Sujinah*
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Surabaya,
Indonesia
sujinah@pps.um-surabaya.ac.id
*penulis korespondensi
256
Sujinah/Tantangan dan Solusi Pembelajaran Bahasa…
Stilistika: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol.13, No. 2, Juli 2020 Hal 256–271
257
Sujinah/Tantangan dan Solusi Pembelajaran Bahasa…
Stilistika: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol.13, No. 2, Juli 2020 Hal 256–271
258
Sujinah/Tantangan dan Solusi Pembelajaran Bahasa…
Stilistika: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol.13, No. 2, Juli 2020 Hal 256–271
259
Sujinah/Tantangan dan Solusi Pembelajaran Bahasa…
Stilistika: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol.13, No. 2, Juli 2020 Hal 256–271
lagi. Itu pun hasilnya belum SMK lebih berminat pada mata
memuaskan. Apalagi bila mata pelajaran kelompok C (Muatan
pelajaran ini diajarkan oleh guru yang Peminatan Kejuruan) daripada
bukan bidangnya. kelompok A (Mata Pelajaran Muatan
Pada umumnya guru kesulitan Nasional). Peserta didik sangat
menanamkan ilmiah bahasa Indonesia antusias saat pembelajaran terkait
seperti yang diamanatkan dalan dengan muatan peminatan kejuruan
kurikulum. Apalagi bagi pendidik (C). Hal ini wajar saja karena untuk itu
dengan latar belakang yang jauh lah mereka studi. Kemudian
berbeda. Secara kasat mata, untuk bagaimana dengan mata pelajaran
mengajarkan mata pelajaran bahasa muatan nasional, terutama mapel
Inggris, tentunya harus bisa bahasa Bahasa Indonesia. Sebuah mata
Inggris terlebih dahulu, sementara pelajaran yang kurang melibatkan
untuk bahasa Indonesia tidak motorik, yang menjadi penciri sekolah
demikian. Kalau hal ini disikapi vokasi. Akibatnya perhatian peserta
menjadi hal yang sama tentunya didik terhadap pembelajaran muatan
pembelajaran bahasa Indonesia nasional seperti Bahasa Indonesia
menjadi tidak menarik. kurang. Pembelajaran semakin kurang
Sesuai Keputusan Direktur kondusif lagi ketika melihat latar
Jenderal Pendidikan Dasar dan belakang pendidik tidak sesuai dengan
Menengah No. bidang keilmuan.
330/D.D5/KEP/KR/2017 disebutkan Jumlah guru kurang memadai,
bahwa Kompetensi Inti dan dari contoh kasus ini ditemukan beban
Kompetensi Dasar SMK meliputi pendidik yang sangat banyak, yakni 51
Mata Pelajaran Muatan Nasional (A) jam/minggu. Dari hitungan jumlah
yaitu Pendidikan Agama dan Budi rombel 51 @ 4 jam sehingga ketemu
Pekerti, Pendidikan Pancasila dan 204 kemudian dibagi rata-rata dengan
Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, jumlah pendidik yang hanya 4 orang.
Matematika, Sejarah Indonesia, dan Hal ini sangat tidak mungkin.
Bahasa Inggris dan bahasa asing Sehingga jumlah jam yang ada
lainnya. Muatan Kewilayahan (B) diberikan kepada pendidik yang
meliputi Seni Budaya dan Pendidikan berlatar belakang berbeda, yakni lima
Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. orang pendidik berlatar belakang
Dua muatan ini diberikan kepada pendidikan bahasa Inggris. Selain guru
peserta didik tanpa melihat bidang yang tidak sesuai bidang keilmuannya,
keahlian yang diambil. Sedangkan pada umumnya pengetahuan pendidik
Muatan Peminatan Kejuruan (C) yang bahasa Indonesia kurang memadai
meliputi Dasar Bidang Keahlian (C1), sehingga sangat perlu ditingkatkan.
Dasar Program Keahlian (C2), dan Kompetensi rendah ini tampak pada
Kompetensi Keahlian (C3) mata proses pembelajaran yang kurang
pelajarannya disesuaikan dengan kreatif dan inovatif. Terbuti bahwa
bidang keahlian yang dipilih oleh pendidik lebih dominan
masing-masing peserta didik menyampaikan pengetahuan bukan
Berdasarkan hasil wawancara keterampilan apalagi berpikir kritis.
dengan guru-guru SMK baik di Pengetahuan yang dimilikinya sangat
Surabaya, Jakarta, dan Kalimantan terbatas karena kurang membaca
diperoleh data bahwa peserta didik (Pitaloka, 2018). Selain kurang
260
Sujinah/Tantangan dan Solusi Pembelajaran Bahasa…
Stilistika: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol.13, No. 2, Juli 2020 Hal 256–271
261
Sujinah/Tantangan dan Solusi Pembelajaran Bahasa…
Stilistika: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol.13, No. 2, Juli 2020 Hal 256–271
262
Sujinah/Tantangan dan Solusi Pembelajaran Bahasa…
Stilistika: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol.13, No. 2, Juli 2020 Hal 256–271
263
Sujinah/Tantangan dan Solusi Pembelajaran Bahasa…
Stilistika: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol.13, No. 2, Juli 2020 Hal 256–271
ON, yakni Visi-ON, acti-ON, passi- tidak didasari passion akan hampa,
ON, Collaborati-ON. terjebak rutinitas, menjenuhkan, dan
pastinya tidak kreatif/miskin
kreativitas. Pendidik harus bekerja
penuh keikhlasan. Orang yang ikhlas
pasti tanpa pamrih. Pendidik ikhlas
akan memberikan semua yang dimiliki
agar peserta didik tumbuh dan
berkembang, serta memiliki masa
depan yang berkarakter positif.
