Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH LEMBAGA

KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK)

Disusun Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Pendidikan Anti Korupsi

Dosen Pengampu : Dr. Sulton, M.si

Oleh:

Finanda Dwi T. ( 19312135 )

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

PONOROGO

2019

1
Kata Pengantar

Puji syukur Alhamdulillah saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
Makalah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ini bisa selesai tepat waktu.

Saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan
bagi penulis maupun pembacanya. Meskipun makalah ini masih kurang sempurna
sehingga kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi kedepannya.

Ponorogo, 29 Juni 2020

Finanda Dwi Triaswari

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................1

KATA PENGANTAR..................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.....................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................4
C. Tujuan..................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Berdirinya KPK..........................................................6


B. Perubahan Kedudukan KPK................................................................6
C. Perubahan Kelembagaan KPK.............................................................6
D. Proses Pembentukan KPK...................................................................7
E. Tugas Pokok dan Fungsi KPK.............................................................8
F. Perubahan Kewenangan KPK..............................................................9
G. Problematika Pelaksanaan Tugas Pokok, Fungsi, dan Wewenang....10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................12
B. Saran..................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA................................................................................13

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tindak Pidana Korupsi di Indonesia sudah meluas dalam masyarakat.


Perkembangannya terus meningkat dari tahun ke tahun, baik dari jumlah kasus
yeng terjadi dan jumlah kerugian keuangan Negara maupun dari segi kualitas
tindak pidana yang dilakukan semakin sistematis serta lingkupnya yang memasuki
seluruh aspek kehidupan masyarakat.
Meningkatnya Tindak Pidana Korupsi yang tidak terkendali akan membawa
bencana tidak saja terhadap kehidupan perekonomian nasional tetapi juga pada
kehidupan berbangsa dan bernegara pada umumnya. Tindak Pidana Korupsi yang
meluas dan sistematis juga merupakan pelanggaran terhadap hak-hak social dan
hak-hak ekonomi masyarakat, dan karena itu semua maka tindak pidana korupsi
tidak lagi dapat digolongkan sebagai kejahatan biasa melainkan telah menjadi
suatu kejahatan luar biasa. Begitu pun dalam upaya pemberantasannya tidak lagi
data dilakukan secara biasa, tetapi dituntut cara-cara yang luar biasa.
Penegakan hukum untuk memberantas Tindak Pidana Korupsi yang dilakukan
secara konvensional selama ini terbukti mengalami berbagai hambatan. Untuk itu
diperlukan metode penegakan hukum secara luar biasa melalui pembentukan
suatu badan khusus yang mempunyai kewenangan luas, independent serta bebas
dari kekuasaan manapun dalam upaya pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
yang pelaksanaanya dilakukan secara optimal, intensif, efektif, profesional serta
berkesinambungan. Maka dari itu pemerintah RI membentuk sebuah lembaga
yang khusus untuk menangani tindak pidana korupsi yaitu Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK).
Makalah ini akan membahas lebih lanjut mengenai latar belakang berdirinya
KPK, proses pembentukannya, tugas pokok, fungsi dan wewenang, perubahan-
perubahan yang terjadi pada lembaga KPK, serta problematika yang terjadi
didalamnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang berdirinya KPK?
2. Bagaimana perubahan kedudukan pada lembaga KPK?
3. Bagaimana perubahan kelembagaan KPK?
4. Bagaimana proses pembentukan KPK?
4
5. Apakah tugas pokok dan fungsi KPK?
6. Bagaimana perubahan kewenangan pada lembaga KPK?
7. Apakah ada problematika dalam pelaksanaan tugas pokok, fungsi, dan
wewenang KPK?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui bagaimana latar belakang berdirinya KPK
2. Memahami perubahan kedudukan pada lembaga KPK
3. Mengetahui perubahan dalam kelembagaan KPK
4. Memahami bagaimana proses pembentukan KPK
5. Mengetahui tugas pokok dan fungsi KPK
6. Memahami perubahan kewenangan apa saja pada lembaga KPK
7. Mengetahui problematika-problematika dalam pelaksanaan tugas pokok,
fungsi, dan wewenang KPK

