Anda di halaman 1dari 7

http://jurnal.fk.unand.ac.

id1

Artikel

Hubungan Kebiasaan Mahasiswa Kedokteran dengan Insiden


Akne Vulgaris di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Hengky Fandri1, Rina Gustia2, Adrial3

Abstrak
Akne vulgaris adalah peradangan kronik folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo,
papula pustula, dan kista pada daerah-daerah predileksi, seperti muka, bahu, bagian atas dari ekstremitas superior,
dada, dan punggung. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan kebiasaan mahasiswa kedokteran
dengan insiden akne vulgaris di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas angkatan 2013. Penelitian ini adalah
penelitian survei yang bersifat analitik dengan desain cross sectional study yang dilaksanakan pada Januari Mei
2015. Sampel diambil dengan menggunakan teknik stratified random sampling dan didapatkan jumlah sampel 152
orang. Pengolahan data dilakukan dengan statistik deskriptif menggunakan program komputer. Seluruh responden
yang diteliti didapatkan umur yang terbanyak menderita akne vulgaris yaitu umur 19 tahun sebanyak 50 responden
(65,8%). Berdasarkan jenis kelamin, distribusi akne vulgaris terbanyak pada perempuan sebanyak 63 responden
(82,9%). Berdasarkan kebiasaan, didapatkan distribusi responden dengan akne vulgaris terbanyak yaitu kebiasaan
makan yang baik sebanyak 43 responden (56,6%), kebiasaan tidur yang buruk dengan jumlah 70 responden (92,3%),
manajemen stres yang buruk dengan jumlah 65 responden (85,5%), perawatan kulit wajah yang buruk sebanyak 40
responden (52,6%). Dari uji chi-square tidak didapatkan hubungan antara kebiasaan makan dengan insiden akne
vulgaris (p = 0,516). Terdapat hubungan antara kebiasaan tidur dengan insiden akne vulgaris (p = 0,079). Terdapat
hubungan antara manajemen stres dengan insiden akne vulgaris (p = 0,049). Terdapat hubungan antara kebiasaan
perawatan kulit wajah dengan insiden akne vulgaris (p = 0,026).
Kata Kunci: Akne vulgaris, kebiasaan makan, kebiasaan tidur, manajemen stres, kebiasaan perawatan kulit wajah.

Abstract
Acne vulgaris is a chronic inflammation of the pilosebaceous follicles characterized by comedones, papules
pustules, and cysts in the areas of predilection, such as the face, shoulders, upper part of the superior extremity,
chest, and back. The purpose of this study was to determine the relationship habits of medical s tudents with acne
vulgaris incident at the Faculty of Medicine, University Andalas at 2013s students. This research is analytic survey
with cross sectional design study conducted in January-May 2015. Samples were taken using stratified random
sampling technique and the amount of samples are 152 peoples. Data processing was performed by descriptive
statistics using a computer program. All respondents surveyed found that the highest age suffer from acne vulgaris
were age 19 years of 50 respondents (65.8%). By sex, the distribution of most acne vulgaris in women were 63
respondents (82.9%). Based on habits, obtained the distribution of respondents by acne vulgaris is the most good
eating habits as m any as 43 respondents (56.6%), poor sleep habits with a total of 70 respondents (92.3%), poor
stress management with a number of 65 respondents (85,5%), bad facial skin care as many as 40 respondents
(52.6%). From the chi-square test was not obtained relationship between eating habits with incidence of acne vulgaris
(p = 0.516). There is a relationship between sleep habits with incidence of acne vulgaris (p = 0.079). There is a
relationship between stress and incident management of acne vulgaris (p = 0.049).There is a relationship between
facial skin care habits with incidence of acne vulgaris (p = 0.026).
Key Words : Acne vulgaris, eating habits, sleep habits, stress management, facial skin care habits.
Affiliasi penulis : 1. Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/RSUP Dr. M. Djamil Padang,

