Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Etika, suatu kata ataupun istilah yang sering kita dengar dalam
kehidupan sehari – hari. Saat kita melihat sesuatu hal yang tidak baik dilakukan
oleh orang lain, dalam hati kecil kita pasti berkata “gimana sih etika orang
itu ?”. Begitu juga sebaliknya, pada waktu kita melihat seseorang melakukan
perbuatan yang baik kita akan berkata “Sangat beretika sekali orang itu”. Dari
penjelasan tersebut kita melihat bahwa Etika itu bukan hanya kata atau istilah
yang biasa saja, tetapi ada perasaan yang ikut ambil bagian dalam menentukan
sesuatu perbuatan seseorang itu baik atau tidak. Penilaian yang diberikan tiap –
tiap manusia pasti berbeda – beda, akan tetapi dalam suatu kelompok/golongan
masyarakat terdapat sebuah persepsi yang sama dalam melakukan penilaian
terhadap sesuatu perilaku/perbuatan seseorang. Sehingga dalam suatu
kelompok/golongan masyarakat tersebut seolah - olah terdapat batasan untuk
melakukan sesuatu perbuatan.

Pada dasarnya setiap orang mempunyai kebebasan untuk berucap,


bertindak, berperilaku atau untuk mengerjakan pekerjaan yang menjadi
kesenangan sesuai dengan keahliannya dalam rangka mencapai tujuan
hidupnya. Namun setiap orang untuk mencapai tujuan hidup itu, yaitu hidup
tentram, tertib, teratur aman, dan damai serta tidak diganggu oleh orang lain, ia
dituntut untuk mentaati batasan - batasan atau etika dalam pergaulan hidupnya
dengan orang lain yang ada disekitarnya, setiap orang juga dituntut untuk tidak
merugikan orang lain dan harus mempertanggungjawabkan terhadap apa yang
dilakukan.
Jadi, apakah Etika itu ? menurut beberapa ahli, kata etika berasal dari
bahasa Yunani Kuno yaitu "ethikos, ethos", yang berarti "adat, kebiasaan,
praktik”. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah,
baik, buruk, dan tanggung jawab. Etika dimulai bila manusia merefleksikan
unsur - unsur etis dalam pendapat - pendapat spontan kita. Kebutuhan akan
refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang
berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk
mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia terhadap manusia
tidak menutup kemungkinan terhadap negara.
Di dalam suatu negara, tidak bisa kita pungkiri bahwa pemerintahan
merupakan unsur yang sangat penting. Pemerintahan merupakan sebuah unsur
yang digunakan sebagai suatu syarat berdirinya suatu negara. Tanpa
pemerintahan, maka suatu negara tidak akan dapat terbentuk. Pemerintah
memiliki peran dan fungsi yang sangat vital terutama didalam mengayomi dan
melayani masyarakat. Untuk mewujudkan fungsi dan peran pemerintah maka
pemerintahan tersebut haruslah memiliki etika yang baik dan bersih. Etika
merupakan sesuatu yang sangat pokok di dalam penyelenggaraan suatu
pemerintahan. Berbicara tentang etika penyelenggara Pemerintahan tidak
terlepas dari etika Birokrasi atau Pegawai Negeri Sipil Sipil (PNS) atau
sekarang lebih dikenal sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) berdasarkan UU
No. 5 Tahun 2014 yang merupakan ujung tombak utama dalam penyelenggara
pemerintahan itu sendiri.
Etika ASN dalam penyelenggaraan pemerintahan sangat terkait dengan
moralitas dan mentalitas aparat itu sendiri dalam melaksanakan tugas - tugas
pemerintahan yang tercermin lewat fungsi pokok pemerintahan, yaitu fungsi
pelayanan, fungsi pengaturan atau regulasi dan fungsi pemberdayaan
masyarakat. Jadi berbicara tentang Etika ASN berarti kita berbicara tentang
bagaimana Aparatur Sipil Negara tersebut dalam melaksanakan fungsi tugasnya
sesuai dengan ketentuan aturan yang seharusnya dan semestinya, pantas untuk
dilakukan dan sewajarnya, dimana telah ditentukan atau diatur untuk ditaati dan
dilaksanakan.