5
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Berdirinya KPK


KPK atau Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia merupakan
lembaga negara yang dibentuk untuk meningkatkan daya dan hasil guna terhadap
pemberantasan tindak pidana korupsi. KPK sendiri dibentuk dengan latar
belakang bahwa upaya pemberantasan tindak pidana korupsi yang telah dilakukan
hingga sekarang belum dapat dilaksanakan secara optimal.
Lahirnya KPK didasarkan pada perkembangan pemikiran di dunia hukum bahwa
korupsi adalah kejahatan luar biasa. Label demikian dianggap tepat untuk
disematkan dalam konteks Indonesia, mengingat daya rusak praktek korupsi telah
mencapai level tinggi. Maka, tidak mengherankan jika hingga hari ini Indonesia
masih terjebak dalam suatu kondisi sosial ekonomi dan politik yang
memprihatinkan. Indikasinya bisa dilihat dari deretan angka kemiskinan yang
timbul, besarnya tingkat pengangguran, rendahnya indeks sumber daya manusia
Indonesia, serta rendahnya kualitas demokrasi.
B. Perubahan Kedudukan KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK adalah lembaga negara bantu yang
dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari
pengaruh kekuasaan manapun. Walaupun memiliki independensi dan kebebasan
dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya, namun KPK tetap bergantung
kepada cabang kekuasaan lain dalam hal yang berkaitan dengan perangkat
keanggotaannya. Dalam Pasal 30 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi menentukan bahwa pimpinan KPK
yang terdiri dari satu ketua dan empat wakil ketua, yang semuanya merangkap
sebagai anggota, dipilih oleh DPR berdasarkan calon anggota yang diusulkan oleh
Presiden. KPK juga memiliki hubungan kedudukan yang khusus dengan
kekuasaan yudikatif, setidaknya untuk jangka waktu hingga dua tahun ke depan
karena Pasal 53 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi mengamanatkan pembentukan Pengadilan
Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) yang bertugas dan berwenang memeriksa serta
memutus tindak pidana korupsi yang penuntutannya diajukan oleh KPK.
C. Perubahan Kelembagaan KPK

6
Pimpinan dalam sejarah terbentuknya KPK adalah pejabat negara yang terdiri dari
lima orang anggota, yaitu satu orang Ketua dan empat orang wakil ketua yang
merangkap anggota. Wakil ketua KPK terdiri dari:
a) Wakil Ketua Bidang Pencegahan
b) Wakil Ketua Bidang Penindakan
c) Wakil Ketua Bidang Informasi Dan Data
d) Wakil Ketua Bidang Pengawasan Internal Dan Pengaduan Masyarakat
Tim Penasihat KPK bertugas untuk memberikan nasihat dan pertimbangan sesuai
dengan keahlian masing – masing kepada KPK dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya. Tim Penasihat terdiri dari empat anggota. Pelaksana Tugas KPK
ditetapkan berdasarkan Lampiran Peraturan Pimpinan Komisi Pemberantasan
Korupsi no. PER-08/XII/2008 tanggal 30 Desember 2008 mengenai Organisasi
dan Tata Kerja KPK. Pelaksana Tugas terdiri dari:
a) Deputi Bidang Pencegahan
b) Deputi Bidang Penindakan
c) Deputi Bidang Informasi Dan Data
d) Deputi Bidang Pengawasan Internal Dan Pengaduan Masyarakat
e) Sekretariat Jenderal
Pergantian kepemimpinan KPK sudah terjadi berkali – kali, yang pertama
adalah Taufiequrrachman Ruki, alumni Akademi Kepolisian tahun 1971 dan
mantan anggota DPR RI sejak 1992 – 2001. Di bawah kepemimpinannya KPK
akan memosisikan diri sebagai katalisator bagi aparat dan institusi lain untuk
mencapai ‘good and clean governance’ pada Republik Indonesia. Antasari Azhar
kemudian menggantikan Ruki pada 2007 – 2009 melalui pemungutan suara di
Komisi III DPR, walaupun ia pernah mengalami kontroversi saat menjabat Kepala
Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan (2000 – 2007) dengan kegagalan mengeksekusi
Tommy Soeharto.
Antasari berhasil menangkap Jaksa Urip Tri Gunawan dan Artalyta Suryani
yang terkait penyuapan kasusu BLBI, menangkap Al Amin Nur Nasution dalam
kasus pelepasan Hutan Lindung Tanjung Pantai Air Telang, Sumsel. Selain itu
juga menyeret Deputi Gubernur BI Aulia Pohan ke penjara terkait korupsi aliran
dana BI. Kiprah Antasari sebagai pimpinan KPK terhenti ketika tersangkut kasus
pembunuhan pengusaha Nasruddin Zulkarnaen, sehingga ia diberhentikan dari
jabatannya dan digantikan oleh Tumpak Hatorangan Panggabean sebagai
Pelaksana Tugas (Plt) sejak 2009 – 2010.
7
D. Proses Pembentukan KPK
Dalam sejarah terbentuknya KPK diketahui bahwa KPK didirikan pada tahun
2002 oleh Presiden Megawati Soekarnoputri, karena pada saat itu Megawati
melihat bahwa institusi kejaksaan dan kepolisian dinilai tidak mampu untuk
menangkap koruptor. Ide untuk membentu KPK sudah muncul jauh hari
sebelumnya pada masa Presiden BJ Habibie yang mengeluarkan UU nomor 28
tahun 1999 mengenai penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas KKN.
Kemudian UU tersebut diawali dengan pembentukan berbagai komisi atau badan
baru seperti KPKPN, KPPU atau lembaga Ombudsman.
Berikutnya Presiden Abdurrahman Wahid membentuk Tim Gabungan
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (TGPTK) di masa Jaksa Agung Marzuki
Darusman dan dipimpin oeh Hakim Agung Andi Andojo. Tetapi ketika semangat
menumpas korupsi sedang menggebu – gebu, TGPTPK dibubarkan melalui
judisial review mahkamah agung yang berakibat kemunduran dalam upaya
memberantas KKN. Masyarakat juga menganggap Gus Dur tidak dapat
menunjukkan kepemimpinan yang dapat mendukung upaya pemberantasan
korupsi. Kemudian pada era Megawati upaya tersebut dilanjutkan.
Modal pada awal masa pendirian KPK adalah nol besar, para pemimpinnya
dilantik tanpa gedung kantor untuk pusat bekerja dan tidak memiliki karyawan.
Para pemimpin KPK bahkan membawa staf dari kantor lama mereka masing –
masing dan menggajinya sendiri. Kemudian muncul tim BPKP sebagai karyawan
pertama KPK. Tim tambahan dari kejaksaan dan kepolisian juga bertambah
seiring waktu. Pembentukan KPK ini bertujuan untuk meningkatkan hasil dan
daya guna dalam upaya pemberantasan tindak pidana korupsi.
E. Tugas Pokok dan Fungsi KPK
Dalam melaksanakan tugasnya lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi memiliki
tugas pokok dan fungsinya yaitu:
a) Tugas pokok kpk:
1. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak
pidana korupsi.
2. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak
pidana korupsi.
3. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana
korupsi.
4. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi; dan
8
5. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.
b) Fungsi kpk:
1. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak
pidana korupsi.
2. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak
pidana korupsi.
3. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana
korupsi.
4. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi; dan
5. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.
F. Perubahan Kewenangan KPK
Berdasarkan draf hasil rapat panitia kerja Baleg DPR, 13 September 2019, berikut
perbedaan isi wewenang kpk pada UU No. 30/2002 sebelum direvisi dan setelah
revisi.
a) Pasal 1 Ayat (3) Sebelum revisi: Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga
negara yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen
dan bebas dari pengaruh kekuasaan mana pun.
Setelah revisi: Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara dalam
rumpun kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan mana pun. Artinya KPK
menjadi bagian lembaga eksekutif kekuasaan.
b) Pasal 40 sebelum revisi: Komisi Pemberantasan Korupsi tidak berwenang
mengeluarkan surat perintah penghentian penyidikan dan penuntutan dalam
perkara tindak pidana korupsi.
Setelah revisi:
1. Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang menghentikan penyidikan dan
penuntutan terhadap perkara Tindak Pidana Korupsi yang penyidikan dan
penuntutannya tidak selesai dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun.
2. Penghentian penyidikan dan penuntutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus dilaporkan kepada Dewan Pengawas paling lambat 1 (satu) minggu
terhitung sejak dikeluarkannya surat perintah penghentian penyidikan dan
penuntutan.
3. Penghentian penyidikan dan penuntutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus diumumkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi kepada publik.

