Anda di halaman 1dari 70

BERPIKIR JARINGAN sebagai

FRAME OF REFERENCE

Ruddy Agusyanto
Antropologi Kepolisian
STIK/PTIK, Oktober 2020
TRADISI BERPIKIR

• Selama ini Kerangka Pikir


kita di dominasi:
Keteraturan Struktural
dan
Keteraturan Kategorikal
Keteraturan struktural:
Status dan Peran
• Dalam situasi terstruktur Tindakan-
sikap-perilaku (TSP) manusia
diinterpretasi sesuai dengan posisi-
posisi yang mereka duduki dalam
suatu perangkat tatanan sosial -
seperti dalam sebuah pabrik, keluarga,
asosiasi sukarela, organisasi dan
sebagainya
Dalam kehidupan nyata (aktual)
• Banyak TSP yang tidak sesuai dg posisi/status
sosial yang disandangnya
• Banyak seorang ayah yang berkelakuan buruk
terhadap keluarga dan anaknya, seorang guru
yang tidak mendidik, atau pejabat publik yang
korupsi dst
• Keteraturan Struktural  ideal (seharusnya)
 manusia diasumsikan selalu berada dalam
kondisi ideal  berlaku dimana saja dan
kapan saja
Keteraturan kategorikal: Stereotipe
• Ketika seseorang berada dalam
situasi yang tak terstruktur TSP
diinterpretasikan ke dalam term
stereotipe-stereotipe seperti jenis
kelamin, umur, klas, ras atau
sukubangsa dan sebagainya
(Epstein: 1961; Mitchell: 1969)
• Dalam kenyataan 
• Tidak santun/tdk patuh
Uneducated atau klas
bawah; orang Jawa lelet atau
menghindari konflik terbuka,
orang Indonesia ramah, dst...
Wartawan asing di Jogja
• Cerita antropolog UGM Achmad Munjid, ttg
wartawan asing yang ingin meliput kondisi
Pilpres di Indonesia ttg “Politik dan Agama”
(2018) dan kebingungan...
– Politikus  di Masjid
– Ustadz  di Kampus/Universitas
– Ilmuwan  di Angkringan
– Politikus - Wakil rakyat  di Tahanan KPK
– Senayan Gd. MPR/DPR  broker
Tradisi ilmu sosial memandang dunia
• Tradisi memandang dunia sosial
(masyarakat) sebagai sekumpulan atribut
(properti individu atau kelompok)
–masyarakat terdiri dari kelompok2
sosial (kategorikal) yang hirarkis
(struktural)  yang seolah-olah semua
itu homogen dengan batas-batas
sosialnya
• ...when studying societies we think of them as
composed of various types of individuals and
organizations. We then proceed to analyze the
properties of these social entities such as
their age, occupation or population and then
ascribe quantitative values to them
• This allows social scientists use the formal
mathematical language of statitical analysis
compare the values of these properties and
create categories such as low income
household...
• Asumsi Dasar Keteraturan
Sruktural-Kategorikal
Masyarakat statis
–Status dan peran (struktur) 
Statis
–Status dan peran  seolah-olah
berlaku dlm berbagai situasi
dan kondisi
• Konsekuensinya:
– tanpa disadari kita melakukan
reduksi atau terlalu
menyederhanakan kehidupan
sosial – mengabaikan dinamika
(perubahan) dan kompleksitas
kehidupan sosial