Seperti yang kita ketahui birokrasi merupakan suatu wadah


kelembagaan yang menentukan efektifitas dari suatu pembangunan, maka yang
menjadi tinjauan disini adalah sifat - sifat daripada budaya birokrasi itu sendiri.
Apa yang dilakukan oleh birokrasi terhadap masyarakat hanya akan di patuhi
jika pegawai birokrasi itu dapat memberikan contoh yang baik pada
masyarakatnya yakni dengan tindakannya sebagai penyelenggaran negara yang
bermartabat.

Secara garis besar peraturan Aparatur Sipil Negara sudah ditetapkan


sebagaimana mestinya, sehingga harus dipatuhi dan ditaati oleh setiap pegawai
ASN baik di pusat maupun di daerah, karena itu sudah merupakan peraturan
baku. Namun, pada kenyataannya peraturan tersebut hanya sebagai formalitas
belaka yang dipandang sebelah mata oleh kebanyakan Aparatur Sipil Negara.

1.2. Rumusan Masalah


1) Apakah kode etik itu penting bagi Aparatur Sipil Negara ?
2) Bagaimana pengimplementasian kode etik dalam lingkup Badan POM RI ?
3) Bagaimana membina moral etika Aparatur Sipil Negara dalam lingkup
Badan POM RI ?
1.3. Manfaat
1) Mengetahui pentingnya kode etik bagi Aparatur Sipil Negara.
2) Mengetahui pengimplementasian kode etik dalam lingkup Badan POM RI.
3) Mengetahui cara membina moral etika Aparatur Sipil Negara dalam
lingkup Badan POM RI.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Aparatur Sipil Negara (ASN)


Dalam Bab I ketentuan umum Pasal 1 UU No.5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara, yang dimaksud Aparatur Sipil Negara adalah profesi
bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja
yang bekerja pada instansi pemerintah. Yang mana Pegawai Aparatur Sipil
Negara adalah pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian
kerja yang diangkat oleh pejabat Pembina kepegawaian dan diserahi tugas
dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji
berdasarkan peraturan perundang – undangan.

Instansi pemerintah yang dimaksud di dalam Undang – Undang No. 5


Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara adalah instansi pusat dan Instansi
daerah. Instansi pusat meliputi kementerian, lembaga pemerintah
nonkementerian, kesekretariatan lembaga negara, dan kesekretariatan lembaga
nonstructural. Sedangkan instansi daerah adalah perangkat daerah provinsi dan
perangkat daerah kabupaten/kota yang meliputi secretariat daerah, secretariat
dewan perwakilan rakyat daerah, dinas daerah, dan lembaga teknis daerah.

2.2. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)


Berdasarkan Kepres No. 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, Dan Tata Kerja Lembaga
Pemerintah Non Departemen (saat ini telah berubah menjadi Lembaga
Pemerintah Nonkementerian) selanjutnya disebut LPNK merupakan lembaga
pemerintah pusat yang dibentuk untuk melaksanakan tugas pemerintahan
tertentu dari Presiden, sehingga LPNK berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Presiden. Dari 25 LPND/LPNK di dalam Kepres tersebut salah satunya
adalah Badan Pengawas Obat dan Makanan. Sesuai dengan Pasal 67 Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mempunyai tugas melaksanakan tugas
pemerintahan di bidang pengawasan obat dan makanan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang – undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya
tersebut BPOM menyelenggarakan fungsi :
a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan
obat dan makanan;
b. Pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang pengawasan obat dan
makanan;
c. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPOM;
d. Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan
instansi pemerintah dan masyarakat di bidang pengawasan obat dan
makanan;
e. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di
bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana,
kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan
dan rumah tangga.
Dalam menyelenggarakan fungsinya, BPOM mempunyai kewenangan
sebagai berikut :
a. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya;
b. Perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan
secara makro;
c. Penetapan system informasi di bidangnya;
d. Penetapan persyaratan penggunaan bahan tambahan (zat aditif) tertentu
untuk makanan dan penetapan izin dan pengawasan peredaran obat serta
pengawasan industry farmasi;

