Anda di halaman 1dari 1

Pertemuan I

Tanggal: 17 Juni 2020 Waktu: 15.00 – 16.00

TEMA KEGIATAN Akne Vulgaris


LATAR BELAKANG Akne vulgaris atau lebih sering disebut jerawat, merupakan penyakit kulit
yang banyak sekali dijumpai terutama di masyarakat Indonesia (Efendi, 2003)
Akne vulgaris adalah penyakit kulit obstruktif dan inflamatif kronik pada unit
pilosebasea yang sering terjadi pada masa remaja (Zanglein et al, 2008).
Ditandai dengan adanya erupsi komedo, papul, pustul, nodus dan kista pada
tempat predileksi: muka, leher, lengan atas, dada dan punggung
(Wasitaatmadja, 2011).
Akne vulgaris merupakan penyakit kulit yang paling umum diderita oleh
masyarakat. Di Amerika Serikat, 85% dari penduduk usia 12-24 tahun
menderita akne vulgaris dan data yang hampir serupa didatati pada sebagian
besar dunia barat. Di Afrika sendiri, melalui sebuah studi cross sectional,
didapati prevalensi akne vulgaris pada remaja sebesar 90,7% (Husein, 2009).
Untuk Asia, beberapa data yang bisa diperoleh menunjukkan prevalensi yang
cukup tinggi juga. Di Cina, tepatnya distrik Zhou Hai provinsi Guangdong,
prevalensi penderita jerawat sebesar 53,5% remaja ( Wu et al, 2007).
Penyebab akne vulgaris yang pasti belum diketahui, tetapi banyak faktor
yang berpengaruh seperti sebum, bakteria, faktor genetik, hormon, diet,
iklim, psikis, kosmetika, bahan-bahan kimia, reaktivitas(Widjadja, 2000).
Keluhan pasien akne vulgaris yang dilaporkan terkait keluhan efek fungsional,
sosial, psikologikal, dan emosional mereka sebanding dengan yang
dilaporkan oleh pasien dengan penyakit lain (chronic disabling asthma,
epilepsi, diabetes, nyeri punggung atau artritis), sehingga akne vulgaris
bukanlah penyakit yang bisa diacuhkan dibandingkan dengan kondisi
penyakit kronis lain (Jones- Caballero et al.,2007).
Noorbala et al. tahun 2013 menyatakan akne vulgaris adalah kelainan kulit
umum dan memberi dampak besar pada kualitas hidup di kalangan remaja
(Noorbala et al, 2013).
Organisasi kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan kualitas hidup (quality of
life) sebagai persepsi individual dari keberadaannya dalam hidup, dalam
kontekskultural dan sistem nilai dimana dia hidup dan hubungannya dengan
tujuan, harapan, standard dan perhatiannya. (Both et al, 2007).
WHO memerintahkan agar pengukuran kesehatan dan efek perawatan
kesehatan harus mencakup tidak hanya indikasi perubahan frekuensi dan
tingkat keparahan penyakit, tetapi juga perkiraan kualitas hidup (WHOQOL,
1997; Doward, 1998).
Samanthula et al. tahun 2013 melaporkan pasien wanita dengan akne
vulgaris memiliki kualitas hidup lebih rendah dibandingkan laki-laki dan
tingkat keparahan AV memiliki dampak signifikan terhadap kualitas hidup.
Penelitian Kokandi tahun 2010 melaporkan tingkat keparahan akne vulgaris
tidak berefek pada perubahan kualitas hidup (Samanthula et al, 2013).
Kami mengambil tema kegiatan ini dengan harapan dapat menambah
wawasan tentang akne vulgaris

Anda mungkin juga menyukai