Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Bimbingan Konseling 5 (1) (2016)

Jurnal Bimbingan Konseling

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jubk

KINERJA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING: STUDI KASUS DI SMAN


1 KOTA SEMARANG

Yekti Endah P, Sugiyo

Prodi Bimbingan dan Konseling, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis kinerja Guru Bimbingan dan
Diterima 1 Maret 2016 Konseling MAN 1 Kota Semarang dari merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan
Disetujui 2 April 2016 hambatan (harapan dan upaya). Jenis metode penelitian ini menggunakan kualitatif dengan desain
Dipublikasikan 2 Juni studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Perencanaan, Guru Bimbingan dan
2016 Konseling MAN 1 Kota Semarang menyusun perencanaan program pada awal tahun ajaran baru
________________ meskipun struktur kurikulum di MAN 1 Kota Semarang Bimbingan dan Konseling tidak masuk
Keywords: kelas; (2) Pelaksanaan, hampir semua program yang direncanakan dilaksanakan, ada beberapa
School counselors’ yang belum dapat berjalan dengan lancar karena tidak adanya jam masuk kelas, seperti
performance, MAN 1 Kota memberikan layanan informasi secara klasikal kepada siswa. Guru Bimbingan dan Konseling
Semarang melaksanakan kegiatan insidental karena lebih mengutamanakan keadaan yang di lapangan untuk
____________________ membantu menangani siswa; (3) Evaluasi, ada beberapa program yang belum terlaksana karena
tidak adanya jam masuk kelas. Tanggapan beberapa siswa terhadap Guru Bimbingan dan
Konseling baik, perhatian, memotivasi, dan mendidik dan ada beberapa pandangan siswa yang
masih belum berani menemui Guru Bimbingan dan Konseling. Ruangan Bimbingan dan
Konseling nyaman dan menuju ideal. (4) Hambatan, harapannya semua hambatan dapat
terselesaikan dengan baik.

Abstract
___________________________________________________________________
The purpose of this research was to describe and analyze the school counselors’ performance of MAN I Kota
Semarang from planning, implementation, evaluation and obstacles (wishes and efforts). Qualitative method
with case study desing was applied in present study. The results showed that (1) Planning, school counselor of
MAN 1 Kota Semarang develop the school counselor program on early education year although school
counseling of MAN 1 Kota Semarang did not have classical schedule. (2) Implementation, although most of
the planned programs were implemented, there were some programs which was not be implemented because
school counselor did not have any schedule for providing classical services, such as information service. School
counselor focused on incidental activity for responding the students’ needs; (3) Evaluation, there were some
programs that have not implemented yet because no time for the classical activity. Some students gave their
evaluation to the school counselors that they are kind, attention, giving motivation, and Education, but some of
the students were afraid to meet the school counselor. The office of school counseling was comfortable and
relatively ideal. (4) Obstacles, it is hoped that all of the obstacles can be solved well.

© 2016 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: p-ISSN 2252-6889
Kampus Unnes Bendan Ngisor, Semarang, 50233
e-ISSN 2502-4450
E-mail: starmaniez@gmail.com