e. Penetapan pedoman penggunaan konservasi, pengembangan dan


pengawasan tanaman obat.
2.3. Kode Etik
Kata etika, sering disebut pula dengan istilah etik atau ethics (bahasa
Inggris), mengandung banyak pengertian. Dari segi etimologi (asal kata), istilah
etika berasal dari kata Latin “ethicus” dan dalam bahasa Yunani disebut
“ethicos” yang berarti kebiasaan. Dengan demikian menurut pengertian yang
asli, yang dikatakan baik itu apabila sesuai dengan kebiasaan masyarakat.
Kemudian lambat laun pengertian ini berubah, bahwa etika adalah suatu ilmu
yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang
dapat dinilai baik dan mana yang dapat dinilai tidak baik.
Etika pemerintahan merupakan bagian dari aturan main dalam
organisasi birokrasi atau pegawai negeri yang sekarang kita kenal Aparatur
Sipil Negara (ASN) yang secara struktural telah diatur aturan mainnya. Dalam
perjalanannya prinsip ASN sebagai sebuah profesi mempunyai beberapa
prinsip, salah satunya adalah etika birokrasi yang di dalam sistem kepegawaian
atau lebih dikenal dengan sebutan kode etik dan kode perilaku ASN yang
bertujuan menjaga martabat serta kehormatan ASN. Kode etik dan kode
perilaku ASN tersebut diatur dalam Pasal 3 huruf b Undang – Undang No. 5
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Dahulu kita mengenal Panca
Prasetya Korp Pegawai Republik Indonesia (Panca Prasetya KORPRI) sebagai
kode etik PNS, sedangkan di dalam Undang - Undang ASN meskipun disebut
kode etik dan kode perilaku, namun menurut pendapat penulis lebih menitik
beratkan sebagai kode perilaku. Untuk lebih jelasnya dapat penulis sampaikan
kutipan Pasal 5 ayat (2) UU ASN sebagai berikut :
Kode etik dan kode perilaku sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi
pengaturan perilaku agar Pegawai ASN :
a. melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas
tinggi;
b. melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
c. melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
d. melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang -
undangan;
e. melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang
Berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang - undangan dan etika pemerintahan;
f. menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
g. menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung
jawab, efektif, dan efisien;
h. menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya ;
i. memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak
lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
j. tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan,
dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat
bagi diri sendiri atau untuk orang lain;
k. memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integritas ASN;
l. melaksanakan ketentuan peraturan perundang - undangan mengenai
disiplin Pegawai ASN.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Pentingnya Kode Etik bagi PNS


Alasan yang melandasi mengapa Pembinaan Mental Aparatur Sipil
Negera (ASN) penting adalah, karena ada tuntutan nasional dan tantangan
global agar meningkatkan kualitas kinerja aparatur pemerintah sebagai pelayan
publik yang sampai saat ini masyarakat masih belum merasakan tugas dan
fungsi pelayanan sebagaimana yang diharapkan. Tidak dapat dipungkiri, bahwa
pada aspek mental, Aparatur Sipil Negara (ASN) sering menuai kritik dari
masyarakat dikarenakan oleh perilaku menyimpang, baik pada tataran
perundang - undangan, agama maupun budaya.
Kelancaran tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional
sangat dipengaruhi oleh kesempurnaan pengabdian Aparatur Sipil Negara.
Pegawai ASN dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK)
merupakan unsur Aparatur Sipil Negara yang bertugas memberikan pelayanan
yang terbaik, adil dan merata kepada masyarakat. Untuk menjamin tercapainya
tujuan pembangunan nasional, diperlukan Pegawai ASN dan PPPK yang netral,
mampu menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, profesional dan bertanggung
jawab dalam melaksanakan tugas, serta penuh kesetiaan dan ketaatan kepada
Pancasila, Undang - Undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah Republik
Indonesia. Agar ASN mampu melaksanakan tugasnya sebagaimana tersebut di
atas secara berdaya guna dan berhasil guna, diperlukan pembinaan secara terus
menerus dan berkesinambungan. Pembinaan jiwa korps akan berhasil dengan
baik apabila diikuti dengan pelaksanaan dan penerapan kode etik dalam
kehidupan sehari - hari ASN.
Dengan adanya kode etik bagi PNS dimaksudkan sebagai bagian dari
upaya meningkatkan kualitas PNS dalam melaksanakan tugas - tugasnya.
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2004
Tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik PNS antara lain diatur mengenai
nilai - nilai dasar yang terkandung di dalam pembinaan jiwa korps dan kode
etik yang memuat kewajiban PNS terhadap negara dan Pemerintah, terhadap
organisasi, terhadap masyarakat, terhadap diri sendiri, dan terhadap sesama
PNS, serta penegakan kode etik.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2004 yang dimaksud
dengan Jiwa Korps PNS adalah rasa Kesatuan dan persatuan, kebersamaan,
kerja sama, tanggung jawab, dedikasi, disiplin, kreativitas, kebanggaan dan rasa
memiliki organisasi PNS dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pembinaan jiwa korps PNS dimaksudkan untuk meningkatkan perjuangan,
pengabdian, kesetiaan dan ketaatan PNS kepada Negara kesatuan dan
Pemerintah Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang - Undang
Dasar 1945.

Kode Etik PNS adalah pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan
PNS di dalam melaksanakan tugasnya dan pergaulan hidup sehari-hari. Dalam
pelaksanaan tugas kedinasan dan kehidupan sehari - hari setiap PNS wajib
bersikap dan berpedoman pada etika dalam bernegara, dalam penyelenggaraan
Pemerintahan, dalam berorganisasi, dalam bermasyarakat, serta terhadap diri
sendiri dan sesama PNS sebagaimana yang diatur dalam PP No. 42 Tahun 2004
tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil. Etika –
etika itu adalah :

 Etika dalam bernegara, yang meliputi :