• Tindakan-sikap-perilaku orang-orang (persons) selalu
dijelaskan melalui peran-peran mereka, dan hak
serta kewajiban merupakan hasil dari posisi-posisi
formal yang mereka duduki di dalam berbagai
pranata yang ada di dalam masyarakat yang
bersangkutan (spt status sosial yg kita pahami
selama ini)
• Pranata/institusi sosial  konstribusinya adalah
memelihara atau menjaga struktur sosial – agar
tidak berubah
• Stabil=/=statis  keteraturan tdk harus statis,
Gerak/perubahan=tidak bisa dicegah (kodrat
kehidupan)  yang penting ada keteraturan
• Manusia diperlakukan sebagai
obyek dari masyarakatnya
dengan segala aturan-norma-
hukum (struktur sosial dan
kebudayaan) – status dan
peran dianggap statis (=/=
stabil)
Sosialisasi = Obat Mujarab
• Manusia diasumsikan sebagai mahkluk yang
pasif, selalu patuh sehingga banyak pihak
berasumsi bahwa jika seseorang disosialisasi
aturan-norma-hukum tertentu maka ybs akan
mewujudkan tindakan-sikap-perilaku sesuai
dengan aturan-norma-hukum yang
disosialisasikan kepadanya
• Manusia tak ubahnya seperti robot atau
komputer, tergantung pada program-program
yang ditanamkan kepadanya
• Kenyataan  tidak ada pranata sosial
yg mengajarkan TSP menyimpang
(berbohong, korupsi, nyontek), tapi TSP
menyimpang justru seringkali relatif
dominan dalam kehidupan nyata
– Mengatasi narkoba generasi muda,
memerangi korupsi, radikalisme-
intoleran dsj - dg meningkatkan
ajaran moral?
• Manusia adalah mahkluk yang
sangat cerdas, tidak patuh dan
punya kemampuan reflektif
sehingga ia suka menawar,
melanggar, bahkan mengubah
aturan-norma-hukum (struktur)
yang sudah ada sebelum dirinya
lahir
• Manusia adalah subyek yang
mampu mengubah dan
membentuk norma-aturan-
hukumnya sendiri 
perubahan tidak selalu datang
dari luar
Perubahan = Disfungsional
• “Segala sesuatu” selalu dipandang
disfungsional bila mengakibatkan
perubahan terhadap struktur sosial
• Sebaliknya, akan dipandang
fungsional bila melindungi status-
quo
• Perubahan menjadi momok
GERAK & KETERATURAN
di Era Digital
• Banyak bisnis Raja2 generasi Old
tutup/tumbang (retail, sewa kantor
sesuai kebutuhan - kontrakan, bisnis
rumahan dll)
• Daya beli masyarakat menurun?
• Kenyataan yang lain, kebutuhan
kuliner dan traveling meningkat
(kebutuhan tersier)
• Selain itu, tumbuh bisnis
dan lapangan pekerjaan
baru
• Generasi Millenial sbg
kambing hitam (pembunuh
“berdarah dingin) bisnis
Raja2 generasi Old
• Sebagian merasa hidup menjadi
lebih sulit, tp sebagian yg lain
merasa lebih mudah (informasi,
buku, transportasi...)
• Hidup menjadi sulit (raja2 bisnis
generasi old) terlindas jaman
(tidak mengikuti perkembangan)
• Media mainstream tak lagi
menjadi satu-satunya sumber
berita yang dipercaya – semua
bisa menjadi sumber berita
(masy mudah terprovokasi)
teknologi mikroelektonika jadi
kambing hitam (ibarat pisau)
