aksi LGBT di Yogyakarta Diteror Ancaman.Dikutip
dari situs resmi Tempo News :
https://nasional.tempo.co/read/news/2016/02/24/058747700/peserta-aksi-lgbt-di-yogyakarta-
diteror-ancaman.
46
Kabar LGBT News. (2016, 21 Februari). Apa itu HAM dan Prinsip-Prinsip Yogyakarta yang
Berkaitan dengan Orientasi Seksual dan Identitas Gender. Dikutip dari situs resmi Kabar LGBT
News : https://kabarlgbt.org/2016/02/21/apa-itu-ham-dan-prinsip-prinsip-yogyakarta-yang-
berkaitan-dengan-orientasi-seksual-dan-identitas-gender/.

59 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

tidak dapat dirasakan hasilnya secara langsung oleh kelompok LGBT di

Yogyakarta. Realita yang terjadi di Yogyakarta ini tentu saja tidak membuat para

aktivis dan simpatisan LGBT berdiam diri dan membiarkan ketidakadilan yang

diterima oleh kelompok LGBT semakin bertambah.

Isu mengenai diskriminasi dan intoleransi terhadap kelompok LGBT di

Yogyakarta inilah yang kemudian ditangkap oleh Komunitas People Like Us-Satu

Hati Yogyakarta. Melalui edukasi berupa seminar-seminar maupun pelatihan

SOGIE yang kerap diadakan oleh komunitas dan melalui kampanye publik

maupun digital serta membantu menangani penyelesaian masalah kekerasan

terhadap LGBT, Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta memberikan

pandangan baru terhadap masyarakat luas bahwa kelompok LGBT di Yogyakarta

memiliki hak yang sama dengan warga negara Indonsia lainnya dan juga mampu

berkarya dengan baik serta bermanfaat di tengah masyarakat.

4.2 Komunitas People Like Us-Satu Hati sebagai Pelaku dan Penyedia Ruang

Advokasi Kelompok LGBT di Yogyakarta

Berbagai permasalahan dan isu diskriminasi yang dialami oleh kelompok

LGBT di Yogyakarta yang menjadikan mereka kaum minoritas yang merasa tidak

berhak untuk dilindungi dan mendapatkan hak-hak dasar sebagai warga negara

Indonesia telah menjadi perhatian khusus dari Komunitas People Like Us-Satu

Hati Yogyakarta yang concern akan perlindungan hak-hak kelompok LGBT di

Yogyakarta. Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta melakukan kerja-

kerja di bidang advokasi dan hak asasi manusia khususnya LGBT ini tidak hanya

60 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

melakukan advokasi tetapi juga bermaksud untuk menyuarakan hak-hak yang

sudah seharusnya dimiliki oleh kelompok LGBT yang juga merupakan warga

negara Indonesia. Advokasi yang dilakukan oleh komnunitas ini cukup beragam

mulai pelatihan SOGIE, diskusi rutin, penanganan dan pengawalan kasus,

advokasi kebijakan yang bertujuan untuk membangun pemikiran yang lebih

terbuka terhadap kaum LGBT sehingga pada akhirnya menghargai hak-hak dari

kaum LGBT dengan tidak melakukan diskriminasi secara khusus.

Pada awalnya Komunitas People Like Us-Satu Hati ini bernama Pelangi

Jogja yang juga berpusat pula di Jakarta. Komunitas Pelangi Jogja telah

melakukan kerja-kerja pada isu-isu LGBT yang resmi terbentuk pada 15 Juli 2002

di Yogyakarta. Namun Pelangi Jogja sempat terhenti kegiatannya karena

kesibukan dari masing-masing pengurusnya. Dalam masa vakum tersebut,

beberapa komunitas gay di Yogyakarta yang juga diikuti oleh beberapa anggota

Pelangi Jogja tetap secara rutin mengadakan diskusi-diskusi kecil non formal

dengan mengangkat topik-topik LGBT dan pelanggaran HAM kaum LGBT

Yogyakarta. Dari diskusi-diskusi kecil ini akhirnya memunculkan keinginan dari

para anggota untuk melanjutkan kerja-kerja LGBT yang sudah dilakukan oleh

Pelangi Jogja terdahulu untuk tetap melindungi kaum LGBT dan membantu kaum

LGBT dan memperjuangkan hak-hak mereka. Akhirnya dengan kesepakatan yang

dicapai mereka memutuskan untuk menghidupkan kembali komunitas yang

merupakan kelanjutan dari Pelangi Jogja dengan nama baru yakni Komunitas

People Like Us - Satu Hati (PLUSH). Komunitas People Like Us - Satu Hati

Yogyakarta ini resmi berdiri di Yogyakarta pada tanggal 10 Desember 2006.

61 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Komunitas PLUSH ini juga resmi mendapatkan akta notaris sebagai organisasi

berbasis komunitas pada 31 Maret 200847.

“.... Jadi pada awalnya komunitas ini memang bernama Pelangi Jogja, yang
mana tujuan dari komunitas ini adalah mengadvokasi kebijakan dan kasus-
kasus yang mendiskriminasi LGBT di Yogyakarta. Kalau komunitas Pelangi
Jogja sendiri sudah lama sekali terbentuk untuk yang pertama yakni di tahun
2002, tapi setelah jalan beberapa tahun Pelangi Jogja sempat vakum karena
kesibukan anggotanya. Pada waktu itu pengurus dan anggotanya belum
sebanyak dan seaktif sekarang, masih bekerja di bawah arahan komunitas
pusat. Tapi setelah beberapa tahun seperti yanga da di website lama, banyak
kawan-kawan gay yang kemudian masih kumpul-kumpul dan memutuskan
untuk „melahir kembali‟ Pelangi Jogja dengan nama baru yakni People Like
Us-Satu Hati yang mana terdapat berbagai perombakan di dalamnya,
termasuk anggota, struktur kepengurusan, visi misi, hingga persyaratan
khusus bagi anggota komunitas.” 48

Belajar dari pengalaman komunitas terdahulu yakni Pelangi Jogja,

akhirnya seluruh anggota Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta

Yogyakarta menyepakati suatu keputusan bersama bahwa komunitas ini akan

lebih melakukan kerja-kerja di bidang advokasi dan perjuangan hak asasi manusia

(HAM) bagi kelompok LGBT. Alasan utamanya adalah karena masyarakat masih

mempunyai pandangan yang sangat negatif terhadap keberadaan dan aktivitas dari

komunitas LGBT dan negara yang belum mengakui keberadaan dari komunitas

LGBT sendiri. Adapun struktur organisasi dari Komunitas People Like Us-Satu

Hati Yogyakarta adalah:

47
People Like Us-Satu Hati. 2014. Sejarag PLUSH. Dikutip dari website resmi Komunitas People
Like Us-Satu Hati Yogyakarta.
48
Hasil wawancara dengan Renat, pada 4 April 2017.

62 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Bagan 1. Struktur Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta

Musyawarah
Anggota

Badan Badan
Pengurus Pengawas

Ketua

Sekretaris Bendahara Koor Divisi Koor Divisi

Sumber: (Renat, wawancara pada 9 April 2017), diolah.

Struktur kepengurusan Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta

secara sederhana seperti bagan di atas. Kepengurusan yang tertinggi adalah

musyawarah anggota dan kemudian di bawahnya terdapat Badan Pengurus dan

Badan Pengawas. Musyawarah anggota memiliki kedudukan yang paling tinggi

karena keputusan-keputusan tertinggi komunitas sendiri ditentukan pada saat

musyawarah anggota. Di dalam musyawarah anggota terdapat pemilihan Badan

Pengurus yakni ketuanya saja dan memilih seluruh anggota dari Badan

63 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Pengawas.Badan Pengurus bertugas melakukan kerja komunitas sehari-hari

sementara Badan Pengawas bertugas untuk mengawasi jalannya kerja-kerja dari

organisasi atau Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta sendiri. Badan

Pengurus sendiri berisikan tiga orang, yakni Ketua, Sekretaris dan Bendahara.

Namun untuk menjalankan kinerja-kinerja komunitas tidak cukup hanya

dijalankan oleh 3 orang pengurus, maka dari itu Ketua disini memiliki wewenang

untuk merekrut staf-stafnya. Staf-staf tersebut yang kemudian dibentuk menjadi

divisi-divisi di dalam komunitas, yang mana bertanggung jawab langsung kepada

Ketua. Di dalam struktur kepengurusanKomunitas People Like Us-Satu Hati

Yogyakarta, divisi dibentuk secara fleksibel dan disesuaikan dengan kebutuhan

komunitas pada saat itu. Jumlah staf dari masing-masing divisi tersebut tidak

ditentukan jumlahnya, hanya sesuai dengan kebutuhan. Dalam membantu kinerja

dari setiap divisi, koordinator divisi memiliki hak untuk merekrut volunteer yang

tentunya sudah memiliki visi dan misi yang sama denganKomunitas People Like

Us-Satu Hati Yogyakarta. Untuk saat ini Komunitas People Like Us-Satu Hati

Yogyakarta memiliki Divisi Litbang dan Divisi Pengorganisasian, yang mana

sebelumnya masih terdapat Divisi Media Campaign dan Divisi Konselling.

Walaupun divisi tersebut sudah dihapus, namun kinerja dari kedua divisi tersebut

masih dijalankan oleh Badan Pengurus.

“..untuk kepengurusan PLUSH yang tertinggi itu ada di musyawarah


anggota karena di musyawarah anggota itu keputusan-keputusan
penting dibuat. Terus dibawahnya terdapat Badan Pengurus dan Badan
Pengawas yang berdiri setara. Badan pengurus sendiri berisikan 3
anggota saja sebenarnya yakni ketua sekretaris dan bendahara, tapi kan
dalam melakukan kerja-kerja ngga cukup hanya dengan 3 orang, oleh
karena itu ketua punya hak untuk merekrut staf-staf yang kemudian
dibagi kedalam divisi-divisi. Divisi tersebut sifatnya fleksibel. Kan

64 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

sebenarnya membentuk divisi itu hak prerogatif dari ketua, jadi


tergantung keputusan ketua juga jika suatu divisi dirasa tidak penting
lagi ya bisa dilikuidasi bahasanya, tapi kerja dari divisi tersebut tidak
berhenti total. Contoh yang pernah terjadi adalah divisi fun rising,
tadinya PLUSH yang dulu tidak memiliki divisi fun rising, lalu
kemudian ketua saat itu berpikir bahwa kita harus bikin usaha mandiri
untuk sustain, seperti jualan kaos. Kan tidak mungkin seperti sekretaris
misalnya disuruh ngurusin pesanan, desain, dll. Tapi ternyata setelah
berjalan beberapa bulan tidak seperti yang diharapkan akhirnya kita
memutuskan untuk sementara tidak melakukan fun rising dengan
jualan. Untuk jumlah staf sendiri sebenarnya nggak kita tentukan,
malah kadang tidak bisa menuhi target jumlah staf, ya sesuai kebutuhan
aja dan disesuaikan dengan kemampuan lembaga untuk merekrut staf
itu sendiri. Jadi ada divisi yang kemudian hanya dikerjakan satu staf
saja, misalkan Divisi Litbang yang hanya diurus oleh Ivri seorang.
Strategi kami kemudian untuk mengatasi kerjaan-kerjaan yang banyak
yang tidak mampu diatasi oleh satu orang saja adalah merekrut
volunteer. Volunteer itu tidak harus berasal dari anggota PLUSH, bisa
orang luar yang tentunya sudah kita „saring‟ agar sesuai dengan visi dan
misi dari PLUSH sendiri. Untuk menjadi anggota PLUSH sendiri harus
menyutujui visi dan misi dari PLUSH sendiri, dan tentu saja harus
bayar iuran secara rutin. Sementara untuk menjadi volunteer tidak harus
jadi anggota dan tidak harus iuran, at least mereka menerima nilai-nilai
dari PLUSH. Untuk badan pengawas dalam kepengurusan ini ada 5
anggota, tapi jumlahnya nggak ada batasan sebenarnya, yang penting
harus ganjil. Ketua sendiri ganti setiap tiga tahun dan dipilih pada saat
musyawarah anggota tadi. Jadi musyawarah anggota itu memilih Badan
Pengurus yakni ketuanya saja dan memilih seluruh anggota dari Badan
Pengawas. Untuk saat ini divisi kita ada hanya ada Divisi Litbang dan
Divisi Pengorganisasian. Dulu kami punya Divisi Media Campaign dan
Divisi Konselling, tapi ini tidak berarti kerja-kerja dari divisi itu
berhenti. Jadi misalkan ada teman-teman LGBT yang ingin konselling
bisa kami layani, seperti Koor Divisi Litbang pernah melayani
konselling untuk teman-teman LGBT.” 49

Tugas dari Divisi Litbang adalah berhubungan dengan pendidikan dan

pengembangan penelitian. Divisi Litbang juga melakukan kerja seperti pencatatan

kasus-kasus kekerasan yang dialami oleh kaum LGBT di Yogyakarta, dan

melayani mahasiswa yang ingin melakukan penelitian mengenai Komunitas

49
Hasil wawancara dengan Renat, pada 4 April 2017.

65 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

People Like Us-Satu Hati Yogyakarta atau LGBT itu sendiri. Selain itu kegiatan

yang dilakukan oleh Divisi Litbang adalah movie-screeningdan melakukan

diskusi-diskusi kecil. Divisi Litbang juga kerap mengadakan kelas-kelas SOGIE

(Sex Orientation, Gender Identity and Expression) baik itu dalam skala besar

maupun kecil.

“..tugas dari Divisi Litbang itu adalahmasalah pendidikan, dan


pengembangan penelitian, seperti pencatatan kasus-kasu kekerasan
untuk teman-teman LGBT d Yogyakarta, dan melayani mahasiswa-
mahasiswa yang ingin melakukan penelitian mengenai PLUSH atau
LGBT, dan di dalamnya terdapat program-program seperti movie-
screening kemudian diskusi-diskusi. Kita juga mengadakan kelas-kelas
SOGIE, baik itu skala besar atau kecil. Kami pernah didatangkan di
salah satu kelas di suatu universitas di Yogyakarta. Kami juga pernah
melakukan seminar yang berhubungan dengan LGBT.”50

Sedangkan tugas dari Divisi Pengorganisasian secara umum adalah

maping, assisting dan organizing. Divisi Pengorganisasian bertugas untuk

memberikan informasi terhadap komunitas-komunitas LGBT di Yogyakarta dan

membangun awareness bahwasannya masih terdapat permasalahan akan

pemenuhan HAM yang menimpa kaum LGBT di Yogyakarta.

“..sementara tugas dari Divisi Pengorganisasian sendiri secara umum


adalah maping, assisting dan organizing itu sendiri. Jadi tugas divisi
pengorganisasian yakni datang ke komunitas komunitas dan membagikan
informasi-informasi bahwa mereka tidak harus diam saja dan tidak
mengembangkan pemenuhan hak mereka. Divisi Pengorganisasian
bertugas untuk membangun awareness kawan-kawan LGBT yang lain
yang berada di dalam komunitas bahwa masih banyak teman-teman
LGBT lain yang memiliki permasalahan yang sama dalam pemenuhan
hak dan mengajak mereka bersolidaritas. Kalau advokasi sendiri kami
melakukan bersama-sama dengan Ketua.”51

50
Hasil wawancara dengan Ifri, pada tanggal 4 April 2017.
51
Hasil wawancara dengan Renat, pada tanggal 4 April 2017.

66 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Masa kepengurusan badan pengawasan maupun badan pengurus yakni

selama tiga tahun. Program kerja kepengurusan Komunitas People Like Us-Satu

Hati Yogyakarta 2014-201752:

1. Pertemuan Rutin Komunitas dilakukan minimal satu bulan satu kali,

contohnya pemutaran film, arisan cantik, bedah buku, dll. Program

bertujuan menciptakan ruang aman serta nyaman bagi komunitas LGBT

untuk berbagi dan bagi PLUSH untuk mengetahui kebutuhan komunitas

dalam melaksanakan programnya.

2. Pelatihan SOGIE dan HAM dilakukan secara rutin, mengingat

pemahaman masyarakat dan komunitas akan SOGIE serta HAM adalah

kunci agar hak-hak LGBT dapat terpenuhi. PLUSH juga memberi

pelatihan khusus bagi komunitas LGBT untuk menjadi fasilitator bagi

pendidikan SOGIE dan HAM.

3. Peningkatan kapasistas bermanfaat bagi kehidupan dan pengembangan

organisasi. Mengikuti pelatihan yang diadakan pihak lain atau oleh

PLUSH sendiri.

4. Advokasi kebijaksanaan dilaksanakan melalui kerja sama dengan

organisasi lain untuk mengadvokasi kebijakan yang diskriminatif pada

LGBT. Namun PLUSH juga terlibat dalam advokasi kebijakan lain yang

diskriminatif.

5. Konseling untuk memberi dukungan moral dan pengetahuan pada

komunitas dalam menghadapi masalah sehari-hari.

52
People Like Us-Satu Hati. 2014. Program Kerja PLUSH. Dikutip dari website resmi Komunitas
People Like Us-Satu Hati Yogyakarta.

67 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

6. Kampanye digital sebagai sarana kampanye rutin dan edukasi publik.

7. Kampanye publik seperti mencetak KIE, berjejaring aliansi jurnalis

independen, dan mengadakan event-event publik baik di kampus, sekolah,

dll.

8. Pendampingan bagi peneliti dengan harapan dapat dihasilkan produk

akademik yang tidak bias dan menjadi amunisi advokasi bagi gerakan

LGBT di Indonesia.

