Kelas :A
NIM : H1A122246
A. Socrates
Bahwa Socrates hidup terus dalam alam pemikiran tentang Negara dan
hukum adalah terutama berkat muridnya yang termasyur yaitu Plato. Karena
Plato didalam buku-buku karangannya memberikan tempat utama bagi
gurunya yaitu Socrastes. Dalam banyak hal buku Plato bersifat Tanya-jawab,
sedang jawaban-jawaban itu diutarakan menurut ajaran gurunya, Socrates.
Bentuk Negara Yunani kuno msih merupakan satu polis. Terjadinya itu
mula-mula hanya merupakan benteng di sebuah bukit, yang makin lama makin
diperkuat. Kemudian orang-orang lain yang juga ingin hidup dengan aman, ikut
menggabungkan diri, bertempat tinggal di sekliling benteng itu, minta
perlindungan keamanan, maka dengan demikian benteng itu dapat semakin
meluas. Kelompok inilah yang kemudian dinamakan Polis. Jadi Negara pada
waktu itu tidak lebih daripada suatu kota saja. Organisasi yang mengatur
hubungan antara orang-orang yang ada di dalam polis itu, tidak hanya
mempersoalkan organisasinya saja, tetapi juga tentang kepribadian orang-
orang di sekitarnya. Maka dalam keadaan yang demikian ini sebetulnya tidak
ada kepribadian daripada orang-orang yang ada didalam polis itu, karena di
dalam segala hal selalu dicampuri organisasi yang mengatur polis. Oleh karena
itu, polis dianggap identik dengan masyarakat, dan masyarakat dianggap
identik dengan Negara (organisasi) yang masih berbentuk polis itu.
1. Negara Yunani pada waktu itu masih kecil, masih merupakan apa yang
disebut polis atau City State, Negara Kota.
2. Persoalan didalam Negara dahulu itu tidaklah seruwet dan berbelit-
belit seperti sekarang ini, lagipula jumlah warga negaranya masih
sedikit.
3. Setiap warganegara (kecuali yang masih bayi, sakit ingatan dan budak-
budak berlian) adalah negara minded dan selalu memikirkan tentang
penguasa Negara, cara memerintah dan sebagainya.
Di atas telah beberapa kali dikatakan bahwa pada jaman Yunani kuno
sudah dilaksanakan system pemerintahan demokrasi, itu yang dimaksud
adalah demokrasi kuno atau demokrasi langsung artinya bahwa setiap orang
warga Negara dapat ikut secara langsung memerintah atau secara langsung
memberikan kebijaksanaan pemerintahan Negara. Dengan keadaan demikian
inilah bangsa Yunani di dalam sejarah pemikiran tentang Negara dan hukum
menghasilkan akhli-akhli pemikir besarnya.
B. Plato
Plato adalah murid terbesar dari Socrates. Ia hidup pada tahun 429
sampai dengan 347 sebelum masehi. Pada tahun 389 ia membuka sekolah
filsafat di Athena diberi nama Academia. Selama 40 tahun ia mengajar pada
sekolah tersebut. Dan selama itu pula ia banyak menulis buku, maka berlainan
dengan gurunya, yaitu Socrates, Plato banyak meninggalkan buku-buku
karangannya. Buku-bukunya kebanyakan ditulis dalam bentuk Tanya-jawab,
dan dalam percakapan itu gurunya, Socrates, selalu mendapatkan tempat yang
istimewa. Dengan cara demikian Socrates meskipun tidak meninggalkan
tulisan-tulisan apapun namanya dapat diabadikan dalam sejarah pemikiran
tentang Negara dan hukum. Buku-buku plato yang terpenting di dalam sejarah
pemikiran tentang Negara dan hukum adalah : politeia, atau Negara, buku ini
memuat ajaran-ajaran Plato tentang Negara dan hukum. Buku ini kemudian
dilanjutkan dalam bukunya yang lain yang diberi nama politikos atau ahli
Negara, dari dalam bukunya yang lain yang diberi nama Nomoi, atau Undang-
undang.
Ajaran-ajaran Plato tentang Negara dan hukum dalam buku –bukunya tadi
banyak dipengaruhi alam pikiran plato dan lapangan filsafat bahkan
sesungguhnya alam pikiran inilah yang melahirkan buku-bukunya tersebut
maka sebelum membicarakan pokok-pokok ajaran Plato tentang Negara dan
hukum dalam buku-bukunya tersebut baiklah kiranya dibicarakan terlebih
dahulu secara singkat alam pikiran plato dalam lapangan filsafat tersebut.