Universitas Andalas, 2. Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

3. Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 3(1)

http://jurnal.fk.unand.ac.id2

Korespondensi :Hengky Fandri,

Berdasarkan penelitian terhadap 100 mahasiswa

email: hengkyfandri90@gmail.com, Telp: 085265587108.

kedokteran di Amerika Serikat terdapat 30,84%


mahasiswa kedokteran yang mengalami stres. Hal

PENDAHULUAN
Akne
peradangan

yang

atau

jerawat

menahun

folikel

adalah

penyakit

Gautama

juga

di

dikemukakan

tahun

2009

pada

terhadap

penelitian
mahasiswa

yang

kedokteran di FK USU, yaitu sebanyak 35% yang

umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat

mengalami stres. Kondisi tersebut mengakibatkan

sembuh sendiri.1 Menurut Harahap pada tahun 2000,

mahasiswa

akne vulgaris

makanan sehari-hari dan kurang perhatian terhadap

adalah

pilosebasea

sama

peradangan

kronik

folikel

pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo,


papula pustula, dan kista pada

daerah-daerah

perawatan

kurang
wajah

dapat

mengontrol

sehingga

hal

asupan

seperti

ini

meningkatkan risiko menderita akne vulgaris. Belum

predileksi, seperti muka, bahu, bagian atas dari

adanya data kejadian akne

ekstremitas superior, dada, dan punggung.2

mahasiswa kedokteran Universitas Andalas dan data

vulgaris dikalangan

Pada seorang gadis, akne vulgaris dapat

mengenai hubungan antara kebiasaan mahasiswa

terjadi pada masa premenarke yang berangsur

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas dengan

berkurang setelah masa remaja. Namun, terkadang

insiden

pada wanita akne vulgaris menetap sampai dekade

melakukan penelitian ini berdasarkan kebiasaan

umur 30-an atau bahkan lebih. Pada pria umumnya

makan, kebiasaan tidur, manajemen stres, dan

akne vulgaris lebih cepat berkurang, tetapi pada

kebiasaan perawatan kulit wajah pada mahasiswa

penelitian didapatkan gejala klinis yang lebih berat.1

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

akne

vulgaris,

penulis

tertarik

untuk

Sebuah survei di kawasan Asia Tenggara diketahui


terdapat sebesar 2040% kasus akne vulgaris.
Menurut

catatan

kelompok

kosmetika Indonesia,

terdapat

studi
23,6%

penderita

akne di tahun 2002 dan 23,8% di tahun 2003.3


Penyebab

utama

METODE

dermatologi

akne

Penelitian ini adalah penelitian survei yang


bersifat analitik dengan desain cross sectional study
yang dilaksanakan pada Januari Mei 2015. Populasi

sampai

dari penelitian ini adalah seluruh mahasiswa/i Fakultas

sekarang belum diketahui secara pasti, tetapi ada

Kedokteran Universitas Andalas angkatan 2013 yang

dugaan kuat bahwa akne merupakan

berjumlah

penyakit

319

orang.

Sampel

diambil

dengan

multifaktorial. Faktor-faktor penyebab akne antara lain

menggunakan teknik stratified random sampling yang

genetik, trauma dan infeksi, hormon, diet, obat-

telah memenuhi kriteria inklusi dan eklusi. Sampel

obatan, kosmetik, jenis kulit, pekerjaan, psikis dan

dihitung dengan menggunakan rumus dan didapatkan

iklim.1 Hormon androgen berperan penting dalam

jumlah sampel 152 orang. Pengolahan data dilakukan

regulasi

mekanisme

produksi

sebum.4

Produksi

sebum yang berlebihan akan menyebabkan kulit

dengan statistik deskriptif menggunakan program


komputer.

menjadi sangat berminyak. Kulit berminyak cenderung


lebih mudah terjadi akne dibandingkan kulit normal
dan kulit kering sehingga produksi sebum yang
berlebihan

akan

menimbulkan

sumbatan

pada

kelenjar pilosebasea yang mengakibatkan timbulnya


akne.

