Anda di halaman 1dari 2

Mafia Pelacur Dalam Teori Viktimisasi

Sebelum membahas masalah, terlebih dahulu yang perlu diketahui adalah apa dan
bagaimana itu Viktimisasi dan Pekerja Seks Komersial.
Viktimisasi adalah suatu proses penimbulan korban yang dapat disebabkan oleh berbagai
hal, misalnya viktimisasi yang disebabkan oleh kriminal kekerasan dan hal lainnya.
Viktimisasi merupakan suatu kajian dari viktimologi, yang dimana viktimisasi itu sendiri
membahas mengenai proses penimbulan korban.
Viktimisasi adalah sebagai penderitan, baik secara fisik maupun psikis atau mental berkaitan
dengan perbuatan pihak lain. Perbuatan yang dilakukan oleh perorangan, suatu kelompok
tertentu, suatu komunitas tertentu, bahkan juga pihak pemerintah, sehingga korban bukan
saja perorangan, melainkan kelompok orang atau komunitas tertentu atau sebagian rakyat
yang menderita, bukan saja secara fisik melainkan inklusif dalam arti finansial, ekonomi,
sosial, agama dalam arti psikis secara luas.
Pekerja Seks Komersial (PSK) adalah para pekerja yang bertugas melayani aktivitas
seksual dengan tujuan untuk mendapatkan upah atau uang dari yang telah memakai jasa
mereka tersebut, dalam literatur lain juga disebutkan bahwa pengertian PSK adalah wanita
yang pekerjaannya menjual diri kepada banyak laki-laki yang membutuhkan pemuasan
nafsu seksual, dan wanita tersebut mendapat sejumlah uang sebagai imbalan, serta
dilakukan diluar pernikahan.
Pekerja Seks Komersial (PSK) ini sendiri tidak lepas dari yang namanya Mafia pelacuran
atau sering dikenal dengan istilah Muncikari atau Germo. Muncikari atau germo adalah
orang yang berperan sebagai pengasuh, perantara, dan/atau pemilik pekerja seks
komersial. PSK bisa saja tidak tinggal bersama dengan muncikari (umpamanya di dalam
suatu bordil), tetapi selalu berhubungan dengannya. Muncikari dapat pula berperan dalam
memberi perlindungan kepada pekerja seks komersial dari pengguna jasa yang berbuat
kurang ajar atau merugikan pekerja seks komersial.
Pada umumnya PSK ada karena kemauan dari PSK itu sendiri dengan berbagai alasan
yang mungkin logis bagi mereka tetapi tidak bagi kalangan masyarakat umum. Namun, pada
kenyataannya banyak dari PSK yang merupakan korban yang terjerumus atau paksaan atau
dengan kata lain mereka-mereka yang dijual oleh oknum-oknum tertentu untuk
diperdayakan di tempat-tempat para PSK melakukan aksinya.
Berdasarkan beberapa uraian di atas, saya akan mencoba membahas permasalahan yang
telah disajikan, yaitu "Posisi pekerja seks komersial/pelacur yang menjadi bagian dari mafia
pelacuran di Indonesia, dalam teori-teori viktimisasi".
Adapun posisi dari PSK dalam hal ini adalah sebagai korban. Korban dalam artian adalah
korban yang disengaja atau paksaan. Dikatakan korban yang disengaja adalah di mana
dalam hal ini orang yang menjadi bagian dari PSK dikarenakan adanya insiden yang
didapatkan dari orang-orang atau lingkungan sekitar. Sebut saja sesorang ini mau menjadi
bagian dari PSK karena ingin mempertahankan kehidupannya, sebagai contoh karena
adanya kekerasan dalam keluarga, broken home, pelarian, atau karena adanya rasa
penasaran. Kemudian, dikatakan korban paksaan yaitu seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya bahwa beberapa orang yang menjadi bagian dari PSK dikarenakan unsur
paksaan. Paksaan yang dimaksud terjadi karena beberapa faktor seperti ingin menjadikan
PSK sebagai suatu pekerjaan atau profesi guna mendapatkan uang, atau ada juga paksaan
karena pada awalnya PSK ini adalah korban perdagangan manusia yang memang
disengaja untuk dijadikan sebagai PSK.
Adapun posisi dari Mafia atau yang sering disebut dengan Mucikari/Germo dalam hal ini
adalah oknum atau orang yang menimbulkan adanya korban yang disebut sebagai PSK.
Saat ini hukum yang ada di Indonesia hanya dapat menjerat muncikari dan penyedia rumah
bordir, namun belum dapat menjerat pengguna dan pekerja seks komersial. Hal ini
menunjukan bahwa sangat diperlukan suatu kebijakan hukum pidana yang baru sebagai
upaya penanggulangan prositusi di Indonesia. Pekerja seks diberikan rehabilitasi, pelatihan
keja dan modal kerja sebagai upaya untuk mencegah kembali lagi menjadi pekerja seks
komersial. Sedangkan untuk pengguna juga harus dijerat dengan pidana sehingga merasa
jera dan tidak mengulanginya lagi.

Anda mungkin juga menyukai