Anda di halaman 1dari 5

Donald Black, seorang sosiolog hukum Amerika terkemuka, berpendapat bahwa

sudah saatnya orang melihat pada perubahan-perubahan yang terjadi dalam hukum,
bagaimana hukum itu dilihat dan diartikan serta bagaimana hukum dijalankan dalam
masyarakat. Black melihat adanya perubahan penting yang main meninggalkan cara
mengkaji dan melihat hukum hanya dari kacamata perundang-undang saja. Black melukiskan
abad keduapuluh sebagai adanya sosiologi (the age of sociology). Menurut penilaian Black,
maka pemahaman serta analisis sosiologis makin bergerak maju untuk membedah semua
praktik, proses serta institusi yang ada di masyarakat (Black, 1989:102-103). Masalah-
masalah dilihat sebagai memiliki kekuasaan sosial (socially spesific) dan setiap hukum,
pengorganisasian hukum, pengambilan putusan hukum, cara-cara penanganan hukum (legal
remedies) mengalami perubahan.

Black menyarankan agar perkara itu juga dilihat sebagai memiliki struktuk sosial
sehingga orang dapat berbicara mengenai the socialogy of a case (Black, 1989:4-8). Pada
akhirnya itu semua membangkitkan suatu kesadaran sosiologis (sociologi-cal conciousness)
yang akan merubah konsep serta penilaian yang dipakai selama ini. Analisis hukum yang
semula hanya mengenai dua dimensi yaitu, substansi dan prosedural, sekarang perlu
ditambah dengan dimensi ketiga, yaitu sosiologis (Black, 1989:91)1

Sosilogi hukum seperti Black yang melakukan studi empirik terhadap kepolisian
merupakan contoh tentang sosiologi hukum modern yang mengambil bidang-bidang khusus
sebagai bahan studi.

Seorang sosiolog hukum Amerika terkemuka, Donald Black, sebagai eksponen aliran
positif 2. Pada tahun 2972, Black menulis artikel The Boundaries of Legal Sociology.3
Tulisan tersebut menelaah apa yang sampai saat itu dilakukan dalam bidang sosiologi hukum
di Amerika dan sekaligus juga menyatakan bagaimana hendaknya studi dalam bidang
tersebut dilakukan. Artikel tersebut dapat dicatat sebagai pengumuman kehadiran aliran
positif dan kritik terhadap aliran lain sebagaimana akan diuraikan di bawah nanti.

1
Donal Black antara lain menjadikan polisi sebagai objek kajiannya yang memperlihatkan betapa tidak
sederhananya pekerjaan polisi dalam menegakkan hukum. Orang akan terkecoh untuk memahami polisi hanya
sebagai lembaga publik yang menjalankan penegakan hukum dan karena itu selalu dihubungkan dengan pasal-
pasal undang-undang. Balck menunjukkan bagaimana kompleksnya pekerjaan polisi yang banyak ditentukan
oleh faktor-faktor diluar hukum atau faktor-faktor sosiologis.
2
Tuliasannya antara lain, The Behaviour of Law (1976), The Man Ners and Customs of The Police (1980),
Sociological Justice (1989)
3
The Yale Law Journal 81, May, 1972, pp. 1086-1100
Black menyatakan perihal terjadinya kekaburan antara ilmu (sciene) dan
kebijaksanaan (policy) dalam sosiologi hukum. Kendati para sosiologiwan hukum saling
mengkritik satu samal lain dalalm penggunaan standar ilmu dan ketepatan metodologi serta
validitas teori, tetapi meurut Black, itu semua dilakukan dalam kerangka mendiskusikan atau
meneliti masalah-masalah kebijaksanaan (policy implications).

Cara kerja seperti tersebut di atas sama sekali ditolak oleh Black, oleh karena telah
memasukkan dan melibatkan (imparting) aspek-aspek yang bersifat kejiwaan, seperti
emotion, indignation dan personal involvement. Seorang sosiolog hukum tidak pantas
berbicara mengenai sosiologi hukum sebagai sesorang borjuis, liberal, pluralis atau melioris.
Yang penting bukan pemihakan terhadap semua isme tersebut, melainkan berkonsentrasi
kepada apa yang disebut Black sebagai style of discourse.

Salah satu sasaran kritik Black terhadap wacana tematis dalam sosiologi hukum di
Amerika pada waktu itu adalah kefektivan hukum. Dalam wacana tersebut suatu perumusan
masalah yang umum telah dilakukan dengan membandingkan realitas hukum dengan suatu
ideal hukum tertentu. Suatu kesenjangan khas telah terjadi antara hukum dam teori dan
hukum dalam bekerjanya.