a) Melaksanakan sepenuhnya Pancasila dan Undang - Undang Dasar
1945;
b) Mengangkat harkat dan martabat bangsa dan negara;
c) Menjadi perekat dan pemersatu bangsa dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
d) Menaati semua peraturan perundang - undangan yang berlaku
dalam melaksanakan tugas;
e) Akuntabel dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan
pemerintahan yang bersih dan berwibawa;
f) Tanggap, terbuka, jujur, dan akurat, serta tepat waktu dalam
melaksanakan setiap kebijakan dan program Pemerintah;
g) Menggunakan atau memanfaatkan semua sumber daya Negara
secara efisien dan efektif;
h) Tidak memberikan kesaksian palsu atau keterangan yang tidak
benar.
 Etika dalam berorganisasi, meliputi :
a) Melaksanakan tugas dan wewenang sesuai ketentuan yang berlaku;
b) Menjaga informasi yang bersifat rahasia;
c) Melaksanakan setiap kebijakan yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang;
d) Membangun etos kerja untuk meningkatkan kinerja organisasi;
e) Menjalin kerja sama secara kooperatif dengan unit kerja lain yang
terkait dalam rangka pencapaian tujuan;
f) Memiliki kompetensi dalam pelaksanaan tugas;
g) Patuh dan taat terhadap standar operasional dan tata kerja;
h) Mengembangkan pemikiran secara kreatif dan inovatif dalam
rangka peningkatan kinerja organisasi;
i) Berorientasi pada upaya peningkatan kualitas kerja.
 Etika dalam bermasyarakat, meliputi :
a) Mewujudkan pola hidup sederhana;
b) Memberikan pelayanan dengan empati hormat dan santun tanpa
pamrih dan tanpa unsur pemaksaan;
c) Memberikan pelayanan secara cepat, tepat, terbuka, dan adil serta
tidak diskriminatif;
d) Tanggap terhadap keadaan lingkungan masyarakat;
e) Berorientasi kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam
melaksanakan tugas.
 Etika terhadap diri sendiri meliputi :
a) Jujur dan terbuka serta tidak memberikan informasi yang tidak
benar;
b) Bertindak dengan penuh kesungguhan dan ketulusan;
c) Menghindari konflik kepentingan pribadi, kelompok, maupun
golongan;
d) Berinisiatif untuk meningkatkan kualitas pengetahuan, kemampuan,
keterampilan, dan sikap;
e) Memiliki daya juang yang tinggi;
f) Memelihara kesehatan jasmani dan rohani;
g) Menjaga keutuhan dan keharmonisan keluarga;
h) Berpenampilan sederhana, rapih, dan sopan.
 Etika terhadap sesama PNS :
a) Saling menghormati sesama warga negara yang memeluk
agama/kepercayaan yang berlainan;
b) Memelihara rasa persatuan dan kesatuan sesama PNS;
c) Saling menghormati antara teman sejawat, baik secara vertikal
maupun horizontal dalam suatu unit kerja, instansi, maupun antar
instansi;
d) Menghargai perbedaan pendapat;
e) Menjunjung tinggi harkat dan martabat PNS;
f) Menjaga dan menjalin kerja sama yang kooperatif sesama PNS;

g) Berhimpun dalam satu wadah Korps Pegawai Republik


Indonesia yang menjamin terwujudnya solidaritas dan soliditas
semua PNS dalam memperjuangkan hak – haknya.

3.2. Implementasi Kode Etik di Lingkungan BPOM RI di Pontianak


Dalam kaitannya dengan perihal etika birokrasi di lingkungan Badan
POM, telah dikeluarkan peraturan Kepala BPOM Republik Indonesia
(PerKaBPOM) No. 3 Tahun 2017 tentang Kode Etik dan Kode Perilaku
Aparatur Sipil Negara Badan Pengawas Obat dan Makanan, sebagai bentuk
implementasi ASN dilingkungan BPOM. Kode Etik dan Kode Perilaku
dimaksudkan sebagai pedoman bagi setiap Pegawai ASN di Badan Pengawas
Obat dan Makanan dalam bersikap, bertingkah laku dan berbuat dalam
melaksanakan tugasnya dan pergaulan hidup sehari – hari. Kode Etik dan Kode
Perilaku sebagaimana dimaksud dalam PerKaBPOM, bertujuan untuk :
a) menjaga martabat dan kehormatan ASN;
b) mengoptimalkan pelaksanaan tugas dan fungsi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang - undangan;
c) meningkatkan disiplin baik dalam pelaksanaan tugas maupun dalam
hidup bermasyarakat, berorganisasi, berbangsa dan bernegara;
d) menciptakan suasana dan lingkungan kerja yang harmonis dan kondusif;
e) meningkatkan etos kerja, kualitas kerja dan perilaku profesional; dan
f) Menjaga nama baik atau citra Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Nilai - nilai dasar Kode Etik dan Kode Perilaku tersebut meliputi :

a) memegang teguh ideologi Pancasila;


b) setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 serta pemerintahan yang sah;
c) mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia;
d) menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
e) membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
f) menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif;
g) memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur;
h) mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik;
i) memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah;
j) Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat,
akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun;
k) mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
l) menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama;
m) mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja Pegawai ASN;
n) mendorong kesetaraan dalam pekerjaan; dan

o) meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai


perangkat sistem karier.

