Anda di halaman 1dari 6

Homoseksual, Gay dan Lesbian dalam Perspektif al-Qur'an

A. Pendahuluan

Orientasi seks menyimpang yang terjadi akhir-akhir ini menyedot


perhatian masyarakat. Bermacam kasus bermunculan disebabkan karena perilaku
seks yang menyimpang dan dampaknya. Misalnya kasus  pembunuhan yang
menjerat seorang laki-laki dari jombang jawa timur, Ryan, beberapa waktu lalu
yang terang-terangan tanpa malu menyatakan bahwa dirinya adalah seorang
homoseks. Penyimpangan seksual yang kian marak di masyarakat adalah
fenomena sosial yang tidak hanya berdampak buruk terhadap anak-anak dan para
remaja yang sedang menginjak usia pubertas, tetapi juga bagi orang dewasa.
Gaya hidup dan seks bebas menjadi salah satu alasan mengapa tingkat
penyimpangan seks di masyarakat kian bertambah.

B. Pengertian Homoseks

Dalam kamus Bahasa Indonesia homoseks adalah hubungan seks


dengan pasangan sejenis, homoseksual adalah keadaan tertarik kepada orang dari
jenis kelamin yang sama. Istilah lain yang digunakan untuk mengartikan perilaku
homoseks adalah sodomi,yang dalam istilah kedokteran berarti hubungan seks
melalui anus, yakni hubungan seks yang  dilakukan orang-orang yang homoseks,
gay dan waria.

C. Homoseksual dalam Al-Qur’an

Perbuatan  homoseksual dan akibatnya disebutkan  dalam al-Qur’an


diantara kisah-kisah umat nabi-nabi yang durhaka dan dijatuhi hukuman oleh
Allah, yaitu kisah  umat nabi Luth. Informasi al-Qur’an tentang
homoseks, liwath atau sodomi dalam Islam diungkap dalam al-Qur’an
Artinya: “Dan (Kami juga Telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah)
tatkala dia Berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan
faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini)
sebelummu?"(80). “Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan
nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, kamu  adalah kaum yang
melampaui batas”. (81). (QS al-‘Araf [7] 80).

Ayat ini menegur kaum nabi Luth yang melakukan tindakan yang sangat
buruk yang perlu diluruskan yaitu melampiaskan nafsu syahwat kepada sesama
jenis,  sehingga perbuatan tersebut disifati sebagai al-fahisyah. perbuatan mana
tidak pernah dilakukan oleh umat-umat sebelumnya, karena perbuatan itu
melanggar fitrah manusia dan tujuan penciptaannya, yaitu memiliki kecendrungan
kepada lawan jenisnya untuk memelihara kesinambungan jenis manusia di dunia.
Dalam QS al-Syu’ara [26]166: disebutkan bahwa mereka telah meninggalkan
wanita pasangannya yang secara naluriah seharusnya kepada merekalah laki-laki
menyalurkan naluri seksualnya ( QS. al-Baqarah [2] 223).

Kalau hubungan antara dua jenis selain dilandasi oleh kenikmatan


jasmani juga kenikmatan rohani dan tanggung jawab memelihara keturunan
sebagai hasil dari hubungan tersebut, Orang yang melakukan homoseksual hanya
merasakan kenikmatan jasmani, lepas dari tanggung jawab sebagai akibat dari
perbuatannya. Oleh sebab itu, potongan ayat berikutnya menyebutkan orang-orang
yang melakukan homoseksual sebagai orang-orang yang melampaui batas, yaitu
melampaui batas fitrah manusia, karena hubungan seks yang merupakan fitrah
manusia hanyalah kepada lawan jenisnya.

Penyimpangan perilaku seksual dari para laki-laki kepada laki-laki,


menurut Hamka dalam tafsirnya menyebabkan perempuan tidak diberi kepuasaan
setubuh oleh laki-laki, maka penyakit semacam ini berjangkit pula di kalangan
sesama perempuan. Dari sini muncullah istilah lesbian. Dengan demikian kaum
Luth saat itu telah memberikan contoh terburuk untuk semua manusia sepanjang
zaman. Di era modern ini penyimpangan seksual semakin marak, bahkan dengan
dalih Hak Asasi Manusia sehingga banyak orang yang kemudian mencoba
melegalkan perilaku ini sebagai  pilihan atas dasar hak asasi manusia. Namun
Islam tidak membenarkannya baik secara fitrah maupun sunnatullah. Karena
manusia secara fitrah diciptakan berpasang-pasangan,(QS. Adz-Dzariat [51]: 49)
bukan mahluk  yang berjenis kelamin sama.

