Oleh :
NIM. 043450043
Tugas Tutorial ke-1 akan diselenggarakan setelah kegiatan Tutorial pada Sesi 3,
diharapkan mahasiswa bisa menyelesaikannya pada waktu dua minggu setelah
selesai tutorial di Sesi 3 ini.
Kerjakan soal di bawah ini dengan singkat dan jelas. Jawaban yang hanya
mengambil dari internet (plagiat) tidak akan mendapatkan nilai maksimal. Sertakan
referensi dalam mengutip.
Submit (unggah) pada tempat yang sudah disediakan dan tidak melebihi waktu yang
telah ditentukan.
Merujuk pada pendapat Shugart dan Carey, W. Joseph Robbins (Ibid: 179) lebih
jauh menjabarkan atribut esensial yang melekat di dalam sistem presidensial
sebagai karakteristik yang sering kali ada (sekaligus membedakannya dengan
sistem parlementer), yaitu:
Hal ini tentunya berbeda jika melihat pada sistem parlementer yang terjadi peleburan
antara lembaga eksekutif merupakan bagian dari legislatif.
Kedua, Presiden dipilih secara langsung dengan beberapa varian pemilihan di seisi
negara. Bukan semata-mata ditentukan formasinya oleh parlemen. Tentunya banyak
mekanisme berbeda-beda yang digunakan oleh masing-masing negara penganut
presidensial dalam menentukan presiden.
Ada yang simple hanya dengan kandidat yang memperoleh suara lebih banyak dari
yang lain, atau harus mendapatkan suara lebih dari 50% sebagaimana diterapkan di
Prancis. Beda lagi dengan Amerika Serikat dalam pemilihan presiden menggunakan
model electoral college.
Ketiga, masa jabatan presiden tidak bergantung pada dukungan legislatif. Bervariasi
antara 4-5 tahun. Jika ingin menjadi presiden lagi, maka dia harus mengikuti
pemilihan pada periode berikutnya. Terkait penurunan presiden di tengah jalan,
memang tidak memutus kemungkinan bisa terjadi, namun sistem presidensial
sangat mengamankan posisi presiden, sebab salah satunya presiden memiliki
sumber legitimasi tersendiri yang terpisah dari parlemen.
Sedangkan di dalam sistem parlementer, masa jabatan presiden dan juga kabinet
tergantung pada kepercayaan legislatif. Parlemen bisa mengajukan mosi tidak
percaya yang berakibat pada penurunan kepala pemerintahan dan juga kabinetnya.
Kasus penerapan sistem presidensial di Rusia dan Ukraina bisa menjadi contoh
yang baik, hal itu disebabkan karena presiden
memanfaatkan considerably power yang dimilikinya. Sedangkan di dalam sistem
parlementer, eksekutif hanyalah pelaksana dari garis besar halauan yang telah
ditentukan oleh parlemen.
Di sisi lain, ada sistem yang bernama parlementer, atau banyak yang menyebutnya
dengan istilah Westminster model, yang diawali dari sistem pemerintahan di
Inggris. Defisini mendasar dari karakteristik sistem parlementer adalah “peleburan
cabang eksekutif dan legislatif, dimana biasanya kepala negara dan kepala
pemerintahan dijabat oleh orang yang berbeda, lain dengan sistem presidensial
yang kerap kali dipegang oleh orang yang sama” (Ibid: 180).
Di dalam sistem parlementer, jika memang ada suara mayoritas partai, maka biasanya
akan lebih mudah dan cepat dalam menyusun formatur pemerintahan dan tidak
membutuhkan koalisi. Sebaliknya, jika tidak ada partai yang memiliki mayoritas suara
di parlemen, maka partai akan mencari mitra koalisi di dalam mengusung formatur
pemerintahan.
Di sinilah nanti pembagian kursi di dalam kabinet pemerintahan yang akan datang
sangat jelas. Bagaimanapun juga, kerjasama antar politisi di dalam sistem
parlementer sangat penting.
Yang telah disinggung sebelumnya bahwa sistem parlementer berakar dari tradisi
kerajaan Inggris. Dimana kepala negara dijabat oleh raja atau ratu dan secara formal
mengangkat Perdana Menteri, yang biasanya merupakan ketua partai pemegang
kursi terbesar di parlemen.
Semi
Di antara sistem presidensial dan parlementer, ada pula sistem semi presidensial.