Komunitas People Like Us Satu Hati Yogyakarta yang telah berdiri

sebagai komunitas secara resmi tersebut memiliki komitmen antara anggota satu

dengan lainnya, namun membebaskan anggotanya untuk memiliki kesibukan lain

di luar kegiatan komunitas. Untuk saat ini Komunitas People Like Us Satu Hati

Yogyakarta tidak memiliki divisi khusus advokasi, namun Komunitas People Like

Us Satu Hati Yogyakarta bersama dengan anggota menjadi lebih fokus untuk

melakukan advokasi akan hak-hak LGBT sendiri, sedangkan divisi lain juga turut

melakukan advokasi namun sesuai dengan tugas pokok divisi masing-masing.

Advokasi yang dilakukan oleh Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta

lebih berfokus pada penanganan kasus-kasus yang kekerasan yang

mendiskriminasi kelompok LGBT dan advokasi kebijakan yang dinilai

mendiskriminasi kelompok LGBT.

Komunitas People Like Us Satu Hati Yogyakarta pun menjadi ruang

advokasi bagi mereka yakni kelompok LGBT Yogyakarta yang mendapatkan

perlakuan diskriminatif dari lingkungan sekitar atau masyarakat luas. Ruang

advokasi yang dihadirkan oleh Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta

68 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

ini merupakan ruang advokasi untuk kekerasan terhadap LGBT

hinggaperlindungan terhadap hak-hak LGBT. Adanya ruang advokasi yang

dibangun oleh Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta ini tentunya

membantu secara sosial bagi kelompok LGBT yang berada di Yogyakarta.

Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta juga melakukan kerja advokasi

kebijakan akan peraturan-peraturan yang turut mendiskriminasi hak LGBT.

Dalam mengadvokasi hak-hak kelompok LGBT ini tentunya Komunitas People

Like Us-Satu Hati Yogyakarta memiliki strategi-strategi yang dibangun untuk

mencapai visi dan misi keberhasilan dari advokasi yang dilakukan oleh komunitas

tersebut. Strategi-strategi dalam hal ini mengenai strategi advokasi yang dibangun

sehingga Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta berhasil dalam

mempublikasikan isu diskriminatif yang dialami kelompok LGBT di Yogyakarta

kepada masyarakat luas yang umumnya tidak mengerti hak-hak yang seharusnya

dimiliki oleh kelompok LGBT tersebut.

69 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB V

ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI


YOGYAKARTA

Pengantar

Pada bab ini akan menjelaskan mengenai advokasi yang dilakukan oleh

Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta yang mana diambil dari

pandangan awal komunitas perihal kesamaan dan perlindungan hak yang

seharusnya dimiliki oleh kelompok LGBT di Yogyakarta dengan masyarakat pada

umumnya dan berbagai kasus diskriminasi yang membingkainya. Pandangan

Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta mengenai kesamaan hak dari

kelompok LGBT di Yogyakarta serta diskriminasi yang kerap dialamiini akan

menentukan advokasi yang akan dilakukan.

Adanya pandangan Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta

terhadap ketidakadilan atasdiskriminasi yang dialami oleh kelompok LGBT di

Yogyakarta yang tentunya merampas hak-hak dasar yang dimiliki kelompok

LGBT sebagai warga negaraini menjadi dasar mengapa advokasi perlu dilakukan.

Berbagai kasus diskriminasi menganai hak LGBT di Yogyakarta ini ditangkap

dan dikawal oleh Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta dengan tujuan

mengubah stigma atau pandangan negatif masyarakat luas terhadap kelompok

LGBT dan lebih menghargai hak-hak kelompok LGBT.

Dalam bab ini akan dibahas lebih khusus mengenai advokasi yang

dilakukan oleh Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta. Advokasi yang

70 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

dilakukan dapat diidentifikasi apakah memenuhi unsur-unsur dalam advokasi atau

tidak. Hal ini perlu dilakukan karena sebelum melakukan advokasi perlu diketahui

unsur-unsur dalam advokasi. Unsur-unsur tersebut akan meperjelas apa yang

dilakukan dalam kegiatan advokasi, maupun untuk menentukan langkah-langkah

selanjutnya dalam advokasi.Sebelum melakukan advokasi atas suatu isu tertentu,

maka penting untuk mengidentifikasikan aspek-aspek penting yang harus

diletakkan sebagai pondasi gerakan. Dengan memahami unsur-unsur pokok

advokasi maka diharapkan proses advokasi bisa bekerja secara lebih sistematis

dan efektif. Unsur-unsur tersebut bisa dilihat dalam skema berikut ini53:

Koalisi
Pengum
pulan Tujuan
Dana

Evaluasi Advokasi Data

Sasaran
Pelaksa
Advoka
naan
si
Pesan

Gambar 1 Unsur-Unsur Pokok Advokasi


Sumber: Diambil dari Sharma, Tahun 2004

53
Sharma, Ritu R. 2004. Pengantar Advokasi: Panduan dan Latihan. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.

71 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Skema di atas menggambarkan unsur-unsur dasar advokasi yang harus dipenuhi

dalam sebuah advokasi. Sehingga advokasi-advokasi yang dilakukan oleh

Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta dapat diidentifikasi melalui

unsur-unsur advokasi yang digambarkan dalam skema tersebut

5.1 Advokasi Kasus Penyerangan pada saat Perayaan Transgender Day of

Remembrance

Kasus penyerangan fisik yang terjadi seusai perayaan Transgender Day of

Remambrance yang berlangsung di Tugu Yogyakarta pada November 2014 silam

ini merupakan salah satu kasus yang cukup menghebohkan dan terpublish yang

dikawal dan diadvokasi oleh Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta.

Kasus ini merupakan salah satu kasus diskriminasi dan pelanggaran HAM

terhadap kelompok LGBT karena telah merenggut hak kelompok LGBT untuk

berkumpul dan mendapatkan perlindungan dari negara. Kejadian ini berlangsung

cukup singkat mulai pukul 19.00 WIB - 20.00 WIB dan berlangsung tepat seusai

acara. Penyerangan ini menyebabkan korban luka parah hingga 6 orang yang saat

itu turut menghadiri perayaan TDOR.54

Kasus penyerangan terhadap kelompok LGBT ini bukan merupakan kasus

pertama yang diadvokasi oleh Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta,

namun kasus ini merupakan salah satu kasus yang cukup menjadi perhatian publik

di tahun 2014 silam. Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta sendiri

dalam mengadvokasi kasus penyerangan ini tidak tanpa persiapan yang matang.

54
Hasil wawancara dengan Mario Pratama (Ketua Komunitas PLUSH), pada 19 April 2017.

72 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Yang dilakukan Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta pada saat itu

adalah langsung melaporkan kasus tersebut ke Polda setempat, karena mengingat

pengalaman dari penanganan kasus-kasus penyerangan di tahun 2013 lalu yang

mana ketika Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta melaporkan sebuah

kasus ke Polsek setempat, kasus tersebut langsung dilimpahkan ke Polda,

sehingga Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta memutuskan untuk

langsung melaporkan kasus tersebut ke Polda. Kasus tersebut pada kenyataannya

tidak ditangani dengan baik oleh Polda dan pihak Komunitas People Like Us-Satu

Hati Yogyakarta sendiri tidak diberikan kejelasan yang pasti akan kasus tersebut.

Hal yang dilakukan oleh Polda kemudian hanya menyusun berita acara untuk para

korban. Beberapa waktu berlalu hingga tiga bulan setelah pelaporan kasus

tersebut, Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta tetap mengadvokasi

kasus tersebut dan memantau perkembangannya langsung ke Polda, walaupun

belum mendapatkan jawaban yang jelas dari Polda. Dalam menjalankan

advokasinya, Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta juga melaporkan

kasus tersebut kepada Komnas Perlindungan HAM (Hak Asasi Manusia) dan

berusaha mengadvokasi Komnas HAM sendiri agar mempengaruhi Polda dalam

menangani kasus penyerangan pada saat Perayaan Transgender Day of

Remembrancetersebut. Advokasi kepada Komnas HAM tersebut dirasa cukup

berhasil bahwasannya KomnasHAM sendiri telah mengirimkan surat peringatan

kepada Polda yang berisikan untuk segera menyelesaikan kasus penyerangan

tersebut. Polda memberikan jawaban bahwasannya kasus tersebut sudah

dilimpahkan ke ranah Poltabes dan Komunitas People Like Us-Satu Hati

73 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Yogyakarta sendiri tetap mengadvokasi kasus tersebut walaupun lagi-lagi pihak

Poltabes tidak memberikan jawaban yang pasti akan penanganan kasus tersebut.

Setelah tepat satu tahun semenjak pelaporan kasus tersebut berlalu dengan

penanganan yang tidak jelas yakni di tahun 2015, Komunitas People Like Us-Satu

Hati Yogyakarta bersama dengan komunitas jaringan lainnya melakukan aksi

didepan Poltabes. Aksi tersebut berlangsung dengan beberapa kelompok

melakukan audiensi di dalam Poltabes dan lainnya melakukan aksi didepan

gedung Poltabes. Audiensi yang dilakukan oleh Komunitas People Like Us-Satu

Hati Yogyakarta bersama dengan jaringan lainnya menghasilkan dua jawaban;

pertama Poltabes menyatakan bahwa keterangan dari para korban penyerangan

tidak begitu memadai untuk pihak aparat mencari dan menemukan pelaku dari

penyerangan tersebut, yang kedua adalah setalah Komunitas People Like Us-Satu

Hati Yogyakarta berusaha mencari bukti lain dengan menanyakan perihal

rekaman CCTV yang ada di Tugu yang mana dari rekaman CCTV tersebut

diyakini akan dapat membantu untuk menemukan para pelaku penyerangan, yang

mana Poltabes memberikan jawaban bahwasannya rekaman CCTV pada hari

kejadian telah dihapus dan pada intinya tidak ada kejelasan yang pasti akan hasil

dari kasus penyerangan tersebut. Hasil yang ditunggu selama kurun waktu satu

tahun tersebut menghasilkan hasil akhir yang sangat mengecewakan dan bisa

dikatakan pihak Poltabes sendiri telah gagal dalam menangani kasus penyerangan

yang sudah jelas terdapat korba serta bukti-bukti video pelaku pada saat kejadian

perkara.

74 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

“...yang dilakukan komunitas PLUSH pertama-tama adalah langsung


melaporkan kasus tersebut ke Polda setempat, karena mngingat
pengalaman dari kasus-kasus penyerangan tahun 2013 lalu yang mana
ketika PLUSH melaporkan kasus tersebut ke Polsek setempat mereka
kemudian „dilempar-lempar‟ hingga ke Polda, sehingga PLUSH
memutuskan untuk langusung melaporkan kasus tersebut ke Polda.
Pada hari pertama PLUSH melapor ke Polda proses yang terjadi di hari
pertama tersebut hanya sekedar membuat BAP, kemudian hingga
dipanggilnya para korban dan saksi dan dibuatkan BAP untuk para
korban. Beberapa waktu telah berlalu hingga 3 bulan setelah pelaporan
kasus tersebut ke Polda, PLUSH tetap mengawal kasus tersebut dan
memantau perkembangannya langsung ke Polda, namun PLUSH
sendiri tidak mendapatkan jawaban yang jelas dari pihak Polda. Pada
akhirnya PLUSH memutuskan untuk melapor kepada KOMNAS HAM
bahwa kasus penyerangan pada perayaan Transgender Day of
Remembrance ini belum ditangani dan diselesaikan oleh Polda hingga
saat ini, dan alhasil KOMNASHAM menyurati Polda. Jawaban dari
Polda setelah itu adalah kasus ini sudah dilimpahkan pada Poltabes.
PLUSH kemudian memantau kasus tersebut ke Poltabes dengan rajin
menanyai bagaimana perkembangan dari kasus tersebut, namun lagi-
lagi pihak Poltabes tidak memberikan jawaban pada PLUSH dan selalu
megulur-ulur ketika hendak memberikan jawaban. Beberapa waktu
berlalu dan tepatnya satu tahun kemudian di tahun 2015 setelah kasus
ini terjadi, komunitas PLUSH bersama dengan jaringan lainnya
melakukan aksi didepan Polres. Aksi tersebut berlangsung denga
strategi yakni beberapa kelompok melakukan audiensi di dalam
Poltabes dan lainnya melakukan aksi didepan gedung Poltabes. Hasil
dari audiesi pada waktu itu yang pertama Poltabes menyatakan bahwa
keterangan dari para korban penyerangan tidak begitu memadai untuk
pihak aparat mencari pelaku dari penyerangan tersebut, yang kedua
PLUSH berusaha mencari bukti lain dengan menanyai kepada Poltabes
perihal rekaman CCTV yang ada di Tugu yang mana dari rekaman
CCTV diyakini sangat mungkin membantu untuk melacak para pelaku
penyerangan. Setelah beberapa minggu selalu difollow-up oleh PLUSH
akhirnya mendapatkan jawaban dari Poltabes bahwa rekaman CCTV
pada hari itu telah tersebut, dan intinya tidak ada kejelasan yang pasti
akan hasil dari kasus penyerangan tersebut.”55
Dalam mengadvokasi kasus penyerangan ini Komunitas People Like Us-Satu Hati

Yogyakarta telah memenuhi unsur-unsur dari advokasi itu sendiri, yakni sebagai

berikut:

55
Hasil wawancara dengan Mario Pratama (Ketua Komunitas PLUSH), pada 19 April 2017.

75 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

5.1.1. Memilih Tujuan Advokasi

Menentukan atau mempersempit tujuan dari advokasi penting

dilakukan yang bersumber dari masalah yang hendak diadvokasi untuk

mengantisipasi masalah yang mungkin sangat kompleks dan agar usaha

advokasi itu sendiri dapat dikatakan berhasil. Adapun tujuan advokasi ini

akan membawa para pelaku advokasi untuk melakukan langkah selanjutnya

agar dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Adapun tujuan dari

Komunitas People Like Us- Satu Hati Yogyakarta dalam mengavokasi kasus

ini adalah:

“Tujuan kami mengadvokasi kasus ini sebenarnya agar khususnya


kasus ini ditangani oleh pihak yang berwenang secara adil dan sesuai
dengan prosedur, tidak hanya mentok dengan bikin berita acara. Karena
dari kasus-kasus sebelumnya bahkan ada kasus pembunuhan terhadap
waria di Prambanan yang tidak diselesaikan secara adil dan sesuai
prosedur. Pihak kepolisian dari dulu tidak mau menangani kasus-kasus
yang berhubungan dengan LGBT. Kami selalu menuntut kejelasan dan
perkembangan dari kasus ini untuk tujuannya adalah mengetahui
pelakunya dan agar pelaku dan pihak lainnya tidak mengulangi
perbuatan yang sama kedepannya, tapi ya keadaan justru semakin panas
sejak tahun 2016. Dan kami berharapnya dengan kami mengadvokasi
kasus-kasus serupa, pihak kepolisian jadi lebih aware juga lah akan
kasus diskriminasi terhadap LGBT ini dan tidak hanya tinggal diam
akan kasus yang korbannya LGBT sendiri.” 56
Tujuan dari Komunitas People Like Us- Satu Hati Yogyakarta mengadvokasi

kasus penyerangan ini adalah untuk menuntut keadilan akan penanganan

kasus penyerangan ini agar kasus yang sudah „terpublish‟ di media dan

menjadi perhatian publik di tahun 2014 ini mampu diselesaikan dan ditangani

dengan baik oleh pihak kepolisian sesuai dengan prosedur yang ada. Dengan

56
Hasil wawancara dengan Mario Pratama (Ketua Komunitas PLUSH), pada 19 April 2017.

76 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

mengadvokasi kasus penyerangan ini tujuan Komunitas People Like Us- Satu

Hati Yogyakarta juga„mendesak‟ pihak kepolisian setempat untuk menangani

kasus tersebut dengan tidak pandang bulu seperti halnya pihak kepolisian

dalam menangani kasus-kasus penyerangan serupa tanpa melihat identitas

korban. Unsur advokasi ini merupakan unsur yang paling dasar dalam

memulai kinerja advokasi berdasarkan pada isu tertentu. Dengan adanya

tujuan yang jelas untuk mengadvokasi kasus ini, kinerja Komunitas People

Like Us- Satu Hati Yogyakarta menjadi lebih terarah dan memiliki tingkat

pencapaian yang jelas.

5.1.2. Menggunakan Data dan Penelitian untuk Advokasi

Data dan penelitian merupakan hal yang sangat penting untuk

membuat keputusan yang tepat ketika memilih masalah yang akan ditangani,

mengidentifikasi solusi bagi masalah tersebut, dan menentukan tujuan yang

realistis. Dalam mengadvokasi kasus ini Komunitas People Like Us- Satu

Hati Yogyakarta melakukan survey secara langsung untuk mendapatkan data

yang akurat di lapangan. Komunitas People Like Us- Satu Hati Yogyakarta

sendiri memiliki data-data seperti rekaman video pada saat kejadian perkara

yang manatelah diserahkan kepada pihak Poltabes dan juga data-data dari

kesaksian para korban maupun saksi yang merupakan hasil survey mandiri.

Komunitas People Like Us Satu Hati Yogyakarta mengumpulkan kesaksian-

kesaksian dari para saksi dari kejadian perkara yang memungkinkan untuk

membantu menemukan pelaku dan data tersebut didapatkan oleh PLUSH

melalui pendekatan-pendekatan secara langsung dan mendalam dari para

77 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

saksi dan korban sendiri. Data-data yang dimiliki oleh Komunitas People

Like Us- Satu Hati Yogyakartaini kemudian diserahkan kepada pihak

Kepolisian untuk kemudian membantu memudahkandalam penanganan

kasus.