9
4. Penghentian penyidikan dan penuntutan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat dicabut oleh Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi apabila ditemukan
bukti baru yang dapat membatalkan alasan penghentian penyidikan dan
penuntutan, atau berdasarkan putusan praperadilan sebagaimana dimaksud dalam
peraturan perundang-undangan.
Namun, Presiden juga mengatakan butir ini masih diperdebatkan karena Presiden
menginginkan agar penghentian kasus yang tidak selesai dalam jangka waktu
paling lama 2 tahun.
G. Problematika Pelaksanaan Tugas Pokok, Fungsi, dan Wewenang
Dalam melaksanakan tugas, fungsi, dan kewenangannya lembaga kpk tentunya
mengalami beberapa masalah yang terjadi. Salah satunya yaitu pelemahan
terhadap lembaga KPK. Pada rapat pembentuk undang-undang di akhir masa
jabatan 2014-2019 oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Dimana DPR telah
mengesahkan rancangan perubahan UU Nomor 30 Tahun 2002 yang disetujui
dengan waktu yang sangat singkat. Bahkan RUU a quo telah banyak melemahkan
kewenangan yang dimiliki oleh KPK, hal ini tentunya membuat masyarakat resah
terhadap perbuatan yang dilakukan oleh pembentuk RUU a quo. Adapun beberapa
poin pelemahan KPK yang terdapat dalam RUU a quo antara lainnya adalah:
1. Menghilangkan kewenangan pimpinan KPK sebagai penanggung jawab tertinggi
dalam penyidikan dan penuntutan, lalu menggeser kewenangan tersebut kepada
Dewan Pengawas;
2. Mensyaratkan KPK untuk meminta izin kepada Dewan Pengawas dalam
melakukan upaya paksa seperti penggeledahan, penyitaan, dan penyadapan;
3. Menghilangkan kewenangan KPK untuk merekrut penyelidik independen;
4. Penetapan status kepegawaian KPK sebagai ASN yang akan mengganggu
independensi dalam melaksanakan tugasnya;
5. Peran Dewan Pengawas yang terlalu mendominasi, karena Dewan Pengawas juga
memiliki kewenangan untuk mengintervensi KPK dalam melakukan
kewenangannya sehari-hari dalam penanganan teknis perkara;
6. Dewan Pengawas dibentuk oleh DPR, padahal DPR menjadi salah satu lembaga
yang terkorup di Indonesia;
7. Perkara yang mendapatkan perhatian dari masyarakat tidak lagi menjadi salah satu
poin kriteria kasus yang dapat ditangani oleh KPK;

10
8. Kewenangan KPK untuk menerbitkan Surat Penghentian Penyidikan dan
Penuntutan (SP3) dalam hal penyidikan dan penuntutan yang tidak selesai dalam
jangka waktu 2 tahun; dan
9. Pelaporan Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN) yang tidak lagi
dikelola oleh KPK.
Pelemahan terhadap KPK dapat timbul karena produk hukum yang menaungi
kelembagaan serta kewenangan KPK hanya dituangkan dalam bentuk undang-
undang. Hal tersebut seakan-akan menjadikan KPK sebagai suatu lembaga negara
yang harus tunduk semata-mata kepada pembentuk undang-undang.
Sehingga, apapun yang dirumuskan dalam ketentuan undang-undang oleh DPR
dan Presiden, harus dilaksanakan oleh KPK. Padahal, korupsi merupakan
kejahatan luar biasa yang seringkali dilakukan oleh DPR dan juga jajaran
eksekutif, yang mana juga merupakan pihak yang membentuk suatu undang-
undang.

