Anda di halaman 1dari 3

 Klausula Penundaan Peralihan Hak

• Dalam beli sewa, klausul penundaan peralihan hak, ini merupakan suatu karakter utama, hal ini
berhubungan langsung dengan proses peralihan hak milik. Dalam proses peralihan hak milik tidak
disyaratkan adanya suatu bentuk hukum, akan tetapi peralihan hak milik tersebut berlangsung tanpa
melalui proses apapun yaitu terjadi dengan sendirinya. Hak milik beralih kepada pembeli bila ia telah
memenuhi semua kewajibannya berdasarkan persetujuan pembelian
• Penyerahan barang biasanya di lakukan dengan suatu pernyataan saja, karena barangnya sudah berada di
dalam kekuasaan si pembeli dalam kedudukannya sebagai penyewa cara penyerahan ini di namakan
traditio brevimanu.
 Klausul Menggugurkan (Verval Clausule)
• Pada umumnya syarat yang tercantum pada perjanjian beli sewa adalah syarat menggugurkan atau jatuh
tempo. Syarat ini merupakan akibat adanya syarat penundaan peralihan hak, sehingga keadaan demikian
membawa akibat bahwa selama masa pembayaran angsuran hak milik masih di tangan penjual.
• Apabila pembeli tidak membayar sesuai kewajibannya(kredit macet/wanprestasi) maka penjual dapat
menarik kembali, karena status dari barang tersebut adalah sewa sehingga penjual dapat mudah menarik
kembali barangnya, keadaan ini merupakan ciri atau karakter sewa beli yaitu syarat yang menggugurkan
(verval clausule).
• Akibat dari kredit macet (wanprestasi) adalah perjanjian menjadi putus dan penyewa harus
mengembalikan barangnya sedangkan angsuran yang telah dibayarkan tidak perlu di kembalikan baik
sebagian atau keseluruhan. Inilah yang di sebut verval clausule atau syarat yang menggugurkan
 Status uang yang telah di bayarkan pembeli kepada penjual
• Sepanjang pembeli masih mengangsur atau belum melunasi pembayaran maka uang tersebut
telah di bayarkan kepada penjual apabila terjadi wanprestasi uang umumnya tidak di kembalikan
meskipun barang telah di tarik.
• Dengan demikian status uang selama pembayaran angsuran di anggap hangus atau hilang karena
status barang sebagai barang yang di sewa. Di lain pihak status uang tersebut dapat di anggap
pula sebagai uang ganti rugi pemakaian atas barang yang di nikmati kegunaannya
• Apabila perjanjian beli sewa di konstruksikan sebagai perjanjian jual beli, maka sudah tentu
status uang tersebut sebagai uang pembayaran atas pembelian barang objek perjanjian tersebut.
Dengan demikian uang yang telah di bayarkan sebelumnya di perhitungkan sebagai pembayaran
barang namun oleh karena ternyata uang yang sudah di bayarkan adalah sebagai uang sewa,
maka dengan demikian uang tersebut dianggap hangus dan tidak dapat diminta baik untuk
sebagian maupun seluruhnya.
• Hal yang seperti ini di pandang sangat kurang memenuhi rasa keadilan karena terlalu
menguntungkan pihak penjual, sedangkan pihak pembeli sangat dirugikan.
• Oleh karena itu, sebaiknya klausula yang mengenai status uang yang seperti ini hendaknya di
tiadakan, agar tidak semata-mata merugikan pihak pembeli.
• Klausul ini dipandang sebagai perlindungan yang sangat efektif bagi penjual, sebab jika status
barang dalam perjanjian tidak sebagai sewa, maka penjual sudah tidak mempunyai kekuasaan
apapun terhadap barang atau dengan perkataan lain penjual tidak memiliki hak istimewa
(privilege) sebagaimana di atur dalam pasal 1144 KUHPerdata
 Klausul Larangan Memindahtangankan Objek Perjanjian (verreemdigs clausule)
• Adanya syarat bahwa selama masa pembayaran angsuran hak milik masih ada di tangan penjual, mengakibatkan
pembeli selama itu belum menjadi pemilik, oleh karena itu, maka selama periode pembayaran angsuran atau
selama masa mengangsur, pembeli tidak dapat menjual atau menggadaikan atau memindah tangankan barang
(objek perjanjian) tersebut. Apabila terjadi pemindah tanganan objek perjanjian sewa beli selama masa
angsuran, maka dapat di anggap sebagai penggelapan.
 Klausul Pemeliharaan
• Dalam kurun waktu pembayaran angsuran, maka pembeli di wajibkan untuk memelihara dan merawat barang
sebagaimana barang tersebut adalah miliknya.
• Bila suatu ketika barang yang sudah berada dalam penguasaan pembeli, musnah atau hilang maka penjual tetap
mempunyai hak untuk menuntut pembayaran atas barang tersebut. Jika si pembeli tidak mau membayar angsuran
dengan alasan barangnya sudah tidak ada lagi, tentu si penjual berhak mengajukan gugatan ke pengadilan
dengan dasar wanprestasi.
 Klausul Risiko
 Dalam perjanjian beli sewa, barang sudah beralih kepada pembeli sejak penanda tanganan kontrak, sehingga di
syaratkan bahwa risiko ada pada pembeli. Dalam kenyataannya selama masa angsuran ada penundaan peralihan
hak sehingga pembeli pada saat itu belum menjadi pemilik. Dengan ketentuan adanya suatu syarat penundaan
peralihan hak, sehingga dengan demikian seharusnya risiko tentunya ada pada pemilik, sesuai dengan asas
bahwa risiko ada pada pemilik, tetapi umumnya dalam perjanjian beli sewa risiko dibebankan kepada pembeli
sejak saat penandatanganan perjanjian.
 Apabila risiko di bebankan kepada penjual dengan alasan hak milik masih di tangannya selama masa
mengangsur, sedangkan barang telah di tangan pembeli, keadaan yang demikian tentunya dapat menimbulkan
kerugian pada penjual, apabila pembeli kurang memperhatikan terhadap barang, dengan kurang pemeliharaan
atau perawatan mengakibatkan barang menjadi rusak keadaan demikian di anggap bahwa hal tersebut sudah
memberikan keuntungan bagi pembeli. Selain itu bila risiko di bebankan kepada si penjual hal ini dapat
memberikan kesempatan pada pembeli untuk bertindak sesuka hati kepada barang atau dengan kata lain
pengalihan risiko dapat mengakibatkan rasa tanggung jawab atas pemeliharaan dan perawatan barang menjadi
berkurang, sedangkan bila risiko di bebankan kepada pembeli tentu ia akan penuh tanggung jawab dan kehati-
hatian dalam pemeliharaan dan perawatan barang tersebut.

Anda mungkin juga menyukai