Istilah “sistem “semi presidensialisme merupakan term dari
Maurice Duverger yan telah melakukan penelitian di Republik ke V Perancis sejak
1958. Menurut Duverger, semi presidensialisme adalah “sistem yang memadukan
tiga eleman, yaitu presiden dipilih langsung melalui pemilu seperti sistem presidensial,
yang mempunyai kekuasaan yang berarti (seperti di Amerika Serikat), lalu
berhadapan dengan menteri dan perdana menteri yang mengelola eksekutif dan
memiliki kekuasaan yang memerintah, serta tergantung pada mayoritas parlemen
sebagaimana di dalam sistem parlementer”. Sistem semi presidensialisme sendiri
masih diperdebatkan, sebagian menyatakan bahwa sistem ini adalah sistem dalam
fase alternatif, tergantung bagaimana kondisi di parlemen. “Jika
mayoritas dibelakang presiden, presidensial, namun jika bersebarangan,
parlementer”.
Sebagaimana yang telah dikatakan di awal tulisan, memang secara praktik sukar
ditemukan banyak negara yang menganut sistem pemerintahan baik presidensial
maupun parlementer secara murni.
Konsep in between atau semi ini bisa menjadi suatu penjembatan ketika ada suatu
negara yang menjalani beberapa model yang ada di presidensial sekaligus
parlementer. Meskipun, beberapa ilmuwan menyatakan tinggal lebih banyak
mengadopsi karakter yang mana, sehingga bisa disebut penganut presidensial atau
parlementer.
3. Berikan analisis anda sistem pemerintahan semi apa yang pernah diterapkan
di Indonesia.
Jawab :
Untuk mendalami karakter sistem pemerintahn parlemen, tidak cukup dengan hanya
memperhatikan parlemen sebgai objek utama yang diperebutkan sistem parlementer
merupakan sistem dan menterinya bertanggung jawab kepada parlemen ditambah
dengan kekuasaan yang lebih kepada parlemen.9 Dengan argumentasi ini, sistem
pemerintahan parlementer , badan eksekutif dan badan legislatif bergantung satu
sama lain, kabinet sebagian dari badan eksekutif yang bertanggung jawab diharap
mencerminkan kekuatan- kekuatan politik dalam legislatif yang mendukungnya dan
mati-hidupnya kabinet bergantung kepada dukungan dalam badan legislatif.10 Dalam
perjalanannya, pemerintah bisa jatuh melalui mosi tidak percaya dari lembaga
legislatif. Dengan, kondisi itu dalam system parlementer, berkelanjutan pemerintah
sangat bergantung dengan dukungan parlemen.11 Dalam prakteknya, sifat serta
bobot ketergantugan tersebut sangat berbeda antara satu Negara dengan Negara
lain, akan tetapi umumnya dicoba untuk mencapai semacam keseimbangan antara
badan eksekutif dan legislative.
Monarki berasal dari kata monarch yang berarti raja yang berkembang menjadi cara
kerja negara. Sistem monarki berarti jenis kekuasaan politik di mana raja atau ratu
sebagai pemegang kekuasaan dominan negara (kerajaan). Menurut para pendukung
monarki, mereka berpendapat jika kekuasaan yang dipegang oleh satu tangan lebih
efektif untuk menciptakan suatu stabilitas di dalam proses pembuatan kebijakan.
Selain itu perbedaan pendapat dan perdebatan, atau persaingan antar kelompok
menjadi relatif terkurangi karena hanya ada satu kekuasaan yang dominan.
Melansir dari buku Kewarganegaraan 3 oleh Chotib, dkk, berikut adalah jenis-jenis
sistem monarki:
1. Monarki mutlak
2. Monarki konstitusional
3. Monarki parlementer
jadi, sistem pemerintahan parlementer hanya digunakan pada negara yang berbentuk
monarki
2. Sistem presidensial atau disebut juga dengan sistem kongresional,
merupakan sistem pemerintahan negara republik di mana kekuasaan eksekutif dipilih
melalui pemilu dan terpisah dengan kekuasaan legislatif.
Untuk disebut sebagai sistem presidensial, bentuk pemerintahan ini harus memiliki
tiga unsur yaitu:
Sumber Referensi :
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5771168/apa-itu-sistem-monarki-ini-
penjelasan-jenis-dan-contoh-negaranya
https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_parlementer
https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_presidensial