Dampak Teknologi Digital
• Perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi (mikroelektronika) pada hari ini
sungguh luar biasa:
– mampu menghubungkan masyarakat di berbagai
pelosok dunia menjadi satu kesatuan sosial dengan
relatif stabil
– memampatkan “ruang dan waktu” sehingga
perubahan – gerak dan dinamika kehidupan menjadi
sangat dinamis – dengan kecepatan yang luar biasa
(The Runaway World)
FAKTA-DATA: Era Digital
• Saat ini, gerak dan dinamika kehidupan 
high speed
• Semua entitas dalam berbagai bidang
kehidupan bergerak dengan kecepatan tinggi
dalam waktu yang hampir bersamaan –
hiruk-pikuk (serba segera dan serempak)
• Keajegan (keteraturan) seolah2 hanya
bersifat sangat sementara  tak menentu
 dipahami sbg era disrupsi
• Masyarakat dan Pemerintah
menjadi gagap menghadapi
gerak dan dinamika yang high
speed (the runway world) - ERA
kesegeraan dan keserempakan
• Demikian juga kalangan
akademis
Ketakutan berlebihan
• Banyak orang tua atau guru khawatir
anak/peserta didik terhadap
teknologi informasi (internet)
• Ketakutan data personalnya tdk lagi
sbg privacy, ketakutan dg UU ITE dst
– tapi e-ktp tidak takut?
• Ketakutan ini
mengingatkan kita ketika
subyek kajian
antropologi semakin
menghilang (masyarakat
tribal)
• Saat para ahli antropologi mulai
mengarahkan perhatian pada
masyarakat urban/ yang lebih
kompleks  keterbatasan konsep
dan teori
• lahirnya pendekatan jaringan sosial
dalam antropologi (era 1950an)
Apakah benar bahwa kita sedang
berada di era "disrupsi"?
Ataukah, kerangka pikir kita yang
mengalami keterbatasan dalam
memahami era di mana
perubahan - gerak dan dinamika -
yang begitu cepat (high speed)?
WAKTU: Gerak dan Kecepatan
• Waktu  hakikat (esensi) dan sosial
• Waktu  tidak bergerak cepat atau lambat
• Waktu sosial  kadang cepat, kadang sangat
lamban dan kadang berhenti
• Kecepatan:
– konsepsi tentang gerak dan waktu
(perbandingan dan subyektif). Kereta api,
motor dan pesawat udara
– High speed era digital adalah relatif
Era Digital = Distruptif?
• Ibarat kita sedang berada dalam satu ruangan
dengan ratusan/ribuan TV, yang dinyalakan
dengan chanel yang berbeda2 sec bersamaan
• Dengan bahasa dan konten yang yang tidak
semua kita pahami
• Semuanya berjalan bersamaan
• Apakah bisa disimpulkan bahwa dunia sedang
tak menentu?
• Highspeed =/= disruptif dan =/= unpredictable
• Teori dan konsep yang selama ini kita
gunakan adalah hasil dari kajian atas
masyarakat yang relatif “statis” – perubahan,
gerak dan dinamika yang relatif lamban 
mengalami banyak keterbatasan ketika
diterapkan untuk memahami kehidupan
sosial saat ini (di era jaringan/digital)
• Sudah gunakan teknologi digital tdk berarti
sudah berpikir jaringan. PJJ, perpanjangan
SIM  konsep ruang dan waktu tetap
konvensional
Masalah Kerangka Berpikir:

Perubahan  Disfungsional

Gerak-dinamika highspeed
Disruptif
TUJUAN KULIAH
• Berpikir Jaringan Frame of Reference
• Tidak semua pemikir jaringan
memposisikan ide Jaringan sebagai Frame of
Reference (baik kuatitatif mau pun kualitatif)
• Dalam bukunya Social Network Analysis: a
handbook, Scott menyatakan bahwa Analisis
Jaringan Sosial telah berkembang sebagai
seperangkat metode yang secara khusus
mengacuh pada investigasi tentang aspek-
aspek dari relasi atau hubungan sosial dalam
berbagai struktur sosial (Scott, 1994)
• Bukan sebagai Tools
• Metode/teknik pengumpulan
data
• Metode/teknik penelitian
• Tidak seperti statistik atau
matematika dalam ilmu sosial
• Bukan Netnografi
PARADIGMA
TEORI
DAN RISET SOSIAL
Peran Penting Paradigma

• Membuat teori-teori
(ilmiah) yang kita gunakan
tsb menjadi masuk akal
• Bukan masalah benar atau
salah
• Liberalis dan Konservatif
–Orang tua mengijinkan anaknya bawa
pistol ke sekolah
–Masing-masing orang tua punya
penjelasan tersendiri  semua benar
–Di balik perbedaan penjelasan mereka
(masuk akal), dipengaruhi oleh paradigma
atau frame of refence yang diyakininya
• Paradigma  implisit dan take for granted
Paradigma dan Riset
• Riset (ilmiah): 1. Teoritis; 2. Praktis (sumbangan
teoritis dan praktis)
• Dalam riset praktis  biasanya tidak seketat
riset teoritis mengenai pentingnya “paradigma”
atau frame of reference (paradigmatik)
• Frame of Reference ini penting  menentukan
konsep dan teori yang digunakan dalam riset
(mulai dari RD sd kesimpulan)
Ah Cuma Teori
• Teori  sudah teruji
• Teori:
– Grand, Middle dan Small
• Kondisi atau syarat yang menentukan level teori
• Orang sering lupa (abai) ttg kondisi atau syarat
dari sebuah teori (manusia adalah mahkluk
sosial; mahkluk hidup pasti mati; atau patron-
klien)
RISET: Fakta dan Data
• Fakta adalah suatu kejadian (fakta hukum) –
mencuri, masuk lewat jendela (keteraturan)
• Data: tidak tersedia begitu saja (ditemukan) 
membutuhkan konsep dan teori, yang
dipengaruhi oleh kerangka pikir atau paradigma
(frame of reference)
• Mobil sedang didongkrak, lalu mobil tsb berputar
= fakta;
• Data  bapak Beton Indonesia
• Jaringan sebagai frame of
reference
–Bukan sekedar metode dan
teknik pengumpulan data
–Bukan sekedar sebagai tools,
spt statistik dalam ilmu
sosial
BJ = Frame of Reference
• Dari merumuskan masalah, batasan
penelitian, menemukan data,
mengumpulkan-menyimpan-
menyajikan…hingga komputasi dan
analisis – tidak bisa lepas dari teori dan
konsep (berpikir JARINGAN -
paradigmatik)
• BJ, dalam hal ini menawarkan
sebuah cara untuk melihat  akan
mempengaruhi apa yang kita pilih
untuk dilihat/dicari
• Dalam konteks ini, BJ tidak atau
bukan mempersoalkan masalah
benar atau salah, tetapi sebagai
point of view
• Berpikir jaringan (BJ) – jaringan
sebagai frame of reference
– sebagai sekumpulan nilai yang
membentuk pola pikir seseorang sebagai
titik tolak pandangannya  membentuk
“pandangan subjektif“ seseorang
mengenai realita – dan akhirnya akan
menentukan bagaimana seseorang
memahami dan menanggapi realita tsb
Secara etimologis 
– BJ sebagai model teori ilmu
pengetahuan atau kerangka berpikir
Secara terminologis 
– BJ sebagai pandangan mendasar kita
selayaknya sebuah paradigma dalam
ilmu pengetahuan, yaitu sebagai
model atau kerangka berpikir
komunitas ilmuwan
Berpikir Jaringan
sebagai
Frame of Reference
• Wellman (1988):
– One of Wellman's lasting contributions to
Social Network Analysis [SNA] is his
theoretical work suggesting that SNA is a
paradigm rather than a mere methodology
– This is based on the idea that SNA is a
generative endeavor that does not simply
imply new tools for old needs, but new
tools and new means for looking at the
social world
• The term network is on the
way to becoming new
paradigm for the “architecture
of complexity” (Kenis &
Schneider 1991, 25) – policy
networks (senada dg Wellman)
• Banyak pendapat para ahli ilmu
sosial yang mengatakan bahwa
masyarakat di perkotaan cenderung
individualis (orang Barat individualis,
berbeda dg orang Timur)
• Apakah, manusia sudah tidak lagi
menjadi mahkluk sosial? Tentu saja