Oleh Black, keadaan tersebut di atas dapat dinilai bukan sebagai kerja sosiologi
hukum yang seharusnya. Displin tersebut mesti membedakan antara ranah ilmu dan nilai-
nilai. Suatu titik rawan dalam sosiologi hukum adalah pada waktu ia harus menegaskan
secara jernih, bahwa hukum muncul dari fakta-fakta yang teramati dan bukan dalam konsep
peraturan atau kaidah sebagaimana lazim terjadi pada ilmu hukum (jurisprudance). Menurut
Black, dalam ilmu hukum atau penggunaannya sehari-hari, hukum dilihat sebagai keharusan-
keharusan yang mengikat. Sosiologi hukum harus membebaskan dirinya dari pemahaman
seperti itu dan hanya melihat kepada fakta, seperti putusan hakim, polisi, jaksa, dan pejabat
administratif. Hanya fakta-fakta inilah yang menjadi urusan sosiologi hukum dan bukan
bagaimana seharusnya suatu perilaku itu dijalankan menurut hukum. Suatu pendekatan
sosiologi hukum yang murni terhadap hukum tidak melibatkan suatu penilaian terhadap
kebijaksanaan hukum, melainkan pada analisis ilmiah kehidupan hukum sebagai suatu sistem
perilaku (behviour).

Donald Black, sosiolog hukum terkemuka Amerika, menjelaskan ada dua model
hukum, meskipun hal ini bukan berarti seolah-olah hukum dipilah sedemikian rupa, sehingga
akan terlihat menjadi reduksionis. Black berharap bahwa pembagian ini dapat mempertajam
wilayah analisis terhadap keragaman teori yang sering kali dipahami secara campur aduk,
sehingga dengan demikian wilayah itu menjadi jelas ada pada posisi mana apabila seseorang
menjelaskan tentang hukum atau teori hukum.
Ada dua model yang Black sebutkan yaitu Jurisprudentie Model dan Sociological
Model.
Dalam Sosiological Model fokus kajian hukum lebih kepada struktur sosial. Kajian ini
tentu saja lebih kompleks dari sekedar hukum sebagai prodak. Karena struktur sosial selalu
memperlihatkan perubahan dramatis dan sulit di duga. Dengan menitikberatkan pada kajian
yang lebih luas tadi maka prosesnya pun yang lebih di perhatikan adalah perilaku. Inilah
mengapa kajian dalam model ini sangat luas dan dramatis. Menurut penilaian Black, maka
pemahaman serta analisis sosiologis makin bergerak menuju untuk membedah semua praktik,
proses serta institusi yang ada di masyarakat.4

Dalam model sosiologi ini yang di pentingkan adalah keragaman dan keunikan dan
menempatkan seseorang sebagai peneliti (obesrver) dan bukan partisipan. Posisi ini
memudahkan untuk melihat proses secara utuh dengan tujuan akhir bermaksud untuk
menjelaskan fenomena-fenomena yang dalam realitas sebenarnya. Menurut Black, semua
hukum adalah kontrol sosial, namun bagi Black tidak semua kontrol sosial adalah hukum.
Hukum adalah kontrol sosial dari pemerintah. Namun, bentuk kontrol sosial ini bukan berasal
dari pemerintah : bentuk ini tidak resmi (unofficial) bukan bagian alat negara. Menurut
definisi Black, bentuk ini bukan hukum. Setidak-tidaknya dapat di katakan bahwa di negara
amerika serikat bentuk itu bukan bagian dari hukum resmi (official).

Teori lain telah menawarkan pada kita definisi hukum behavioral. Contohnya,
Donald Black mendefinisikan hukum sebagai kontrol sosial pemerintah (1976). Bagi Black
dalam menjelaskan sesuatu hal sebagai kejahatan, orang perlu masuk ke dalam pertanyaan
tentang motivasi pelanggar/orang yang menyimpang. Hukum sebagai suatu variabel
kuantitatif (bervariasi dalam ruang dan waktu) dan sebagai variabel kualitatif (style hukum
yang berbeda dapat digunakan) bahkan dalam situasu yang sama dapat diteliti dengan istilah
mobilisasi, semakin serius peristiwa itu. Keseriusan pelanggan, definisi kejahatan resmi
semuanya dapat dijelaskan oleh seberapa banyak hukum dimobilasasi.

