Anda di halaman 1dari 3

Resume Buku Hukum Pajak (Erly Suandy)

Oleh:
M. Hengki Kurniawan
Fakultas Hukum
Universitas Bhayangkara Surabaya

BAB 4
PEMBAGIAN PAJAK
Pembagian pajak dapat dilakukan berdasarkan golongan, wewenang pemungut, maupun
sifatnya. Berdasarkan golongannya pajak dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
1. Pajak Langsung
Pajak Langsung adalah pajak yang bebannya harus ditanggung sendiri oleh
Wajib Pajak yang bersangkutan dan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain.
Contoh: Pajak Penghasilan (PPN)
2. Pajak Tidak Langsung
Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan atau
digeserkan kepada pihak lain.
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(beban pajak digeserkan dari produsen/penjual ke pembeli/konsumen

Berdasarkan wewenang pemungutnya, pajak dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
1. Pajak Pusat/Pajak Negara
Pajak Pusat/Pajak Negara adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada
pada pemerintah pusat yang pelaksanaannya dilakukan oleh Departemen
Keuangan melalui Direktorat Jenderal Pajak, dan hasilnya akan masuk ke
APBN. Pajak Pusat/Pajak Negara yang berlaku saat ini, antara lain:
a. Pajak Penghasilan (UU No. 36 Tahun 2008)
b. Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan atas Barang Mewah (UU No. 42
Tahun 2009)
c. Pajak Bumi dan Bangunan (UU No. 12 Tahun 1994)
d. Bea Materai (UU No. 13 Tahun 1985)
e. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (UU No. 20 Tahun 2000)
2. Pajak Daerah
Pajak Daerah adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada pada
Pemerintah Daerah yang pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan
Daerah, dan hasilnya akan masuk ke APBD. Pajak Daerah diatur dalam UU No.
18 Tahun 1997, diubah dengan UU No. 34 Tahun 2004 Tentang Pajak Daerah
dan Retribusi. Pajak Daerah dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Pajak Daerah Provinsi, meliputi: Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak
Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.
b. Pajak Daerah Kabupaten/Kota, meliputi: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak
Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengambilan dan
Pengelolaan Bahan Galian Gol C, Pajak Parkir.

Berdasarkan sifatnya, pajak dibagai menjadi dua, antara lain:


1. Pajak Subjektif
Pajak yang memperhatikan kondisi Wajib Pajak. Dalam menentukan pajaknya
harus ada alasan-alasan objektif yang berhubungan erat dengan materialnya,
yaitu gaya pikul yang terbagi menjadi 2:
a. Unsur Subjektif
Gaya pikul mencakup segala kebutuhan terutama material di samping moral
dan spiritual. Semakin besar gaya pikulnya, semakin kecil kemampuan
membayar pajaknya.
b. Unsur Objektif
Gaya pikul terdiri atas penghasilan, kekayaan dan belanja (pengeluaran).
Contoh: Pajak Penghasilan (PPN)
2. Pajak Objektif
Pajak Objektif adalah pengenaan pajak yang hanya memperhatikan kondisi
objeknya saja. Contoh: Pajak Bumu dan Bangunan (PPB)
Cara Pemungutan Pajak Penghasilan, ada tiga cara yang dapat dilakukan, antara lain:
1. Asas Domisili
Pemungutan pajak berdasarkan tempat tinggal Wajib Pajak dalam sutau negara,
tanpa melihat darimana penghasilan dan kewarganegaraan mana.
2. Asas Sumber
Pemungutan pajak didasarkan darimana sumber penghasilan didapat dalam suatu
negara, tanpa memperhatikan domisili dan kewarganegaraan Wajib Pajak.
3. Asas Kebangsaan
Pemungutan pajak didasarkan pada kebangsaan/kewarganeraan dari Wajib
Pajak, tanpa melihat darimana sumber penghasilannya maupun dimana tempat
tinggal yang bersangkutan.
Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) UU Pajak Penghasilan, Indonesia menganut wordwide
income, sehingga tidak membedakan sumber penghasilan dalam mengenakan pajak
kepada Wajib Pajak dalam negeri. Tetapi untuk Wajib Pajak Luar Negeri menganut asas
sumber, sehingga Wajib Pajak yang memperoleh penghasilan di Indonesia dikenakan
PPh Pasal 26.

Anda mungkin juga menyukai