Anda di halaman 1dari 32

DISASTER VICTIM

IDENTIFICATION
Graditama Wira Bianglala - 42190388
DVI

Sebuah prosedur untuk mengidentifikasi korban mati akibat bencana massal


secara ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan dan mengacu kepada standar
baku interpol
Bencana Masal

 Suatu peristiwa yang disebabkan oleh alam atau ulah manusia,dpt terjadi
secara tiba-tiba atau berlahan, yang menyebabkan hilangnya jiwa manusia,
kerusakan harta benda dan lingkungan, serta melampaui dan sumberdaya
masyarakat untuk menanggulanginya
BENCANA
UU No. 24/2007

• Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan


mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis.
• Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
• Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi,
epidemi, dan wabah penyakit.
• Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok
atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.
BENCANA
INTERPOL GUIDELINE

Natural Disaster (Bencana alam)


Un Natural Disaster(Bencana ulah manusia)
Kelalaian manusia (Human Negligence disaster))
Dibuat manusia(Man Made disaster)

Close disaster(bencana tertutup)


Open disaster(bencana terbuka)
MASS DISASTER
(BENCANA MASSAL)
NATURAL UNNATURAL
MASS DISASTER
(BENCANA MASSAL)
CLOSED OPEN
BENCANA DI INDONESIA

ACEH
TSUNAMI
BENCANA DI INDONESIA
IDENTIFIKASI FORENSIK
BENCANA

KORBAN KORBAN
MATERI MANUSIA

HIDUP MATI
- Pertolongan Pertama - Pencarian
- Pengobatan - Evakuasi
- Evakuasi - Identifikasi
- Bantuan Pangan dll - Serahkan keluarga
- Kubur
DV
I
Identifikasi Visual
Identifikasi Secara Visual

 Identifikasi Visual tidak secara utuh diterima oleh DVI


 Tidak ilmiah
 Pesan ahli waris lebih banyak
 Wajah tidak utuh/rusak
Tahapan DVI

 Phase I :TKP
 Phase II :Post Mortem
 Phase III :Ante Mortem
 Phase IV :Rekonsiliasi
 Phase V :Debriefing
FASE I : TKP

• Prioritas Utama  mengetahui luas jangkauan bencana


• Langkah utama yang dilakukan
• To secure→mengamankan area, misalnya dengan memasang police border
• To collect→mengumpulkan korban dan property terkait untuk kepentingan
identifikasi korban
• Documentation→memfoto area bencana dan korban kemudian memberikan
nomor dan label
Tugas dokter forensik:
 Menilai dan mengumpulkan tubuh / potongan tubuh korban.
 Mengumpulkan bukti – bukti fisik.
 Mencatat bukti-bukti fisik dalam formulir DVI post mortem.
FASE I :TKP
Aturan Umum
a. Tidak diperkenankan seorang pun korban meninggal yang dapat dipindahkan dari lokasi,
sebelum dilakukan olah TKP aspek DVI;
b. Pada kesempatan pertama label anti air dan anti robek harus diikat pada setiap tubuh
korban atau korban yang tidak dikenal untuk mencegah kemungkinan tercampur atau
hilang;
c. Semua perlengkapan pribadi yang melekat di tubuh korban tidak boleh dipisahkan;
d. Untuk barang‐barang kepemilikan lainnya yang tidak melekat pada tubuh korban yang
ditemukan di TKP, dikumpulkan dan dicatat;
e. Identifikasi tidak dilakukan di TKP, namun ada proses kelanjutan yakni masuk dalam fase
kedua dan seterusnya.
FASE I : TKP
FASE II : POST MORTEM

Dokumentasi foto kondisi jenazah korban


• Pemeriksaan fisik, baik luar maupun dalam
• Pemeriksaan sidik jari
• Pemeriksaan rontgen
• Pemeriksaan odontology forensic
• Pemeriksaan DNA
• Pemeriksaan antropologi forensik
FASE II : POST MORTEM

Tugas Dokter Forensik


• Memeriksa tubuh / potongan tubuh korban, tanda-tanda
khusus dll
• Mengumpulkan bukti – bukti fisik
• Mencatat bukti-bukti fisik dalam formulir DVI post mortem
• Menyiapkan data guna mencocokan dg data antemortem pada
fase rekonsiliasi
FASE II : POST MORTEM
PEMERIKSAAN LUAR TANDA YANG BERHUBUNGAN
DENGAN TINDAKAN MEDIS
• Jenis kelamin.
• Ras . • Jaringan parut
• Ciri – ciri fisik ( Panj. tubuh, • Alat bantu medis ( protesa,
• bentuk hidung, teleng mata, pacu
bentuk telinga, dll).
jantung, plat & screw, dll )
• Ciri – ciri khusus ( rajah, bekas
• Penyakit e.g. cancer, cirrhosis
luka / jar. parut, dll ).
• Tanda – tanda kelainan fisik.
• Perlukaan
SIKATRIKS PACEMAKER MONOTESTIS
FASE II : POST MORTEM

BODY DECORATION
Rajah (Tattoos)
Anting – anting (Piercings)
FASE II : POST MORTEM

SIDIK JARI
FASE III : ANTE MORTEM

• Pengumpulan data jenazah sebelum kematian dari keluarga maupun


orang yang terdekat
• Data dapat berupa foto semasa hidup, interpretasi ciri-ciri spesifik
jenazah, rekaman pemeriksaan gigi korban, data sidik jari, sampel
DNA orang tua maupun kerabat korban, serta informasi lain yang
relevan untuk kepentingan identifikasi
FASE IV : REKONSILIASI

•Pembandingan data post mortem dengan ante mortem


•Apabila data yang dibandingkan terbukti cocok maka dikatakan
identifikasi positif atau telah tegak
•Apabila data yang dibandingkan ternyata tidak cocok maka identifikasi
dianggap negative dan data pos mortem jenazah tetap disimpan sampai
deitemukan data antemortem yang sesuai
FASE IV : REKONSILIASI
FASE IV : REKONSILIASI
FASE V : DEBRIEFING

Korban yang telah diidentifikasi direkonstruksi hingga didapatkan kondisi kosmetik


terbaik kemudian dikembalikan kepada keluarganya untuk dimakamkan

Positively identified : a Minimum one from the


primary identifiers with or without from the
secondary identifiers; or if primary identifiers
could not present, a Minimum two from the
secondary identifiers should be matched.
KENDALA
Kendala dalam menjalankan prosedur DVI adalah
• Koordinasi ( lintas instansi, multi disiplin ilmu dll )
• Masyarakat/budaya/keluarga korban
• Mass media
• Politik, dll
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai