Akne Vulgaris
Dosen Pembimbing:
Dr. Fajar Waskita, Sp. KK (K), M.Kes
Disusun Oleh:
Wy Yoga (42190386)
FAKULTAS KEDOKTERAN
YOGYAKARTA
2020
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Akne vulgaris adalah suatu kondisi inflamasi umum pada pada unit
polisebaseus yang terjadi pada remaja dan dewasa muda yang ditandai dengan
komedo, papul, pustul, nodul. Akne diperkirakan diderita oleh sekitar 80%
populasi masyarakat usia 12-25 tahun. Penyebab Akne vulgaris sangat banyak
(multifaktorial), antara lain faktor genetik, faktor bangsa ras, faktor makanan,
faktor iklim, faktor jenis kulit , faktor kebersihan, faktor penggunaan kosmetik,
faktor stress, faktor infeksi dan faktor pekerjaan. Penderita biasanya mengeluh
adanya ruam kulit berupa komedo, papul, pustula, nodus, atau kista dan dapat
disertai rasa gatal. Daerah-daerah predileksinya terdapat di muka, bahu, bagian
atas dari ekstremitas superior, dada, dan punggung .
Penyakit kulit ini bukan merupakan penyakit yang berbahaya namun
mempunyai dampak yang besar bagi para remaja baik secara fisik maupun
psikologik dapat menimbulkan kecemasan, depresi, dan mengurangi rasa percaya
diri penderitanya. Ketepatan dan kecepatan dalam terapi akne vulgaris merupakan
langkah yang penting karena dapat berpengaruh pada kesembuhan dan prognosis
pasien.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Mengapa dapat terjadi Akne Vulgaris?
2. Bagaimanakah manifestasi klinis dari Akne Vulgaris?
3. Bagaimana penegakkan diagnosis Akne Vulgaris?
4. Apakah pengobatan yang dapat digunakan pada Akne Vulgaris?
2
BAB II
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : NN. IF
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 23 tahun
Alamat : Gamping - Sleman
Pekerjaan : Pegawai Swasta
No. RM : 0112xxxx
Tanggal periksa di RS : 27 Juli 2020
Waktu Kunjungan : 10.45 WIB
Sumber Data : Pasien sendiri
B. ANAMNESIS
Pasien datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RS Bethesda pada pukul 10.45
WIB. Pasien datang dengan keluhan
Keluhan Utama :
Jerawat seluruh wajah mulai muncul 2 bulan lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Muncul bruntusan kecil disertai nyeri dan gatal terutama disekitar dahi dan
dagu.
Riwayat Penyakit Dahulu : Maag
Riwayat Penyakit Keluarga :-
Riwayat Pengobatan :
Keluhan sudah diobati dengan benzolac dan salep antibiotik
3
C. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Gizi : Cukup
Tanda Vital
Tekanan Darah : tidak dilakukan
Frekuensi Nadi : tidak dilakukan
Frekuensi Nafas : tidak dilakukan
Suhu : 36,5 derajat celcius
Status Lokalis
Kepala :Didapatkan macula hiperpigmentasi, papul atau
pustule eritem multiple tersebar diseluruh wajah
terutama dagu dan dahi.
Leher : tidak didapatkan lesi
Thorax : tidak didapatkan lesi
Aksila : tidak didapatkan lesi
Abdomen & Punggung : tidak didapatkan lesi
Ekstremitas : tidak didapatkan lesi.
DIAGNOSIS BANDING
1. Akne Vulgaris
2. Erupsi Akneiformis
3. Folikulitis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIAGNOSIS KERJA
Akne Vulgaris
4
TATALAKSANA
NON MEDIKAMENTOSA
Rajin mencuci wajah, hindari paparan debu, hidup teratur dan sehat.
MEDIKAMENTOSA
1. Topikal
R/ Cr. Asam Retinoat 0,025% tube 1
S 2 dd ue
2. Oral
R/ Caps Eritromicin 250 mg no XXX
S o.6h. caps 1
EDUKASI
1. Manajemen stress, hidup teratur dan sehat ( cukup istirahat dan
olahraga)
2. Banyak makan sayur dan buah-buahan (diet rendah lemak dan
karbohidrat)
3. Menghindari polusi debu, pemencetan lesi yang tidak lege artis.
PROGNOSIS
Prognosis ad vitam : bonam
Prognosis ad functionam : dubia ad bonam
Prognosis ad sanationam : dubia ad bonam
Secara keseluruhan prognosis akne vulgaris cukup baik.