Restriksi

kalori

memiliki

dampak

pada

HASIL
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
pada bulan Januari sampai Mei 2015 terhadap
mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
dengan

menyebarkan

kuesioner

terhadap

152

pengobatan akne dan bukti- bukti yang cukup kuat

responden tentang hubungan kebiasaan mahasiswa

untuk menghubungkan konsumsi makanan tertentu

kedokteran dengan insiden akne vulgaris di Fakultas

dengan kejadian akne vulgaris.6

Kedokteran Universitas Andalas diperoleh sebagai

Mahasiswa

Fakultas

Kedokteran

merupakan

berikut:

mahasiswa yang menghadapi beban belajar yang


tinggi, jadwal yang cukup padat, tingkat stres yang
cukup tinggi, dan pola tidur yang tidak teratur.
Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 3(1)

http://jurnal.fk.unand.ac.id3

Tabel 1. Distribusi

Responden Berdasarkan Umur

dan Jenis Kelamin

perempuan dengan jumlah 119 responden (78,3%).


Distribusi responden dengan akne vulgaris menurut

Akne vulgaris
Karakteristik

Tanpa Akne
vulgaris

jenis kelamin yang terbanyak adalah perempuan

Total

sebanyak 63 responden (82,9%).

17

1,3

5,3

3,3

18

11,8

12

15,8

21

13,8

19

50

65,8

42

55,3

92

60,5

20

14

18,4

16

21,1

30

19,8

21

2,6

1,3

vulgaris

22

2,6

1,3

terbanyak adalah kebiasaan makan yang baik dengan

Umur

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa dari


152 responden yang diteliti, distribusi responden
berdasarkan kebiasaan makan yang terbanyak adalah
kebiasaan makan yang baik dengan jumlah 81
responden (53,3%). Distribusi responden dengan akne
berdasarkan

kebiasaan

makan

yang

jumlah 43 responden (56,6%). Dari Tabel 2 diketahui


Jenis
Kelamin

Laki-laki

13

17,1

20

26,3

33

21,7

bahwa distribusi responden berdasarkan kebiasaan

Perempuan

63

82,9

56

73,7

119

78,3

tidur yang terbanyak adalah

kebiasaan tidur yang

buruk

responden

Total

76

100,0

76

100,0

152

100,0

dengan

Distribusi

jumlah

responden

138

dengan

akne

(90,8%).
vulgaris

berdasarkan kebiasaan tidur yang terbanyak adalah


Tabel

2.

Distribusi

Responden

Berdasarkan

Kebiasaan Mahasiswa Fakultas Kedokteran


Akne vulgaris
Kebiasaan

Tanpa Akne
vulgaris

kebiasaan tidur yang buruk dengan jumlah 70


responden (92,1%).
Pada Tabel 2 diketahui bahwa distribusi

Total

responden

berdasarkan

manajemen

stres

yang

Baik

43

56,6

38

50,0

81

53,3

dengan jumlah 128 responden (84,2%). Distribusi

Buruk

33

43,4

38

50,0

71

46,7

responden

Makan

terbanyak adalah
dengan

manajemen stres yang buruk


akne

vulgaris

berdasarkan

manajemen stres yang terbanyak adalah manajemen


Baik

7,9

10,5

14

9,2

stres yang buruk dengan jumlah 65 responden

Buruk

70

92,1

68

89,5

138

90,8

(85,5%). Dari Tabel 2 diketahui bahwa distribusi

Tidur

responden berdasarkan kebiasaan perawatan kulit


Manajemen
Stres

Baik

11

14,5

13

17,1

24

15,8

Buruk

65

85,5

63

82,9

128

84,2

Baik

36

47,4

38

50,0

74

48,7

Buruk

40

52,6

38

50,0

78

51,3

76

100,0

76

100,0

152

100,0

wajah yang terbanyak adalah kebiasaan perawatan


kulit wajah yang buruk dengan jumlah 78 responden
(51,3%). Distribusi responden dengan akne vulgaris
berdasarkan kebiasaan perawatan kulit wajah yang