Dengan ajarannya inilah plato menjadi akhli pemikir yang pertama yang
menerima paham adanya Alam tanpa benda, Alam serba cita. Dan pikirannya
atau ajarannya yang demikian itu timbul karena pengaruh pergaulannya
dengan kaum sofist. Dengan demikian ia lalu beranggapan bawha segala
pengetahuan yang diperoleh hanya dengan melalui panca-indera itu sifatnya
adalah sangat relatif, karena pengetahuan yang sempurna itu hanya dapat
dilahirkan dari alam rokhaniah.
Menurut plato, Negara itu timbul atau ada karena adanya kebutuhan dan
keinginan manusia yang beraneka macam, yang menyebabkan mereka harus
bekerja sama, untuk memenuhi kebuthan mereka. Karena masing-masing
orang itu secara sendiri-sendiri tidak mampu memenuhi kebuthannya. Karena
itu sesuai dengan kecakapan mereka masing-masing , tiap-tiap orang itu
mempunyai tugas sendiri-sendiri dan bekerja sama untuk memenuhi
kepentingan mereka bersama. Kesatuan mereka inilah yang kemudian disebut
masyarakat atau Negara.
Tentang hakekat Negara. Mengenai hal ini plato mengatakan bahwa luas
Negara itu harus diukur atau disesuaikan dengan dapat atau tidaknya, mampu
atau tidaknya Negara memelihara kesatuan didalam Negara itu, oleh karena
Negara itu sebetulnya pada hakekatnya merupakan suatu keluarga yang besar.
Oleh sebab itu Negara tidak boleh mempunyai luas daerah yang tidak tertentu.
1. Aristokrasi
Yaitu bentuk Negara dimana pemerintahannya dipimpin oleh orang
cerdik/pandai/filosof dan dalam menjalankan pemerintahannya itu
berpedoman kepada keadilan. Namun dalam perjalanannya sesuai
dengan sifat manusia yang selalu berubah-ubah maka bentuk Negara
Aristokrasi tersebut tidak bertahan lama, karena yang memerintah sudah
lebih cenderung untuk mencapai kemasyuran dan kehormatan pribadinya
daripada mengutamakan keadilan. Disamping itu para aristocrat yang
menggantikan para pendahulunya dalam memimpin pemerintahan lebih
mengutamakan kepentingan pribadi serta mengabaikan kepentingan
umum. Hal itu terjadi karena mereka mendapat kekuasaan tersebut
secara mudah/warisan dari pendahulunya. Dalam keadaan demikian
maka bentuk negaranya tidak lagi Aristokrasi, akan tetapi berubah ke
Timokrasi.
2. Timokrasi
Ialah bentuk Negara dimana segala tindakan dari penguasa hanya
dilakasanakan dan ditujukan untuk kepentingannya sendiri. Pendapatan
dan kekayaan Negara digunakan untuk kepentingan sendiri. Oleh karena
itu kemudian kekuasaan dalam Negara jatuh ke tangan Hartawan,
akibatnya timbullah milik Negara menjadi milik pribadi/partikulir. Dalam
masyarakat, yang mendapatkan penghormatan hanyalah yang kaya saja.
Bahkan akhirnya pemerintah mengeluarkan undang-undang yang
menyatakan bahwa yang berhak memegang pemerintahan hanyalah
orang kaya saja. Sifat orang yang memegang pemerintahan tersebut
mengakibatkan berubahnya bentuk Negara yang semula Timokrasi
menjadi Oligarchie.
3. Oligarchie
Ialah suatu bentuk Negara dimana pemerintahannya dipimpin oleh
sekelompok kecil dari orang kaya yang selalu mempunyai kecendrungan
untuk memperkaya dirinya sendiri. Dalam keadaan yang demikian itu,
terjadilah tekanan-tekanan dari penguasa serta terjadilah kemelaratan-
kemelaratan di dalam masyarakat. Menyadari akan hal tersebut maka
masyarakat yang miskin dan tertekan tersebut akhirnya bersatu kemudian
melawan orang-orang kaya yang memegang pemerintahan itu, akhirnya
perlawanan tersebut dimenangkan oleh orang-orang miskin /rakyat
tersebut sehingga merekalah yang menjalankan pemerintahan serta lebih
mengutamakan kepentingan umum/rakyat tersebut. Bentukn
pemerintahan yang demikian disebut Demokrasi.
4. Demokrasi
Ialah bentuk Negara dimana pemerintahannya dipegang oleh rakyat dan
dalam menjalankan pemerintahan tersebut kepentingan umum lebih
diutamakan. Dalam pemerintahan Demokrasi tersebut prinsip kebebasan
dan kemerdekaan yang diutamakan, tetapi apabila salah menggunakan
kebebasan dan rakyat tersebut mendewa-dewakan kebebasan itu,
akhirnya justru menimbulkan adanya “anarchie”, sehingga didalam
Negara tersebut tidak ada lagi pemerintahan, yang ada justru kekacauan.
5. Tirani
Ialah bentuk Negara dimana pemerintahannya dipimpin oleh seorang
tiran yang dalam memimpin mereka menggunakan tanga besi serta
berusaha untuk menekan saingannya. Hal tersebut dilator belakangi oleh
kondisi yang anarkis tersebut dalam suatu Negara sebelumnya. Maka
untuk mengatasi kekacauan yang terjadi itulah diperlukan adanya seorang
yang pemberani dan kuat serta mereka mampu untuk bertindak secara
tegas. Namun pemerintahan yang demikian sangat jauh dari keadilan, dan
untuk melanggengkan kekuasannya tersebut, maka tiran tersebut
berusaha untuk menyingkirkan saingan atau lawan-lawannya. Dalam
keadaan yang seperti ini akhirnya diperlukan kembali orang yang
pemberani, pandai dan diharapkan dapat memimpin Negara dengan adil
serta mengutamakan kepentingan umum, sehingga setelah hal tersebut
terwujud maka negaranya tidak lagi tirani, akan tetapi berubah ke
Aristokrasi.
C. Aristoteles
Aristoteles adalah murid terbesar dari Plato. Yang hidup antara tahun
384-322 SM. Ia adalah putra dari Nichomachus, seorang tabib pribadi pada
istana raja di Macedonia. Pada waktu ia berusia 17 tahun, ia pergi ke Athena
dan menjadi murid Plato. Pernah ia pada tahun 342 SM diberi tugas yang maha
berat tetapi mulia oleh raja Philipus untuk mendidik putranya Iskandar
Zulkarnain (Alexander Yang Agung), yang dikemudian hari beliau ini
menciptakan imperium (kerjaan dunia).
D. Epicurus
Karena keadaan Negara yang telah terpecah belah itu, maka sifat
hubungan antara manusia dengan Negara berubah. Kalau dulu diajarkan oleh
Aristoteles bahwa yang merupakan bagian terpenting itu adalah
Negara/masyarakat, maka sekarang orang mulai bersikap acuh tak acuh.
Manusia sebagai individu dan Negara mulai terasing satu sama lain dan tidak
ada kemungkinan lagi untuk mendidik orang menjadi warga Negara yang baik
dari Negara. Dalam keadaan demikian inilah Epicurus kemudian menciptakan
ajarannya yang bersifat individualistis. Individualismenya ini kemudian
mendesak universalismenya Arsitoteles, yang dulu sebagai kebangsaan yunani
dimaksudkan sebagai dasar bagi cara berpikir mereka.
Benih perjanjian masyarakat yang telah diletakkan oleh Epicurus ini nanti
dasar-dasarnya akan diberikan oleh Marsilius seorang sarjana dari abad
pertengahan dan yang kemudian dikembangkan oleh sarjana-sarjana hukum
alam pada abad ke XVII dan abad ke XVIII.
Negara menurut Epicurus adalah merupakan hasil daripada perbuatan
manusia, yang diciptakan untuk menyelenggarakan kepentingan anggota-
anggotanya. Masyarakat tidak merupakan realita dan tidak mempunyai dasar
kehidupan sendiri. Manusia lah sebagai individu dan sebagai anggota
masyarakat yang mempunyai dasar-dasar kehidupan yang mandiri dan yang
merupakan realita. Jadi menurut Epicurus yang hidup itu adalah individunya,
yang merupakan keutuhan adalah individunya, sedang Negara atau
masyarakat adalah buatan daripada individu tersebut, jadi sama dengan benda
yang mati dan merupakan suatu mekanisme.
E. Zeno
Madzhab filsafat yang kedua dari jaman Yunani. Sebelum Negara itu
ditaklukkan oleh Romawi adalah madzhab filsafat kaum Stoa dan Stoicin.
Tokohnya adalah Zeno. Dinamakan kaum stoa karena Zeno selalu memberikan
pelajaran di lorong-lorong yang banyak tonggak temboknya atau Stoa. Seperti
halnya dengan Aristoteles, pada waktu ia menjadi maha guru filsafat pada
perguruan tinggi filsafat di Athena, mempunyai kebiasaan memberikan
pelajaran sambil berjalan kian kemari, maka madzhab filsafatnya dinamakan
peripatetis.
Karena itu oleh kaum Stoa orang-orang yang hidup di dalam masyarakat
itu digambarkan sebagai suatu kesatuan yang bersifat abstrak, maka inilah
yang memungkinkan terciptanya persatuan umat manusia itu. Hukum yang
berlaku adalah hukum alam; Hukum ini sifatnya adalah abadi dan tidak
berubah-ubah.
Di antara hukum Alam ini adalah akal kita, yang memungkinkan kita dapat
mengetahui segala hal. Dan inilah yang memberi kemungkinan kepada
manusia untuk membentuk Negara dunia.