“...untuk data sendiri kami memiliki video pada saat kejadian perkara
dan sudah kami serahkan kepada polisi, dan sebenarnya dari video
itupun sebenarnya bisa kelihatansiapa sih pelaku penyerangan tersebut.
Wong kami jelas-jelas juga sudah bisa melihat siapa para pelakunya.
Kami juga mengumpulkan kesaksian dari para korban dan saksi yang
ada di tempat kejadian dan kami data untuk kemudian kami serahkan
juga ke kepolisian, agar bisa menambah bukti-bukti lain dari kasus
ini.”57
Unsur advokasi ini merupakan unsur yang cukup krusial karena dengan

adanya data dan penelitian yang dimiliki oleh Komunitas People Like Us-

Satu Hati Yogyakarta secara mandiri, komunitas tersebut menjadi lebih

mudah dalam mempengaruhi sasaran advokasi karena lebih terpercaya

dengan adanya data dan penelitian yang ditemukan di lapangan. Pada

kenyataannya dengan data seperti bukti-bukti yang ditemukan oleh

Komunitas People Like Us- Satu Hati Yogyakarta di lapangan bahwasannya

kasus tersebut bukanlah kasus yang sulit untuk diselesaikan menjadi materi

tertentu untuk Komnas HAM memberikan surat peringatan kepada pihak

kepolisian agar segera menyelesaikan kasus tersebut karena sudah menjadi

hak setiap warga negara Indonesia untuk mendapatkan perlindungan dari

negaranya, dalam hal ini kepolisian yang memiliki tugas dan wewenang

untuk melindungi warga negara Indonesia dengan tidak pandang bulu. Data

tersebut yang juga membuat pihak kepolisian memakan waktu yang cukup

57
Hasil wawancara dengan Mario Pratama (Ketua Komunitas PLUSH), pada 19 April 2017.

78 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

lama untuk „memdalam‟ kasus tersebut dan tidak langsung dihiraukan oleh

pihak kepolisian.

5.1.3 Mengidentifikasi Sasaran Advokasi

Jika masalah dan tujuannya telah dipilih, usaha advokasi itu harus

diarahkan kepada orang-orang yang memiliki kewenangan untuk mengambil

keputusan dan idealnya, kepada orang yang mempengaruhi pengambil

keputusan itu, seperti staf, penasihat, orang tua-tua yang berpengaruh, media,

dan masyarakat. Dalam advokasi kasus penyerangan fisik saat perayaan

Transgender Day of Remembrance ini, pihak yang berpengaruh dalam

pengambilan keputusan adalah pihak kepolisian itu sendiri, yang mana sudah

merupakan wewenang mereka untuk menyelesaikan kasus penyerangan

seperti ini secara hukum dan sesuai dengan prosedur yang ada. Komnas HAM

juga merupakan lembaga yang dapat mempengaruhi pihak kepolisian untuk

menangani kasus penyerangan yang telah melanggar HAM LGBT tersebut.

Oleh karena itu, dalam kasus ini sasaran advokasi yang dipilih oleh

Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta adalah pihak Kepolisian

yang menangani kasus ini, baik Polda maupun Poltabes setempat dan

Komnas HAM.

“..setelah diulur-ulur kasus ini oleh Polda, kami juga tidak lupa untuk
melaporkan hal ini kepada KOMNAS HAM bahwasannya terjadi kasus
penyerangan terhadap LGBT yang jelas-jelas sudah merenggut hak-hak
dari kelompok LGBT dan kami berusaha mengadvokasi KOMNAS
HAM agar KOMNAS HAM sendiri bisa mempengaruhi pihak Polda
maupun Poltabes untuk segera menangani kasus ini secara prosedur
yang ada. Karena kasus ini kan juga melanggar HAM yang sudah

79 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

semestinya dimiliki warga negara Indonesia dan hak-haknya pun kan


sama.”58
Unsur advokasi ini merupakan unsur advokasi yang harus ada dalam kinerja

advokasi. Dengan menentukan sasaran advokasi yang jelas, kinerja advokasi

menjadi lebih terarah dan fokus. Menentukan sasaran advokasi tentunya tidak

dengan pemilihan yang matang, bahwasannya sasaran advokasi harus

memiliki wewenanang atau pengaruh dalam menentukan keberhasilan dari

tujuan advokasi itu sendiri. Dalam kasus ini, Komunitas People Like Us- Satu

Hati Yogyakarta menentukan pihak kepolisian dan Komnas HAM menjadi

sasaran advokasi karena memiliki wewenang dalam menyelesaikan kasus ini

dan Komnas HAM sendiri memiliki wewenang untuk memberikan peringatan

terhadap pihak kepolisian agar segera menyelesaikan kasus tersebut karena

berhubungan dengan Hak Asasi Manusia.

5.1.4 Mengembangkan dan Menyampaikan Pesan Advokasi

Berbagai macam sasaran advokasi memberikan tanggapan terhadap

pesan yang berbeda-beda pula. Misalnya, seorang politikus mungkin tergerak

hatinya ketika ia tahu berapa banyaknya orang di wilayahnya yang menaruh

kepedulian terhadap problem tersebut. Komunitas People Like Us- Satu Hati

Yogyakarta pada dasarnya ingin menyampaikan pesan bahwa LGBT

memiliki hak yang sama dengan warga sipil lainnya untuk mendapatkan

perlindungan dari negara seperti penanganan kasuspenyerangan yang dialami

oleh beberapa anggota kelompok LGBT yang mengikuti Perayaan

58
Hasil wawancara dengan Mario Pratama (Ketua Komunitas PLUSH), pada 19 April 2017.

80 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Transgender Day of Remambrance. Tidak ada pihak manapun yang memiliki

hak untuk melakukan diskriminasi dalam bentuk apapun terhadap LGBT

karena LGBT juga merupakan warga negara yang sudah seharusnya

dilindungi oleh negara.

Dalam hal ini Komunitas People Like Us- Satu Hati Yogyakarta

menyampaikan pesan tersebut kepada yang pertama komunitas-komunitas

jaringan yang berjejaring dengan sendiri yang di dalamnya juga terdapat

perkumpulan waria di Yogyakarta yang diajak untuk „aware‟ akan kasus-

kasus seperti ini. Para waria yang termasuk ke dalam jaringan diajak untuk

berani melaporkan kasus-kasus serupa dan berani untuk menuntut keadilan.

Komunitas People Like Us- Satu Hati Yogyakarta juga menyampaikan pesan

advokasi kepada pihak Kepolisian yang menangani kasus penyerangan ini

bahwa LGBT juga merupakan warga negara Indonesia yang memiliki hak

yang sama dengan warga sipil lainnya untuk mendapatkan perlindungan dari

negara dan menuntut keadilan akan kasus penyerangan ini agar secepatnya

diselesaikan. Komunitas juga menyampaikan pesan akan keadilan tersebut

kepada Komnas HAM dan meminta bantuan terhadap Komnas HAM untuk

mempengaruhi pihak kepolisian agar menangani kasus ini secara adil, dan

ditanggapi positif oleh lembaga tersebut.

“...kami sempat mengadukan kasus ini ke Komnas HAM dan setelah


kami laporkan alhasil Komnas HAM menyurati Polda untuk segera
menyeleasikan kasus ini. Mungkin sudah sebanyak tiga kali Komnas
HAM menyurati Polda namun tetap pihak Polda melempar-lempar
penanganan kasus ini ke Poltabes. Kami memaparkan apa yang menjadi
tujuan kami mengadvokasi kasus penyerangan ini kepada Komnas
HAM ya agar kasus ini bisa ditangani dengan tidak pandang bulu oleh

81 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

pihak kepolisian dan supaya ke depannya tidak ada kasus-kasus


sedemikian yang tidak ditangani oleh kepolisian” 59
Unsur advokasi ini merupakan unsur yang dibutuhkan dalam mempengaruhi

sasaran advokasi agar sesuai dengan tujuan dari advokasi sendiri. Dalam hal

ini, Komunitas People Like Us- Satu Hati Yogyakarta tidak hanya

menyampaikan pesan terhadap sasaran advokasi namun juga terhadap publik,

yang mana di dalamnya juga termasuk komunitas-komunitas yang berjejaring

dengan Komunitas People Like Us- Satu Hati Yogyakarta. Komunitas People

Like Us- Satu Hati Yogyakarta memiliki maksud bahwasannya pesan akan

maksud dan tujuan advokasi dari komunitas tersebut tidak hanya sasaran

advokasi yang mendapatkan namun juga publik dan komunitas jaringan

lainnya agar lebih bersolidaritas dan bersimpati akan kasus tersebut maupun

kasus-kasus serupa yang mendiskriminasi kelompok LGBT.

5.1.5 Membentuk Koalisi

Seringkali kekuatan advokasi terdapat pada beberapa orang yang

mendukung tujuan umum dari advokasi tersebut. Khususnya di mana

demokrasi dan advokasi merupakan fenomena yang baru, yang melibatkan

sejumlah besar orang yang mewakili kepentingan yang berbeda-beda itu

dapat memberikan jaminan keamanan bagi advokasi maupun untuk

membentuk dukungan politik. Komunitas People Like Us-Satu Hati

Yogyakarta dalam dalam mengadvokasi kasus penyerangan fisik pada saat

Perayaan TDOR ini telah berjejaring dengan beberapa komunitas atau

59
Hasil wawancara dengan Mario Pratama (Ketua Komunitas PLUSH), pada 19 April 2017.

82 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

organiasasi seperti IWAYO (Ikatan Waria Yogyakarta), dan Jaringan

Perempuan Yogyakarta untuk bersama-sama mengadvokasi kasus

penyerangan tersebut.

“...kami melakukan kerja advokasi akan kasus penyerangan ini bersama


dengan teman-teman jaringan lainnya yakni seperti Ikatan Waria
Yogyakarta (IWAYO) dan Jaringan Perempuan Yogyakart. Kami
tentuna tidak bekerja sendiri dankami bekerja sama untuk
mengadvokasi kasus ini, tujuannya ya agar menyatukan kekuatan kita
untuk mengadvokasi Polda dan Poltabes”60
Unsur advokasi koalisi ini merupakan unsur advokasi yang cukup

berpengaruh dalam keberhasilan dari advokasi itu sendiri. Komunitas People

Like Us-Satu Hati Yogyakarta tentunya dalam mengadvokasi kasus yang

cukup besar ini tidak sendiri, yakni berkoalisi dengan komunitas-komunitas

yang sudah lama berjejaring dengan Komunitas People Like Us-Satu Hati

Yogyakarta. Dengan adanya massa koalisi yang cukup besar akan dapat

mempengaruhi pihak sasaran advokasi karena melihat bahwasannya pihak

yang mengadvokasi memiliki kekuatan yang cukup besar dari komunitas

maupun organisasi yang sudah cukup diakui legalitasnya di Yogyakarta.

Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta juga melakukan kerjasama

dengan Komnas HAM dalam mempengaruhi pihak kepolisian, namun

Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta sendiri menjadikan Komnas

HAM sebagai target advokasi karena Komnas HAM sendiri bukan

merupakan lembaga yang dari awal sudah berjejaring atau bekerjasama

dengan Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta. Kegigihan dari

Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta pada akhirnya mampu

60
Hasil wawancara dengan Mario Pratama (Ketua Komunitas PLUSH), pada 19 April 2017.

83 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

membuat Komnas HAM pada akhirnya memberikan surat peringatan secara

resmi terhadap pihak kepolisian yang berdampak cukup baik untuk proses

penanganan dari kasus tersebut.

5.1.6 Membuat Presentasi yang Persuasif

Kesempatan untuk mempengaruhi sasaran advokasi yang merupakan

tokoh kunci seringkali terbatas. Persiapan yang cermat dan mendalam untuk

membuat argumen meyakinkan dan gaya penyajian mungkin dapat mengubah

kesempatan yang sempit itu menjadi advokasi yang berhasil. Dalam

mengadvokasi kasus penyerangan ini Komunitas People Like Us- Satu Hati

Yogyakarta menunjukkan data-data dan bukti yang dimiliki oleh Komunitas

People Like Us- Satu Hati Yogyakartasendiri kepada pihak kepolisian, baik

Polda maupun Poltabes yang menangani kasus penyerangan ini. Komunitas

People Like Us- Satu Hati Yogyakartamenyerahkan data dari kesaksian-

kesaksian yang dikumpulkan dari para korban dan saksi secara mandiri dan

menyerahkan bukti rekaman video pada saat kejadian perkara. Komunitas

People Like Us- Satu Hati Yogyakarta berusaha meyakinkan dan

mempengaruhi pihak kepolisian dengan memaparkan data-data yang mereka

temukan langsung di lapangan agar dapat membantu pihak kepolisian dalam

menangani kasus ini secara adil.

“...kesaksian-kesaksian yang kami kumpulkan dari para korban dan


saksi serta bukti-bukti seperti video rekaman saat kejadian itu sudah
kami serahkan kepada pihak kepolisian dan kami memaparkan

84 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

kesaksian-kesaksian dari para saksi dan korban pula kepada pihak


kepolisian.”61
Unsur advokasi ini merupakan unsur advokasi yang mendukung penyampaian

pesan untuk pihak atau sasaran yang ingin diadvokasi. Dengan adanya

presentasi yang cukup persuatif tentunya akan lebih memudahkan Komunitas

People Like Us-Satu Hati Yogyakarta untuk mempengaruhii sasaran

advokasi. Presentasi yang persuatif tentunya tidak tanpa persiapan dan materi

yang matang. Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta sendiri dalam

mengadvokasi kasus ini sudah melakukan penyelidikan secara mandiri

dengan mengumpulkan kesaksian-kesaksian dari para korban maupun saksi

pada saat kejadian perkara, dan dengan data yang mereka miliki tersebut

menjadi bahan untuk mereka melakukan presentasi terhadap Komnas HAM

maupun pihak kepolisian Yogyakarta.

5.1.7 Mengumpulkan Dana untuk Advokasi

Sebagian besar kegiatan, termasuk advokasi, memerlukan sumber

dana. Usaha untuk melakukan advokasi secara berkelanjutan dalam waktu

yang panjang berarti mennyediakan waktu dan energi dalam mengumpulkan

dana atau sumber daya yang lain untuk mendukung tugas advokasi yang

dijalankan. Dalam hal ini, dana yang digunakan untuk advokasi kasus

penyerangan ini tidaklah seberapa bagiKomunitas People Like Us- Satu Hati

Yogyakarta, komunitas ini mengambil beberapa dari kas Komunitas People

Like Us- Satu Hati Yogyakarta sendiri dan juga Jaringan jika memang

61
Hasil wawancara dengan Mario Pratama (Ketua Komunitas PLUSH), pada 19 April 2017.

85 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

penting dan sangat diperlukan untuk pencarian data-data di lapangan dan

ketika anggota komunitas melakukan survey untuk mengumpulkan

kesaksian-kesaksian pada kasus ini mereka menggunakan uang pribadi untuk

transportasi & konsumsi.

“...biaya yang dikeluarkan untuk advokasi ini tidak seberapa sih..kita


beberapa mengambil kas PLUSH dan juga Jaringan, tapi kadang malah
tidak mengeluarkan biaya dan kadang kita pakai uang pribadi untuk
survey-survey mandiri. Yang dibutuhkan disini energi dan waktu sih,
kalau biaya tidak begitu dipikirkan.” 62
Unsur advokasi satu ini tidak dipungkiri merupakan salah satu unsur yang

dapat mendukung keberhasilan dari kinerja advokasi itu sendiri. Namun

dalam mengadvokasi kasus penyerangan ini, Komunitas People Like Us-Satu

Hati Yogyakarta mengaku tidak membutuhkan dana yang lebih selama proses

kinerja advokasi. Selama melakukan advokasi kasus penyerangan tersebut,

Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta menggunakan kas

komunitas untuk hal-hal umum seperti pencetakan data-data dan lain

sebagainya. Namun dalam proses pencarian data-data di lapangan itu sendiri

Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta mengeluarkan dana pribadi

untuk perihal transportasi maupun konsumsi. Komunitas People Like Us-Satu

Hati Yogyakarta mengakui bahwa dana dalam advokasi penyerangan ini tidak

begitu dibutuhkan namun SDM yang cukup yang mereka butuhkan selama

proses advokasi kasus penyerangan yang cukup memakanw waktu ini.

62
Hasil wawancara dengan Mario Pratama (Ketua Komunitas PLUSH), pada 19 April 2017.

86 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

5.1.8 Mengevaluasi Usaha Advokasi

Untuk menjadi pelaksana advokasi yang efektif diperlukan umpan

balik dan evaluasi terus-menerus mengenai usaha advokasi yang dilakukan.

Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta melakukan evaluasi secara

rutin di sepanjang tahun 2015 dengan memfollow-up pihak Polda dan

Poltabes. Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta juga melakukan

evaluasi ketika terjadi perkembangan tertentu, seperti pihak Polda yang

mendapatkan surat peringatan oleh Komnas HAM, pernyataan-pernyataan

dari pihak Polda maupun Poltabes hingga ketika tidak ada perkembangan

sama sekali dari kasus ini, Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta

tetap melakukan evaluasi pada setiap perkembangan kasus. Namun di tahun

2016 Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta akhirnya memutuskan

untuk tidak memfollow-up kembali kasus ini karena situasi yang sedang

memanas dan ditambah oleh kasus-kasus diskriminasi baru yang harus

dikawal dan diadvokasi oleh komunitas tersebut serta keterbatasan waktu

maupun sumber daya dari komunitas. Hasil akhir dari kasus ini adalah tidak

terselesaikan dan tidak ditemukannya satupun dari pelaku penyerangan.

Evaluasi akhir dari Komunitas Komunitas People Like Us-Satu Hati

Yogyakarta sendiri bahwa pihak kepolisian tidak pernah menyeleasikan

kasus-kasus yang berhubungan dengan LGBT baik itu di Yogyakarta maupun

nasional.