Secara umum pegawai di lingkungan Badan POM telah mengerti dan


mematuhi peraturan dengan baik, seperti halnya saat datang ke kantor, dimana
pada peraturan masuknya adalah pukul 07.30 wib dengan toleransi
keterlambatan 15 menit, kecuali dengan alasan tertentu seperti terlambat karena
ada urusan di luar kantor. Toleransi 15 menit keterlambatan tersebut harus
diganti saat pulang dengan 15 menit lebih lama dari jam pulang yaitu 16.00 wib
dihari yang sama. Sedangkan bila lebih dari 15 menit uang tunjangan kinerja
bulan depannya akan dilakukan pemotongan sebesar 1,5%.
Salah satu implementasi dari pembinaan pegawai adalah dengan
pemberian punish and reward kepada PNS. Salah satu reward dari Badan POM
pusat yakni Satyalancana Karya Satya. Satyalancana Karya Satya adalah
sebuah tanda penghargaan yang diberikan kepada anggota Korps Pegawai
Negeri Republik Indonesia yang telah berbakti selama 10 atau 20 atau 30 tahun
lebih secara terus - menerus dengan menunjukkan kecakapan, kedisiplinan,
kesetian dan pengabdian sehingga dapat dijadikan teladan bagi setiap pegawai
lainnya. Satyalancana Karya Satya dibagi dalam tiga kelas, yaitu Satyalancana
Karya Satya 10 Tahun, Satyalancana Karya Satya 20 Tahun, dan Satyalancana
Karya Satya 30 Tahun.

Khusus pemberian punishment atau sanksi kepada PNS, Badan POM


melalui Balai Besar POM di Pontianak telah menerbitkan hukuman disiplin
kepada PNS yang telah melakukan tindakan indisipliner setelah sebelumnya
dilakukan pemeriksaan dengan berkoordinasi dengan Inspektorat serta Kepala
Satuan Kerja dalam hal ini Kepala Balai Besar POM di Pontianak.