Perawatan
Kulit Wajah

Total

terbanyak adalah kebiasaan perawatan kulit wajah


yang buruk dengan jumlah 40 responden (52,6%).
Analisa bivariat digunakan untuk melihat
hubungan antara variabel bebas yaitu: kebiasaan

Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa dari

makan yang terdiri dari kebiasaan makan, kebiasaan

152 responden yang diteliti, distribusi responden

tidur, manajemen stres dan kebiasaan perawatan kulit

menurut umur yang terbanyak adalah umur 19 tahun

wajah dengan variabel terikat yaitu insiden akne

sebanyak 92 responden (60,5%). Responden termuda

vulgaris

berumur

dikatakan ada hubungan antar variabel apabila p

17

tahun

sebanyak

orang

(3,3%),

sedangkan responden tertua berumur 22 tahun

dengan

menggunakan

uji

chi-square

value < (0,1).

sebanyak 2 orang (1,3%). Distribusi responden


dengan akne vulgaris menurut umur yang terbanyak
yaitu umur 19 tahun sebanyak 50 responden (65,8%).

Tabel 3. Hubungan Kebiasaan Mahasiswa Kedokteran

Dari Tabel 1 diketahui bahwa distribusi responden

dengan Insiden Akne Vulgaris

berdasarkan jenis kelamin yang terbanyak adalah

Karakteristik

Insiden Akne vulgaris

Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 3(1)

http://jurnal.fk.unand.ac.id4

nilai p value = 0,026 yang berarti nilai (p ) sehingga


Akne vulgaris

Kebiasaan
Makan

Tanpa Akne
vulgaris

terdapat hubungan antara kebiasaan perawatan kulit

Total

P
Value

Baik

43

56,6

38

50,0

81

53,3

Buruk

33

43,4

38

50,0

71

46,7

Baik

7,9

10,5

14

9,2

Buruk

70

92,1

68

89,5

138

90,8

wajah mahasiswa kedokteran dengan insiden akne


vulgaris di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

0,423

PEMBAHASAN
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Kebiasaan
Tidur

Hasil

0,079

penelitian

menunjukkan

bahwa

mayoritas responden berumur 19 tahun. Hal ini


disebabkan menjelang dewasa tubuh mengalami

Baik

Manajemen
Stres

11

14,5

13

17,1

24

15,8
0,049

Buruk

65

85,5

63

82,9

128

84,2

berbagai penyesuaian fisik, sosial

dan

yang pada umumnya disebabkan

oleh

dimana
Baik

Kebiasaan
Perawatan
Kulit Wajah

36

47,4

38

50,0

74

Total

40

52,6

38

50,0

78

51,3

76

100,0

76

100,0

152

100,0

hormon

salah satunya adalah hormon androgen.

Hormon androgen merupakan hormon yang berperan

48,7
0,026

Buruk

psikologi

aktif

dalam

perubahan

merangsang
dan

tubuh

penyesuaian.

untuk

berbagai

Kadar

hormon

androgen meningkat dan mencapai puncak pada


Dari Tabel 3 terlihat mayoritas responden
memiliki kebiasaan makan yang baik dengan terjadi
akne vulgaris yaitu sebanyak 43 responden (56,6%).
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square
diperoleh nilai p value = 0,423 yang berarti nilai (p )
sehingga tidak terdapat hubungan antara kebiasaan
makan mahasiswa kedokteran dengan insiden akne
vulgaris di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Pada Tabel 3 terlihat mayoritas responden memiliki
kebiasaan tidur yang buruk dengan terjadi akne
vulgaris yaitu sebanyak 70 reponden (92,1%). Hasil uji
statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh
nilai p value = 0,079 yang berarti nilai (p ) sehingga
terdapat hubungan antara kebiasaan tidur mahasiswa
kedokteran dengan insiden akne vulgaris di Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas.
Berdasarkan
responden

Tabel

terlihat

mayoritas

memiliki manajemen stres yang buruk

dengan terjadi akne vulgaris yaitu sebanyak 65


responden

(85,5%).

Hasil

uji

statistik

dengan

menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p value =


0,049 yang berarti nilai (p ) sehingga terdapat
hubungan

antara

manajemen

stres

mahasiswa

kedokteran dengan insiden akne vulgaris di Fakultas

umur 18-20 tahun.8 Pada masa prapubertas, folikel


sebaseus masih berukuran kecil dan beraktifitas
minimal. Namun saat

menginjak

remaja,

folikel

sebaseus mengalami hipertrofi dan hiperplasi serta


mulai memproduksi sebum, karena hormon androgen
yang diproduksi oleh kelenjar adrenal, testis dan
ovarium dapat berpengaruh langsung pada target
organ yaitu kelenjar sebasea.9 Hormon androgen
meningkatkan produksi trigliserida (50% dari sebum)
dan dianggap menjadi nutrisi untuk Propionibacterium
acnes.10
Penelitian terhadap 17.345 orang pasien
akne vulgaris di Cina, melaporkan prevalensi akne
vulgaris terbesar pada rentang usia antara 1519 yaitu
sebesar 38% dan prevalensi terbanyak kedua pada
rentang usia 2024 tahun yaitu sebesar 36%. Maka
pada penelitian ini prevalensi akne vulgaris terbanyak
juga didapatkan pada kelompok remaja awal dan
remaja akhir. Penelitian terhadap 552 orang pasien
akne vulgaris di Hongkong melaporkan prevalensi
akne vulgaris terbesar pada rentang usia 1525 tahun
yaitu sebesar 52,2%. Maka pada penelitian ini
prevalensi akne vulgaris terbanyak juga didapatkan
pada kelompok remaja akhir.11,12

Kedokteran Universitas Andalas. Dari tabel 3 terlihat


mayoritas responden memiliki kebiasaan perawatan
kulit wajah yang buruk dengan terjadi akne vulgaris
yaitu sebanyak 40 responden (52,6%). Hasil uji
statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh

2. Karakteristik

Responden

Berdasarkan

Jenis

Kelamin
Hasil

penelitian

menunjukkan

bahwa

mayoritas responden berjenis kelamin perempuan, hal


Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 3(1)

http://jurnal.fk.unand.ac.id5

ini

terjadi

karena

pengambilan

sampel

dalam

penelitian ini dilakukan secara acak dan jumlah


mahasiswa perempuan yang lebih banyak dari jumlah
mahasiswa laki-laki, sehingga proporsi antara jenis
kelamin laki-laki dan perempuan tidak seimbang.
pubertas dan usia sekitar 30 tahun di India, dilaporkan
50% pasien adalah wanita dan 40% adalah laki-laki.

13

Pada penelitian berskala besar di enam kota besar di


Cina, dilaporkan prevalensi akne vulgaris pada usia
remaja lebih banyak dijumpai pada jenis kelamin lakilaki (41,3%) daripada wanita (33,7%), namun pada
usia sekitar 2030 tahun akne vulgaris lebih banyak
dijumpai pada wanita (40%) dibandingkan laki-laki
(30,1%).11 Akne vulgaris dapat terjadi pada pria dan
wanita, namun pada wanita insidensi akne vulgaris
pada sekitar usia 1417 tahun, sedangkan pada pria
insidensi akne vulgaris pada sekitar usia 1619 tahun.
Meskipun pada pria umumnya akne vulgaris lebih
cepat berkurang seiring bertambahnya usia, namun
gejala akne vulgaris yang berat justru biasanya terjadi
pada pria.1

Vulgaris
Hasil

penelitian

menunjukkan

bahwa

responden memiliki kebiasaan makan yang baik


sebanyak 81 responden (53,3%) dan responden yang
memiliki kebiasaan makan yang buruk sebanyak 71
responden (46,7%). Dari 71 responden tersebut yang
memiliki kebiasaan makan yang buruk dengan terjadi
akne vulgaris sebanyak 33

responden

(46,5%).

penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat

hubungan antara kebiasaan makan dengan insiden


akne vulgaris di Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas (p value = 0,423).
Kaitan antara akne vulgaris dengan makan
masih diperdebatkan. Saat ini belum ada bukti bahwa
coklat, susu, seafood atau makanan lain dapat
langsung menyebabkan akne. Makanan tersebut
dapat mempengaruhi metabolisme tubuh, sehingga
mengaktifkan

kelenjar

pilosebasea

untuk

menghasilkan sebum, dan bila terjadi penyumbatan


pada folikelnya maka dapat menjadi awal dari akne.14
Mahasiswa yang memiliki pola makan yang
baik

pilosebasea

dan

tidak

menderita

akne

tidak

sama

pada

setiap

individu.14 Mahasiswa yang memiliki pola makan


tidak baik dan menderita akne vulgaris disebabkan
ahasiswa tersebut mengonsumsi

makanan yang mengandung karbohidrat, gula, dan


indeks

glikemik

yang tinggi.15 Mahasiswa

yang

memiliki pola makan yang baik dan tidak menderita


akne

vulgaris

mengonsumsi

disebabkan
makanan

oleh

dan

tidak

teraturnya
selalu

mengonsumsi makanan yang mengandung indeks


glikemik yang tinggi.8 Mahasiswa yang memiliki pola
makan yang baik dan menderita akne vulgaris
disebabkan oleh faktor genetik,
berpengaruh pada

besar

dimana sangat

dan aktivitas kelenjar

sebasea. Apabila kedua orang tua mempunyai parut


bekas akne, kemungkinan besar anaknya akan
menderita akne.2
4. Hubungan Kebiasaan Tidur dengan Insiden Akne
Vulgaris
Hasil

3. Hubungan Kebiasaan Makan dengan Insiden Akne

tidak

kelenjar

oleh seringnya

Akne vulgaris terjadi sekitar 80% pada usia

Hasil

berbeda-beda sehingga reaksi yang terjadi pada

penelitian

menunjukkan

bahwa

mayoritas responden memiliki kebiasaan tidur yang


buruk sebanyak 138 responden (90,8%). Dari 138
responden tersebut yang memiliki kebiasaan tidur
yang buruk dengan terjadi akne vulgaris sebanyak 70
reponden (50,7%). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan tidur
mahasiswa kedokteran dengan insiden akne vulgaris
di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas (p value =
0,079).
Pola hidup yang tidak sehat seperti tidur
terlalu larut malam diperkirakan dapat mempengaruhi
kejadian dan eksaserbasi akne. Tidur larut malam
dapat menyebabkan peningkatan aktivitas hormon
androgen.

Peningkatan

aktivitas

hormone

ini

menyebabkan peningkatan produksi sebum sehingga


menyebabkan kulit cenderung lebih berminyak dan
memudahkan terjadinya akne. Tidur larut malam juga
dapat mengakibatkan seseorang kekurangan waktu
tidur sehingga

dapat

menyebabkan peningkatan

faktor-faktor inflamasi, penurunan imunitas tubuh,


memicu resistensi insulin, dan peningkatan level
stres.16

vulgaris

disebabkan oleh metabolisme tubuh setiap individu


Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 3(1)

http://jurnal.fk.unand.ac.id6

5. Hubungan Manajemen Stres dengan Insiden Akne


Vulgaris

berlebihan dengan produk-produk seperti alkoholbased cleanser dan scrub dapat menyebabkan

bahwa

terjadinya iritasi pada kulit wajah dan memperparah

mayoritas responden memiliki manajemen stres buruk

Hasil

penelitian

terjadinya akne vulgaris. Membersihkan kulit wajah

sebanyak

sebaiknya

128

menunjukkan

responden

(84,2%).

Dari

128

dilakukan

dua

kali

sehari

dengan

responden tersebut yang memiliki manajemen stres

menggunakan sabun pembersih yang lembut untuk

yang buruk dengan terjadi akne vulgaris sebanyak 65

mengurangi minyak yang berlebih dan mengangkat

responden (50,8%). Hasil penelitian menunjukkan

kulit mati. Sebenarnya digalakkan untuk mencuci

bahwa terdapat hubungan antara manajemen stres

wajah sebanyak dua kali dalam sehari, yaitu pada pagi

mahasiswa kedokteran dengan insiden akne vulgaris

hari dan malam hari. Mencuci wajah lebih dari dua kali

di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas (p value =

dalam sehari tidak digalakkan karena mencuci wajah

0,049). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian pada

secara berlebihan dapat mengiritasi kulit wajah dan

siswa siswi SMA di Singapura disebutkan bahwa

menyebabkan timbulnya akne, dan bila kurang dalam

stres dapat menimbulkan eksaserbasi akne vulgaris

mencuci wajah akan mengurangi tingkat kebersihan

dan juga peningkatan asam lemak bebas dalam

wajah. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian dimana

wajah.

17

tidak

Peningkatan

stress

langsung terhadap

kelenjar

sebasea

melalui

androgen. Peningkatan
hipotalamus

melalui

Pituitary-Adrenal
peningkatan

makin sering responden yang menderita akne vulgaris

peningkatan sekresi

membersihkan wajah, maka makin rendah angka

peningkatan

stres

akan

Aksis

(LHPA)

hormon

merangsang

Limbic-Hypothalamo
yang

kejadian akne vulgaris.14

KESIMPULAN

menyebabkan

kebiasaan mahasiswa kedokteran dengan insiden

kelenjar

akne vulgaris pada mahasiswa kedokteran Universitas

sebasea dan keratinosit untuk menghasilkan sebum

Andalas, maka kesimpulan dan saran dari penelitian

adalah testosteron yang akan dirubah menjadi bentuk

ini adalah sebagai berikut : tidak terdapat hubungan

aktif yaitu 5 dihidrotestosterone (DHT) oleh enzim

antara kebiasaan makan mahasiswa

type

(DHT)

dengan insiden akne vulgaris di Fakultas Kedokteran

dalam

Universitas

I-5

adalah

dalam

androgen.

peningkatan

reductase.

androgen

Androgen

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan

yang

terpenting

hormon

dapat berpengaruh

aktifitas

Dihidrotestosterone

yang

paling

poten

merangsang hiperproliferasi keratinosit.18

kebiasaan
insiden

6. Hubungan

Kebiasaan

Perawatan

Kulit

Wajah

dengan Insiden Akne Vulgaris


Hasil

penelitian

Andalas,
tidur

akne

Universitas

terdapat

mahasiswa
vulgaris

Andalas,

di

kedokteran

hubungan
kedokteran

Fakultas

terdapat

antara
dengan

Kedokteran

hubungan

antara

manajemen stres mahasiswa kedokteran dengan

menunjukkan

bahwa

insiden

akne

vulgaris

di

Fakultas

Kedokteran

mayoritas responden memiliki kebiasaan perawatan

Universitas

Andalas,

kulit wajah yang buruk sebanyak 78 responden

kebiasaan

perawatan

(51,3%). Dari 78 responden tersebut yang memiliki

kedokteran dengan insiden akne vulgaris di Fakultas

kebiasaan perawatan kulit wajah yang buruk dengan

Kedokteran Universitas Andalas.

terdapat
kulit

hubungan
wajah

antara

mahasiswa

terjadi akne vulgaris sebanyak 40 responden (51,3%).


Hasil

penelitian

menunjukkan

bahwa

terdapat

UCAPAN TERIMAKASIH

hubungan antara kebiasaan perawatan kulit wajah

Ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya

mahasiswa kedokteran dengan insiden akne vulgaris

kepada dr. Rina Gustia, SpKK dan drs. Adrial, M.Kes

di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas (p value =

atas bimbingan, arahan dan motivasi dalam penelitian

0,026).

ini. Terima kasih kepada teman-teman pendidikan


Banyak orang percaya bahwa akne vulgaris

dokter

Fakultas

Kedokteran

disebabkan oleh kulit yang kotor dan tidak dapat

angkatan

diatasi hanya dengan membersihkan wajah saja.

pelaksanaan penelitian.