“...hasil akhir dari kasus ini kalau dari kepolisian tidak ditemukannya
pelaku sampai sekarang. Tahun lalu biasanya kami follow-up terus tapi
karena tahun lalu situasinya panas dan kami sibuk dengan serangan-

87 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

serangan lain kami tidak bisa memfollowup kembali. Namun advokasi


kami tidak pernah berhenti dalam artian kami selalu berusaha
mengadvokasi kasus-kasus lain yang serupa agar termention. Kami
mengevaluasi ya pihak kepolisian memang tidak akan pernah mau
menangani kasus-kasus yang berhubungan dengan LGBT, tapi itu juga
jadi bahan advokasi kami kedepannya.”63
Unsur advokasi ini merupakan unsur advokasi yang perlu dilakukan di setiap

kinerja advokasi. Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta sendiri

secara rutin melakukan evaluasi di setiap perkembangan kasus yang ditangani

oleh pihak kepolisian. Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta

melakukan evaluasi untuk melihat kekuarangan maupun kelemahan di setiap

proses advokasi agar ke depannya dapat menjadi bahan untuk perbaikan dalam

melakukan advokasi serupa. Evaluasi juga penting dilakukan untuk melihat

proses advokasi yang dinilai berpengaruh cukup besar seperti dalam

melakukan pengumpulan data di lapangan secara mandiri yang berperan

menjadi salah satu bagian penting dalam mempengaruhi Komnas HAM

sehingga Komnas HAM sendiri dengan melihat pemaparan data dari

Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta dapat mengetahui lebih

detail dan pada akhirnya turut membantu mempengaruhi pihak kepolisian

dalam menyelesaikan kasus tersebut.

Dari kedelapan unsur advokasi yang ada dalam advokasi kasus

penyerangan pada saat perayaan Transgender Day of Remembrance pada

tahun 2014 lalu oleh Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta, unsur

yang dinlai paling krusial dan memiliki andil yang cukup besar dalam

mempengaruhi pihak sasaran advokasi adalah unsur data dan presentasi yang

63
Hasil wawancara dengan Mario Pratama (Ketua Komunitas PLUSH), pada 19 April 2017.

88 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

persuatif dari Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta. Walaupun

hasil akhir dari pihak kepolisian tetap mengatakan bahwasannya kasus ini

tidak memiliki bukti yang cukup kuat untuk ditemukan pelakunya, namun

Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta sudah melakukan kinerja

advokasi sesuai dengan tujuan mereka. Komunitas tidak melihat hasil akhir ini

sebagai kegagalan kinerja advokasi mereka selama satu tahun, namun

dijadikan oleh mereka sebagai bahan untuk rencana mereka melakukan

advokasi kepada pihak yang lebih tinggi, yakni pemerintah.

Kendala paling berat dalam megadvokasi kasus ini menurut

Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta adalah dari pihak kepolisian

sendiri yang enggan menyelesaikan dan menangani kasus-kasus yang

berhubungan dengan kelompok LGBT di Yogyakarta. Pihak kepolisian di

Yogyakarta seakan memiliki mindset bahwa LGBT tidak memiliki hak untuk

mendapatkan penanganan kasus, bahkan kasus penyerangan. Padahal LGBT

juga merupakan warga negara Indonesia yang memiliki hak yang sama di

mata hukum dan hak untuk mendapatkan perlindungan dari negara, yang

dalam hal ini pihak kepolisian itu sendiri.

5.2 Advokasi Kebijakan Perda Daerah Istimewa Yoyakarta No. 1 Tahun

2014 tentang Penanganan Gelandangan dan Pengemis

Kebijakan Perda Daerah Istimewa Yogyakarta No. 1 Tahun 2014 tentang

Penanganan Gelandangan dan Pengemis merupakan peraturan Daerah Isimewa

Yogyakarta yang bertujuan untuk menciptakan DIY yang bebasdari gelandangan

89 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

dan pengemis (gepeng) yang mulai diberlakukan sejak 1 Januari 2015 lalu. Perda

tersebut dirancang karena DIY sendiri yang merupakan salah satu destinasi daerah

wisata yang seharusnya bersih dari gelandangan dan pengemis. Dengan

diberlakukannya Perda No. 1 Tahun 2014 tersebut pemerintah provinsi DIY yang

bertujuan untuk membebaskan DIY dari gepeng tersebut, diharapkan wisatawan

akan merasa aman dan nyaman untuk menikmasti suasana yang tersaji di

Yogyakarta. Namun Perda No. 1 Tahun 2014 ini bukanlah Perda tanpa

kontroversi dan permasalahan yang mengikutinya.

Konten dari Perda No. 1 Tahun 2014 tersebut sangat subjektif dan

diskriminatif pada kenyataannya. Dalam Perda tersebut pengertian „gelandangan‟

dan „pengemis‟ tidak begitu jelas dan tidak memiliki tolak ukur serta sangat

subjektif dari sudut pandang aparat. Perda tersebut mengkategorikan orang-orang

yang berada di jalanan sebagai kondisi yang dapat dipidana karena dianggap

sebagai gelandangan dan pengemis.Seperti pada Pasal 6 Perda ini, Gelandangan

didefinisikan orang-orang dengan kriteria antara lain: a. tanpa Kartu Tanda

Penduduk (KTP), b. tanpa tempat tinggal yang pasti/tetap, c. tanpa penghasilan

yang tetap, dan/atau d. tanpa rencana hari depan anak-anaknya maupun

dirinya.Sedangkan, Pengemis didefinisikan (Pasal 7 Perda) orang-orang dengan

kriteria antara lain: a. mata pencariannya tergantung pada belas kasihan orang

lain, b. berpakaian kumuh, compang camping dan tidak sewajarnya, c. berada di

tempat-tempat umum dan/atau d. memperalat sesama untuk merangsang belas

kasihan orang lain.

90 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Dengan kriteria-kriteria tersebut, aparat melakukan penangkapan secara

subjektif dan semena-mena menurut pandangan mereka. Korban dari

penangkapan tersebut sangat beragam mulai dari anak-anak, pengamen, kelompok

penyandang disabilitas, perempuan pekerja seks, lansia, psikotik (orang dengan

masalah kejiwaan), pemulung, komunitas punk, orang yang berpakaian lusuh,

orang yang tidak membawa dan memiliki KTP, dan orang yang dianggap aparat

tidak memiliki masa depan, yang berada di jalan/tempat umum termasuk waria.

Mereka yang ditangkap kemudian dimasukkan ke dalamcamp assessment Dinas

Sosial dan untuk para waria sendiri mereka dipaksa untuk menjalankan terapi

konversi.

Perda No. 1 Tahun 2014 yang bertujuan untuk membersihkan DIY dari

gelandangan dan pengemis, dalam prakteknya malah menimbulkan berbagai

permasalahan dan cenderung diskriminatif. Komunitas People Like Us-Satu Hati

Yogyakarta menganggap bahwa walaupun beberapa konten dari Perda tersebut

sudah baik yakni berusaha melindungi gelandangan dan pengemis yang

didalamnya termasuk waria, namun pada kenyatannya Perda tentang gepeng ini

sangat diskriminatif dan seakan-akan dijadikan alat untuk lebih mendiskriminasi

kaum waria atau transgender itu sendiri yang merupakan kelompok LGBT.

Permasalahan yang kemudian dialami oleh para waria di Yogyakarta

setelah diberlakukannya Perda No. 1 Tahun 2014 tersebut adalah mereka semakin

kerap menjadi korban penangkapan oleh Satpol PP dengan dalih pembersihan

jalanan. Yang dulunya kriteria waria yang ditangkap oleh Satpol PP hanya waria

yang mengemis dan mengamen biasa, namun setelah adanya Perda ini waria yang

91 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

tidak mengemis dan mengamen seperti pedagang asongan ikut ditangkap. Para

waria di Yogyakarta kemudian dipenjara tanpa peradilan di camp assesment Dinas

Sosial, dan selama dipenjara petugas kerap menyalahgunakan kekuasaan mereka

untuk melakukan terapi-terapi konversi untuk dipaksa „berubah‟ menjadi laki-laki

yang seharusnya sudah tidak boleh diterapkan kembali. Petugas kerap berdalih

dengan memberikan „rehabilitasi‟, padahlal di balik itu semua terdapat terapi-

terapi konversi yang diterapkan terhadap kaum waria yang ditangkap. Tidak

jarang pula para waria yang ditempatkan di camp assesment mendapatkan

kekerasan verbal maupun non verbal serta mendapatkan traumatis yang

mendalam.64 Oleh karena itu Komunitas People Like Us-Satu Hati

Yogyakartamenganggap bahwa kebijakan Perda ini termasuk ke dalam daftar

kebijakan yang diskriminatif bagi LGBT khususnya waria dan layak untuk

diadvokasi. Dalam mengadvokasi kebijakan Perda No. 1 Tahun 2014 tentang

Gelandangan dan Pengemis ini Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta

telah memenuhi unsur-unsur dari advokasi itu sendiri, yakni sebagai berikut:

5.2.1 Memilih Tujuan Advokasi

Menentukan atau mempersempit tujuan dari advokasi penting dilakukan

yang bersumber dari masalah yang hendak diadvokasi untuk mengantisipasi

masalah yang mungkin sangat kompleks dan agar usaha advokasi itu sendiri

dapat dikatakan berhasil. Tujuan dari Komunitas People Like Us-Satu Hati

Yogyakartadalam advokasi kebijakan Perda No 1. Tahun 2014 ini adalah agar

dihapuskannya perda tersebut, karena dalam hal ini Komunitas People Like

64
Hasil wawancara dengan Mario Pratama, pada 19 April 2017. (diolah)

92 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Us-Satu Hati Yogyakartamemandang bahwa isi dari Perda No. 1 Tahun 2014

ini belum „matang‟ sepenuhnya dan kebijakan dari perda ini tidak berdampak

baik bagi sasaran yang terkait yakni gepeng dan waria sendiri. Komunitas

People Like Us-Satu Hati Yogyakarta menilai bahwa Perda ini berdampak

buruk bagi kaum waria khususnya yang ada di Yogyakarta karena semakin

meningkatnya razia yang dilakukan oleh Satpol PP terhadap waria yang

kemudian dipenjara tanpa peradilan. Para waria yang sedang melakukan

pekerjaannya untuk mencari nafkah yakni mengamen ataupun menjadi

pedagang asongan juga ikut dirazia oleh petugas, dan masih banyak pihak-

pihak lain yang terdampak dengan adanya Perda No. 1 Tahun 2014 ini.

“...tujuan utama kami mengadvokasi perda gepeng ini adalah agar


dihapuskannya kebijakan yang menurut kami malah diskriminatif dan
merugikan banyak sekali waria yang ingin mencari nafkah dengan
benar, dan menurut kami tidak cukup hanya dengan dilakukannya revisi
Perda. Menurut kami ini ironis bahwa peraturan ini yang pertama di
Indonesa yang memberikan perlindungan dengan berbasis asas orientasi
seksual, namun disini kami melihat bahwa asas tersebut malah
membuat waria yang bahkan mencari nafkah dengan benar seperti
berdagang asongan ikut asal ditangkap dan diperlakukan secara tidak
adil.” 65
Unsur advokasi ini merupakan unsur advokasi yang menjadi dasar dalam

melakukan kinerja advokasi. Dengan menentukan tujuan advokasi kebijakan

Perda No. 1 Tahun 2014 tentang Penanganan Gepeng adalah agar

dihapuskannya Perda yang dirasa diskriminatif bagi keberadaan LGBT

terutama transgender atau waria sendiri, Komunitas People Like Us-Satu Hati

Yogyakarta mengadvokasi secara jelas dan terfokus pada tujuan advokasi

tersebut.

65
Hasil wawancara dengan Mario Pratama (Ketua Komunitas PLUSH), pada 19 April 2017.

93 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

5.2.2 Menggunakan Data dan Penelitian untuk Advokasi

Data dan penelitian merupakan hal yang sangat penting untuk membuat

keputusan yang tepat ketika memilih masalah yang akan ditangani,

mengidentifikasi solusi bagi masalah tersebut, dan menentukan tujuan yang

realistis. Dalam mengadvokasi kebijakan Perda No 1. Tahun 2014 ini

Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta mengumpulkan data dari

Komnas Perempuan mengenai kebijakan diskriminatif karena Komnas

Perempuanlah yang melakukan pengumpulan data mengenai kebijakan

diskriminatif, dan Perda No. 1 Tahun 2014 telah masuk di dalamnya.

Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta juga melakukan survey

lapangan untuk mengumpulkan data mengenaipihak-pihak yang terdampak

langsung seperti para waria yang mendapatkan terapi-terapi konversi yang

traumatis setelah ditangkap tanpa peradilan oleh Satpol PP. Data-data tersebut

kemudian dijadikan oleh Komunitas People Like Us-Satu Hati

Yogyakartasebagai bahan untuk mengadvokasi pula pihak-pihak memiliki

wewenang lebih untuk mengubah perda tersebut.

“...kami tetap melakukan survey lapangan dan mendata kasus-kasus


dari teman-teman waria setelah diberlakukannya perda itu yang mana
mereka ditangkap oleh Satpol PP secara smena-mena bahan dari yang
awalnya waria yang mengemis dan mengamen kemudian waria yang
berdagan asongan juga jadi ikut ditankap dan kemudian ternyata
mereka diterapi konversi. Data-data ini kami berikan kepada Komnas
HAM, Komnas Perempuan dan Satpol PP sendiri yang tujuannya untuk
mempengaruhi mereka bahwa perda ini memang berdampak buruk
khususnya bagi para waria.” 66

66
Hasil wawancara dengan Mario Pratama (Ketua Komunitas PLUSH), pada 19 April 2017.

94 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Unsur advokasi ini merupakan unsur yang cukup krusial karena dengan

adanya data dan penelitian yang dimiliki oleh Komunitas People Like Us-

Satu Hati Yogyakarta secara mandiri, komunitas tersebut menjadi lebih

mudah dalam mempengaruhi sasaran advokasi karena lebih terpercaya dan

dengan data tersebut sasaran advokasi menjadi lebih memahami kondisi di

lapangan. Pada kenyataannya dengan data seperti pernyataan para waria yang

pernah mengalami penangkapan oleh Satpol PP untuk kemudian dimasukkan

ke dalam camp assesment Dinas Sosial, Komunitas People Like Us- Satu Hati

Yogyakarta menggunakan data tersebut untuk mempengaruhi Komnas

Perempuan dan Komnas HAM dan membuahkan hasil dengan

dimasukkannya Perda No. 1 Tahun 2014 sebagai Perda yang diskriminatif

dan dilakukannya sidak langsung oleh Komnas HAM ke camp assesment

Dinas Sosial.

5.2.3 Mengidentifikasi Sasaran Advokasi

Jika masalah dan tujuannya telah dipilih, usaha advokasi itu harus

diarahkan kepada orang-orang yang memiliki kewenangan untuk mengambil

keputusan dan idealnya, kepada orang yang mempengaruhi pengambil

keputusan itu, seperti staf, penasihat, orang tua-tua yang berpengaruh, media,

dan masyarakat. Sasaran advokasi Komunitas People Like Us-Satu Hati

Yogyakarta dalam mengadvokasi kebijakan Perda No. 1 Tahun 2014 ini

adalah pemerintah daerah sendiri yang memberlakukan kebijakan perda

tersebut dan memiliki kewenangan pula untuk mencabut atau menghapus

perda tersebut. Tidak hanya itu, Komunitas People Like Us-Satu Hati

95 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Yogyakarta juga melukan advokasi ke DPRD, Satpol PP, Komnas HAM dan

Komnas Perempuan. Lembaga-lembaga tersebut terkait baik secara langsung

maupun tidak langsung akan pemberlakuan Perda No. 1 Tahun 2014 tersebut.

“...dulu kami sempat melakukan audiensi dan advokasi ke DPRD,


kemudian tetap mengadvokasi Satpol PP setiap melakukan razia dan
kemudian memenjarakan mereka tanpa peradilan. Kami juga
mengadvokasi KOMNAS HAM dengan memberikan informasi kepada
mereka tentang bagaimana sih kondisi real nya dipenjara tanpa
peradilan itu, kami bawa ke camp asessment nya Dinsos agar mereka
melihat langsung. Sasaran yang kemudian kami advokasi adalah
Komnas Perempuan karena Komnas Perempuanlah yang punya data
tentang kebijakan yang disriminatif dan kami berusaha agar peraturan
daerah ini masuk ke daftar kebijakan diskriminatif nya Komnas
Perempuan.”67
Unsur advokasi ini merupakan unsur advokasi yang harus ada dalam kinerja

advokasi. Dengan menentukan sasaran advokasi yang jelas, kinerja advokasi

menjadi lebih terarah dan fokus. Sasaran advokasi sendiri harus memiliki

wewenanang atau pengaruh dalam menentukan keberhasilan dari tujuan

advokasi itu sendiri. Dalam mengadvokasi Kebijakan Perda No.1 Tahun 2014

ini, Komunitas People Like Us- Satu Hati Yogyakarta menentukan Komnas

Perempuan, Komnas HAM, Satpol PP dan Dinas Sosial sebagai sasaran

advokasi. Lembaga-lembaga tersebut dirasa memiliki pengaruh yang cukup

besar mengkaji ulang kebijakan perda tersebut.