tidak!
Tidak ada teman = tidak ada orang
• “Ke kantin yuk” ajak seorang mahasiswa.
“sepi… ga ada anak-anak” sahut mahasiswa
lainnya. Padahal, pada jam makan siang,
kantin mahasiswa sangat penuh, tidak ada
kursi yang tersisa.
• Ternyata, yang dimaksud, di sana tidak ada
teman-temannya. Mahasiswa yang lain tsb
bukan temannya  dikatakan sepi
Tetangga di Perkotaan
• Peristiwa di kantin mahasiswa, mengingatkan
kita kepada pendapat para ahli ilmu sosial
bahwa masyarakat di perkotaan cenderung
individualis
• Persis seperti kejadian di kantin mahasiswa. Di
perumahan (terutama kompleks), masing-
masing rumah – penghuninya tidak membina
hubungan, mungkin juga tidak saling kenal.
• Tetangga mereka  bukan
temannya
• Mereka hanya kebetulan
tinggal dan hidup di teritori
geografis yang sama (satu RT
atau RW)
• Pada kejadian lain, kantin mahasiswa
yang penuh, tapi masih ada
beberapa kursi tersisa (meski meja
sudah terisi)
• Tidak ada mahasiswa yang ingin
bergabung meja
• Ada batas sosial di antara mereka.
Teman dan bukan-teman
Batas geografis dan Batas Sosial
• Dari kasus-kasus tsb  batas geografis tidak sama
dengan batas sosial
– Di Kantin – meja tertentu bukanlah teritori fisik milik
mahasiswa tertentu, tapi menjadi teritori sosial bagi
yang menggunakannya saat itu.
• Demikian juga dengan teritori geografis sebuah
kompleks perumahan
– Ada kumpul-kumpul di rumah sebelah (jalan depan
rumah mungkin juga ditutup).
– Karena bukan temannya, maka penghuni sebelah rumah
tak mungkin ikut bergabung meski satu RT (sebelah)
• Dulu, dalam satu desa atau kampung,
biasanya dihuni oleh orang-orang yang
mempunyai hubungan darah dan hubungan
perkawinan.
• Dalam satu desa/kampung, merupakan
hunian satu jaringan sosial - satu klan.
– Dulu, ada desa Hutasuhut, desa Simamora, desa
Purba di tanah Batak. Begitu juga desa/kampung di
wilayah Indonesia lainnya.
Batas geografis kebetulan = batas sosial
• Sekarang, dengan
berbagai alasan dan sebab
 mereka tidak lagi
tinggal dan hidup di satu
desa/kampung yang sama
Batas Geografis dan Batas Sosial
•Batas geografis dan
batas sosial dari dulu
memang tdk sama
(tidak berubah)
Mengapa bisa tak terlihat? 
frame of reference (kerangka
berpikir) yang digunakan
Pentingnya Paradigma:
Dengan jaringan sbg Frame of
Reference, baru terlihat
Hubungan sosial adalah kuncinya
Wellman:
• Key to this idea is the emphasis on the
specific patterned relationships between
individuals, rather than an emphasis on inner
forces, such as personality, or categorical
differences such as race and gender
(
https://semioticon.com/sx-old-issues/semiotix
14/sem-14-05.html
)
Manusia tetap mahkluk sosial
• Mereka tetap saling peduli dengan
orang-orang yang punya hubungan
sosial dengan dirinya (satu jarsos).
• Mereka sering kumpul-kumpul 
reunian, arisan, homecoming2an,
saling jenguk kepada temannya yang
sedang sakit dst… (di mana pun kita
butuh orang lain)
• Dalam sebuah rencana reuni yang
“besar” (bukan reuni antar sahabat) –
satu sekolah, satu fakultas, satu
universitas – umumnya, calon peserta
reuni akan menghubungi temannya dan
bertanya, “siapa saja yang akan datang?
Kamu datang ga? Jika, tidak ada teman-
temannya (ada hubungan sosial) yang
akan datang, maka biasanya ia enggan
untuk menghadiri reuni akbar tsb.
• Demikian juga ketika ingin
curhat atau
bantuan/dukungan.
• Pastinya tidak mungkin curhat
pada sembarang orang –
dengan tetangga yang bukan
teman atau sahabatnya.
Dengan BJ  Hubungan sosial 
lintasbatas: atribut-identitas,
geografi dll(lintas-kategori), dan
status sosial - direktur-montir,
atasan-bawahan dst...- (lintas-
struktur)
• Hubungan sosial  struktur (status
sosial) dan kategori sosial yang
berlaku umum  tidak berlaku
• Lius Sungkharisma dan RG bisa
memberi tausiyah di mesjid atau
mushola di depan kelompok sosial
212 yang dikenal anti China dan kafir
• Masyarakat: sekumpulan orang – dg
adat-istiadat ... yang mendiami
suatu wilayah ttt  WN yang tinggal
di LN atau Diaspora? Borderless,
Nation akan bubar, BPJS dsb?
•Pengikat kesatuan sosial 
Hubungan Sosial
•Batas sosial selalu ada

Anda mungkin juga menyukai