Menurut pakar Andrologi dan seksologi, Wimpie Pangkahila, seseorang


berpotensi menjadi homoseks karena beberapa faktor, diantaranya gangguan
psikoseksual pada masa kecil, faktor biologis (kelainan otak dan genetik), faktor
sosio kultural dan faktor lingkungan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
pendapat yang mengatakan homoseks terbentuk karena faktor biologis merupakan
pendapat yang masih kontroversi. Psikolog Dadang Hawari bahkan mengatakan
bahwa faktor utama penyebab homoseksualitas adalah lingkungan. Keberadaan
faktor-faktor di atas yang membuat seseorang bisa melakukan penyimpangan seks,
tidak serta merta membenarkan perbuatan homoseksual itu sendiri, atau
mengatakan bahwa menjadi gay atau lesbi adalah kodrat atau takdir, atau
melegalkannya atas nama hak asasi manusia. Karena manusia adalah mahluk yang
memiliki kebebasan untuk menentukan pilihannya. Dengan akalnya seharusnya
manusia dapat mengendalikan dorongan-dorongan hasratnya, mengatasi tuntutan-
tuntutan biologisnya sesuai dengan tuntunan agama, bukan dengan perbuatan yang
bertentangan dengan hukum-hukum Allah swt. Allah telah menurunkan kitab suci
yang telah menjelaskan hukum-hukumnya secara jelas, tentang perbuatan baik dan
buruk tentang pahala dan dosa yang akan dimintakan pertanggung jawabannya
kelak di akhirat.

 Tindakan homoseks tentu lahir dari gejolak dan dorongan yang bersifat
instingtif atau gharizah. Gejolak ini timbul karena ada rangsangan. Untuk itu cara
mencegah aktivitas seks  menyimpang tersebut adalah dengan menjauhi dan
menghilangkan rangsangan-rangsangan terkait dengannya. Dalam masalah ini
Rasulullah bersabda:”Janganlah seorang laki-laki melihat aurat laki-laki ,jangan
pula perempuan melihat aurat perempuan. Janganlah seorang laki-laki tidur
dengan seorang laki-laki dalam satu selimut, begitu juga perempuan jangan tidur 
dengan perempuan lainnya  dalam satu selimut”. (HR Muslim).  Laki-laki yang
melihat aurat laki-laki atau perempuan melihat aurat sesama perempuan bisa
terangsang. Ini adalah bibit dari penyimpangan seksual, apalagi kalau tidur dalam
satu selimut. Islam sangat menjaga hal ini terbukti dengan perintah memisahkan
kamar tidur anak,s baik dengan orang tua maupun dengan saudara kandungnya
yang perempuan sejak anak berumur tujuh tahun atau sebelum baligh. Islam juga
melarang penampilan laki-laki yang meniru perempuan dan perempuan yang
meniru laki-laki (HR. Bukhari).Rasulullah juga menganjurkan berpuasa bagi orang
yang  menghadapi rangsangan seksual tapi  belum mampu berumah tangga.

Cara lain mencegah penyimpangan seksual adalah dengan melarang dan


menghentikan pornografi dan pornoaksi baik di TV maupun dunia maya apalagi
terkait dengan film-film yang memamerkan dan mempromosikan penyimpangan
seksual. Sesuai perintah Allah swt. yang melarang penyebaran al-
fahisyah dikalangan orang mukmin, Allah berfirman:

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang


amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab
yang pedih di dunia dan di akhirat. dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak
Mengetahui. (QS. An-Nur [24] 19).

Perbuatan homoseksual dianggap lebih keji dari perbuatan binatang,


karena binatang tidak melakukan penyimpangan seks dengan sesama jenis.
Manusia yang  diciptakan sebagai mahluk termulia dimuka bumi ini (QS al-
Isra’[17]70), menghinakan diri dengan perbuatannya sendiri sehingga Allah
menghinakan mereka. Firman Allah swt.
Artinya: “Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya. (4 “Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-
rendahnya (neraka) (5).(QS. At-Tin [95] 4-5).

Kaum Luth yang melakukan penyimpangan seksual dihukum Allah swt.


sebagaimana QS. Al-‘Araf [7] 84:

Artinya:“Dan kami turunkan kepada mereka hujan (batu); Maka perhatikanlah


bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu

Untuk menghindari semakin maraknya penyimpangan seksual di


masyarakat karena dampaknya yang berbahaya seperti merebaknya penyakit HIV
dan Aids, maka pemerintah dihimbau untuk memberikan sanksi kepada pihak-
pihak yang menyebar luaskan penyimpangan seksual secara kasat mata tanpa
memperhatikan etika dan moral, Sejalan dengan perintah Allah swt. dalam QS.
An-Nisaa [4] 16:

Artinya: “Dan terhadap dua orang (laki-laki) yang melakukan perbuatan keji di


antara kamu, Maka berilah hukuman kepada keduanya, Kemudian jika keduanya
bertaubat dan memperbaiki diri, Maka biarkanlah mereka. Sesungguhnya Allah
Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.

Permasalahan penyimpangan seksual harus ditangani secara terpadu,


baik oleh pemerintah,spsykolog ,pemuka agama dan pendidik. Sebab bila tidak,
Allah akan menimpakan hukumannya kepada kita semua. Disisi lain  apabila
perbuatan kaum Nabi Luth itu tumbuh subur tentu akan mengganggu regenerasi
kehidupan, karena fitrah alami seksualitas manusia lawan jenis adalah untuk
perkembangbiakkan manusia selanjutnya.
TUGAS

MATA KULIAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“Studi Kasus Nilai Moral, Penyimpangan Perilaku”

Disusun untuk memenuhi uji kompetensi ke 3

Oleh :

DONI TRI WIYANTO


NIM. K3210018

PROGRAM STUDI SENI RUPA


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014

Anda mungkin juga menyukai