5.2.4 Mengembangkan dan Menyampaikan Pesan Advokasi

Berbagai macam sasaran advokasi memberikan tanggapan terhadap

pesan yang berbeda-beda pula. Misalnya, seorang politikus mungkin tergerak

67
Hasil wawancara dengan Mario Pratama (Ketua Komunitas PLUSH), pada 19 April 2017.

96 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

hatinya kerika ia tahu berapa banyaknya orang di wilayahnya yang menaruh

kepedulian terhadap probel tersebut.Komunitas People Like Us-Satu Hati

Yogyakartadalam mengadvokasi kebijakan Perda No. 1 Tahun 2014 ini

menyampaikan pesan advokasi kepada pihak-pihak yang berpengaruh dan

dapat membantu jalannya advokasi mereka, seperti kepada Komnas

Perempuan, Komnas HAM dan DPRD. Dalam menyampaikan pesan

advokasi tentunya Komunitas People Like Us-Satu Hati

Yogyakartamenyertakan data-data dari hasil survey lapangan mereka

mengenai keadaan sesungguhnya yang dialami oleh para waria agar dapat

mempengaruhi tindakan dan keputusan dari pihak-pihak yang bersnagkutan

tersebut. Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakartajuga

menyampaikan pesan advokasi bahwa “Perda No. 1 Tahun 2014 ini pada

kenyataannya sangat diskriminatif terhadap kaum waria dan hanya

menimbulkan dampak negatif” kepada komunitas-komunitas waria lainnya di

Yogyakarta dan kaum waria sendiri agar memiliki pemahaman yang lebih

mengenai perda ini.

“..kami melakukan audiensi ke DPRD, kemudian audiensi kepada


Satpol PP, dan tetap melaporkan „kejanggalan‟ perd ini kepada Komnas
HAM disertai dengan dampak-dampak yang diterima oleh gepeng dan
waria akan kebijakan tersebut. Audiensi dengan Komnas HAM
menghasilkan sidak yang dilakukan oleh Komnas HAM ke camp
assesmentnya Dinas Sosial yang mana disitu Komnas HAM bisa
melihat sendiri bagaimana situasi „real‟nya dari para waria di
Yogyakarta yang mana mereka dipenjara tanpa peradilan. Kami juga
melakukan audiensi dan melaporkan kebijakan ini kepada Komnas
Perempuan, karena Komnas Perempuanlah yang melakukan
pengumpulan data mengenai kebijakan diskriminatif. Kami selalu

97 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

memastikan data-data yang masuk mengenai kebijakan diskriminatif ke


Komnas Perempuan.” 68
Unsur advokasi ini merupakan unsur yang dibutuhkan dalam mempengaruhi

sasaran advokasi agar sesuai dengan tujuan dari advokasi sendiri. Dalam hal

ini, Komunitas People Like Us- Satu Hati Yogyakarta menyampaikan pesan

advokasi terhadap sasaran advokasi bahwasannya kebijakan perda ini sangat

merugikan kelompok LGBT terutama transgender karena Satpol PP menjadi

lebih semena-mena dalam melakukan razia di jalanan.

5.2.5 Membentuk Koalisi

Seringkali kekuatan advokasi terdapat pada beberapa orang yang

mendukung tujuan umum dari advokasi tersebut. Khususnya di mana

demokrasi dan advokasi merupakan fenomena yang baru, yang melibatkan

sejumlah besar orang yang mewakili kepentingan yang berbeda-beda itu

dapat memberikan jaminan keamanan bagi advokasi maupun untuk

membentuk dukungan politik. Komunitas People Like Us-Satu Hati

Yogyakarta dalam mengadvokasi kebijakan Perda No. 1 Tahun 2014 tentunya

tidak sendiri karena pihak yang akan mereka advokasi sendiri sangat „tinggi‟

yakni pemerintah. Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta

berjejaring dengan komunitas jaringan lainnya seperti Iwayo (Ikatan Waria

Yogyakarta), Jaringan Perempuan Yogyakarta, Komisi Perjuangan

Perempuan serta komunitas-komunitas berbasis LGBT lainnya yang termasuk

ke dalam jaringan Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta.

68
Hasil wawancara dengan Mario Pratama (Ketua Komunitas PLUSH), pada 19 April 2017.

98 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

“...kemudian kami nggak kerja sendiri karena lawan kita ka gede banget
ya, lawan kita kan pemerintah DIY sendiri yang ingin membuat
Yogyakarta sebagai destinasi wisata yang bersih akan gepeng dan
tentunya waria termasuk didalamnya. Kami juga membangun kekuatan
dengan berjejaring dengan kawan-kawan dari komunitas nasional juga.
Seperti Federasi Arus Pelangi, Iwayo, dan kawan-kawan jaringan
lainnya. Karena ini kan peraturan daerah yang menurut kami nggak
begitu matang dan merugikan kawan-kawan waria.” 69
Unsur advokasi koalisi merupakan unsur advokasi yang cukup berpengaruh

dalam keberhasilan dari advokasi itu sendiri. Komunitas People Like Us-Satu

Hati Yogyakarta tentunya dalam mengadvokasi kasus yang cukup besar ini

tidak sendiri, yakni berkoalisi dengan komunitas-komunitas yang sudah lama

berjejaring dengan Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta. Dengan

adanya massa koalisi yang cukup besar ini pada kenyataannya dapat

mempengaruhi pihak sasaran advokasi karena melihat bahwasannya pihak

yang mengadvokasi memiliki kekuatan yang cukup besar dari komunitas

maupun organisasi yang sudah cukup diakui legalitasnya di Yogyakarta.

5.2.6 Membuat Presentasi yang Persuasif

Kesempatan untuk mempengaruhi sasaran advokasi yang merupakan

tokoh kunci seringkali terbatas. Persiapan yang cermat dan mendalam untuk

membuat argumen meyakinkan dan gaya penyajian mungkin dapat mengubah

kesempatan yang sempit itu menjadi advokasi yang berhasil.

“..dulu kami sempat melakukan audiensi ke DPRD, kemudian ke Satpol


PP, Komnas Perempuan dan ke Komnas HAM juga. Kemudian dar
Komnas HAM sendiri kami mendapatkan hasil seperti Komnas HAM
sidak ke camp assesment nya Dinas Sosial, kami menunjukkan
langsung bagaimana kondisi dari para waria yang ditangkap tanpa

69
Hasil wawancara dengan Mario Pratama (Ketua Komunitas PLUSH), pada 19 April 2017.

99 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

peradilan. Kita advokasi ke Komnas HAM itu dari 2014 udah mulai
tapi baru ditangani oleh Komnas Perempuan tahun 2015 awal. Kami
meyakinkan kepada Komnas Perempuan bahwa perda ini juga sangat
merugikan bagi perempuan termasuk transgender perempuan.” 70
Unsur advokasi ini merupakan unsur advokasi yang mendukung penyampaian

pesan untuk pihak atau sasaran yang ingin diadvokasi. Dengan adanya

presentasi yang persuatif tentunya akan lebih memudahkan Komunitas

People Like Us-Satu Hati Yogyakarta untuk mempengaruhi sasaran advokasi.

Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta sendiri dalam

mempersiapkan presentasi untuk mempengaruhi sasaran advokasi dengan

mendata kesaksian maupun pernyataan dari para waria yang menjadi korban

penangkapan Satpol PP.

5.2.7 Mengumpulkan Dana untuk Advokasi

Sebagian besar kegiatan, termasuk advokasi, memerlukan sumber dana.

Usaha untuk melakukan advokasi secara berkelanjutan dalam waktu yang

panjang berarti mennyediakan waktu dan energi dalam mengumpulkan dana

atau sumber daya yang lain untuk mendukung tugas advokasi yang

dijalankan. Dalam mengadvokasi kebijakan Perda No. 1 Tahun 2014 ini

Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta tidak begitu mengeluarkan

dana untuk mendukung jalannya advokasi, yang dibutuhkan oleh Komunitas

People Like Us-Satu Hati Yogyakarta kemudian lebih kepada sumber daya

manusia dan juga waktu. Jika memang ada beberapa dana yang harus

dikeluarkan untuk kepentingan advokasi, Komunitas People Like Us-Satu

70
Hasil wawancara dengan Mario Pratama (Ketua Komunitas PLUSH), pada 19 April 2017.

100 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Hati Yogyakarta mendapatkan dana advokasi dari dana kas komunitas sendiri

serta kas dari komunitas jaringan PLUSH lainnya.

“..lagi-lagi kalau masalah biaya nggak terlalu sih ya, kami hanya butuh
energi dan sumber daya manusia yang lebih saja dan juga waktu
tentunya karena dalam mengadvokasi kebijakan ini tidak bisa dengan
waktu yang singkat. Untuk biaya kita tidak terlalu mengeluarkan
banyak, kaya advokasi kasus-kasus juga. Kalau kepepet ya kami ambil
dari kas komunitas atau dapat bantuan juga dari kas teman-teman
jaringan” 71

5.2.8 Mengevaluasi Usaha Advokasi


Untuk menjadi pelaksana advokasi yang efektif diperlukan umpan balik

dan evaluasi terus-menerus mengenai usaha advokasi yang dilakukan. Dalam

mengadvokasi kebijakan Perda No. 1 Tahun 2014 ini Komunitas People Like

Us-Satu Hati Yogyakarta secara rutin melakukan evaluasi bersama dengan

komunitas jaringan lainnya. Evaluasi tetap rutin diadakan walaupun advokasi

kebijakan ini belum mendapatkan hasil akhir. Evaluasi yang dilakukan

seputarperkembangan dari progres-progres baik itu besar maupun kecil yang

berkaitan dengan proses advokasi itu sendiri. Dengan melakukan evaluasi

secara rutin, Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta mengharapkan

agar hasil di setiap proses adokasi yang sudah dijalankan dapat diketahui oleh

komunitas jaringan lainnya dan dari evaluasi tersebut diharapkan dapat

belajar dari pengalaman sebelumnya. Dalam evaluasi ini juga merupakan

kesempatan untuk membagikan kendala-kendala yang dialami selama proses

advokasi. Evaluasi juga dilakukan agar komunitas jaringan lainnya dapat

71
Hasil wawancara dengan Mario Pratama (Ketua Komunitas PLUSH), pada 19 April 2017.

101 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

memberikan kritik maupun masukan yang dapat mengembangkan strategi

advokasi kebijakan Perda No. 1 Tahun 2014 tersebut untuk ke depannya.

“...kami masih melakukan evaluasi perihal advokasi kebijakan perda


ini, bersama dengan Federasi Arus Pelangi karena kami juga bagian
dari Arus Pelangi. Kami melakukan evaluasi cukup rutin. Kami tetap
mengevaluasi setiap perkembangan walaupun advokasi ini belum
selesai dan masih berjalan dan kami perjuangkan.” 72
Unsur advokasi satu ini tidak dipungkiri merupakan salah satu unsur yang

dapat mendukung keberhasilan dari kinerja advokasi. Namun sama halnya

dengan advokasi kasus penyerangan, dalam mengadvokasi Perda No. 1

Tahun 2014 ini Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta tidak

membutuhkan dana yang berarti selama proses kinerja advokasi. Selama

melakukan advokasi, Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta

menggunakan kas komunitas untuk hal-hal umum seperti pencetakan data-

data dan untuk dipresentasikan kepada Komnas Perempuan dan Komnas

HAM. Untuk biaya akomodasi menggunakan dana pribadi dari anggota

komunitas yang melakukan advokasi.

Dari kedelapan unsur advokasi yang ada dalam advokasi Kebijakan

Perda No. 1 Tahun 2014 tentang Penanganan Gepeng oleh Komunitas People

Like Us-Satu Hati Yogyakarta, unsur yang dinilai paling krusial dan memiliki

andil yang cukup besar dalam mempengaruhi sasaran advokasi adalah unsur

data, pesan dan presentasi yang persuatif. Unsur-unsur advokasi tersebut pada

jalannya advokasi menjadi unsur yang dapat mempengaruhi Komnas

Perempuan untuk kemudian menjadikan perda ini masuk ke dalam daftar

72
Hasil wawancara dengan Mario Pratama (Ketua Komunitas PLUSH), pada 19 April 2017.

102 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

kebijakan yang diskriminatif yang patut untuk dikaji ulang, dan dapat

membuat Komnas HAM melakukan sidak ke camp assesment Dinas Sosial

untuk melihat kondisi langsung di lapangan. Baik Komnas Perempuan

maupun Komnas HAM menilai data yang dimiliki oleh Komunitas People

Like Us-Satu Hati Yogyakarta cukup akurat karena merupakan kesaksian

langsung dari korban penangkapan tersebut.

103 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB VI

STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI


YOGYAKARTA

Pengantar

Bab ini menjelaskan mengenai strategi advokasi yang dilakukan oleh

Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta dalam mengadvokasi hak-hak

dari kaum LGBT di Yogyakarta. Advokasi yang dilakukan oleh Komunitas

People Like Us-Satu Hati Yogyakarta adalah advokasi kasus-kasus yang

mendiskriminasi dan tidak toleran terhadap LGBT di Yogyakarta hingga

advokasikebijakan-kebijakan yang mendiskriminasi kaum LGBT. Advokasi yang

dilakukan oleh komunitas tersebut tentunya tidak dapat terlepas dari strategi-

strategi yang digunakan untuk keberhasilan advokasi sendiri. Strategi yang

digunakan juga disesuaikan dengan isu ataupun kasus yang diangkat.

Isu terkait strategi yang tepat merupakan satu-satunya yang paling penting

dalam advokasi.73 Strategi dalam advokasi ini dapat menentukan jalannya

pelaksanaan dan merupakan hal yang penting dalam advokasi. Selain itu, Sosin &

Caulum mengatakan bahwa strategi-strategi tersebut digunakan untuk mencapai

sebuah dari tujuan advokasi. Adapun tujuan advokasi ini telah ditentukan dan

menjadi langkah awal dalam proses advokasi, sehingga tujuan ini akan

menentukan strategi advokasi apa yang akan digunakan. Menyusun strategi yang

kuat dalam advokasi merupakan inti dari kegiatan advokasi. Karena itulah strategi

sangat penting disusun secara matang dan diperhitungkan keberhasilannya.

73
Sosin, M. & Caulum, S., 1983. Advocacy : A Conceptualization for Social Work.

104 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

“Strategi mengandung pendekatan konseptual secara umum yang diambil


untuk mengubah sebuah keputusan. Kemudian dijelaskan juga bahwa
beberapa penulis yang menulis mengenai strategi dan taktik dalam
advokasi tanpa memberikan penjelasan pada kedua hal tersebut.
Sedangkan yang lain bergantung pada satu strategi, seperti membuat
konflik atau penawaran dengan yang lain.”74
Strategi advokasi berperan penting untuk menentukan berhasil tidaknya tujuan

dari advokasi yang telah ditentukan. Meski ada berbagai kemungkinan definisi

untuk istilah strategi, namun kita merumuskan strategi sebagai rencana tindakan

untuk mempengaruhi kebijakan, program, perilaku dan praktik publik.75Strategi

advokasi yang dilakukan oleh Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta

cukup beragam dan tergantung dari isu yang diadvokasi. Adapun strategi advokasi

tersebut adalah sebagai berikut:

6.1 Strategi Advokasi Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta

dalam Advokasi Kasus Penyerangan Perayaan Transgender Day of

Remembrance

6.1.1 Strategi Advokasi Persuasi

Strategi advokasi yang sering diklasifikasikan biasanya menjadi

kategori berikut: kerjasama, edukasi, persuasi, litigasi (tuntutan hukum), dan

kontestasi (perlawanan).76 Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta

dalam mengadvokasi kasus penyerangan pada saat perayaan Transgender Day

of Remembrance diidentifikasi menggunakan strategi persuasi dari kelima

74
Sosin, M. & Caulum, S., 1983. Advocacy : A Conceptualization for Social Work.
75
Valerie Miler dan Jane Covey. 2005. Pedoman Advokasi: Perencanaan, Tindakan dan Refleksi.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Hal 67.
76
Nanda, I.R., 2015. Advokasi Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) dalam Revisi UU ITE tentang
Pasal Pencemaran Nama Baik (Studi Kasus Advokasi oleh Lembaga Studi dan Advokasi
Masyarakat (ELSAM) Tahun 2009 - Februari 2014). Universitas Gadjah Mada.

105 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

kategori tersebut. Strategi persuasi tersebut menggunakan informasi analisis

dan mobilisasi warga negara untuk mendesak adanya perubahan. Komunitas

People Like Us-Satu Hati Yogyakarta membagikan informasi dan analisis

terkait dengan diskriminasi yang dialami oleh kelompok LGBT di Yogyakarta

melalui kasus-kasus penyerangan terhadap LGBT di Yogyakarta dengan

membawa nilai dan tujuan dari advokasi itu sendiri. Informasi dan analisis ini

didapatkan dari data hasil survey lapangan yang dilakukan oleh komunitas

tersebut. Seperti informasi lengkap mengenai kasus penyerangan Transgender

Day of Remambrance ini, Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta

berupaya untuk membagikan informasi yang didapat dari kesaksian-kesaksian

para korban dan saksi kepada pihak Polda, Poltabes dan Komnas HAM serta

komunitas-komunitas LGBT lainnya. Dalam hal ini melibatkan unsur

advokasi yakni data dan penelitian yang memiliki peranan penting bagi

Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta untuk mempengaruhi

sasaran advokasi.

Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta dalam advokasi ini

berupaya untuk mempengaruhi keputusan dan tindakan Polda maupun

Poltabes dalam menangani kasus ini agar kasus penyerangan ini dapat

diselesaikan secara prosedural dan tidak berbelit-belit. Salah satu cara yang

kemudian dilakukan oleh Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta

untuk menekan dan mempengaruhi tindakan Polda adalah dengan melaporkan

kasus ini kepada Komnas HAM yang kemudian ditanggapi oleh Komnas

HAM dengan melayangkan surat peringatan ke Polda. Laporan ke Komnas

106 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

HAM perihal lambannya penanganan kasus yang ditangani oleh Polda juga

merupakan salah satu cara untuk mempengaruhi tindakan dari Polda sendiri

dalam menangani kasus ini.

Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta juga memobilisasi

komunitas berbasis LGBT lainnya di Yogyakarta serta komunitas-komunitas

jaringan untuk turut bersolidaritas akan kasus ini dengan membawa nilai dan

tujuan dari advokasi itu sendiri. Komunitas People Like Us-Satu Hati

Yogyakarta berupaya untuk menyatukan kekuatan dengan komunitas lainnya,

sehingga Polda maupun Poltabes merasa „ditekan‟ dan diawasi oleh berbagai

pihak. Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta selalu berusaha

memaparkan perkembangan dari penanganan kasus penyerangan ini kepada

komunitas lainnya dan diharapkan dengan pemberitaan mengenai

perkembangan kasus ini dapat menyadarkan komunitas untuk lebih aware.

“..tentunya disini kami terus berusaha untuk memfollow up, mengawal,


menuntut agar kasus ini ditangani sebagaimana mestinya, tidak pandang
bulu, tidak melihat siapa korbannya. Dengan data-data dan informasi
yang kami dapatkan di lapangan kami berusaha meyakinkan Polda
bahwa ada pelakunya dalam kasus ini dan dari rekaman video yang
PLUSH dapatkan pun sudah merupakan cukup bukti untuk pihak Polda
menemukan para pelaku.kami juga melaporkan hal ini ke Komnas
HAM dan Polda sudah disurati, tapi jawaban Polda sendiri malah kasus
ini sudah ditangani Poltabes, dan terus diulur-ulur. Kami juga mengajak
teman-teman komunitas lain untuk turut bersolidaritas agar ikut
mengadvokasi juga dan tujuannya ya memperkuat advokasi itu
sendiri.”77
Penerapan strategi persuasi ini juga merupakan upaya pengkampanyean

isu untuk menarik lebih banyak respon dari masyarakat luas atau publik.

77
Hasil wawancara dengan Mario Pratama (Ketua PLUSH), pada tanggal 19 April 2017.

107 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Diharapkan dengan adanya strategi persuasi ini, publik menjadi lebih aware

atas kasus penyerangan terhadap LGBT pada saat Perayaan Transgender Day

of Remembrance tersebut maupun kasus-kasus serupa yang berhubungan

dengan LGBT.

Dalam penerapannya, terdapat beberapa unsur advokasi yang terlibat

akan jalannya penerapan strategi tersebut. Unsur-unsur advokasi tersebut

adalah data dan penelitian, sasaran advokasi, pesan advokasi serta presentasi.

Unsur data dan penelitian sendiri merupakan unsur yang berpengaruh dalam

melakukan pesuasi terhadap pihak sasaran yang diadvokasi, dalam kasus ini

adalah pihak Polda, Poltabes dan Komnas HAM. Data dan penelitian yang

dimiliki oleh Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta kemudian

dijadikan dasar dalam mempengaruhi sasaran advokasi. Dalam mengadvokasi

kasus ini Komunitas People Like Us- Satu Hati Yogyakarta melakukan survey

secara langsung untuk mendapatkan data yang akurat di lapangan. Komunitas

People Like Us- Satu Hati Yogyakarta sendiri memiliki data-data seperti

rekaman video pada saat kejadian perkara yang mana telah diserahkan kepada

pihak Poltabes dan juga data-data dari kesaksian para korban maupun saksi

yang merupakan hasil survey mandiri. Komunitas People Like Us Satu Hati

Yogyakarta mengumpulkan kesaksian-kesaksian dari para saksi dari kejadian

perkara yang memungkinkan untuk membantu menemukan pelaku dan data

tersebut didapatkan oleh PLUSH melalui pendekatan-pendekatan secara

langsung dan mendalam dari para saksi dan korban sendiri. Data yang dimiliki

kemudian digunakan oleh Komunitas People Like Us Satu Hati Yogyakarta

108 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

untuk mempengaruhi yang pertama Komnas HAM agar memberikan

peringatan terhadap pihak kepolisian agar menyelesaikan kasus tersebut dan

kemudian untuk mempengaruhi pihak kepolisian sendiri agar menyelesaikan

kasus ini sesuai dengan prosedur yang ada.

Dalam menerapkan strategi persuasi, Komunitas People Like Us- Satu

Hati Yogyakarta tentunya melibatkan sasaran advokasi itu sendiri. Setelah

menentukan sasaran atau pihak yang akan diadvokasi yakni Komnas HAM

dan Polda maupun Poltabes, strategi advokasi persuasi yakni dengan

pemaparan informasi-informasi yang dimiliki oleh Komunitas People Like Us-

Satu Hati Yogyakarta dirasa menjadi strategi yang memungkinkan untuk

mempengaruhi keputusan dari pihak kepolisian. Unsur pesan disini juga

merupakan unsur advokasi yang terlibat dalam penerapan strategi persuasi ini.

Komunitas People Like Us- Satu Hati Yogyakarta dalam mengadvokasi kasus

ini pada dasarnya ingin menyampaikan pesan bahwa LGBT memiliki hak

yang sama dengan warga sipil lainnya untuk mendapatkan perlindungan dari

negara seperti penanganan kasus penyerangan yang dialami oleh beberapa

anggota kelompok LGBT yang mengikuti Perayaan Transgender Day of

Remambrance. Pesan tersebut disampaikan oleh Komunitas People Like Us-

Satu Hati Yogyakarta kepada pihak Polda, Poltabes dan Komnas HAM selaku

sasarana advokasi dalam kasus ini. Pesan tersebut kemudian yang dapat

mempengaruhi Komnas HAM dalam memberikan surat peringatan kepada

pihak kepolisian yang mana pada penerapannya pihak kepolisian berusaha

109 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

untuk mengulur-ulur kasus ini walaupun pada akhirnya tidak diselesaikan

secara adil.

Dengan adanya data dan penelitian, serta pesan advokasi yang ingin

dibawa kepada sasaran advokasi, bagaimana memaparkan kedua hal tersebut

juga penting untuk diperhatikan. Dalam hal ini unsur presentasi yang persuatif

dibutuhkan sebagai cara untuk menyampaikan informasi maupun pesan

advokasi yang ditujukan untuk sasaran advokasi. Dengan melakukan

presentasi akan data dan penelitian maupun pesan advokasi, Komunitas

People Like Us-Satu Hati Yogyakarta berhasil mempengaruhi Komnas HAM

untuk membantu dengan memberikan surat peringatan kepada pihak

kepolisian agar segera menangani kasus tersebut. Dengan adanya peringatan

dari Komnas HAM ini sangat berpengaruh kepada kinerja pihak kepolisian

yang mana kemudian kasus ini dilimpahkan kepada Poltabes. Dengan

melakukan presentasi akan data dan penelitian maupun pesan advokasi kepada

pihak kepolisian pula, membuat pihak kepolisian „terpaksa‟ menangani kasus

ini walaupun pada kenyataannya kasus ini hanya diulur selama satu tahun.

Dalam penerapannya, strategi persuasi yang digunakan oleh Komunitas

People Like Us-Satu Hati Yogyakarta dalam mengadvokasi kasus

penyerangan LGBT pada saat perayaan Transgender Day of Remambrance

menunjukkan keberhasilan. Keberhasilan tersebut dilihat dari adanya beberapa

pencapain, seperti terpengaruhnya sasaran advokasi yakni Komnas HAM

melalui data dan informasi yang telah dipaparkan oleh Komunitas People Like

Us-Satu Hati Yogyakarta, sehingga Komnas HAM bersedia membantu

110 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta dalam mempengaruhi

sasaran advokasi yang lebih berpengaruh, yakni pihak kepolisian. Strategi

persuasi ini tidak cukup berhasil diterapkan kepada pihak kepolisian karena

mindset yang sudah tertanam pada pihak kepolisian sendiri yang mana tidak

pernah menyelesaikan kasus yang berhubungan dengan LGBT di Yogyakarta.

6.1.2 Strategi Advokasi Negosiasi

Melakukan negosiasi penting dalam melakukan advokasi karena

didalamnya terjadi proses komunikasi, sharing dan tawar menawar terhadap

sasaran advokasi maupun pihak yang berkaitan dengan advokasi. 78 Dalam

mengadvokasi kasus penyerangan fisik atau kekerasan pada saat Perayaan

Transgender Day of Remambrance Komunitas People Like Us-Satu Hati

Yogyakarta berupaya melakukan pendekatan dan komunikasi secara

mendalam terhadap sasaran advokasi seperti Komnas HAM (Hak Asasi

Manusia), Polda, Poltabes bersama dengan komunitas jaringan yang ikut

mengadvokasi kasus tersebut.

Dalam melakukan pendekatan dengan sasaran advokasi, yang menjadi

kendala kemudian adalah sharing yang telah dilakukan tersebut hanya akan

berlangsung sesaat, dan tidak ada hasil yang memuaskan dari upaya

pendekatan tersebut. Pihak Polda sendiri memberikan kesempatan untuk

Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta serta komunitas-komunitas

jaringan lainnya melakukan sharing terkait dengan kasus ini namun di hari

78
Flowers, Nancy dan Goyal, Rakhee. 2003.Mengembangkan Strategi Advokasi yang Efektif. USA:
Women‟s Learning Partnership.

111 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

berikutnya pihak Polda tidak akan melakukan apa yang menjadi hasil sharing

dengan komunitas. Pihak Polda seakan-akan telah memiliki mindset sejak

awal bahwa kasus dengan korban waria tidak akan mereka selesaikan dengan

prosedur dan walaupun dengan bukti yang ada. Namun Komunitas People

Like Us-Satu Hati Yogyakarta cukup berhasil dalam melakukan negosiasi

dengan Komnas HAM karena dengan adanya sharing dan komunikasi secara

mendalam tersebut, Komnas HAM menjadi lebih mengetahui perkara secara

detail dan kemudian memberikan surat peringatan kepada pihak kepolisian

Yogyakarta agar segera menangani kasus tersebut. Dengan adanya laporan

kepada Komnas HAM pula menjadi catatan tersendiri bagi Komnas HAM

bahwasannya terdapat banyak kasus-kasus kekerasan terhadap LGBT di

Yogyakarta yang tidak ditangani secara adil oleh kepolisian Yogyakarta yang

mana LGBT juga merupakan warga negara yang memiliki hak mendapatkan

perlindungan dari negaranya.

“...dari usaha-usaha yang kami lakukan salah satunya seperti


memaparkan perihal bukti-bukti akan kasus ini yang kami miliki,
kesaksian-kesaksian dari para korban dan saksi yang sudah kami data
kepada Polda agar membantu Polda juga dalam melacak pelaku.
Dengan follow-up follow-up yang kerap kami lakukan, kami juga
berusaha berbincang secara mendalam dengan pihak Polda bahwa
korban-korban yang diserang dalam kasus ini juga merupakan warga
negara yang memiliki hak untuk dilindungi dan punya hak yang sama
dalam pengadilan. Kami juga sharing akan kasus ini ke Komnas HAM
dan hasilnya Komnas HAM menyurati Polda sampai 3 kali, itu juga
capaian sih.”79
Dalam penerapan strategi negosiasi tersebut juga melibatkan beberapa

unsur-unsur dasar dari advokasi itu sendiri. Unsur-unsur advokasi tersebut

79
Hasil wawancara dengan Mario Pratama (Ketua PLUSH), pada tanggal 19 April 2017.

112 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

adalah koalisi, data dan penelitian serta pesan advokasi yang hendak

disampaikan kepada sasaran advokasi itu sendiri. Dalam melakukan negosiasi

dengan sharing dan komunikasi mendalam kepada sasaran advokasi dilakukan

Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta bersama dengan komunitas

jaringan lainnya. Dengan menyatukan kekuatan untuk bersama-sama

melakukan negosiasi baik itu kepada Komnas HAM maupun pihak kepolisian

pada kenyataannya membuat sasaran advokasi menjadi terpengaruh karena

melihat pihak yang mengadvokasi memiliki jaringan yang cukup besar dalam

mengadokasi kasus ini. Ditambah dengan pemaparan informasi serta pesan

advokasi itu sendiri, Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta

bersama dengan komunitas jaringan lainnya dapat mempengaruhi Komnas

HAM dan turut membantu mempengaruhi pihak kepolisian dengan

memberikan surat peringatan resmi kepada pihak kepolisian.

Dalam penerapannya, strategi negosiasi yang digunakan oleh

Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta dalam mengadvokasi kasus

penyerangan LGBT pada saat perayaan Transgender Day of Remambrance

menunjukkan adanya keberhasilan. Keberhasilan tersebut dilihat dari

pencapaian-pencapaian tertentu dari advokasi yang telah dijalankan oleh

Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta selama satu tahun, seperti

sharing dan komunikasi yang dilakukan dengan Komnas HAM menghasilkan

suatu kesepakatan bahwasannya Komnas HAM akhirnya memberikan surat

peringatan terhadap pihak kepolisian agar segera menyelesaikan kasus

penyerangan LGBT pada saat Trangender Day of Remembrance secara adil

113 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

dan sesuai dengan prosedur yang ada. Dalam negosiasi yang dilakukan

bersama dengan Komnas HAM pula, menghasilkan suatu kesepakatan

bahwasannya Komnas HAM sendiri menjadi lebih menyoroti pihak kepolisian

Yogyakarta dalam menangani kasus-kasus yang berhubungan dengan

diskriminasi terhadap LGBT, karea hal ini juga menyangkut perampasan hak-

hak dari para LGBT tersebut sebagai warga negara.

6.1.3 Strategi Advokasi Litigasi

Strategi advokasi untuk melakukan perubahan bisa berupa hukum

formal (litigasi) maupun upaya di luar hukum formal (nonlitigasi). Upaya

hukum (litigasi) menggunakan mekanisme formal institusi hukum dan

struktural administratif yang ada, baik itu di kepolisian, kejaksaan, maupun

peradilan. Sedangkan upaya di luar hukum, formal (non-litigasi memanfaatkan

potensi kekuatan sosial dan politik yang tersedia, baik yang memiliki

hubungan secara langsung maupun tidak lagsung terhadap advokasi yang

dilakukan.80 Dalam hal ini Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta

melakukan upaya hukum untuk mengadvokasi kasus penyerangan fisik

terhadap LGBT yang terjadi pada saat perayaan Transgender Day of

Remambrance pada November 2014 silam. Dengan berjejaring dengan

komunitas berbasi LGBT lainnya seperti Ikatan Waria Yogyakarta dan

Jaringan Perempuan Yogyakarta, Komunitas People Like Us-Satu Hati

Yogyakarta yang sudah memiliki akta resmi sebagai organisasi berbasis

80
Hermawanto tentang advokasi dalam Panduan Bantuan Hukum di Indonesia.Jakarta : YLHBI
2009. Hal 476

114 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

komunitas ini menggunakan jalur hukum yakni melalui kepolisian untuk

menuntut keadilan yakni ditemukannya pelaku dari kasus ini. Komunitas

People Like Us-Satu Hati Yogyakarta langsung melaporkan kasus ini ke Polda

karena karena mngingat pengalaman dari kasus-kasus serupa sebelumnya di

tahun 2013 lalu yang mana ketika Komunitas People Like Us-Satu Hati

Yogyakarta melaporkan kasus tersebut ke Polsek setempat mereka kemudian

„dilempar-lempar‟ hingga ke Polda. Sehingga Komunitas People Like Us-Satu

Hati Yogyakarta memutuskan untuk langusung melaporkan kasus tersebut ke

Polda. Penanganan kasus penyerangan tersebut oleh Polda di hari pertama

pelaporan hanya sekedar dipanggilnya para korban dan saksi dan

dibuatkannya BAP untuk para korban.

“kasus-kasus yang sudah masuk ke tahap kriminal seperti ini jelas kita
nggak bisa pakai mediasi aja, kami pastikan harus sampai ke kepolisian
dan ditangani sesuai dengan prosedur penanganan kasus kekerasan atau
penyerangan. Kami selalu berusaha agar kasus-kasus penyerangan
terhadap LGBT yang jelas-jelas ada banyak korban ini masuk ke
pengadilan, tapi ya kami berusaha mengadvokasi ke pihak kepolisian
dulu, itu saja masih dipersulit oleh pihak kepolisian.”81

“..yang dilakukan komunitas PLUSH pertama-tama adalah langsung


melaporkan kasus tersebut ke Polda setempat, karena mngingat
pengalaman dari kasus-kasus penyerangan tahun 2013 lalu yang mana
ketika PLUSH melaporkan kasus tersebut ke Polsek setempat mereka
kemudian „dilempar-lempar‟ hingga ke Polda, sehingga PLUSH
memutuskan untuk langusung melaporkan kasus tersebut ke Polda.
Pada hari pertama PLUSH melapor ke Polda proses yang terjadi di hari
pertama tersebut hanya sekedar membuat BAP kemudian hingga
dipanggilnya para korban dan saksi dan dibuatkan BAP untuk para
korban.”82

81
Hasil wawancara dengan Renat, pada tanggal 4 April 2017.
82
Hasil wawancara dengan Mario Pratama (Ketua PLUSH), pada tanggal 19 April 2017.