11
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
KPK atau Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia merupakan
lembaga negara yang dibentuk untuk meningkatkan daya dan hasil guna terhadap
pemberantasan tindak pidana korupsi. KPK sendiri dibentuk dengan latar
belakang bahwa upaya pemberantasan tindak pidana korupsi yang telah dilakukan
hingga sekarang belum dapat dilaksanakan secara optimal. Dalam sejarah
terbentuknya KPK diketahui bahwa KPK didirikan pada tahun 2002 oleh Presiden
Megawati Soekarnoputri, karena pada saat itu Megawati melihat bahwa institusi
kejaksaan dan kepolisian dinilai tidak mampu untuk menangkap koruptor.
Dalam Pasal 30 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi menentukan bahwa pimpinan KPK yang
terdiri dari satu ketua dan empat wakil ketua, yang semuanya merangkap sebagai
anggota, dipilih oleh DPR berdasarkan calon anggota yang diusulkan oleh
Presiden.
Dari makalah tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa lembaga bantu negara ini
yang biasa disebut KPK memang sangat penting bagi negara dalam membantu
memberantas tindak pidana korupsi yang semakin merajalela di negeri ini.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang penulis uraikan di atas, maka saran-saran yang
dapat penulis berikan terkait pemberantasan tindak pidana korupsi sebagai berikut
:
Kewajiban KPK adalah KPK harus tetap melakukan pemberantasan korupsi tanpa
terganggu adanya isu isu diluar yang menyudutkan kewenangan KPK, KPK harus
berani memperbarui kesepakatan untuk benar-benar dan sepenuhnya bekerja
untuk Indonesia yang bersih dari kepentingan politik dan KPK harus menjadikan
semua kasus yang tengah dikerjakan sebagai momentum untuk pembuktian dan
diselesaikan dengan tepat, capat dan pasti untuk mengembalikan citra KPK dimata
masyarakat.
12
KPK patut untuk dipertahankan sampai Indonesia berada di titik aman dari
perkara tindak pidana korupsi.

DAFTAR PUSTAKA

-. Modul Kelembagaan KPK Umum. Diakses pada 11 Juli 2020 dari


https://aclc.kpk.go.id/wp-content/uploads/2019/07/04-Modul-Kelembagaan-KPK-
UMUM_OK.pdf

-. (2017, 07 Desember). Fungsi dan Tugas KPK. Diakses pada 11 Juli 2020 dari
https://www.kpk.go.id/id/tentang-kpk/struktur-organisasi/93-tentang-kpk/fungsi-
dan-tugas/31-fungsi-dan-tugas.

I Nyoman Bagiastra, Tjokorda Gde Indraputra.-.Kedudukan Komisis


Pemberantasan Korupsi sebagai Lembaga Negara Bantu. Diakses pada 11 Juli
2020 dari
https://ojs.unud.ac.id/index.php/Kerthanegara/article/download/10714/7620.

Ramadhani, Yulaika. (2019, 17 Desember). Isi Perubahan Pasal-pasal UU KPK


yang akan disahkan DPR. Diakses pada 11 Juli 2020 dari https://tirto.id/isi-
perubahan-pasal-pasal-revisi-uu-kpk-yang-akan-disahkan-dpr-eidr.

Retno, Devita. (2019, 18 Maret). Sejarah Terbentuknya KPK di Indonesia.


Diakses pada 11 Juli 2020 dari https://sejarahlengkap.com/organisasi/sejarah-
terbentuknya-kpk.

Welianto, Ari. (2020, 05 Januari). KPK: Sejarah dan Tugas Pokoknya. Diakses
pada 11 Juli 2020 dari
https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/05/080000269/kpk-sejarah-dan-
tugas-pokoknya?page=all.

Winata, Felix Juanardo. (2019, 21 September). Kelembagaan KPK dalam


Perubahan Kelima Undang-undang Dasar. Diakses pada 11 Juli 2020 dari
https://www.kompasiana.com/felixwinata0860/5d85109c0d823044207ff3e2/kele
mbagaan-kpk-dalam-perubahan-kelima-undang-undang-dasar?page=3.

13
14

Anda mungkin juga menyukai