Anda di halaman 1dari 3

Nama : Indian Mikoyan Gurevich Bilal Dreeskandar

NIM : 010002000100
Matkul : Hukum International
Dosen : DR. H. Aji Wibowo, SH, MH.
Jun Justinar, SH. MH
1. A
Menurut Prof Mukhtar Kusuma Atmaja Hukum Internasional adalah keseluruhan kaidan dan asas2
yang melampaui batas negara.
Kaidah hukum berisikan :
- Perintah, contohnya : perintah bagi pihak okupasi untuk memberikan supply makanan dan
keperluan yang cukun untuk penduduk di wilayah yang ia kuasai di muat dalam Geneva
Convention IV pasal 26-27 dan 51(1).1
- Larangan, contohnya : Larangan untuk menggunakan senjata yang tidak bisa membedakan
combatan/tantara dengan penduduk sipil, yang di muat dalam Customary IHL rule 712
Azas
- Contoh : dalam hukum international dalam perjanjian International ada asas Pacta sunt
servanda
B
Norma/kaidah :
Beriskikan perintah dan larangan

Asas:
Merupakan penerapan norma/kaidan yang memiliki sifat mengikat, jika asas ini tidak terpenuhi
maka tidak mengikat. Contohnya asas pacta sunt servanda yang mengatakan perjanjian adalah
undang-undang bagi para pihak yang terikat dalamnya, agar suatu perjanjian memiliki kekuatan
mengikat maka haru memenuhi asas ini

2. A
Dalam kasus situation in Myanmar/Bangladesh pihan penuntut menggunakan kamus Oxford
dictionary3 dan dalam kasus Gombo pihak penuntut menggunakan kamus Black Law dictionary.4
Kamus merupakan doktrin para ahli yang menurut pasal 38(d) „..teaching of the most qualified
publicis, of the various nations..” atau doktrin sebagai sumber hukum HI.

B
Dalam kasus Situation in Myanmar/Bangladesh, Myanmar telah meratifikasi ICJ statute pada 19 April
1948 dan Bangladesh pada 17 september 1974.5 Maka dari itu ICJ statute berlaku padal mereka di
kasus tersebut.

3. A
Multinational company/cooperation (MNC) tidak mendapat pengakuan sebagai subjek hukum
internasional. Ini disebabkan pengakuang MNC sebagai subyek hukum internasional laksana pisau
bermata dua. . Di satu sisi, negaranegara dapat memaksa MNCs untuk bertanggungjawab atas

1
Geneva Convention IV, Article.26-27 & 51(1).
2
ICRC, 2005, Customary IHL, IHL Database, Rule 71.
3
Situation in Bangladesh/Myanmar, ICC-01/19-27, ¶46
4
Gombo, ICC-01/05-01/08-424, ¶29
5
https://www.icj-cij.org/en/states-entitled-to-appear
kerugian yang disebabkan oleh kegiatan MNCs di daerah mereka. Namun di sisi lainnya, sebelum
dapat melakukan paksaan kepada MNCs untuk bertanggungjawab, negara-negara tersebut harus
mengakui international legal personality MNCs dalam hukum internasional yang akan memosisikan
MNCs setara dengan negara dan akan membuat MNCs memiliki kapasitas untuk mengajukan klaim-
klaim hukum melawan negara berdasarkan hukum internasional. 6

B
Belanda memandang hukum international dengan pandangan monoisme, contoh nyatanya adalah
sebagai berikut :

Belanda sebagai salah satu negara yang pertama kali menandatangani, meratifikasi, dan
menerapkan Konvensi Ottawa / Anti Pernsonnel Mine Ban Treaty dibuktikan dengan laporan
pertamanya yang berisikan informs bahwa Belanda sudah mengahancurkan persedian ranjau anti
personil darat (anti personnel mines / AP mines) serta sudah tidak memproduksinya untuk
keperluan ekspor.7

Belanda juga secara aktif mempromosikan implementasi Konvensi Ottawa kepada negara- negara
lain8 dan juga mensponsori secara langusng dengan cara menyumbangkan 15 juta Euro pada tahun
2020 untuk program menjinakan ranjau-ranjau pada ladang ranjau di seluruh dunia.9