3.3. Membina Moral Etika ASN


Sebagai unsur aparatur Negara dan abdi masyarakat Aparatur Sipil
Negara (ASN) memiliki akhlak dan budi pekerti yang tidak tercela, yang
berkemampuan melaksanakan tugas secara profesional dan bertanggung jawab
dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan, serta bersih
dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Setiap Aparatur Sipil Negara wajib
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, wajib memberikan pelayanan secara
adil dan merata kepada masyarakat dengan dilandasi kesetiaan dan ketaatan
kepada Pancasila, Undang - Undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah.
Untuk menjamin agar Aparatur Sipil Negara selalu berupaya terus
meningkatkan kesetiaan ketaatan, dan pengabdiannya tersebut, ditetapkan
ketentuan perundang - undangan yang mengatur sikap, tingkah laku, dan
perbuatan Pegawai Negeri Sipil, baik di dalam maupun di luar dinas.
Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa Aparatur Sipil Negara adalah
abdi negara dan abdi masyarakat, sehingga dalam bersikap dan bertindak perlu
diatur sedemikian rupa agar yang disebut abdi negara dan abdi masyarakat
senantiasa menjadi contoh dan suri tauladan.
Dalam pembinaan terhadap moral etika, BPOM melalui PerKaBadan
Nomor 3 Tahun 2017 memulai pembentukan Majelis Kode Etik dan Kode
Perilaku yang terdiri atas Majelis Kode Etik dan Kode Perilaku Pusat dan
Majelis Kode Etik dan Kode Perilaku Balai Besar POM/Balai POM. Majelis
Kode Etik dan Kode Perilaku Pusat mempunyai tugas :
a) menerima dan melakukan evaluasi terhadap laporan yang diterima
secara tertulis dari pelapor;
b) melakukan sidang pelanggaran Kode Etik dan Kode Perilaku yang
dilakukan Pegawai ASN dan pejabat struktural di Badan Pengawas Obat
dan Makanan;
c) menetapkan jenis pelanggaran Kode Etik dan Kode Perilaku setelah
mempertimbangkan sanksi, alat bukti lainnya dan keterangan yang
bersangkutan dalam sidang Majelis Kode Etik dan Kode Perilaku;
d) Majelis Kode Etik dan Kode Perilaku dapat meminta keterangan dari
pihak lain untuk memperkuat alat bukti;
e) membuat rekomendasi pemberian sanksi dan tindakan administratif
kepada Pejabat yang berwenang;
f) menyampaikan keputusan sidang Majelis Kode Etik dan Kode Perilaku
kepada Pejabat yang berwenang; dan
g) melakukan supervisi pelaksanaan sidang Majelis Kode Etik dan Kode
Perilaku di Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan.
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Kode etik untuk sebuah profesi adalah sumpah jabatan yang juga
diucapkan oleh para pejabat Negara. Kode etik dan sumpah adalah janji yang
harus dipegang teguh. Artinya, tidak ada toleransi terhadap siapa pun yang
melanggarnya. Benar adanya, dibutuhkan sanksi keras terhadap pelanggar
sumpah dan kode etik profesi. Bahkan, apabila memenuhi unsur adanya
tindakan pidana atau perdata, selayaknya para pelanggar sumpah dan kode etik
itu harus diseret ke pengadilan. Kita memang harus memiliki keberanian untuk
lebih bersikap tegas terhadap penyalahgunaan profesi di bidang apa pun. Kita
pun tidak boleh bersikap diskrimatif dan tebang pilih dalam menegakkan
hukum di Indonesia. Kode etik dan sumpah jabatan harus ditegakkan dengan
sungguh - sungguh. Profesi apa pun sesungguhnya tidak memiliki kekebalan di
bidang hukum. Penyalahgunaan profesi dengan berlindung di balik kode etik
profesi harus diberantas. Kita harus mengakhiri praktik - praktik curang dan
penuh manipulatif dari sebagian elite masyarakat. Ini penting dilakukan, kalau
Indonesia ingin menjadi sebuah Negara dan Bangsa yang bermartabat.
Jiwa Korps Pegawai Negeri Sipil adalah rasa Kesatuan dan persatuan,
kebersamaan, kerja sama, tanggung jawab, dedikasi, disiplin, kreativitas,
kebanggaan dan rasa memiliki organisasi Pegawai Negeri Sipil dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Kode Etik ASN adalah pedoman sikap, tingkah
laku, dan perbuatan ASN di dalam melaksanakan tugasnya dan pergaulan hidup
sehari hari. Untuk menjamin agar setiap ASN selalu berupaya terus
meningkatkan kesetiaan ketaatan, dan pengabdiannya tersebut, ditetapkan
ketentuan perundang-undangan yang mengatur sikap, tingkah laku, dan
perbuatan ASN, baik di dalam maupun di luar dinas.
Masyarakat juga berhak menentukan kode Etik atau aturan dalam
masyarakat yang juga turut mengatur keberadaan seorang Aparat Birokrasi di
lingkungannya. Kalau memang melanggar harus ada komitmen bersama untuk
mentaati aturan yang ada di tengah-tengah masyarakat. Jadi yang disebut Etika
Birokrasi merupakan norma aturan yang melekat pada anggota atau aparat
Birokrasi itu sendiri dimana pun dan kapan pun dia berada, baik di kantor
maupun di tengah-tengah masyarakat, dia terikat dengan aturan kepegawaian
dan aturan norma dalam masyarakat yang menjadi lansasan Etika dalam
bertindak dan berperilaku dalam melaksanakan tugasnya.
Daftar Pustaka

 https://chandrasilaen.wordpress.com/2010/04/20/kode-etik/
 Undang – Undang RI Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara
 Keputusan Presiden RI Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, Dan Tata Kerja
Lembaga Pemerintah Non Departemen.
 Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor 3
Tahun 2017

Anda mungkin juga menyukai