115 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta selalu berupaya

memfollow-up akan perkembangan kasus penyerangan ini ke Polda, namun

selama tiga bulan mereka tidak mendapatkan jawaban yang pasti dari pihak

Polda. Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta akhirnya melaporkan

kasus ini kepada Komnas HAM dan alhasil Komnas HAM memberikan surat

peringatan kepada Polda. setelah diberikan „peringatan‟ oleh Komnas HAM,

Polda memberikan jawaban bawasannya kasus ini sudah dilimpahkan ke

Poltabes. Tepat setelah satu tahun berlalu kasus ini tidak kunjung ditangani

oleh pihak Poltabes, Komunitas PLUSH bersama dengan komunitas berbasis

LGBT lainnya melakukan aksi didepan Poltabes. Aksi tersebut dibagi menjadi

beberapa orang melakukan audiensi kepada Poltabes di dalam dan yang

lainnya melakukan aksi di luar Poltabes. Jawaban yang diterima oleh

Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta pada saat itu sangat

mengecewakan bahwasannya pihak Poltabes mengatakan bahwa bukti-bukti

yang ada dari para korban belum cukup untuk pihak Poltabes mencari pelaku

penyerangan. Dan kasus ini terasa janggal karena hampir semua kasus yang

berhubungan dengan LGBT tidak akan ditangani dengan baik oleh pihak

kepolisan. Dalam hal ini strategi litigasi ini dianggap tidak begitu berpengaruh

dalam melakukan advokasi kasus penyerangan tersebut karena yang menjadi

kendala terbesar yang dialami oleh Komunitas People Like Us-Satu Hati

Yogyakarta adalah pihak kepolisian yang mempengaruhi berhasil-tidaknya

strategi litigasi tersebut. Pihak kepolisian disini dianggap kurang adil dalam

menangani kasus-kasus dengan isu sensitif yakni diskriminasi terhadap

116 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

LGBT. Walaupun maksud awal Komunitas People Like Us-Satu Hati

Yogyakarta ini mengadvokasi kasus ini sudah dengan prosedur yang benar

yakni dengan meminta bantuan kepada pihak kepolisian agar menangani kasus

tersebut, namun pada kenyataannya advokasi tersebut dijalankan lebih

cenderung dengan strategi persuasi dan negosiasi.

Dalam penerapannya di lapangan, strategi litigasi yang digunakan oleh

Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta dalam mengadvokasi kasus

penyerangan LGBT pada saat perayaan Transgender Day of Remambrance

tidak menunjukkan adanya keberhasilan. Kegagalan dalam penerapan strategi

litigasi tersebut berdasar pada sasaran advokasi, yakni pihak kepolisian. Pihak

kepolisian sendiri menjadi hambatan terberat bagi Komunitas People Like Us-

Satu Hati Yogyakarta dalam mengadvokasi kasus penyerangan LGBT pada

saat perayaan Transgender Day of Remambrance, karena isu yang diangkat

sendiri sangat sensitif yakni diskrimiansi yang dialami oleh LGBT. Komunitas

People Like Us-Satu Hati Yogyakarta menyatakan bahwa pihak Kepolisian

Yogyakarta sendiri belum pernah menangani kasus yang berhubungan dengan

LGBT atau diskriminasi terhadap LGBT secara adil dan tuntas. Hal ini yang

menjadi kendala dan hambatan paling berat bagi Komunitas People Like Us-

Satu Hati Yogyakarta dalam mengadvokasi kasus penyerangan LGBT pada

saat perayaan Transgender Day of Remambrance, karena pihak kepolisian

sendiri yang memiliki wewenang dalam mengeksekusi kasus penyerangan

tersebut.

117 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

6.2 Strategi Advokasi Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta

dalam Advokasi Kebijakan Perda DIY No. 1 Tahun 2014

6.2.1 Strategi Advokasi Persuasi

Strategi persuasi menggunakan informasi, analisis dan mobilisasi warga

negara untuk medesakkan perubahan. Pelaksanaan advokasi memerlukan

suatu bentuk komunikasi yang efektif. Sebuah prinsip penting adalah konsep

tentang segmentasi audien – pembagian audien ke dalam kelompok –

kelompok homogen yang memiliki kesamaan sikap, perilaku dan level

penhetahuan dan yang menggunakan saluran komunikasi yang sama. Karena

target yang dituju dalam advokasi berbeda-beda, hal ini membuat pesan yang

disampaikan pun berlainan pula. Selain itu, cara penyampaian serta bahasa

yang digunakan mungkin akan berbeda pada target yang berbeda. Pemilihan

target auden di dalam advokasi inilah yang kemudian membuat pesan harus

disampaikan secara persuatif.

Dalam mengadvokasi kebijakan Peraturan DIY No. 1 Tahun 2014 ini

Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta memberikan informasi yang

dimiliki dari survey lapangan akan dampak setelah diberlakukannya perda

tersebut. Beberapa dampak tersebut yakni semakin seringnya Satpol PP dalam

melakukan razia di jalanan. Gepeng yang didalamnya juga terdapat waria

tersebut setelah ditangkap kemudian langsung dipenjara tanpa peradilan.

Mereka kemudia dijebloskan ke camp assesment yang dirasa tidak layak dan

manusiawi. Tidak hanya itu, petugas kerap melakukan terapi konversi bagi

para waria yang tertangkap dimana terapi konversi tersebut sudah dilarang

118 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

penggunannya oleh internasional. Dari laporan beberapa waria yang pernah

dibawa ke camp assesment, mereka diperlakukan dengan buruk dan tidak

manusiawi, fasilitas dari camp assesment pun sangat memprihatinkan.

Perlakuan petugas di camp assesment dirasa sudah melanggar HAM dari para

waria yang ditangkap, apalagi mereka dipaksa diterapi konversi. Yang

kemudian terjadi setelah diberlakukannya perda tersebut juga penangkapan

yang sewenang-wenang, yang mana pada awalnya yang ditangkap adalah para

waria yang mengemis dan mengamen biasa, namun sekarang para waria yang

berdagang asongan dan mengamen secara baik seperti jatilan pun ikut

ditangkap dan dijebloskan ke camp assesment. Untuk kasus gelandangan dan

pengemis selain waria bahkan lebih parah, petugas dengan semena-mena

menangkap orang-orang yang „terlihat‟ gelandangan ataupun pengemis.

Dari informasi dan analisis tersebut Komunitas People Like Us-Satu

Hati Yogyakarta berusaha memberikan informasi tersebut kepada yang

pertama Komnas Perempuan, yang mana tujuannya agar Perda No. 1 Tahun

2014 tentang Penanganan Gepeng tersebut masuk ke dalam daftar kebijakan

diskriminatif dari Komnas Perempuan, karena Komnas Perempuan yang

melakukan pendataan akan kebijakan-kebijakan yang dinilai diskriminatif

yang juga mendiskriminasi perempuan di dalamnya. Pemberian informasi dan

analisis kepada Komnas Perempuan oleh Komunitas People Like Us-Satu Hati

Yogyakarta dinilai efektif karena perda tersebut pada akhirnya masuk ke

dalam daftar kebijakan yang diskriminatif Komnas Perempuan.

119 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Informasi dan analisis mengenai keadaan para waria setelah

diberlakukannya perda tersebut juga diberikan kepada Komnas HAM, yang

mana pembagian informasi dan analisis ini dirasa efektif karena Komnas

HAM langsung melakukan sidak ke camp assesment di Dinas Sosial

Yogyakarta. Dengan ditemani oleh Komunitas People Like Us-Satu Hati

Yogyakarta Komnas HAM diajak untuk melihat langsung kondisi gepeng dan

waria yang dipenjara tanpa peradilan, yang mana kehidupan mereka di camp

assesment juga tidak layak dan kerap mendapatkan kekerasan verbal dan

terapi konversi. Dari sidak tersebut sudah merupakan capaian atas advokasi

Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta ke Komnas HAM. Dampak

yang terjadi setelah dilakukannya sidak oleh Komnas HAM adalah razia

sewenang-wenang yang jarang dilakukan oleh Satpol PP. Dari informasi yang

didapatkan Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta di lapangan dan

dari laporan para waria bahwa jalanan menjadi sangat bersih akan razia dan

Satpol PP dalam menangkap atau merazia pun menjadi lebih berhati-hati.

“..Kita melakukan advokasi ke Komnas Perempuan sejak tahun 2014.


Yang kami lakukan disini adalah meyakinkan Komnas Perempuan
bahwa kebijakan Perda No 1 Tahun 2014 ini juga merugikan
perempuan, yang termasuk didalamnya adalah transperempuan. Kami
tetap melaporkan „kejanggalan‟ kebijakan ini kepada Komnas HAM
disertai dengan dampak-dampak yang diterima oleh gepeng dan waria
akan kebijakan tersebut. Audiensi dengan Komnas HAM menghasilkan
sidak yang dilakukan oleh Komnas HAM ke „camp‟ nya Dinas Sosial
yang mana Komnas HAM sendiri melihat situasi „real‟nya dari para
waria di Yogyakarta yang mana mereka dipenjara tanpa peradilan.”83

83
Hasil wawancara dengan Mario Pratama (Ketua PLUSH), pada tanggal 19 April 2017.

120 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Dalam penerapannya, terdapat beberapa unsur advokasi yang terlibat

akan jalannya penerapan strategi tersebut. Unsur-unsur advokasi tersebut

adalah data dan penelitian, sasaran advokasi, pesan advokasi serta presentasi.

Unsur data dan penelitian sendiri merupakan unsur yang sangat berpengaruh

dalam melakukan pesuasi terhadap pihak sasaran yang diadvokasi, dalam

kasus ini adalah Komnas Perempuan, Komnas HAM dan Satpol PP. Data dan

penelitian yang dimiliki oleh Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta

kemudian dijadikan dasar dalam mempengaruhi sasaran advokasi. Komunitas

People Like Us- Satu Hati Yogyakarta mendapatkan dat dan informasi melalui

kesaksian dari para waria yang menjadi korban penangkapan oleh Satpol PP.

Kesaksian para korban yang mana mereka kemudian dijebloskan ke dalam

camp assestment yang tidak manusiawi serta kerap mendapatkan kekerasan

fsik maupun verbal dijadikan Komunitas People Like Us- Satu Hati

Yogyakarta sebagai data dan informasi untuk dipaparkan kepada sasaran

advokasi. Data tersebut yang kemudian membuat Komnas Perempuan

memasukkan Perda No.1 Tahun 2014 ini menjadi salah satu daftar kebijakan

yang diskriminatif dan patut untuk dikaji ulang. Dengan data tersebut juga

membuat Komnas HAM melakukan sidak ke camp assestment Dinas Sosial

untuk melihat langsung kondisi dari para korban. Setelah dilakukannya sidak

oleh Komnas HAM tersebut berpengaruh besar dalam kinerja Satpol PP yang

tidak lagi semena-mena dalam melakukan razia di jalanan.

Dalam menerapkan strategi persuasi, Komunitas People Like Us- Satu

Hati Yogyakarta tentunya melibatkan sasaran advokasi itu sendiri. Setelah

121 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

menentukan sasaran atau pihak yang akan diadvokasi yakni Komnas HAM

dan Komnas Perempuan, strategi advokasi persuasi yakni dengan pemaparan

informasi-informasi yang dimiliki oleh Komunitas People Like Us-Satu Hati

Yogyakarta dirasa menjadi strategi yang memungkinkan untuk mempengaruhi

kinerja dari Satpol PP karena Satpol PP yang memiliki wewenang untuk

menjalankan kebijakan Perda No. 1 Tahun 2014 tersebut. Unsur pesan

advokasi disini juga merupakan unsur advokasi yang terlibat dalam penerapan

strategi persuasi ini. Komunitas People Like Us- Satu Hati Yogyakarta dalam

mengadvokasi Perda No. 1 Tahun 2014 ini pada dasarnya ingin

menyampaikan pesan bahwa kebijakan dari perda ini sangat merugikan

transgender atau waria yang ada di Yogyakarta dan terkesan mendiskriminasi

keberadaan transgendr itu sendiri, dan tentu saja hal ini telah merenggut hak

dari transgender untuk mencari nafkah dan mendapatkan perlindungan dari

negara. Pesan advokasi tersebut kemudian yang dapat mempengaruhi Komnas

HAM dan Komnas Perempuan dalam melakukan sidak maupun memasukkan

Perda tersebut menjadi salah satu kebijakan yang diskriminatif yang patut

untuk dikaji kembali.

Dengan adanya data dan penelitian, serta pesan advokasi yang ingin

dibawa kepada sasaran advokasi, bagaimana memaparkan kedua hal tersebut

juga penting untuk diperhatikan. Dalam hal ini unsur presentasi yang persuatif

dibutuhkan sebagai cara untuk menyampaikan informasi maupun pesan

advokasi yang ditujukan untuk sasaran advokasi. Dengan melakukan

presentasi akan data dan penelitian maupun pesan advokasi, Komunitas

122 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

People Like Us-Satu Hati Yogyakarta cukup berhasil mempengaruhi Komnas

Perempuan maupun Komnas HAM dalam melakukan sidak yang berpengaruh

positif hingga sekarang. Dengan sidak yang dilakukan oleh Komnas HAM,

pihak Satpol PP menjadi lebih berhati-hati dalam melakukan penangkapan

maupun razia di jalanan Yogyakarta dan tidak semena-mena menangkap waria

yang sedang berdagang asongan di jalan, dan hal tersebut berjalan hingga

sekarang. Walaupun saat ini keadaan sudah mulai membaik dan para waria di

Yogyakarta merasa lebih aman dalam mencari nafkah, Perda No. 1 Tahun

2014 tersebut masih ada hingga sekarang dan Komunitas People Like Us- Satu

Hati Yogyakarta masih berusaha untuk mengadvokasi kebijakan perda

tersebut agar tujuan advokasi tercapai yakni dihapuskannya Perda No. 1

Tahun 2014 tersebut.

Dalam penerapannya, strategi persuasi yang digunakan oleh Komunitas

People Like Us-Satu Hati Yogyakarta dalam mengadvokasi Perda No. 1

Tahun 2014 tentang Penanganan Gelandangan dan Peengemis menunjukkan

keberhasilan. Keberhasilan tersebut dilihat dari pencapaian-pencapaian

advokasi yang dilakukan sejak tahun 2016 yang berdampak positif bagi

transgender atau waria di Yogyakarta. Dengan memaparkan data dan

informasi yang dimiliki perihal kesaksian dari para korban yang mengalami

penangkapan secara semena-mena dan pada akhirnya dimasukkan ke dalam

camp assestment Dinas Sosial yang tidak manusiawi, oleh Komunitas People

Like Us-Satu Hati Yogyakarta berhasil mempengaruh yang pertama yakni

Komnas Perempuan sehingga Perda tersebut masuk ke dalam daftar kebijakan

123 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

yang diskiriminatif oleh Komnas Perempuan yang patut untuk dikaji kembali

kebijakannya. Yang kedua, keberhasilan strategi persuasi tersebut juga dilihat

dari Komnas HAM yang melakukan sidak langsung ke camp assestment Dinas

Sosial yang kemudian sangat berpengaruh terhadap kinerja Satpol PP yang

melakukan penangkapan secara semena-mena waria di jalanan. Satpol PP

hingga saat ini bertindak lebih hati-hati dalam melakuka razia dan

penangkapan di jalanan. Advokasi yang dilakukan oleh oleh Komunitas

People Like Us-Satu Hati Yogyakarta hingga saat ini masih berjalan karena

tujuan utama advokasi kebijakan ini adalah dihapuskannya kebijakan Perda

No. 1 Tahun 2014 yang dirasa mendiskriminasi LGBT tersebut.

6.2.2 Strategi Advokasi Negosiasi

Melakukan negosiasi penting dalam melakukan advokasi karena

didalamnya terjadi proses komunikasi, sharing dan tawar menawar terhadap

sasaran advokasi maupun pihak yang berkaitan dengan advokasi. 84 Dalam

mengadvokasi Kebijakan Perda No. 1 Tahun 2014 Komunitas People Like

Us-Satu Hati Yogyakarta berupaya melakukan pendekatan dan komunikasi

secara mendalam terhadap sasaran advokasi seperti Komnas HAM (Hak Asasi

Manusia), Komnas Perempuan dan Satpol PP. Dalam melakukan sharing atau

komunikasi dengan Komnas HAM menghasilkan capaian yang baik seperti

sidak yang dilakukan oleh Komnas HAM ke camp assesment Dinas Sosial

dimana disana Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta

84
Flowers, Nancy dan Goyal, Rakhee. 2003.Mengembangkan Strategi Advokasi yang Efektif. USA:
Women‟s Learning Partnership.

124 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

memperlihatkan kondisi real dari para waria maupun gepeng yang

diterlantarkan ke dalam camp asssesment dan kera mendapatkan kekerasan

verbal maupun non verbal. Dengan sharing dan komunikasi yang dilakukan

komunitas kepaada Komnas HAM tersebut, pihak Satpol PP kini menjadi

lebih berhati-hati dan tidak semena-mena dalam melakukan penangkapan atau

razia di jalanan. Walaupun bentuk komunikasi yang dilakukan kepada

Komnas HAM tidak membuat pemerintah merubah konten Perda No.1 Tahun

2014, namun petugas Satpol PP yang bertugas untuk membantu dalam

menjalankan konten Perda tersebut setidaknya tidak semena-mena dalam

menjalankan tugas.

Dalam penerapan strategi negosiasi tersebut juga melibatkan beberapa

unsur-unsur dasar dari advokasi itu sendiri. Unsur-unsur advokasi tersebut

adalah koalisi, data dan penelitian serta pesan advokasi yang hendak

disampaikan kepada sasaran advokasi itu sendiri. Dalam melakukan negosiasi

dengan sharing dan komunikasi mendalam kepada sasaran advokasi dilakukan

Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta bersama dengan komunitas

jaringan lainnya seperti Ikatan Waria Yogyakarta (Iwayo) dan Jaringan

Perempuan Indonesia. Dengan menyatukan kekuatan untuk bersama-sama

melakukan negosiasi baik itu kepada Komnas HAM maupun Komnas

Perempyuan pada kenyataannya membuat sasaran advokasi sendiri menjadi

terpengaruh karena melihat pihak yang mengadvokasi memiliki jaringan yang

cukup besar dalam mengadokasi Perda No. 1 Tahun 2014 ini. Ditambah

dengan pemaparan data dan informasi serta pesan advokasi itu sendiri,

125 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta bersama dengan komunitas

jaringan lainnya berhasil mencapai kesepakatan yang pertama dengan Komnas

Perempuan bahwasannya Perda No. 1 Tahun 2014 ini menjadi salah satu

daftar kebijakan yang diskriminatif dan patut untuk dikaji kembali

kebijakannya. Yang kedua Komnas HAM pada akhirnya melakukan sidak ke

camp assestment Dinas Sosial dan melihat langsung kondisi real dari para

korban yang berada disana. Dengan adanya sidak dari Komnas HAM tersebut

pada kenyataannya dapat mempengaruhi kinerja dari Satpol PP yang memiliki

wewenang untuk menjalankan kebijakan Perda No. 1 Tahun 2014 tersebut.