Kementrian hubungan luar negri Belanda menyatakan, bahwa jika dalam operasi gabungan NATO d
masa nanti, Belanda menolak ikut berpartisipasi dalam aktivitas yang berhubungan dengan
penggunaan AP mines dan ranjau berperan ganda (mixed mine systems) dan apabila saat pasukan
militer Belanda sedang dibawah komando pasukan AS dan Turki (yang tidak terikat dengan konvensi
Ottawa) diperintahkan untuk menggunakan AP mines, maka pasukan militer Belanda tidak akan
melaksanakan perintah itu, namun akan mencari alternatif lain untuk mencapai tujuan yang sama.10

Dari permbahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Belanda memandang Hukum International
sebagai hukum yang harus diterapkan demi kepetingan umat manusia, ini lah yang menjadi alas an
Belanda menerima Hukum International dan memberlakukannya sebagai Hukum Nasional. Maka
dari itu Belanda memandang Hukum International dalam pandangan Monoisme.

4. A
Menurut Konvensi Montevideo 1949 mengenai Hak dan Kewajiban Negara, kualifikasi suatu negara
sebagai subyek hukum internasional adalah mempunyai penduduk yang tetap, wilayah tertentu,
pemerintahan yang sah dan kemampuan mengadakan hubungan dengan negara lain.

Negara yang menjadi subyek hukum internasional adalah negara yang merdeka, berdaulat dan tidak
merupakan bagian dari suatu negara. Artinya, mempunyai pemerintahan sendiri secara penuh dan
kekuasaan penuh terhadap warga negara dalam lingkungan kewenangan negara itu.

6
Ahmad M. Ramli, Status Perusahaan dalam Hukum Perdata Internasional: Teori dan Praktek, (Bandung:
Mandar Maju, 1994), hal. 47
7
Human Rights Watch, Landmine Monitor Report 2000 : Toward a Mine Free-World, 2000, hal. 690
8
Surat dari Kementrian Luar Negri, J J van Aarsten, kepada Pax Christi, 21 December, 1999
9
Government of the Netherlands, https://www.government.nl/topics/international-peace-and-security/the-
dutch-approach-to-demining, diakses pada 17 September, 2021.
10
4 Handelingen Eerste Kamer (Acts of Parliament, Senate), The Hague, 23 Maret 1999.
Jerman telah menjadi negara pada 18 January 1871, dengan mempersatukan Denmark, Habsurg
Monarchy, dan Perancis (terpisah setelah perang dunia 1) lewat perang yang berlangsung selama 7
tahun. Dengan adanya wilayah ada juga penduduk yang tetap dan pemerintahan yang sah. Maka
Jerman telah memenuhi kualifikasi Konvensi Montevideo 1949 sebagai negara subje hukum
international.

B
Jerman sebagai UN member pada 18 september 197311
Jerman sebagau member ICJ pada 18 september 197312
Jerman meratifikasi statute roma padal 10 December 1998 13

5. A
Jerman bukan lah negara kepulauan dan buka Land-locked country karena memiliki laut
Batas di Laut Utara :
Laut territorial (ditarik 12 mil dari pangkal pantai) kurang-lebih 12,500 km2
Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) kurang-lebih 28,500km2

Batas di Laut Baltic


Laut territorial (ditarik 12 mil dari pangkal pantai) kurang-lebih 10,900 km2
Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) kurang-lebih 4,500 km2

B
Jerman memperoleh wilayahnya melalui perang kekaisaran german terbentuk pada 1871 oleh Otto
von Bismarc dari Jerman Utara Prussia menyatukan Denmark, Habsurg Monarchy, dan Perancis
lewat perang yang berlangsung selama 7 tahun.

11
https://www.un.org/en/about-us/member-
states/germany#:~:text=The%20Federal%20Republic%20of%20Germany,to%20form%20one%20sovereign%20
State.
12
https://www.icj-cij.org/en/states-entitled-to-appear
13
https://asp.icc-
cpi.int/en_menus/asp/states%20parties/western%20european%20and%20other%20states/Pages/germany.as
px#:~:text=Germany%20signed%20the%20Rome%20Statute%20on%2010%20December%201998.

Anda mungkin juga menyukai