5
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Akne vulgaris adalah suatu penyakit peradangan kronik dari unit
pilosebaseus disertai penyumbatan dari penimbunan bahan keratin duktus kelenjar
yang diatandai dengan adanya komedo, papula, pustula, nodul, kista sering
ditemukan pula skar pada daerah predileksi seperti muka, bahu bagian atas dari
ekstremitas superior, dada dan punggung (Djuanda, 2011).
II. EPIDEMIOLOGI
Akne vulgaris ( AV) merupakan penyakit kulit terbanyak remaja usia 15-
18 tahun. Insidens AV umumnya dimulai pada pubertas/prapubertas (12-15
tahun), mengenai hampir semua remaja usia 13-19 tahun dengan puncak tingkat
keparahan pada 17-21 tahun. Hampir 85 % populasi individu berusia 12-25 tahun
mengalami akne dengan berbagai variasi garnbaran klinis. Sekitar 15-20 % pasien
AV rnengalami AV dengan derajat sedang dan berat. Studi lain pada 2000 orang
dewasa, di antara 3 % laki-laki yang mengikuti penelitian dan 5 % perempuan
masih rnengalami akne vulgaris ringan pada usia antara 40-49 tahun.
Faktor-faktor yang menyebabkan kekarnbuhan pada akne di antaranya
siklus menstruasi, stres emosional dan kebiasaan memanipulasi akne dengan
menekan-nekan lesi akne. Meskipun AV bukanlah penyakit yang dapat
mengancam jiwa, dan tidak berperan utarna pada penelitian-penelitian klinis serta
laboratoris, namun akne memiliki pengaruh besar pada kualitas hidup dan
kehidupan sosial ekonomi seseorang. Tidak kurang dari 15- 30 % pasien akne
membutuhkan terapi medis sehubungan dengan tingkat keparahan dan keadaan
klinis yang dialaminya, dan sekitar 20 % remaja dengan AV dilaporkan
mengalami jaringan parut pasca akne. Prevalensi AV di divisi Dermatologi
Kosmetik poliklinik Departemen lrnu Kesehatan Kulit dan Kelamin (IKKK)
Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta selama 3 tahun pada
tahun 2008, 2009, dan 2010 tercatat 6.612 kasus. Rata-rata per tahun terdapat 941
6
kasus AV ringan (AV R), 1.022 kasus AV sedang (AV S), dan 308 kasus AV
berat (AV B). Data tersebut memperlihatkan kelompok AV S dengan jurnlah
kunjungan kasus terbanyak sebesar 45 % (Wasitaatmadja, 2018).
8
6. Kondisi Kulit Kondisi kulit juga berpengaruh terhadap akne vulgaris. Ada
empat jenis kulit wajah, yaitu :
a) Kulit normal, ciri-cirinya: kulit tampak segar, sehat, bercahaya, berpori
halus, tidak berjerawat, tidak berpigmen, tidak berkomedo, tidak bernoda,
elastisitas baik.
b) Kulit berminyak, ciri-cirinya: mengkilat, tebal, kasar, berpigmen, berpori
besar
c) Kulit kering, ciri-cirinya: Pori-pori tidak terlihat, kencang, keriput,
berpigmen
d) Kulit Kombinasi, ciri-cirinya: dahi, hidung, dagu berminyak, sedangkan
pipi normal/kering atau sebaliknya.
e) Jenis kulit berhubungan dengan akne adalah kulit berminyak. Kulit
berminyak dan kotor oleh debu, polusi udara, maupun sel-sel kulit yang
mati yang tidak dilepaskan dapat menyebabkan penyumbatan pada saluran
kelenjar sebasea dan dapat menimbulkan akne.
V. GEJALA KLINIS
a. Acne komedonal
9
Grade 2 : 10-25 komedo pada tiap sisi wajah c.
b. Acne papulopustul
c. Acne konglobata
Merupakan bentuk akne yang berat, sehingga tidak ada pembagian tingkat
beratnya penyakit. Biasanya lebih banyak diderita oleh laki-laki. Lesi yang khas
terdiri dari nodulus yang bersambung, yaitu suatu masa besar berbentuk kubah
berwarna merah dan nyeri. Nodul ini mula-mula padat, tetapi kemudian dapat
melunak mengalami fluktuasi dan regresi, dan sering meninggalkan jaringan
parut.
10
VI. Patogenesis
Etiologi acne vulgaris belum jelas sepenuhnya. Patogenesis acne adalah
multifaktorial, namun telah diidentifikasi empat teori sebagai etiopatogenesis
acne. Keempat patogenesis tersebut adalah hiperkeratinisasi dari duktus
polisebasea, produksi sebum yang berlebih, bakteri Propionibacterium acnes (P.
acnes), dan inflamasi.
11
inflamasi maupun lesi inflamasi. Proses keratinisasi ini dirangsang
oleh androgen, sebum, asam lemak bebas dan skualen .
d. Inflamasi
12
pula ditemukan papul, pustul, nodul, dan kista pada daerah – daerah predileksi
yang mempunyai banyak kelenjar lemak.
Diagnosis banding dari akne vulgaris :
a. Erupsi akneiformis Disebabkan oleh obat (kortikosteroid, INH, barbiturat,
yodida, bromida, difenil hidantoin, dll). Berupa erupsi papulo pustul mendadak
tanpa adanya komedo dihampir seluruh tubuh, dapat disertai demam.
b. Akne rosasea Adalah peradangan kronis kulit, terutama wajah dengan
predileksi dihidung dan pipi. Gambaran klinis akne rosasea berupa eritema, papul,
pustul, nodul, kista, talengiektasi dan tanpa komedo.
c. Dermatitis perioral adalah dermatitis yang terjadi pada daerah sekitar mulut
sekitar mulut dengan gambaran klinis yang lebih monomorf .
d. Moluskulum kontagiosum Merupakan penyakit virus, bila lesinya di daerah
seborea menyerupai komedo tertutup.
e. Folikulitis Peradangan folikel rambut yang disebabkan oleh Staphylococcus sp.
Gejala klinisnya rasa gatal dan rasa gatal di daerah rambut berupa makula eritem
disertai papul atau pustul yang ditembus oleh rambut .
VIII. PENATALAKSANAAN
Pengobatan akne dibagi menjadi medikamentosa dan non medikamentosa
lain. Medikamentosa terdiri dari :
a. Pengobatan topikal
Pengobatan topikal dilakukan untuk mencegah pembentukan komedo,
menekan peradangan, dan mempercepat penyembuhan lesi. Obat topikal
terdiri atas: bahan iritan yang dapat mengelupas kulit; antibiotika topikal
yang dapat mengurangi jumlah mikroba dalam folikel akne vulgaris
seperti Eritromycin dan Clindamycin anti peradangan topikal dan lainnya
seperti asam laktat 10% yang untuk menghambat pertumbuhan jasad renik.
Benzoil Peroksida memiliki efek anti bakterial yang poten .Retinoid
topikal akan menormalkan proses keratinasi epitel folikuler, sehingga
dapat mengurangi komedo dan menghambat terbentuknya lesi baru.
13
b. Pengobatan sistemik Pengobatan sistemik ditujukan terutama untuk
menekan pertumbuhan jasad renik di samping juga mengurangi reaksi
radang, menekan produksi sebum, dan mempengaruhi perkembangan
hormonal. Golongan obat sistemik terdiri atas: anti bakteri sistemik; obat
hormonal untuk menekan produksi androgen dan secara kompetitif
menduduki reseptor organ target di kelenjar sebasea; vitamin A dan
retinoid oral sebagai antikeratinisasi; dan obat lainnya seperti anti
inflamasi non steroid.
c. Non Medikamentosa
Nasehat untuk memberitahu penderita mengenai seluk beluk akne
vulgaris. perawatan wajah, perawatan kulit kepala dan rambut, kosmetika,
diet, emosi dan faktor psikosomatik.
PROGNOSIS
Prognosis pada umumnya bonam. Akne vulgaris umumnya sembuh
sebelum mencapai usia 30-40 tahun.
14
BAB IV
REFLEKSI KASUS
15
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda A. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi Kelima. Jakarta : FKUI.
Ikatan Dokter Indonesia. 2014. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer. 2nd ed. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia.
PERDOSKI. 2017. Panduan Praktik Klinik bagi Dokter Spesialis Kulit dan
Kelamin di Indonesia. Jakarta.
16