Satpol PP sendiri menjadi tidak semena-mena dalam melakukan penangkapan

di jalan dan membuat waria menjadi lebih merasa aman dalam mencari nafkah

di jalanan Yogyakarta. Walaupun hingga sekarang Komunitas People Like Us-

Satu Hati Yogyakarta masih terus mengadvokasi Perda No. 1 Tahun 2014

tersebut namun pencapaian-pencapaian tadi termasuk ke dalam keberhasilan

dari Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta mengadvokasi

kebijakan perda tersebut.

Dalam penerapannya, strategi negosiasi yang digunakan oleh Komunitas

People Like Us-Satu Hati Yogyakarta dalam mengadvokasi Perda No. 1

Tahun 2014 tentang Penanganan Gelandangan dan Peengemis menunjukkan

keberhasilan. Keberhasilan tersebut dilihat dari pencapaian-pencapaian

advokasi yang dilakukan sejak tahun 2016 yang berdampak positif bagi

transgender atau waria di Yogyakarta. Dengan adanya sharing dan komunikasi

yang rutin dilakukan Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta

126 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

bersama dengan Komnas Perempuan dan Komnas HAM menghasilkan suatu

kesepesakatan bahwa Perda No. 1 Tahun 2014 ini masuk ke dalam daftar

kebijakan yang diskriminatif yang perlu untuk dikaji kembali kebijakannya.

Advokasi yang dilakukan oleh oleh Komunitas People Like Us-Satu Hati

Yogyakarta hingga saat ini masih berjalan karena tujuan utama advokasi

kebijakan ini adalah dihapuskannya kebijakan Perda No. 1 Tahun 2014 yang

dirasa mendiskriminasi LGBT tersebut.

Berbagai macam jenis strategi advokasi yang dapat diidentifikasi terhadap

keberhasilan advokasi yang dilakukan oleh Komunitas People Like Us-Satu Hati

Yogyakarta. Adapun strategi advokasi yang digunakan oleh Komunitas People

Like Us-Satu Hati Yogyakarta berbeda sesuai dengan kasus yang diadvokasi.

Dalam advokasi kasus Penyerangan Perayaan Transgender Day of Remembrance

strategi advokasi yang digunakan oleh Komunitas People Like Us-Satu Hati

Yogyakarta dapat diidentifikasikan menjadi strategi negosiasi danlitigasi.

Sementara itu strategi advokasi Kebijakan Perda DIY No. 1 Tahun 2014 yang

dilakukan oleh Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta dapat

diidentifikasikan menjadi strategi persuasi dan negosiasi. Ketiga strategi advokasi

tersebut sangat menentukan perjalanan advokasi yang dilakukan oleh Komunitas

People Like Us-Satu Hati Yogyakarta yakni advokasi kasus Penyerangan

Perayaan Transgender Day of Remembrance serta Advokasi Kebijakan Perda

DIY No. 1 Tahun 2014.

Keberhasilan advokasi Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta

tidak dapat diukur semata-mata dari penyelesaian kasus penyerangan ataupun

127 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

dihapuskannya Perda No. 1 Tahun 2014. Namun lebih kepada pencapaian-

pencapaian seperti mulai banyaknya komunitas LGBT di Yogyakarta yang lebih

giat bersolidaritas dan awareakan kasus-kasus penyerangan dan diskriminasi

terhadap LGBT khususnya waria di Yogyakarta. Terkait dengan Perda No. 1

Tahun 2914, Satpol PP menjadi lebih berhati-hati dalam melakukan razia atau

penangkapan di jalanan juga merupakan keberhasilan tersendiri bagi Komunitas

People Like Us-Satu Hati Yogyakarta akan advokasi yang dilakukan. Karena isu

dan nilai yang dibawa oleh Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta

sangat sensitif yakni tentang kesamaan hak-hak LGBT di Yogyakarta, advokasi

yang dilakukan menjadi berkali-kali lipat lebih sulit dan tantangan yang dihadapi

menjadi lebih besar karena mindset dari berbagai pihak yang sudah terbentuk akan

LGBT atau khususnya waria.

Meskipun demikian, dalam hal ini Komunitas Komunitas People Like Us-

Satu Hati Yogyakarta berperan sebagai penyedia ruang advokasi bagi para LGBT

di Yogyakarta yang terdiskriminasi melalui beberapa kasus maupun kebijakan-

kebijakan pemerintah yang dirasa diskriminatif terhadap LGBT. Karena isu yang

diangkat sangat sensitif, strategi advokasi yang digunakan oleh Komunitas People

Like Us-Satu Hati Yogyakarta lebih kepada negosiasi dan persuasi yang

mendalam kepada pihak yang berpengaruh akan penanganan kasus penyerangan

ataupun pihak yang berpengaruh dalam pembuat kebijakan Perda. Komunitas

People Like Us-Satu Hati Yogyakarta juga menggunakan strategi ligitasi jika

menyangkut tentang kasus kriminal seperti kasus Penyerangan Perayaan

Transgender Day of Remembrance. Dengan strategi advokasi tersebut, Komunitas

128 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

People Like Us-Satu Hati Yogyakarta telah berhasil mempengaruhi pihak-pihak

yang memiliki pengaruh akan penanganan kasus penyerangan seperti Komnas

HAM dan seperti Satpol PP maupun Komnas Perempuan sebagai pihak yang

berpengaruh untuk menjadikan Perda No. 1 Tahun 2014 menjadi salah satu Perda

yang diskriminatif di Indonesia.

6.3 Kelebihan dan Kekurangan

Advokasi kasus penyerangan terhadap LGBT saat Perayaan Transgender

Day of Remambrance dan advokasi kebijakan Perda No. 1 Tahun 2014 tentang

Penanganan Gelandangan dan Pengemis oleh Komunitas People Like Us-Satu

Hati Yogyakarta menghasilkan suatu keberhasilan pada pencapaian tertentu.

Advokasi yang dilakukan oleh Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta

terkait dengan diskriminasi yang dialami oleh LGBT di Yogyakarta baik melalui

kasus maupun kebijakan yang diskriminatif tentunya memiliki kelebihan dan

kekurangan yang perlu diidentifikasi guna keberlangsungan advokasi yang

dilakukan ke depannya. Kelebihan dan kekurangan advoksi perlu diidentifikasi

guna dijadikan bahan Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta untuk

memperbaiki kesalahan dan kelemahan advokasi dan meningkatkan kinerja

advokasi dengan kelebiha yang dimiliki. Kelebihan dan kekurangan tersebut dapat

dilihat dari segi unsur-unsur dasar advokasi dan strategi-strategi advokasi yang

diterapkan Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta dalam mengadvokasi

kedua kasus tersebut. Berikut kekurangan dan kelebihan advokasi Komunitas

People Like Us-Satu Hati Yogyakarta dari segi unsur-unsur pokok advokasi dan

strategi-strategi advokasi;

129 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

6.3.1 Berdasarkan Unsur-Unsur Pokok Advokasi

Unsur-unsur pokok advokasi yang dilakukan oleh Komunitas People Like

Us-Satu Hati Yogyakarta dapat diidentifikasi melalui skema yang dipaparkan

oleh Sharma. Advokasi yang terdapat dalam advokasi Komunitas People Like

Us-Satu Hati Yogyakarta tersebut dalam pelaksanaannya tentu memiliki

kelebihan dan kekurangan, dilihat dari unsur-unsur advokasi. Berikut

kelebihan dan kekurangan advokasi yang dilakukan Komunitas Komunitas

People Like Us-Satu Hati Yogyakarta baik itu dalam advokasi kasus

penyerangan maupun avdokasi kebijakan dilihat dari segi unsur-unsur pokok

advokasi:

Tabel 3. Kelebihan dan Kekurangan Advokasi Kasus Penyerangan pada saat


Perayaan Transgender Day of Remembrance oleh Komunitas People Like Us-
Satu Hati Yogyakarta dari Segi Unsur-Unsur Pokok Advokasi

No Unsur-Unsur Kelebihan Kekurangan


Pokok
Advokasi
1 Tujuan Tujuan mengandung nilai Nilai yang dibawa sudah
keadilan dan kesetaraan benar namun nilai
yang ada di dalam tersebut masih sensitif
masyarakat. Tujuan sudah karena menyangkut
benar karena menuntut LGBT.
prosedur penanganan kasus
yang sudah ada.
2 Data Data bersifat orisinil dan Data masih belum
mendukung jalannya memadai di mata
advokasi. kepolisian. Data
dijadikan alasan pihak
kepolisian untuk tidak
menyelsaikan kasus
tersebut.

130 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Lanjutan Tabel 3.

3 Sasaran Menunjuk Komnas HAM Tidak menunjuk


Advokasi dan Polda/Poltabes sebagai pemerintah sebagai
sasaran advokasi dapat sasaran advokasi.
mempengaruhi pihak
kepolisian dalam menangani
kasus tersebut.
4 Pesan Pesan telah mengandung isu Pesan masih belum bisa
maupun nilai yang dibawa. diterima umum karena
mindset awal yang salah.
5 Koalisi Koalisi yang dibangun Komunitas PLUSH tidak
bersama dengan komunitas membangun koalisi
jaringan lainnya untuk dengan pemerintah.
memperkuat advokasi.
6 Presentasi Presentasi yang dilakukan Kurangnya presentasi
sudah berdasarkan dengan secara lebih formal
fakta dan data yang ada. kepada pihak
Polda/Poltabes.
7 Pengumpulan Dana berasal dari kas -
Dana komunitas dan tidak
membebankan pihak luar
komunitas.
8 Evaluasi Evaluasi dilakukan secara Perkembangan kasus
rutin bersama komunitas menjadi semakin lambat
lain sehingga komunitas sehingga evaluasi
PLUSH maupun jaringan menjadi tidak seintens
mengetahui perkembangan sebelumnya.
kasus tersebut.

Tabel berikutnya menjelaskan pula mengenai kelebihan dan kekurangan

advokasi kebijakan Perda No. 1 Tahun 2014 tentang Penanganan Gelandangan

dan Pengemis yang dilakukan oleh oleh Us-Satu Hati Yogyakarta dilihat

unsur-unsur advokasi yang terdapat dalam advokasi itu sendiri:

131 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Tabel 4. Kelebihan dan Kekurangan Advokasi Kebijakan Perda No. 1 Tahun


2014 oleh Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta dari Segi Unsur-
Unsur Pokok Advokasi

No Unsur-Unsur Kelebihan Kekurangan


Pokok
Advokasi
1 Tujuan Tujuan sudah mengandung Tujuan dari PLUSH
nilai toleran terhadap waria untuk dihapuskannya
atau gepeng itu sendiri Perda ini memakan
karena Perda tersebut dinilai waktu yang cukup lama.
sangat diskriminatif.
2 Data Data merupakan kesaksian Data bisa dibantah oleh
langsung dari korban- petugas karena kesaksian
korban penangkapan Satpol dapat bersifat subjektif.
PP semenjak
diberlakukannya Perda No.
1 Tahun 2014.
3 Sasaran Sasaran advokasi kebijakan Masih kurang intensnya
Advokasi sudah mencakup pemerintah sasaran advokasi ke
yakni DPRD, lembaga yang pemerintah.
terkait yakni Satpol PP,
Komnas HAM, Komnas
Perempuan.
4 Pesan Pesan sudah mencakup isu Penyampaian pesan
yang dibawa yakni perda belum kepada
yang dinilai diskriminatif masyarakat luas, hanya
dan disampaikan kepada pihak yang terdampak
sasaran advokasi maupun saja.
pihak yang terdampak.
5 Koalisi Komunitas PLUSH Komunitas PLUSH tidak
berkoalisi dengan komunitas berkoalisi dengan
berbasis LGBT lainnya pemerintah maupun
sehingga memperkuat pihak swasta.
kekuatan advokasi.
6 Presentasi Presentasi yang dilakukan Presentasi yang
sudah kepada pihak-pihak dilakukan kurang intens
yang berpengaruh dalam kepada pemerintah.
pembuatan/penghapusan
Perda.

132 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Lanutan Tabel 4.

7 Pengumpulan Dana berasal dari kas -


Dana komunitas dan kas
komunitas jaringan lainnya.
8 Evaluasi Evaluasi dilakukan secara Karena lamanya
rutin bersama komunitas tanggapan dari
lain sehingga komunitas pemerintah akan
PLUSH maupun jaringan advokasi kebijakan Perda
mengetahui perkembangan ini evaluasi yang
advokasi kebijakan Perda dilakukan kadang tidak
tersebut. intens.

6.3.2 Berdasarkan Strategi Advokasi

Advokasi kasus penyerangan terhadap LGBT saat Perayaan Transgender

Day of Remambrance dan advokasi kebijakan Perda No. 1 Tahun 2014

tentang Penanganan Gelandangan dan Pengemis oleh Komunitas People Like

Us-Satu Hati Yogyakarta juga memiliki kelebihan dan kekurangan dilihat

dari strategi advokasi yang digunakan. Strategi-strategi advokasi terkait

dengan advokasi yang dilakukan oleh Komunitas People Like Us-Satu Hati

Yogyakarta dapat diidentifikasikan menggunakan strategi persuasi, negosiasi,

dan litigasi. Terdapat dua strategi yang sama dari dua isu yang diadvokasi

yakni strategi persuasi dan negosiasi. Adapun kelebihan dan kekurangan dari

strategi yang digunakan sesuai dengan isu yang diangkat adalah sebagai

berikut;

133 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Tabel 5. Kelebihan dan Kekurangan Strategi Advokasi Komunitas People


Like Us-Satu Hati Yogyakarta dalam Advokasi Kasus Penyerangan Perayaan
Transgender Day of Remembrance

No Strategi Kelebihan Kekurangan


Advokasi
1 Strategi Dengan memaparkan data, Data dan bukti yang
Advokasi informasi dan bukti yang dipaparkan oleh
Persuasi ada untuk mendesak adanya Komunitas PLUSH
perubahan, sasaran tidak memadai di mata
advokasi menjadi lebih Poltabes sehingga
terpengaruh karena data penanganan kasus ini
yang ada konkrit dan tidak menghasilkan
sasaran advokasi yakni hasil yang memuaskan.
pihak Polda/Poltabes
sendiri memberikan kinerja
yang lebih cepat.
2 Strategi Selama proses advokasi Sharing yang dilakukan
Advokasi dalam kurun waktu satu hanya bersifat sesaat
Negosiasi tahun, Komunitas PLUSH dan untuk seterusnya
melakukan sharingdan pihak kepolisian tetap
nego dengan sasaran tidak menangani kasus
advokasi untuk selalu tersebut sesuai dengan
follow-up dan menuntut prosedur. Pihak
perkembangan akan kasus kepolisian tetap pada
penyerangan tersebut. pendirian mereka untuk
tidak ingin
menyelesaikan kasus-
kasus yang
berhubungan dengan
LGBT.

134 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Lanjutan Tabel 5.

3 Strategi Menggunakan payung Pihak Kepolisian


Advokasi hukum untuk menuntut sengaja tidak
Litigasi pihak kepolisian menangani menangani kasus
kasus penyerangan tersebut. penyerangan tersebut
karena isu yang sangat
sesnsitif yakni
diskriminasi terhadap
LGBT.
Berikut merupakan kelebihan dan kekurangan dari advokasi yang dilakukan oleh

Komunitas People Like Us-Satu Hati Yogyakarta dalam mengdvokasi Kebijakan

Perda No. 1 Tahun 2014 tentang Penanganan Gelandangan dan Pengemis di

Yogyakarta:

Tabel 6. Kelebihan dan Kekurangan Strategi Advokasi Komunitas People

Like Us-Satu Hati Yogyakarta dalam Advokasi Kebijakan Perda No. 1 Tahun

2014

No Strategi Kelebihan Kekurangan


Advokasi
1 Strategi Dengan memaparkan data, Data dan informasi yang
Advokasi informasi dan bukti yang ada dimiliki oleh Komunitas
Persuasi akan dampak negatif dari PLUSH tidak
Perda No. 1 Tahun 2014 dipaparkan secara intens
untuk mendesak adanya kepada pemerintah
perubahan, sasaran advokasi (DPRD) karena tujuan
baik itu Komnas HAM dan utama PLUSH sendiri
Komnas Perempuan. untuk dihapuskan Perda.

135 | P a g e
STRATEGI ADVOKASI KOMUNITAS PEOPLE LIKE US-SATU HATI DALAM ADVOKASI HAK LGBT DI
YOGYAKARTA
MONICA ARLISA KUSUMA TIARA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Lanjutan Tabel 6.

2 Strategi Dari advokasi yang Sharing yang dilakukan


Advokasi dilakukan oleh Komunitas hanya berpengaruh
Negosiasi PLUSH bersama degan dalam kinerja Satpol PP
komunitas jaringan sejak yang semakin berhati-
tahun 2015, PLUSH hati dalam melakukan
berusaha melakukan razia, namun Perda
sharingdan negosiasi tidak tersebut belum ada
hanya dengan Satpol PP wacana untuk
namun juga dengan dihapuskan.
Komnas HAM dan Komnas
Perempuan yang mampu
mempengaruhi kinerja dari
Satpol PP berhubungan
dengan Perda No. 1 Tahun
2014.

136 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai