Anda di halaman 1dari 28

FILSAFAT POLITIK

KLASIK (YUNANI)
By: Siti Alia, S.IP.,M.AP
• Plato (427 SM - 347 SM) • Aristoteles (384 SM – 322 SM)
MENGAPA YUNANI?

• Pemikiran sosial dan politik bangas Yunani klasik secara umum diakui sebagai kekuatan vital dalam
sumbangan pemikiran barat. Karena pemikiran Yunani sebagaian besar berkisar pada persoalan
negara Kota, maka pemahaman lembaga dan praktik-praktiknya merupakan pengantar penting bagi
kajian filsafat politik.
• Kebesaran dan prestasi pemikiran Yunani di bidang teori Politik bermuara dari kecintaan terhadap
kebebasan dari pikiran demokratis di lingkungan Yunani yang mistis
• Filsafaf Yunani dimulai sejak abad ke 6 SM yang diawali oleh Thales (624-456SM)
• Dalam negara kota ada makna dan signifikansi bagi ilmu politik modernIa menggambarkan secara
kongkret pentingnya partisipasi aktif dalam urusan publik bagi perkembangan penuh kepribadian
manusia
• Untuk menemukan dasar pemikiran politik Yunani, kita harus mendalami lebih jauh filsafat
idealisme seperti yang terdapat di filsafat Plato dan filsafat realisme seperti yang terdapat pada
filsafat Aristoteles
• Pemikiran politik berawal dari Yunani Kuno, disinilah ide Pemerintahan

Demokratis pertama kali dibentuk dan dipraktikan, bahwa nilai-nilai

kebebasan manusia, kedailan dan nasib individu diakui dan bahwa benih

peradaban barat ditanamkan dan dipelihara.


IDEALISME PLATO
• Plato lahir di Athena pada tahun 427 S.M dan meninggal pada usia 80 tahun pada
tahun 347 S.M.dia lahir dari keluarga Aristokrasi yang secara turun temurun
memegang politik penting dalam politik Athena.
• Plato adalah murid Socrates yang paling setia, pemikiran Socrates diturunkan kepada
Plato, kelebihan Plato adalah pemikir yang lebih sistematis dan positif dibandingkan
socrates
• Menurut Plato, negara ideal menganut prinsip mementingkan kebajikan (virtue)
pengetahuan
• Menurut Plato bahwa tidak adanya kebebasan individu untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri dan ketergantungan kepada orang lain merupakan sebab
berdirinya negara arau kota.
• Lembaga pendidikan menjadi penting dalam kehidupan kenegaraan ( adanya
pendidikan bagi calon pemimpin)
• Mereka yang berhak menjadi penguasa negara adalah yang mengerti sepenuhnya
prinsip kebajikan raja-filsuf (The Philosopher king), menurut Plato, sebuah
Pemerintahan dan konstitusi tidak akan sempurna jika tidak ditangani oleh seorang
filsuf
• Laki- laki dan perempuan memiliki kedudukan yang sama terutama dalam
pendidikan dan pekerjaan (perempuan bisa menjadi pangilima perang),
• Negara ideal menurut Plato, juga didasarkan pada prinsip larangan atas
pemilikan pribadi—uang, harta, keluarga, anak dan istri—(komunisme
platonian)
• Maksud dan tujuannya adalah untuk meningkatkan loyalitas suatu negara, agar
manusia tidak direpotkan oleh keluarganya masing-masing, karena yang
diinginkan Plato adalah membentuk suatu negara yang besar dan bersatu dan
terpelihara tali persaudaraan
• Komunisme Plato tidak seperti komunisme modern, komunisme Plato lebih
kepada komunisme moral dan politik
SUSUNAN KELAS MASYARAKAT
MENURUT PLATO
Kelas pertama (paling
tinggi) Kelas kedua Kelas ketiga
Kelas para pemimpin dari kalangan Kelas serdadu atau pasukan perang. Kelas yang paling rendah, adalah
para filosof. Karena pundak mereka Kelas ini dibebani kelas buruh pabrik, pedagang, dan
dibebankan urusan pemerintahan mempertahankan negara dari petani. Kelas ini berkewajiban
dan administrasi pengelolaan rongrongan dari dalam dan luar. mengamankan sektor produksi
negara dengan akal dan untuk keberlangsungan hidup
kebijaksanaan.
5 BENTUK PEMERINTAHAN
MENURUT PLATO
• ARISTOKRASI: Bentuk Pemerintahan yang mengaharuskan sistem komunis pada persoalan
perempuan dan anak , pendidikan dini bagi anak yang dikelola pemerintah, pemimpin adalah
seorang filosof. Para pemimpin tidak dilibatkan dalam pengelolaan harta, bahkan kekayaan mereka
diambil, dan mereka memperoleh gaji secara berkala, mereka harus mengabdikan secara penuh jiwa
nya untuk negara (sistem pemerintahan paling ideal menurut PLATO)
• TEMOKRASI : merupakan bentuk pemerintahan militerisme (para pemimpinnya sangat ambisius
pada kehormatan dan kemuliaan)kelas pekerja yang merupakan kelas paling rendah semakin
terpuruk dengan keberadaan dua kelas diatasnya.
• OLIGARKI: yaitu bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh minoritas orang kaya. Harta
merupakan ukuran segalanya dn kesenjagan antara kelompok kaya dan miskin semakin terlihat,
sistem ini merupakan perkembangan lanjut dari pemerintahan temokrasi.
• DEMOKRASI : dimulai dari pemberontakan orang miskin atau orang tertindas kepada
penguasa oligarki. Pemerintahan berdasarkan keinginan mayoritas rakyat, keistimewaanya
adalah adanya kebebasan.

• DESPOTISME/TIRANI: kebebasan yang tidak terkendali akhirnya menghasilkan


pemerintahan tirani, konsentrasi kekuasaan berpusat pada segelintir orang. Aparat
pemerintah dan peradilan dikendalikan untuk melayani kepentingan mereka
• Plato berkeyakinan yang mana manusia terdiri dari tiga bagian, yakni; kepala, dada, dan perut. Kepala
menyimpan kebijaksanaan, dada menyimpan kesemangatan, dan perut berisi nafsu. Dalam konteks ini
pemimpin ideal terletak pada orang yang bijak di mana kepala (akal) sebagai panglimanya, sedangkan orang
yang mengandalkan semangat ia cocok menjadi prajurit atau tentara, dan orang yang mengutamakan perut ia
cocok menjadi pedagang. Teori filsafat Plato bertumpukan pada fungsi-fungsi peran dalam masyarakat, dan
pimpinan politik dalam suatu negara harus seorang filsuf raja yang mana akal (ide) sebagai panglima dan
dalam ide itulah kebijakan bersemayam.
• Keadilan dapat terwujud manakala dalam suatu negara ketiga fungsi atau bagian tubuh itu berjalan selaras,
artinya seorang prajurit jadilah prajurit (sifat dada), seorang pedagang jadilah pedagang (sifat perut), dan
seorang pemimpin jadilah pemimpin (sifat kepala) ketiga fungsi itu tidak boleh saling intervensi atau
mencampuri, dengan demikian negara tersebut akan menjadi negara yang adil. Senada dengan apa yang telah
dikemukakan Aristoteles, dari pemikiran Plato pun; bahwa filsafat politik berkeinginan meminimalisir
konflik, agar kebahagiaan dalam masyarakat dapat terwujud.
• Aristokrat menurut Plato adalah bentuk pemerintahan yang paling ideal karena menurutnya
dari Pemerintahan seperti ini akan muncul keadilan, kebijaksanaan, keberanian dan keadilan.
Hanya saja, desakan ekonomi dan psikologis telah mengakhiri bentuk pemerintahan seperti
ini, maka muncullah bentuk pemerintahan lainnya yang telah dijelaskan sebelumnya.
FILASAFAT POLITIK
ARISTOTELES (REALISME)
“Kita harus memikirkan bukan saja bentuk pemerintahan apa yang terbaik, namun juga apa yang
mungkin dan mudah dicapai oleh semua orang” (Aristoteles, Politics ,IV,1)
• Aristoteles lahir di Stageria di Semenanjung Kalkidike, Trasia (Balkan) pada tahun 384 SM., dan
meninggal di Kalkis pada tahun 322 SM., di usianya ke-63. Bapaknya adalah seorang dokter dari
raja Macedonia, Amyntas II. Sampai usia 18 tahun ia mendapatkan pendidikan langsung dari
ayahnya tersebut.
• Setelah sang ayah meninggal, Aristoteles pergi ke Athena dan berguru kepada Plato di Akademia.
20 tahun lamanya ia menjadi murid Plato. Ia rajin membaca dan mengumpulkan buku sehingga
Plato memberinya penghargaan dan menamai rumahnya dengan ‘rumah pembaca’.
• Aristoteles memiliki pandangan yang lebih realis daripada Plato. Pandangannya ini merupakan
akibat dari pendidikan orang tuanya yang menghadapkannya kepada bukti dan kenyataan.
Aristoteles terlebih dahulu memandang kepada yang kongkrit, yang nyata. Ia mengawalinya dengan
fakta-fakta, dan fakta-fakta tersebut disusunnya menurut ragam dan jenis atau sifatnya dalam suatu
sistem, kemudian dikaitkannya satu sama lain.
• Menurut Aristoteles “bahwa manusia menurut kodratnya merupakan “Zoon Politikon”atau mahluk
sosial yang hidup dalam negara.
NEGARA
• Negara menurut Aristoteles adalah perkumpulan yang dapat mewujudkan keadilan manusia,
keutamaannya, dan kehidupannya yang sesuai dengan undang-undang.
• Tata cara mendirikan negara dimulain dari keluarga, desa dibentuk dari beberapa keluarga,
kumpulan desa tersebut yang membentuk negara.
• Negara lahir karena kebutuhan hidup dan terus bertahan untuk pemenuhan semua kebutuhan
itu
• Negara muncul karena secara naluri manusia adalah mahluk yang bermasyarakat
• Menurut Aristoteles negara berada di atas keluarga, dan diatas setiap individu
TUJUAN NEGARA
•Mewujudkan kehidupan yang baik, kehidupan
yang mulia, dan menghiasi rakyat dengan
keutamaan dan keadilan. Keadilan adalah
kebutuhan sosial karena kebenaran adalah
dasar sebuah perkumpulan politis.
Keputusan orang yang adil adalah
mewujudkan keadilan.
• Aristoteles memandang laki-laki merupakan pemimpin bagi wanita. Ia berpandangan bahwa
laki-laki berperan sebagai pemimpin yang memperlakukan instrinya sebgaikan mana
pemimpin terhadap rakyatnya dalam pemerintahan republik.
• Berbeda dengan pandangan Plato yang mendengungkan persamaan halk antara perempuan
dan laki-laki dalam urusan politik dan militer.
• Menurut Aristoteles kenyataanya bahwa manusia sejak kelahirirannya sebagaian
dikhususkan untuk taat, sedangkan sebagian lain untuk memimpin.
• Budak menurut Aristoteles tidak mempunyai keutamaan dalam hidupnya, jika ada seorang
budak yang disifati salah satu keutamaan, seperti pemberani, suci jiwanya dan ikhlas maka
sumbernya adalah limpahan ruh tuannya kepadanya.
KRITIKAN ARISTOTELES
TERHADAP TEORI POLITIK PLATO
• Plato sangat menjunjung tinggi kepemilikan bersama terhadap wanita, anak dan dan harta , hal ini
bertentangan dengan pemikiran Aristoteles ia menyebutkan bahwa gurunya telah melupakan aspek
kepedulian terhadap permasalahan anak-anak, ia hanya menjadikan anak sebagai objek dan melupakan aspek
kasih sayang untuk anak-anak.

• kritikan terhadap pemikiran Plato mengenai kepemilikan harta bersama, kepemilikan bersama terhadap harta
berimplikasi terhadap kepemilikan harta itu, hal itu justru menimbulkan kemarahan dan kemurkaan dalam
jiwa setiap warga negara.
• Terlebih lagi manusia memiliki sifat rakus terhadap harta mereka tidak pernah akan merasa cukup
dengannya. (rasa tamak dan hawa nafsu)

• Menurut Plato para filsuf lah yang paling baik dalam memimpin pemerintahan (aristokrasi), tetapi
berbeda dengan Plato, Aristoteles berpendapat bahwa para pemimpin aristokrasi berlindung dibalik
kepentingan pribadinya, sebagaimana yang terjadi pada seorang raja.

• Oleh karena itu pemerintahan aristokrasi akan berubah menjadi pemerintahan oligarki yang
dikendalikan oleh kaum mioritas dari kalangan orang kaya.
UNSUR VITAL YANG HARUS
DIMILIKI NEGARA
1. Terpenuhinya logistik
2. Terpenuhinya sarana dan prasarana pemerintahan
3. Tersedianya sistem persediaan dan perlengkapan perang yang terus diperbaharui untuk
mengawal undang-undang dan menagkal serangan musuh dari luar
4. Terpenuhinya unsur keagamaan yang ditangani langsung oleh tokoh agama untuk
merekatkan kasih sayang diantara warga negara
menurutnya negara menuntut profesi yang berbeda-beda dari rakyatnya, harus ada petani
untuk bercocok tanam yang memenuhi kebutuhan pangan bagi rakyatnya, kalangan buruh,
orang kaya dan agamawan, dan para hakim untuk memenuhi kebutuhan dan kemaslahatan
masyarakat.
BENTUK PEMERINTAHAN
MENURUT ARISTOTELES
1. Monarki : pemerintah yang dipimpin oleh seseorang yang utama dan adil

2. Pemerintah yang dipimpin oleh minoritas yang utama dan adil

3. Demokrasi : pemerintah berdasarkan keinginan mayoritas rakyat (keistimewaannya


adalah adanya kebebasan)
Adapun pemerintahan yang rusak terdiri dari 3 bentuk:

1. Tirani/Despotisme: pemerintah yang dipimpin oleh seseorang yang lalim (nafsu)

2. Oligarki :pemerintah yang dipimpin oleh minoritas orang kaya

3. Demagogi: pemerintah yang mengikuti hawa nafsu para pemimpin, dinamai pula
dengan pemerintahan pemberontak
Aristoteles sejak dini mengenalkan konsep tiga kekuasaan dalam negara,yang pada akhirnya
dikemukaan oleh pemikir modern seperti John Locke dan Montesquieu
- Pemerintah terdiri dari tiga kekuasaan, yaitu: eksekutif, legislatif dan yudikatif.
- Legistalif dipegang oleh rakyat, kekuasaan ini menangani masalah undang-undang,
pemilihan umum, dan meninjau peraturan-peraturan pemerintah.
- Eksekutif adalah kekuasaan menjalankan undang-undang yang di tetapkan legislatif
- Yudikatif bertugas dalam bidang peradilan beserta petugasnya, dan cara penataannya, baik
dengan jalan pemilihan secara langsung atau diundi.
TEORI UMUM REVOLUSI
MENURUT ARISTOTELES
• Tujuan revolusi menurut Aristoteles adalah mengubah ideologi negara yang tentu saja
berimbas pada perubahan undang-undang
• Atau yang menjadi revolusi adalah merebut kekuasan tanpa harus mengubah
undang-undang, inilah yang banyak terjadi pada pemerintahan oligarki dan monarki
• Terkadang revolusi bertujuan untuk menguatkan atau melemahkan dasar-dasar ideologi
pemerintah
• Revolusi menginginkan perubahan pada sebagian unsur undang-undang, seperti
memunculkan satu job jabatan atau meniadakanya, seperti membuat produk undang-undang
atau meniadakannya
• Pendapat Aristoteles peluang revolusi terhadap pemerintahan demokrasi lebih kecil daripada
pemerintahan oligarki.
“Kepentingan peribadi adalah motif umum
yang melatarbelakangi revolusi. Revolusi
dilakukan untuk memperoleh taraf ekonomi
yang lebih baik, penghargaan atau lari dari
kesengsaraandan ketidakmahsyuran.
Revolusi umumnya bertujuan membebaskan
sebagian rakyat dari kesengsaraan atau
kemiskinan”.
CARA MENJAGA KEDAULATAN
NEGARA MENURUT ARISTOTELES
• Memelihara dan menaati undang-undnag

• Menjalin komunikasi yang baik antara pemimpin dan pendukung politiknya dan seluruh
rakyat

• Memberikan batasan waktu tertentu bagi jabatan politik

• Menyelesaikan segala bentuk pertikaian dan permusuhan


• Menerapkan manajemen yang baik dalam distribusi kesejahteraan rakyat

• Menindak secara hukum segala bentuk tindak ketidaksewenangan terhadap rakyat

• pembagian kekuasaan yang baik terhadap rakyat terutama yang memiliki kecakapan
Memilih pemimpin yang utama, adil dan bertindak MODERAT

• Menyelaraskan pendidikan dengan prinsip undang-undang


KARAKTERISTIK PEMIKIRAN
ARISTOTELES DAN PLATO
• Dua jenis pendekatan dalam ilmu politik:
1. Pendekatan Rasional: yakni pemikiran seseorang berdasarkan prinsip-prinsip rasional
untuk mengomentari masalah politik (berhubungan dengan etika dan filsafat).
2. Pendekatan sejarah: yakni bersumberkan pada kejadian sejarah-sejarah itu sendiri
(pengalaman masa lalu dan pembacaan terhadap sejarah
3. Plato menggunakan pendekatan rasional, pemikirannya berdasarkan dari perenungan
terhadap esensi manusia serta dasar-dasar negara dan undang-undang nya, namun tidak
mengabaikan pendekatan sejarah
4. Pemikiran Aristoteles mengalir dari kejadian-kejadian sejarah dan fenomena-fenomena
sosial, tetapi tidak mengabaikan kecerdasan akal (rasional)

Anda mungkin juga menyukai