Disusun oleh
Universitas Airlangga
2019
Pendahuluan
Salah satu kaum minoritas yang banyak mendapat perlakuan tidak adil
adalah komunitas LGBT. Istilah LGBT digunakan sejak tahun 1990-an untuk
menggantikan frasa “komunitas gay” karena istilah ini dianggap lebih bisa
mewakili kelompok-kelompok dalam istilah tersebut dengan lebih rinci (Sinyo,
2014). American Psychological Assosiation (2015) dalam Yansyah (2018)
menyebutkan bahwa secara rinci, LGBT terdiri dari kelompok: 1) Lesbi:
kelompok wanita yang secara fisik dan/atau emosional tertarik dengan wanita
lain; 2) Gay: kelompok pria yang secara fisik dan/atau emosional tertarik dengan
pria lainnya; 3) Bisexual: kelompok orang yang secara fisik dan/atau emosional
tertarik baik kepada sesama jenis maupun lawan jenis; 4) Transgender: kelompok
orang yang melakukan perubahan pada anatomi kelaminnya agar sesuai dengan
gender yang diinginkan. Disamping itu, komunitas LGBT menerapkan konsep
ketidaksetaraan gender sebagaimana yang ada dalam hubungan pada umumnya.
Misalnya, dalam hubungan sesama wanita (lesbian) akan ada pihak yang berperas
sebagai si maskulin dan akan ada pihak yang berperan sebagai pihak feminim.
Kasus lain yang dialami oleh kelompok LGBT sebagai salah satu bentuk
serangan diskriminasi adalah perlakuan tidak adil dalam bidang pekerjaan.
Berdasarkan berita yang dilansir oleh Tempo.co.
“Brigadir TT seorang anggota kepolisan dipecat setelah mengaku sebagai
gay. Hakim pengadilan tata usaha Semarang masih perlu memeriksa
gugatan yang diajukan oleh Brigair TT. Jika memang pengakuan orientasi
seksual yang dilakukan oleh Brigadir TT merupakan alasan ia dipecat,
maka ini semua jelas merupakan tindak diskriminasi. Lemahnya landasan
yang digunakan oleh kepolisian menuntun hakim untuk memerintahkan
Polri memulihkan status Brigadir TT. Menurut pihak Polri, Brigadir TT
dinyatakan melanggar salah satu butir kode etik kepolisian: menjaga dan
meningkatkan citra, solidaritas, kredibilitas, reputasi, dan kehormatan
Polri.” (Tempo.co. 2019. Kisah Diskriminasi Seorang Polisi LGBT.
https://www.google.com/amp/s/kolom.tempo.co/amp/1212760/kisah-
diskriminasi -seorang-polisi-lgbt. Diakses tanggal 12 Desember 2019).
B. Sumber Data
Peneliti menggunakan dua metode pengumpulan sumber data yaitu
kuesioner dan analisis framing. Dalam praktiknya, kuesioner dilakukan
dengan mengumpulkan data melalui jawaban para responden mengenai
beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan topik penelitian. Analisis
framing sendiri merupakan pembaruan dari analisis wacana. Metode ini
digunakan untuk melihat bagaimana aspek tertentu ditonjolkan dan
ditekankan oleh media (Eriyanto, 2004). Dalam analisis framing, peneliti
menelaah informasi yang diperoleh melalui koran yang terkait dengan
judul penelitian. Kedua metode yang digunakan peneliti tersebut kemudian
dipadukan dan dianalisis untuk memperoleh hasil yang diinginkan.
C. Fokus Penelitian
Penelitian ini terfokuskan pada tanggapan mahasiswa antropologi
Universitas Airlangga angkatan 2019 tentang diskriminasi yang dialami
oleh kaum minoritas LGBT. Penelitian ini mengkaji tentang maraknya
tindak diskriminasi yang dialami oleh kaum minoritas LGBT.
A. Hasil
(gambar 3.2).
(Gambar 3.3)
Selain itu, 86,7% responden juga setuju bahwa tindak diskriminasi yang
dialami oleh kelompok LGBT merupakan wujud dari keresahan yang melanda
masyarakat. Kebanyakan responden berpendapat bahwa masyarakat memandang
LGBT merupakan suatu perbuatan yang menular dan sangat bertentangan dengan
norma sosial yang berlaku di dalam masyarakat itu sendiri (gambar 3.4).
(Gambar 3.4)
Selanjutnya, menilik pada kasus yang diangkat dalam penelitian ini yaitu
pemecatan yang dialami oleh Brigadir TT setelah belau mengaku sebagai seorang
gay, 66,7% responden setuju atas tindakan yang diambil oleh kepolisian.
Responden beranggapan jika citra seorang polisi haruslah baik dimata masyarakat,
maka menjadi seorang LGBT merupakan tindakan yang dapat merusak cinta
kepolisian dimata masyarakat (Gambar 3.5).
(Gambar 3.5)
B. Pembahasan
Kesimpulan
Karakteristiknya. https://www.google.com/amp/s/blog.ruangguru.com/mengenal-
08 Desember 2019.
Kekerasan. https://www.google.com/amp/s/nasional.tempo.co/amp/739961/893-
2019.
Rosdakarya.
Paramitha, Stefanie. 2009. Kamus Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta:
Pustaka Dwipar.
Komputindo.
https://www.google.com/amp/s/kolom.tempo.co/amp/1212760/kisah-diskriminasi
(LGBT): Prespektif HAM dan Agama dalam Lingkup Hukum di Indonesia. Jurnal