37
Yekti Endah P, Sugiyo. / Jurnal Bimbingan Konseling 5 (1) (2016)

PENDAHULUAN menengah yaitu sebagai salah satu komponen


student support service yakni men-support
Undang-Undang Sistem Pendidikan perkembangan aspek-aspek pribadi sosial,
Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 6 karir, dan akademik siswa, melalui
menyatakan bahwa konselor sebagai salah satu pengembangan menu program Bimbingan dan
kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi Konseling, bantuan kepada siswa dalam
guru, dosen, pamong, dan tutor. Dalam individual student planning, pemberian layanan
peraturan Menteri Pendidikan Nasional responsif serta pengembangan system support.
Republik Indonesia No. 27 tahun 2008 Fungsi dalam jenjang sekolah menengah yaitu
dinyatakan tentang standar kualifikasi preventif, kuratif, maupun developmental.
akademik dan kompetensi konselor. Peraturan Kualifikasi kompetensi akademik
Pemerintah Republik Indonesia No. 17 tahun pendidik Guru Bimbingan dan Konseling
2010 pasal 171 ayat 1 dan 2 tentang minimal sarjana Pendidikan (S1) dalam bidang
pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan. Bimbingan dan Konseling dan memiliki
Ayat 1 dinyatakan pendidik merupakan tenaga kompetesi di bidang Bimbingan dan Konseling.
kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, Sedangkan kompetensi profesional merupakan
dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, penguasaan kiat penyelenggaraan Bimbingan
tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain dan Konseling yang memandirikan, yang
yang sesuai dengan kekhususannya yang ditumbuhkan serta diasah melalui latihan
berpartisipasi dalam penyelenggaraan menerapkan kompetensi akademik yang telah
pendidikan. Pada ayat 2 konselor yang diperoleh dalam konteks otentik Pendidikan
berkualifikasi pendidikan mempunyai tugas Profesi Konselor yang berorientasi pada
dan tanggung jawab sebagai pendidik pengalaman dan kemampuan praktik lapangan,
profesional yang memberikan pelayanan dan tamatannya memperoleh sertifikat profesi
konseling kepada peserta didik di satuan Bimbingan dan Konseling dengan gelar profesi
pendidikan pada jenjang pendidikan dasar, Konselor, disingkat Kons.
pendidikan menengah, dan perguruan tinggi. Kompetensi akademik seorang konselor
Peraturan Menteri Pendidikan dan profesional terdiri atas kemampuan
Kebudayaan Republik Indonesia No. 111 (Depdiknas, 2008): (1) mengenali secara
tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling mendalam konseli yang hendak dilayani, (2)
pada pendidikan dasar dan pendidikan menguasai khazanah teoretis dan prosedural
menengah. Oleh karena itu, keberadaan Guru termasuk teknologi dalam Bimbingan dan
Bimbingan dan Konseling sebagai suatu Konseling, (3) menyelenggarakan layanan ahli
kualifikasi dan profesi pendidik yang memiliki Bimbingan dan Konseling yang memandirikan,
keunikan konteks tugas dan ekspektasi kinerja. (4) mengembangkan profesionalitas sebagai
Konteks tugas konselor berada dalam konselor secara berkelanjutan.
kawasan pelayanan yang bertujuan Rumusan Standar Kompetensi Konselor
mengembangkan potensi dan memandirikan telah dikembangkan dan dirumuskan atas dasar
konseli dalam pengambilan keputusan dan kerangka pikir yang menegaskan konteks tugas
pilihan untuk mewujudkan kehidupan yang dan ekspektasi kinerja konselor. Namun bila
produktif, sejahtera, dan peduli kemaslahatan ditata kedalam empat kompetensi pendidik
umum. Pelayanan dimaksud adalah pelayanan sebagaimana tertuang dalam Peraturan
Bimbingan dan Konseling. Konselor adalah Pemerintah No. 19 tahun 2005, maka rumusan
pengampu pelayanan ahli Bimbingan dan kompetensi akademik dan profesional konselor
Konseling, terutama dalam jalur pendidikan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
formal dan nonformal. Republik Indonesia No. 27 Tahun 2008 dapat
Ekspektasi kinerja konselor menurut dipetakan dan dirumuskan kedalam
Depdiknas (2008) dalam jenjang sekolah

38
Yekti Endah P, Sugiyo. / Jurnal Bimbingan Konseling 5 (1) (2016)

kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan untuk menyelesaikan pekerjaan, communication


profesional. – kemampuan membina kerja sama dengan
Kompetensi pedagogik dari sosok pihak lain.
konselor mencakup (a) menguasai teori dan Mekanisme pengelolaan layanan dalam
praksis pendidikan, (b) mengaplikasikan Peraturan Menteri Pendidikan dan
perkembangan fisiologis dan psikologis serta Kebudayaan Republik Indonesia No. 111
perilaku konseli, (c) menguasai esensi tahun 2014 mencangkup tahapan analisis
pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan,
jalur jenis, dan jenjang satuan pendidikan. evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut
Kompetensi kepribadian sosok konselor pengembangan program. Penilaian kinerja
mencakup (a) beriman dan bertakwa kepada Guru Bimbingan dan Konseling menurut
Tuhan Yang Maha Esa, (b) menghargai dan Daryanto dan Farid (2015) mencangkup tiga
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian, hal yaitu perencanaan layanan Bimbingan dan
individualitas dan kebebasan, (c) menunjukkan Konseling, pelaksanaan layanan Bimbingan
integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat, dan Konseling, dan evaluasi, pelaporan, tindak
(d) menampilkan kinerja berkualitas tinggi. lanjut.
Sementara kompetensi sosial dari sosok Di Sekolah Menengah Atas, Guru
konselor mencakup (a) mengimplementasikan Bimbingan dan Konseling mempunyai
kolaborasi intern di tempat bekerja, (b) kompleksitas untuk mengatur, mengelola dan
berperan dalam organisasi dan kegiatan profesi melaksanakan program Bimbingan dan
Bimbingan dan Konseling, (c) Konseling. Apalagi sekolah yang berbasis
mengimplementasikan kolaborasi antar profesi. Islami yaitu Madrasah Aliyah. Banyaknya
Kompetesi isi dari kompetensi profesional mata pelajaran tambahan dari basis Islami,
yakni (a) menguasai konsep dan praksis menjadikan seorang guru harus bekerja sama
asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan, dengan Guru Bimbingan dan Konseling untuk
dan masalah konseli, (b) menguasai kerangka mengoptimalkan perkembangan peserta didik.
teoritik dan praksis Bimbingan dan Konseling, Guru bimbingan dan koseling dituntut
(c) merancang program Bimbingan dan mempunyai kinerja yang cukup mumpuni
Konseling, (d) mengimplementasikan program dalam melaksanakan tugasnya. Banyaknya
Bimbingan dan Konseling yang komprehensif, mata pelajaran di Madrasah Aliyah menuntut
(e) menilai proses dan hasil kegiatan guru yang sudah sertifikasi harus memenuhi
Bimbingan dan Konseling, (f) memiliki jam 24 jam. Untuk memenuhi tersebut, di
kesadaran dan komitmen terhadap etika lapangan pada umumnya ada yang merangkap
profesional, (g) menguasai konsep dan praksis menjadi Guru Bimbingan dan Konseling. Ada
penelitian dalam Bimbingan dan Konseling. juga yang menjadi Guru Bimbingan dan
Berkaitan dengan kinerja Guru Konseling karena jam guru mata pelajaran
Bimbingan dan Konseling, wujud perilaku sudah penuh. Dan hal tersebut mempengaruhi
yang dimaksud adalah kegiatan Guru kinerja dalam proses layanan Bimbingan dan
Bimbingan dan Konseling dalam proses Konseling.
Bimbingan dan Konseling yaitu bagaimana Hasil penelitian Jafar (2011) menun-
seseorang Guru Bimbingan dan Konseling jukkan bahwa sebagian besar responden
merencanakan, melaksanakan, dan memenuhi persyaratan minimum untuk
mengevaluasi program Bimbingan dan melakukan tugas konseling. Mayoritas
Konseling. Adapun ukuran kinerja (Nursalim responden memiliki skor moderat dalam
2015) menurut Mitchell dapat dilihat dari lima kinerja konseling mereka secara keseluruhan
hal, yaitu quality of work – kualitas pekerjaan, 86% dan hanya 14% dari mereka mendapat
promptness – ketepatan waktu dalam skor tinggi dalam kinerja konseling. Tidak ada
menyelesaikan pekerjaan, initiatif – prakarsa responden yang mendapat skor rendah dalam

