demokrasi yang dilakukan selama ini masih terbatas pada usaha indoktrinasi
dan penyuapan konsep-konsep secara verbalistik. Terjadinya diskrepansi
(jurang pemisah) antara das sein dan das sollen dalam konteks ini ialah
akibat dari kuatnya budaya menggurui (secara feodalistik) dalam
masyarakat, sehingga verbalisme yang dihasilkannya juga menghasilkan
kepuasan tersendiri dan membuat yang bersangkutan merasa telah berbuat
sesuatu dalam penegakan demokrasi hanya karena telah berbicara tanpa
perilaku. Pandangan hidup demokratis terlaksana dalam abad kesadaran
universal sekarang ini maka nilai-nilai dan pengertian-pengertiannya harus
dijadikan unsur yang menyatu dengan sistem pendidikan di Indonesia.
Henry B. Mayo dalam Mirriam Budiardjo (1990) menyebutkan adanya
delapan nilai demokrasi, yaitu :
1. Menyelesaikan pertikain-pertikain secara damai dan sukarela
2. Menjamin terjadinya perubahan secara damai dalam sustu masyarakat
yang selalu berubah
3. Pergantian penguasa dengan teratur
4. Penggunaan paksaan sedikit mungkin
5. Pengakuan dan penghormatan terhadap nilai keanekaragaman
6. Menegakkan keadilan
7. Memajukan ilmu pengetahuan
8. Pengakuan dan penghormatan terhadap kebebasan
Zamroni (2001) menyebutkan adanya kultur nilai demokrasi antara lain :
1. Toleransi
2. Kebebasan mengemukakan pendapat
3. Menghormati perbedaan pendapat
4. Memahami keanekaragaman dalam masyarakat
5. Terbuka dan komunikasi
6. Menjunjung nilai dan martabat kemanusian
7. Percaya diri
8. Tidak menggantungkan pada orang lain
9. Saling menghargai
10. Mampu mengekang diri
11. Kebersamaan
12. Keseimbangan