Anda di halaman 1dari 3

Nama : Finanda Dwi Triaswari

NIM : 19312135

Hasil Resume Webinar Filsafat Hidup Ki Hadjar Dewantara, KH Ahmad Dahlan &
KH Hasyim As’arie & Kontribusinya bagi Pengembangan Filsafat Indonesia.

A. Ki Hadjar Dewantara

RM Soewardi Suryaningrat atau yang lebih dikenal dengan nama Ki Hajar


Dewantara merupakan putra terbaik bangsa dan seorang pejuang yang multitalent
sebagai politikus, jurnalis, pendidik, budayawan serta seorang seniman.

Falsafah kebangsaan yang sangat kuat dalam diri Ki Hadjar Dewantara menghasilkan
totalitas semangatnya mengabdi tanpa pamrih kepada sang anak bangsa dengan segala
metode yang dibuatnya. Menuju titik konvergensi universal cita kemanusiaan yang
adil dan beradab membangun Rahmatan lil alamin. Metode-metode Ki Hadjar
Dewantara berupaya menyatukan keberagaman bangsanya berdasar nilai yang
religius.

B. KH Ahmad Dahlan
Kyai Haji Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta pada tahun 1868/1869 M. Sebelum
ke tanah suci, beliau pernah belajar disiplin ilmu agama dan umum pada sejumlah
ulama.
Menurut KH Abdul Malik Usman seorang Tokoh Muhammadiyah dari UGM, beliau
menyebutkan ada 7 Filosofi Hidup KH Ahmad Dahlan :
1. Hidup hanya satu kesempatan dan menjadi penentu kehidupan hari esok.
2. Banyak manusia berwatak takabur, angkuh, dan egois.
3. Banyak manusia terbelenggu tradisi mengklaim kebenaran walaupun
bertentangan.
4. Cara pandang terhadap dunia dan kehidupan hakikat diterima, hakikat dan
tujuan hidup.
5. Banyak kekhawatiran meninggalkan dan menanggalkan tradisi yang salah,
karena ada resiko-resiko duniawi.
6. Banyak pemimpin yang hanya memanfaatkan kebodohan untuk rakyat.
7. Berilmu dan beramal, bertingkat-tingkat sesuai kemampuan.
Ketujuh filosofi hidup KH Ahmad Dahlan tersebut bila dirangkum menjadi 4 falsafah
hidup yaitu:
1. Memupuk kesadaran bertuhan atau kemurniaan tauhid, menyapa kesucian jiwa
sebagai sesuatu yang fitrah yang dibimbing agama agar melahirkan akhlak
mulia.
2. Giroh beramal sesuai kemampuan dan rela berkorban untuk kemanusiaan
sebagai manifestasi kesadaran berketuhanan. Hal ini menjadikan Persyarikatan
Muhammadiyah dikenal sebagai Gerakan Islam dan Gerakan Amal, selain
gerakan dakwah dan tajdid.
3. Membekali diri dengan ilmu pengetahuan, meningkatkan kecerdasan berpikir
rasional, dibawah bimbingan agama untuk memahami hakekat dunia, hakekat
dan tujuan hidup. Filosofinya, hidup itu dimaknai agar kelak bermakna.
4. Berperikemanusiaan atau berbudi luhur (akhlak mulia), humanis-inklusif dan
toleran, merjaut persaudaraan dan tidak ego-sektarian.

Filosofi hidup KH Ahmad Dahlan tersebut sesungguhnya mengilhami lahirnya


identitas atau kepribadian Muhammadiyah atau yang disebut Trilogi Muhammadiyah
yaitu: Gerakan islam, Gerakan dakwah, dan Gerakan Tajdid (pembaharuan).

Dari filosofi hidup KH Ahmad Dahlan diatas, terdapat sejumlah nilai ajaran sebagai
wujud kontribusi beliau lewat persyarikatan muhammadiyah untuk bangsa Indonesia,
antara lain: Bangsa Indonesia adalah bangsa yang percaya pada Tuhan YME,
karenanya agama dan ajarannya menjadi fondasi bagi kehidupan bermasyarkat.
Berperikemanusiaan: menjunjung tinggi harkat martabat manusia, bersikap inklusif-
humanis dan toleran.

C. KH Hasyim As’arie
Kyai Haji Mohammad Hasyim As’Arie merupakan salah satu Pahlawan Nasional
Indonesia yang merupakan pendiri Nahdlatul Ulama. Geneologi keilmuan Hasyim
As’Arie yaitu: tradisi lokal, pengetahuan keislaman lokal, dan keilmuan global.
Menurut Gus M. Mustafied, Ketua LPPM UNU Yogyakarta menyebutkan bahwa ada
3 falsafah hidup KH Hasyim As’arie yaitu:
1. Teologi transformatif aswaja
Teologi aswaja ini mengajarkan tentang 3 nilai yaitu akidah, syariah, dan
akhlak yang bersumber dari berbagai dalil.
Strategi dalam teologi aswaja ini antara lain: pribumisasi tata nilai,
nasionalisasi tata kelembagaan (ekonomi dan politik), konservasi sumber daya
alam, dan revitalisasi tradisi.
2. Politik kebangsaan
“Perpecahan adalah penyebab kelemahan, kekalahan, dan kegagalan di
sepanjang zaman. Bahkan, pangkal kehancuran an kemacetan, sumber
keruntuhan dan kebinasaan, dan penyebab kehinaan dan kenistaan.”
Hal diatas merupakan pernyataan KH Hasyim As’arie dalam mukkadimah al-
Qanun al-Asasi Anggaran Dasar dan ART Nahdlatul ulama.
3. Pandangan pendidikan
Dalam bidang pendidikan KH Hasyim As’arie menggunakan model
pendidikan pondok pesantren yang dibangun mengacu pada model pendidikan
walisongo penyebar islam.

Dari penjabaran ketiga tokoh pergerakan nasional tersebut menurut pendapat saya
dapat disimpulkan bahwa Ki Hadjar Dewantara, KH Ahmad Dahlan, dan KH Hasyim
As’arie memiliki pemikiran sendiri-sendiri mengenai pandangannya terhadap filosofi
hidup yang mengacu pada bidang pendidikan sebagai pembangunan nasional.
Walaupun memiliki perbedaan metode dalam mengembangkan pendidikan bangsa ini
namun pada dasarnya mereka memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa.

Anda mungkin juga menyukai