39
Yekti Endah P, Sugiyo. / Jurnal Bimbingan Konseling 5 (1) (2016)

kinerja konseling. Temuan ini menunjukkan Dampak dari hasil tersebut dapat berpengaruh
bahwa mayoritas responden mendapatkan nilai dalam kinerja Guru Bimbingan dan Konseling
sedang dan tinggi. Di Malaysia ditekankan dalam hal merencanakan, melaksanakan, dan
bahwa untuk memberikan pelayanan konseling mengevaluasi program Bimbingan dan
harus memiliki ketrampilan. Konseling.
Penelitian Jumail (2013) menunjukkan Hasil pengamatan di Madrasah Aliyah
bahwa kompetensi konselor sekolah dalam Negeri Kota Semarang terdapat Guru
menguasai kerangka teoritik dan praksis Bimbingan dan Konseling yang lulusan dari S1
Bimbingan dan Konseling, merancang program Bimbingan dan Konseling dan bukan lulusan
Bimbingan dan Konseling, menilai proses dan S1 Bimbingan dan Konseling. Dari yang
hasil kegiatan Bimbingan dan Konseling, lulusan S1 Bimbingan dan Konseling dan
memiliki kesadaran dan komitmen terhadap bukan lulusan S1 Bimbingan dan Konseling
etika profesional, menguasai konsep dan akan mempengaruhi pola dan aturan kerja
praksis penelitian Bimbingan dan Konseling sebagai Guru Bimbingan dan Konseling.
berada dalam katagori sedang. Berdasarkan Rasio Guru BK di MAN 1 Kota
hasil penelitian tersebut tentang peranan Semarang tidak sebanding dengan jumlah
kompetensi konselor terhadap pelayanan yang siswanya. Perencanaan layanan di MAN 1
diberikan kepada siswa menunjukan bahwa dilakukannya need assessment untuk pembuatan
konselor sudah memahami dan menguasai program selama satu tahun. Pelaksanaan
konsep dan praktik dalam pelayanan layanan tidak diberikan sebagian didalam
Bimbingan dan Konseling namun belum begitu kelas, karena tidak adanya jam masuk kelas
optimal. Bimbingan dan Konseling. Implementasi dari
Penelitian Murad (2005) menunjukkan program yang telah dibuat belum secara
fakta yang menarik dimana sebagian orang tua optimal. Contohnya dalam bidang karir untuk
belum mengakui signifikan dari eksistensi kelas XII, Guru Bimbingan dan Konseling
program Bimbingan dan Konseling karena memberikan bimbingan klasikal untuk
alasan kurang profesionalnya para Guru informasi karir dan diberikan pada waktu
pembimbing dalam menjalankan tugas. Hasil selesai sekolah ataupun masuk diwaktu mata
penelitiannya ditemukan bahwa tingkat pelajaran yang kosong. Tapi dalam
performansi aktual kompetensi konselor pelaksanaan program Bimbingan dan
profesional secara keseluruhan berada dalam Konseling, Guru Bimbingan dan Konseling
kategori cukup, tingkat performansi aktual bekerja sama dengan pihak sekolah. Dan hasil
kompetensi konselor profesional yang berlatar pengamatan di MAN 1 terlihat adanya
belakang pendidikan Bimbingan dan Konseling interaksi yang dekat antara siswa dan Guru
berada pada tingkat tinggi sedangkan yang Bimbingan dan Konseling di ruang Bimbingan
bukan dari latar belakang bukan Bimbingan dan Konseling dalam hal pemberian layanan
dan Konseling berada pada tingkat cukup. informasi. Dalam sarana dan prasarana,
Pada temuannya dapat disimpulkan bahwa ruangan Bimbingan dan Konseling kurang
kualitas kinerja konselor profesional harus tertata karena adanya perpindahan ruang
dibenahi sesuai standar ideal. Bimbingan dan Konseling sehingga membuat
Dari hasil penelitian tersebut dapat tatanan ruang Bimbingan dan Konseling belum
disimpulkan bahwa terdapat kinerja konselor sesuai. Evaluasi program Bimbingan dan
pada sekolah cukup, sedang dan tinggi. Konseling di MAN 1, dari hasil wawancara
Ditinjau dari aspek kinerja konselor dalam dengan koordinator Guru Bimbingan dan
memberikan pelayanan, penguasaan konsep Konseling bahwa kurangnya kompetensi dan
dan praktik, tingkat performansi aktual waktu dalam hal mengevaluasi dan menindak
kompetensi konselor profesional, serta latar lanjuti program yang telah dibuat.
belakang dari Guru Bimbingan dan Konseling.

40
Yekti Endah P, Sugiyo. / Jurnal Bimbingan Konseling 5 (1) (2016)

MAN 2 Semarang yang berkualifikasi S1 Konseling mencakup merencanakan,


BK hanya satu orang, dua orang lainnya melaksanakan, dan mengevaluasi program
berkualifikasi bukan S1 BK, satu orang Bimbingan dan Konseling.
mengambil kuliah S1 BK dan satunya adalah Dari paparan tersebut, penelitian ini
mantan waka kesiswaan yang ikut membantu difokuskan untuk mendeskripsikan dan
dalam pelaksanaan program Bimbingan dan menganalisis lebih dalam kinerja Guru
Konseling di MAN 2 Semarang. Tetapi dalam Bimbingan dan Konseling Madrasah Aliyah
struktural di MAN 2 jumlah Guru Bimbingan Negeri 1 Kota Semarang dengan
dan Konselng berjumlah dua orang. Rasio pertimbangan: (1) penelitian ini diharapkan
Guru Bimbingan dan Konseling di MAN 2 lebih fokus dan rinci dalam menganalisis pada
tidak sebanding dengan jumlah siswa. satu kasus agar tidak terjadi bias dalam
Perencaan layanan dalam pembuatan program mendapatkan dan menginterpretasikan hasil;
selama satu tahun, MAN 2 melakukan need (2) semua Guru Bimbingan dan Konseling
assessment pada siswa. Tetapi tidak semua merupakan empat lulusan S1 BK dan satu S1
dilakukan need assessment hanya untuk kelas XI Psikologi dan bersertifikasi. Kemampuan
dan XII. Alasan tidak dilakukannya need dalam mengelola pola kerja setiap Guru
assessment untuk kelas X adalah tidak adanya Bimbingan dan Konseling teratur sehingga
jam masuk kelas Bimbingan dan Konseling. program yang direncanakan dapat berjalan
Pelaksanaan program di MAN 2 tidak semua walaupun tidak adanya jam masuk kelas.
dilaksanakan walaupun terdapat jam masuk Untuk itu, penting bagi peneliti menggali,
kelas Bimbingan dan Konseling karena mendeskripsikan, dan menganalisis kinerja
kurangnya personil Bimbingan dan Konseling Guru Bimbingan dan Konseling di MAN 1
sehingga banyak hal yang tidak bisa dilakukan Kota Semarang.
secara optimal. Sejauh ini, Guru Bimbingan Melalui hasil penelitian yang diperoleh
dan Konseling melakukan pendekatan tentang kinerja Guru Bimbingan dan Konseling
terhadap siswa agar terjalin hubungan yang akan diketahui gambaran deskripsi hasil kinerja
erat dan mengurangi pola pikir yang buruk Guru Bimbingan dan Konseling. Tujuan
terhadap Guru Bimbingan dan Konseling. penelitian ini adalah mendeskripsikan dan
Sarana dan prasarana di MAN 2 kurang ideal, menganalisis kinerja Guru Bimbingan dan
karena ruang Bimbingan dan Konseling hanya Konseling dalam perencanaan, pelaksanaan,
terdapat dua meja kerja dan almari yang berisi proses evaluasi dan hambatan dalam proses
data siswa. Evaluasi program kurang dilakukan program Bimbingan dan Konseling di MAN 1
oleh Guru Bimbingan dan Konseling karena Kota Semarang. Harapannya Guru Bimbingan
terbatasnya personil dan kurangnya dan Konseling dapat meningkatkan
kompetensi dan waktu untuk menindak lanjuti. kompetensinya dan kinerjanya dalam
Hasil pengamatan tersebut terdapat hal merencanakan, melaksanakan, dan
yang khas dan unik yang harus dikaji lebih mengevaluasi program Bimbingan dan
dalam untuk mengetahui kinerja Guru Konseling yang ada. Harapannya juga ada
Bimbingan dan Konseling. Hal yang khas dan intervensi lebih lanjut untuk kinerja Guru
unik dari pengamatan tersebut bahwa di MAN Bimbingan dan Konseling secara utuh.
1 walaupun tidak adanya jam masuk kelas,
Guru Bimbingan dan Konseling mampu METODE PENELITIAN
memberikan pelayanan kepada siswa MAN 1
Semarang mencakup semua program Metode penelitian yang akan digunakan
Bimbingan dan Konseling. Dan di MAN 2 dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan
yang unik adalah adanya jam masuk kelas desain studi kasus dengan fokus untuk
Bimbingan dan Konseling tetapi kurang dalam mengembangkan deskripsi dan analisis
memberikan layanan Bimbingan dan

41
Yekti Endah P, Sugiyo. / Jurnal Bimbingan Konseling 5 (1) (2016)

mendalam tentang kinerja guru Bimbingan dan tidak terjadinya tumpang tindih antara jenis
Konseling di MAN 1 Kota Semarang. program yang satu dengan yang lain.
Teknik pengumpulan data menggunakan Bimbingan dan Konseling di MAN 1
observasi, wawancara dan dokumentasi. Kota Semarang mendapatkan dukungan
Teknik keabsahan data menggunakan uji dari Kepala Sekolah. Dukungan dari pihak
kredibilitas data dengan cara triangulasi dan sekolah sangatlah penting untuk eksistensi
analisis kasus negatif. Penelitian ini Bimbingan dan Konseling. Dukungan akan
menggunakan teknik analisis data model Miles berdampak pada proses layanan yang
and Huberman (dalam Sugiyono, 2012). kondusif. Dukungan dan kerja sama antara
Aktivitas dalam analisis data yaitu data Guru Bimbingan dan Konseling dengan
reduction, data display, dan conclusion pihak sekolah berdampak pada orang tua
drawing/verification. dan masyarakat akan jaminan akuntabilitas
program Bimbingan dan Konseling.
HASIL DAN PEMBAHASAN Prioritas dalam merencanakan
program perlu memberikan tekanan
Terdapat empat poin temuan utama dalam program mana yang harus diutamakan dan
penelitian yang akan dibahas meliputi: program mana yang dapat ditunda terlebih
1. Perencanaan program Bimbingan dan dahulu. Guru Bimbingan dan Konseling
Konseling di Madrasah Aliyah Negeri MAN 1 Kota Semarang dalam merancang
(MAN) 1 Kota Semarang program tidak begitu memaksakan karena
Berdasarkan hasil penelitian dapat kebijakan dari sekolah bahwa Guru
dianalisis bahwa kinerja Guru Bimbingan Bimbingan dan Konseling tidak
dan Konseling MAN 1 Kota Semarang mendapatkan jam masuk kelas karena
dalam hal perencanaan adalah Guru struktur Kurikulum yang ada di MAN 1
Bimbingan dan Konseling merencanakan Kota Semarang siswa tiba di sekolah
layanan yang akan diberikan kepada siswa mengikuti pelajaran dari pukul 07.00-14.30
selama satu tahun. Guru Bimbingan dan WIB kecuali hari jumat pukul 07.00-11.20
Konseling MAN 1 Kota Semarang WIB. Meskipun begitu, jam kerja Guru
merencanakan program sesuai dengan Bimbingan dan Konseling di MAN 1 Kota
kebutuhan siswa dengan melakukan need Semarang full time dalam melayani
asesment. Pada dasaanya, Guru Bimbingan kebutuhan siswa, baik di dalam kelas
dan Konseling meneliti kebutuhan/masalah maupun di luar kelas.
siswa sesuai kebutuhan tugas Dalam hal merencanakan program,
perkembangannya sehingga dapat Guru Bimbingan dan Konseling MAN 1
dipergunakan sebagai ancangan Kota Semarang melaksanakan dengan baik
penyusunan program Bimbingan dan walaupun tidak begitu memaksakan karena
Konseling. Guru Bimbingan dan Konseling tidak adanya jam masuk kelas Bimbingan
MAN 1 Kota Semarang merancang dan Konseling. Untuk kedepannya, Guru
program dari program tahunan, semesteran, Bimbingan dan Konseling bekerja sama
bulanan, mingguan, dan harian. dengan pihak sekolah agar semua rencana
Guru Bimbingan dan Konseling program yang sudah dibuat dapat
MAN 1 Kota Semarang merencanakan diaplikasikan dengan baik dan maksimal.
mulai dari layanan, media, metode, 2. Pelaksanaan program Bimbingan dan
ruangan, peralatan untuk layanan, dan dana Konseling di Madrasah Aliyah Negeri
untuk menunjang berjalannya kegiatan. (MAN) 1 Kota Semarang
Guru Bimbingan dan Konseling dalam Berdasarkan hasil penelitian dapat
merancang program dibuat batasan agar dianalisis bahwa kinerja Guru Bimbingan
dan Konseling MAN 1 Kota Semarang