4
Prof. Dr. Satjipto Rahardjo, SH. dalam bukunya sosiologi hukum 2002 GENTA PUBLISHING
Bagi Black (1976) secara definisi masyarakat yang tidak mempunyai negara tidak
mempunyai hukum (hukum adalah kontrol sosial pemerintah). Bagi yang lain, misalnya
Luhman (1985), hukum eksis pada semua masyarakat.5

Sosiologi hukum pada saat sekarang berkembang pesat. Ilmu ini terarah untuk
menjelaskan hukum positif yang berlaku (artinya isi dan bentuknya yang berubah-ubah
menurut waktu dan tempat) dengan bantuan faktor-faktor kemasyarakatan. Kita telah belajar
untuk melihat bahwa hukum bukanlah gejala yang netral, yang semata-mata merupaka hasil
rekaan bebas manusia, tetapi bahwa ia berada dalam jalinan yang sangat erat dengan
masalah-masalah dan perkembangan kemasyarakatan. Hukum dapat dengan dua cara
dihubungkan dengan faktor-faktor kemasyarakatan. Pada satu sisi, hukum itu sendiri dapat
dijelaskan dengan bantuan faktor-faktor kemasyarakatan, pada sisi lain gejala-gejala
kemasyarakatan dapat dijelaskan dengan bantuan hukum. Dalam sosiologi hukum, yang di
mkasud dengan menjelaskan adalah memberikan penjelasan kausal konform dengan
pandangan-pandangan yang berpengaruh dala ilmu-ilmu empirik. Jadi menurut sebagian
besar sosiologi hukum, sosiologi hukum itu adalah ilmu empirik, yang setia hanya pada
pemaparan fakta-fakta (J. Griffiths).6

1. Analisis hukum tidak saja meliputi substansial, presedural tetapi juga sosiologis
2. Pendekatan murni sosiologi hukum tidak boleh melibatkan suatu penilaian politik
hukum sebagai perilaku sehingga dapat menghasilkan teori hukum yang dapat
menduga/menjelaskan perilaku hukum (behaviour of law).
3. Pertimbangan nilai-nilai tidak relevan bagi sosiologi hukum mapupun teori hukum
lainnya. Dalam pemberuan nilai-nilai pada suatu hal sosiolog kemungkinan bisa
memberikan nilai yang subjektif bahkan bisa menanamkan cita-cita pribadi
menjadi cita-cita sosial.
4. Cara kerja sosiologi hukum berhubungan dengan fakta yang diamati (obsevable
facts). Sosiologi hukum tidak boleh memikirkan tujuan, maksud dan nilai hukum,
sebab akan memasuki faktor subjektivitas/sifat kejiwaan.
5. Sosiologi hukum merupakan studi efektivitas hukum, dengan menggunakan alat
ukur/keputusan hakim/doktrin yuridis dan lain-lai. Efektivitas sangat berharga
bagi penyempurnaan kembali UU.
5
H. Otje Salman, SH dan Anthon F Susanto, Beberapa Aspek Sosiologi Hukum, Alumni, Bandung, 2012 hlm.118-
119
6
B. Arief Sidharta, Meuwissen Tentang Pengembangan Hukum, Ilmu Hukum, Teori Hukum, dan Filsafat
Hukum, Refika Aditama, Bandung, 2013, Hlm.6-7
6. Huku dilihat dalam dunia empiris. Hukum diamati dari perbuatan-perbuatan yang
dapat diamati bukan dari peraturan-peraturan
7. Studi dampak membandingkan realitas hukum dengan ideal hukum
8. Kefektifan hukum: perubahan atau benturan karena berkelakunya hukum atau
efek total dari hukum baik positif maupun negatif
9. Hukum merupakan pengendalian sosial pemerintah (law is goverment social
control) yang mempergunakan legislasi, litigasi dan ajudkasi (keputusan hakim
PN)
10. Hukum sebagai suatu variabel kuantitatif yang dapat diukur atas dasar frekuensi
terjadinya UU, dan lain-lain pengunaan sosialisai UU
11. Arah dan gaya hukum secara kuantitas dapat dihubungkan dengan variabel 5:
stratifikasi, morfologi (tingkat ketergantungan), kebudayaan, organisasi dan
pengendalian sosial
12. Kuantitas hukum bervariasi menurut masyarakat, tempat hukum berlaku dan
sesuai dengan masa berlaku menurut sejarah
13. Kuantitas hukum berubah secara langsung sesuai dengan stratifikasi pangkat
kedudukan, integrasi, kebudayaan, organisasi dan penghormatan
14. Kuantitas hukum akan meningkat dengan adanya sentralisasi pemerintahan
15. Hukum adalah apa yang kita lihat dan terjadi di masyarakat, pendekatan sosiologi
hukum yang murni terhadap hukum tidak mengakibatkan penilaian terhadap
kebijaksanaan hukum melainkan pada analisis ilmiah kehidupan hukum sebagai
seistem perilaku. Black tidak sepakat dengan sosiolog yang memasukkan dan
melibatkan aspek-aspek yang bersifat kejiwaan. Ia hanya melihat fakta, bukan di
balik fakta.7

Anda mungkin juga menyukai