Dilain

pihak,

membersihkan

kulit

wajah

2013

atas

Universitas

bantuan

teknis

Andalas
dalam

secara
Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 3(1)

http://jurnal.fk.unand.ac.id7

DAFTAR PUSTAKA
1.

2.

15. Hardianti S, Kepel BJ, Rompas SS. Hubungan Pola

Wasitaatmadja S. Akne, Erupsi Akneiformis, Rosasea,

Makan

Rinofema. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi ke-5.

Mahasiswa Semester Lima (V) di Program Studi Ilmu

Jakarta: FKUI; 2010.

Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam

Harahap M. Akne Vulgaris. Ilmu Penyakit Kulit.

Ratulangi Manado. e-Kep. 2015; 1:1- 8.

6.

Vulgaris

Pada

Old

Tabur dan Bedak Padat dengan Timbulnya Akne

Elevated Plasma Interleukin-6 and Cortisol Levels:

Vulgaris

Physiologic and Therapeutic Implications. The

pada

Karyawati

Toko

Luwes

Gading

Versus

Young

Adult

is

Assosiated

with

Journal of Clinical Endrocrinology and Metabolism.

Harper JC. Acne Vulgaris. Department of Dermatology,


University of Alabama at Birmingham. 2008 (Diunduh

5.

Akne

Wasiso SS. Perbandingan Antara Pemakaian Bedak

Surakarta. Surakarta: FKUM; 2010.


4.

Kejadian

16. Vgontzas AN. Impaired nighttime sleep in Healthy

Jakarta: Hipocrates; 2000.


3.

dengan

2003; 88(5):2087-95.
17. Yosipovitch

G,

Tang

M,

Dawn

AG.

Study

of

10 November 2014). Tersedia dari: URL: HYPERLINK

psychological stress, sebum production and acne

http://www.Emedicine.medscape.com.

vulgaris in adolescents. Acta Derm. Venereol. 2007;

Eun Do J. Psychosocial Aspects of Acne Vulgaris: A

87(2):1359.

Community-based Study with Korean Adolescents.

18. Hodgson TK, Braunstein GD. Physiological Effects of

The Korean Society for Investigative Dermatology.

Androgen in Women. New Jersey : Human Press,

Pubmed. 2008;24: 1259.

2006; 88:49-62.

Kurokawa I, Danby FW, Ju Q, Wang X, Xiang LF, Xia


L, Chen WC, Nagy I. New Developments in Our
Understanding of Acne Pathogenesis and Treatment.
Exp Dermatol. 2009;18:821-32.

7.

Gautama S, Nadeak K. Gambaran Tingkat Stres dan


Kejadian Akne Vulgaris pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan
2009. Medan: FKUSU; 2013.

8.

Winarno FG, Ahnan AD. Jerawat: Yang Masih Perlu


Anda Ketahui. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2014.

9.

Isman M. Hubungan Tingkat Stres dengan Keparahan


Akne Vulgaris Pada Pelajar Putri Madrasah Aliyah
Negeri I Yogyakarta. Pelangi Ilmu. 2009; 2(5):3047.

10. Yoshimura K. Influence of Androgen on Acne.


Cosmetic Medicine in Japan. 2008.
11. Shen Y, Wang T, Zhou C. Prevalence of acne vulgaris
in chines adolescent and adults: A community-based
study of 17.345 subjects in six cities. Acta Derm
Venereol. 2012; 92:40-4.
12. Yeung CK, Teo LHY, Xiang LH. A Community based
epidemiological study of acne vulgaris in Hongkong
adolescent. Acta Derm Venereol. 2002; 82:104-67.
13. Kubba R, Bajaj AK, Sharma R. Acne in India:
Guideline for management-AIA consensus document.
Indian Journal Dermatol. 2009; 75(7):35.
14. Suryadi R.

Kejadian

dan

Faktor

Resiko

Akne

Vulgaris. Media Medika Indonesiana. 2008; 43(1):37


43.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 3(1)

Anda mungkin juga menyukai