42
Yekti Endah P, Sugiyo. / Jurnal Bimbingan Konseling 5 (1) (2016)

dalam hal pelaksanaan bahwa hampir digunakan belum dapat diaplikasikan ke


semua program yang direncanakan siswa, Guru Bimbingan dan Konseling
terlaksana. Pelaksanaan program langsung berinteraksi dalam menyampaikan
Bimbingan dan Konseling dapat materi.
mengaplikasikan dasar-dasar pelayanan Metode yang digunakan Guru
Bimbingan dan Konseling dalam menyusun Bimbingan dan Konseling MAN 1 Kota
Rancangan Pelaksanaan Layanan (RPL). Semarang bergnatung layanan yang akan
Waktu pelaksanaan pemberian diberikan. Metode yang digunakan adalah
layanan seharusnya sesuai dengan dengan metode yang dapat membantu
waktu yang sudah ditentukan. Guru memecahkan permasalahan siswa tanpa
Bimbingan dan Konseling MAN 1 Kota keluar dari kaidah-kaidah ilmu Bimbingan
Semarang memberikan layanan tidak sesuai dan Konseling.
dengan waktu yang sudah ditentukan Guru Bimbingan dan Konseling
karena tidak adanya jam masuk kelas. dalam melaksanakan program juga
Pemberian layanan diberikan kepada siswa membuat instrumen pengukuran
sesuai dengan kebutuhan siswa pada saat keberhasilan pelaksanaan program.
itu dengan meminta izin kepada Guru Mata Sehingga ketika ada perubahan dan
Pelajaran yang bersangkutan untuk perbaikan program berdasarkan hasil
memberikan layanan kepada siswa. penilaian yang dilakukan. Guru Bimbingan
Ada beberapa kegiatan layanan yang dan Konsleing MAN 1 Kota Semarang
belum terlaksana karena tidak adanya jam melakukan penilaian hasil layanan
masuk kelas yaitu memberikan layanan Bimbingan dan Konseling (laiseg) sebelum
informasi di kelas dengan menggunakan dan sesudah diakhirinya pelayanan
bimbingan klasikal. Kegiatan yang banyak Bimbingan dan Konsleing.
dilakukan oleh Guru Bimbingan dan Guru Bimbingan dan Konseling
Konseling MAN 1 Kota Semarang adalah MAN 1 Kota Semarang menggunakan
kegiatan insidental sehingga dalam penilaian segera, jangka pendek dan jangka
pelaksanaannya fleksibel. Guru Bimbingan panjang. Guru Bimbingan dan Konseling
dan Konseling MAN 1 Kota Semarang juga membuat laporan pelaksanaan
lebih mengutamakan kebutuhan siswa pada program. Hampir semua materi layanan
saat itu sehingga dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling MAN 1 Kota
program lebih diaplikasikan adalah kegiatan Semarang terlaksana, tetapi ada beberapa
insidental dan kegiatan layanan yang tidak yang belum terlaksana karena tidak adanya
bersifat klasikal. jam masuk kelas.
Guru Bimbingan dan Konseling Untuk keseluruhannya ketercapaian
dalam pemberian materi sesuai dengan pelaksanaan pemberian layanan kepada
kaidah dan pendekatan yang telah siswa, Guru Bimbingan dan Konseling
direncanakan. Guru Bimbingan dan bekerja dengan maksimal walaupun tidak
Konseling MAN 1 Kota Semarang adanya jam masuk kelas. Hampir semua
memberikan pelayanan pengembangan siswa dapat mengaplikasikan materi
pribadi, sosial, pribadi dan karir. layanan yang diberikan Guru Bimbingan
Pemberian media dan penggunaan dan Konseling. Hambatannya adalah Guru
metode diberikan sesuai dengan kebutuhan Bimbingan dan Konseling pada pemberian
siswa. Guru Bimbingan dan Konseling materi secara klasikal karena tidak adanya
MAN 1 Kota Semarang menggunakan jam masuk kelas.
media sesuai dengan materi yang 3. Proses evaluasi program Bimbingan dan
disampaikan. Tidak ada hambatan dalam Konseling di Madrasah Aliyah Negeri
penggunaan media. Tetapi jika media yang (MAN) 1 Kota Semarang

43
Yekti Endah P, Sugiyo. / Jurnal Bimbingan Konseling 5 (1) (2016)

Berdasarkan hasil penelitian dapat keikutsertaan mengikuti layanan Bimbingan


dianalisis bahwa kinerja Guru Bimbingan dan Konseling.
dan Konseling MAN 1 Kota Semarang Guru Bimbingan dan Konseling
dalam hal evaluasi, hampir semua layanan dekat dengan siswa, tanggapan siswa
dan kegiatan pendukung yang terprogram tentang Bimbingan dan Konseling adalah
terlaksana. Program yang dilaksanakan baik, perhatian, mendidik, dan memotivasi,
belum sepenuhnya terlaksana seperti tetapi ada beberapa siswa yang masih takut
memberikan materi layanan di kelas karena dengan Guru Bimbingan dan Konseling
tidak adanya jam masuk kelas sehingga bahkan tanggapan mereka yang takut
memerlukan koordinasi dengan Guru dengan Bimbingan dan Konseling ketika
bidang studi yang bersangkutan. dipanggil di ruang Bimbingan dan
Adanya perbedaan pencapaian Konseling adalah siswa bermasalah.
tujuan layanan sebelum dan sesudah Sesungguhnya upaya dari Guru Bimbingan
diberikan program Bimbingan dan dan Konseling adalah memberikan orientasi
Konseling. Guru Bimbingan dan Konseling tentang Bimbingan dan Konseling diawal
MAN 1 Kota Semarang setelah ajaran tahun.
memberikan layanan kepada siswa, adanya Ruang Bimbingan dan Konseling
perubahan yang diterima oleh beberapa cukup ideal. Semua orang yang masuk ke
siswa. Perubahan yang dialami siswa ruang Bimbingan dan Konseling merasa
diantaranya tingkah laku, pola pikir, sejuk dan nyaman. Hanya saja yang perlu
wawasan dan pengetahuan. Guru ditingkatkan adalah setting permanen untuk
Bimbingan dan Konseling menganalissi ruang Bimbingan dan Konseling agar ketika
hasil pemahaman siswa tentang layanan berbicara bisa merasa tenang tidak
yang diberikan. mendengar pihak satu dengan yang lain.
Guru Bimbingan dan Konseling Pihak Kepala Sekolah mendukung
mengevaluasi program Bimbingan dan sepenuhnya tentang Bimbingan dan
Konseling dari perencanaan sampai Konseling untuk perkembangan siswa dan
pelaksanaan. Dari hasil evaluasi tersebut melayani siswa.
Guru Bimbingan dan Konseling membuat 4. Hambatan dalam proses program
laporan pelaksanaan program. Semua Guru Bimbingan dan Konseling di Madrasah
Bimbingan dan Konseling MAN 1 Kota Aliyah Negeri (MAN) 1 Kota Semarang
Semarang membuat laporan pelaksanaan Dari hasil penelitian dapat dianalisis
program agar dapat dievaluasi dan ditindak bahwa hambatan, harapan, dan upaya
lanjuti kedepannya. kinerja Guru Bimbingan dan Konseling
Guru Bimbingan dan Konseling MAN 1 Kota Semarang adalah semua
mensosialisasikan hasil evaluasi program hambatan terkait merencanakan,
Bimbingan dan Konseling kepada pihak melaksanakan, dan mengevaluasi dapat
terkait. Guru Bimbingan dan Konseling terselesaikan dan mempunyai pandangan
MAN 1 Kota Semarang melaporkan hasil penanganan yang baik sehingga semua bisa
evaluasi kepada Kepala Sekolah. Hasil terselesaikan.
evaluasi akan ditindak lanjuti oleh Guru Upayanya dalam meningkatkan
Bimbingan dan Konseling. kinerja adalah dengan adanya dukungan
Guru Bimbingan dan Konseling Kepala Sekolah, dan dinas setempat selaku
bertanggungjawab atas pelayanan yang pihak yang mengeluarkan kebijakan pada
diberikan sehingga tanggapan yang sektor pendidikan. Agar pelaksanaan
diberikan kepada siswa berupa tanggapan Bimbingan dan Konseling berjalan dengan
positif. Guru Bimbingan dan Konseling baik dan pemahaman tentang Bimbingan
menganalis partisipasi siswa dalam dan Konsleing menjadi baik sehingga

44
Yekti Endah P, Sugiyo. / Jurnal Bimbingan Konseling 5 (1) (2016)

Bimbingan dan Konseling dapat berjalan Bimbingan dan Konseling melaksanakan sesuai
dengan lancar. dengan tugas pokoknya, ada beberapa hal yang
Setiap Guru Bimbingan dan belum terlaksana karena tidak adanya jam
Konseling dalam meningkatkan kinerja masuk kelas sehingga diperlukan kerja sama
adalah dengan adanya upaya membina dengan Guru bidang studi yang bersangkutan
kedisiplinan, meningkatkan motivasi, untuk memberikan informasi kepada siswa di
mempunyai target dalam bekerja, adanya kelas. Tanggapan beberapa siswa terhadap
penghargaan dan persepi. Guru Bimbingan Guru Bimbingan dan Konseling baik,
dan Konseling MAN 1 Kota Semarang perhatian, memotivasi, dan mendidik dan ada
dapat meningkatkan kualitasnya dengan beberapa pandangan siswa yang masih belum
mengikuti seminar, workshop, MGBK dan berani menemui Guru Bimbingan dan
kegiatan ilmiah untuk meningkatkan Konseling. Evaluasinya pada awal tahun
kemampuannya. Upaya lainnya adalah ajaran baru memberikan pengarahan lebih
adanya kerjasama yang kooperatif dari kepada siswa mengenai Bimbingan dan
Guru Bimbingan dan Konseling, Kepala Konseling. Ruangan Bimbingan dan Konseling
Sekolah dan semua pihak agar berjalan nyaman dan menuju ideal. Semua pihak
dengan baik dan lancar. membantu dan mendukung Bimbingan dan
Konseling agar semua Guru Bmbingan dan
SIMPULAN Konseling meningkatkan kualitas
profesionalnya dan kompetensinya.
Ada beberapa simpulan yang dapat Terakhir, Hambatan dalam proses
dikembangkan dari penelitian ini. Pertama, program Bimbingan dan Konseling di
Perencanaan program Bimbingan dan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Kota
Konseling di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Semarang, semua hambatan Guru Bimbingan
1 Kota Semarang, struktur kurikulum di MAN dan Konseling mulai dari merencanakan,
1 Kota Semarang Bimbingan dan Konseling melaksanakan, dan mengevaluasi harapannya
tidak masuk kelas. Guru Bimbingan dan dapat terselesaikan dengan baik. Upayanya
Konseling tetap membuat program pada awal kerja sama antara Guru Bimbingan dan
tahun pelajaran tetapi tidak terlalu Konseling, Guru dan Kepala Madrasah. Dan
memaksakan. Guru Bimbingan dan Konseling Guru Bimbingan dan Konseling dapat
melayani siswa full time berangkat sebelum meningkatkan kompetensinya dengan
siswa datang, dan pulang setelah siswa pulang. mengikuti seminar, workshop, MGBK, dan
Kedua, pelaksanaan program Bimbingan kegiatan-kegiatan ilmiah terkait Bimbingan dan
dan Konseling di Madrasah Aliyah Negeri Konseling.
(MAN) 1 Kota Semarang, hampir semua
program yang direncanakan dilaksanakan, ada SARAN
beberapa yang belum dapat berjalan dengan
lancar karena tidak adanya jam masuk kelas 1. Pengawas
seperti memberikan layanan informasi secara Pengawas memberikan pengarahan
klasikal kepada siswa. Guru Bimbingan dan kepada Kepala MAN 1 Kota Semarang
Konseling lebih mendapatkan tugas kegiatan agar dapat meningkatan kualitas kinerja
insidental karena Guru Bimbingan dan Guru Bimbingan dan Konseling. Pengawas
Konseling lebih mengutamakan keadaan yang dapat melakukan monitoring dengan
di lapangan untuk membantu menangani mengunjungi dan mengamati kinerja Guru
siswa. Bimbingan dan Konseling di MAN 1 Kota
Ketiga, proses evaluasi program Semarang.
Bimbingan dan Konseling di Madrasah Aliyah
Negeri (MAN) 1 Kota Semarang, semua Guru

45
Yekti Endah P, Sugiyo. / Jurnal Bimbingan Konseling 5 (1) (2016)

2. Kepala Madrasah Daryanto dan Farid, M.. 2015. Bimbingan Konseling


Kepala Madrasah ikut andil dalam Panduan Guru BK dan Guru Umum.
kinerja Guru Bimbingan dan Konseling Yogyakarta: Gava Media
Depdiknas. 2003. UU Nomor 20 tentang Sistem
agar tidak ada yang salah persepsi tentang
Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas
tugas Guru Bimbingan dan Konseling.
Depdiknas. 2008. Penataan Pendidikan Profesional
Dukungan keuangan, tenaga, dan pikiran Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling
sangat dibutuhkan Guru Bimbingan dan dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta:
Konseling sehingga Kepala Madrasah Depdiknas
sebaiknya siap kapanpun juga ketika Guru Jaafar, W. M. W. 2011. The Counseling
Bimbingan dan Konseling memerlukan Performance among Trainee Counselor in
dukungan yang sifatnya untuk kepentingan Malaysia. Journal Social and Behavioral
siswa. Sciences. 30, 512-516
Jumail. 2013. Kompetensi Profesional dalam Perspektif
3. Guru Bimbingan dan Konseling
Konselor Sekolah dan Perananya terhadap
Guru Bimbingan dan Konseling
Pelayanan Bimbingan dan Konseling di SMA
dapat mengatur jadwal untuk pemberian Negeri Padang. Tesis. Padang: Program Pasca
layanan yang bersifat klasikal sesuai yang Sarjana UNP
diamanatkan Permendikbud Republik Moleong, L.J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Indonesia No. 111 Tahun 2014 tentang Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
layanan Bimbingan dan Konseling di dalam Murad, A. 2005. Standar Kualitas Kompetensi Konselor
kelas. Guru Bimbingan dan Konseling Profesional: Studi Pengembangan Standar
memberikan pelayanan yang bersifat Kompetensi di Lingkungan Pakar Konseling
Pengaruh Perguruan Tinggi Negeri dan Konselor
pencegahan, perbaikan dan penyembuhan,
SMA Negeri. Disertasi. Bandung: Program
pemeliharaan, dan atau pengembangan.
Pasca Sarjana UPI
4. Penelitian selanjutnya Nursalim, M. 2015. Pengembangan Profesi Bimbingan
Bagi penelitian selanjutnya, dalam & Konseling. Jakarta: Erlangga
bidang kajian yang sama diharapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
memanfaatkan informasi apapun yang ada Republik Indonesia. No. 111 Tahun 2014.
dalam penelitian ini serta dapat Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan
mengembangkan bidang kajian ini dalam Dasar dan Pendidikan Menengah
berbagai sudut pandang dan komponen Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia. No. 27 Tahun 2008. Standar
yang mendukung, sehingga dapat
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor
mengembangkann tentang kajian ini
Peraturan Pemerintah. No. 19 Tahun 2005. Standar
selanjutnya. Nasional Pendidikan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. No. 17
DAFTAR PUSTAKA Tahun 2010. Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan. pasal 171 ayat 1 dan 2
Creswell, J. W. 2015. Penelitian Kualitatif & Desain Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed
Riset. Yogyakarta: Pusataka Pelajar Methods). Bandung: Alfabeta

46

Anda mungkin juga menyukai