ON yang keempat adalah
collaborate-ON. Collaborate-ON
adalah kemampuan untuk menjalin
kerja sama dengan pihak lain. Dengan
Gambar 2 Empat ON (Sampun et al.,
kolaborasi tenaga yang dikeluarkan
2017)
sedikit, namun hasil usaha yang
didapat berlipat dan berkah melimpah.
Visi-ON mengandung makna
Kolaborasi pada dasarnya bekerja
bahwa guru harus memunyai visi
sama dengan pihak luar akan
dalam mengajar bukan hanya diniati
menghasilkan kekuatan dan
hanya transfer knowledge, melainkan
keuntungan yang lebih besar. Pendidik
juga memunyai tugas untuk
yang mampu berkolaborasi dengan
membangun sikap dan karakter yang
pihak luar dapat memberikan
baik kepada peserta didik. Acti-ON
pembelajaran yang optimal sehingga
merupakan kelanjutan vision. Apa
menghasilkan luaran yang siap kerja.
artinya vision kalau tidak ada action.
Agar dapat melaksanakan
Vision memberi arah dan jalan. Action
empat ON dengan pendidik harus rajin
sebagai bukti bahwa seorang pendidik
mengikuti kegiatan ilmiah seperti
harus bergerak. Bergerak dalam proses
seminar, workshop, lokakarya, diskusi
pembelajaran sesuai karakter dan
ilmiah atau kegiatan ilmiah lainnya
kecerdasan masing-masing peserta
baik di tingkat nasional maupun
didik (multiple intelegen), sehingga
internasional. Kegiatan ilmiah ini tentu
pendidik juga harus kreatif dalam
saja tidak hanya sebagai peserta tetapi
menggunakan metode pembelajaran
juga sebagai pembicara tentunya.
serta media pembelajaran yang
Dengan aktif mengikuti kegiatan
membuat peserta didik inovatif, kreatif
ilmiah, akan tercipta atmosfer
dan tidak membosankan.
akademik yang sinergis dan holistik
Passi-On maknanya bahwa
dalam berbagai ranah kehidupan
pendidik harus membangun cinta,
ilmiah. Pendidik juga harus memiliki
buka sekedar action, tetapi disertai
modal sebagai manusia yang meliputi
passion. Tanpa passion mengajar
modal intelektual (intellectual capital),
seperti robot. Hanya melaksanakan
modal social (social capital), modal
tugas. Masuk kelas, keluar kelas,
metal (soft capital), dan modal agama
gugurlah tugas. Jangan action hanya
(spiritual capital) agar mampu
karena tugas dan kewajiban, tidak ada
memberi pelayanan yang baik kepada
penjiwaan, tidak ada gairah. Hasilnya
peserta didik, dunia kerja (stake
pasti tidak maksimal dan suasana pasti
holder), dan masyarakat. Pendidik
menjenuhkan. Pembelajaran yang
264
Sujinah/Tantangan dan Solusi Pembelajaran Bahasa…
Stilistika: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol.13, No. 2, Juli 2020 Hal 256–271
jangan cepat puas dengan apa yang salah satu penyebab rendahnya retensi
dilakukan sekarang. Asal masuk kelas, yang merupakan hasil belajar yang
mengajar seadanya dengan diperoleh siswa. Dalam kajian
pengetahuan dan kemampuan pas- (Krosnik, 2005) menunjukan bahwa
pasan, apalagi dengan konsep bahwa hal ini merupakan cara yang genuine
nilai bisa dibuat. sense yang langsung berdampak pada
Kelemahan yang muncul dalam retensi siswa yang mengarah pada
pembelajaran konvensional adalah peningkatan kepuasaan belajar.
kurangnya sajian di kelas yang Sehingga akibatnya minat belajar
melakukan inovasi dalam sistem sajian terhadap suatu mata pelajaran menjadi
misalnya menggunakan blended meningkat.
learning yang terbukti lebih Penelitian di Filipina
memunculkan motivasi belajar dan mengidentifikasikan tantangan yang
perluasan materi sehingga tercipta dihadapi guru dan strategi dalam
lebih dari sekedar one way teacher implementasi program. Penelitian yang
course (Guo, Justice, Kaderavek, & dilakukan oleh (Metile & Williams,
McGinty, 2012). Penggunaan sistem 2016) menggambarkan modifikasi
face to face dalam kelas cenderung model yang di dalamnya merangkul
ditolak karena kurang mengarah pada karakter multi-layered dari
tuntutan belajar baru yang lebih keanekaragaman linguistik melalui
personalized dan cocok bagi individual strategi program yang digerakkan oleh
siswa sehingga mereka merasa lebih konteks. The adopted strategis
terpenuhi kebutuhan belajarnya demonstrate a localized realization of
(Wang, 2018). national policy and provide policy
Guru bahasa dapat menerapkan maker and implementers with a range
variasi strategi instruksional untuk of classroom realities and possible.
menghasilkan peluang baru bagi
pembelajaran yang personal dan Proses Pembelajaran
kreative. Sebab siswa sudah tahun Materi pembelajaran bahasa
bagaimana untuk mencari dukungan Indonesia di beberapa sekolah
dan juga mempunyai kemampuan kejuruan di Indonesia masih
untuk mencari jalan keluar atas dipisahkan antara materi linguistic dan
kesulitan belajarnya dengan materi sastra. Hal ini tentu saja sangat
memanfaatkan teknologi. Membangun menjemukan dan tidak menarik.
motivasi siswa masih dipandang Seharusnya pembelajaran dilakukan
sebagai faktor penting dalam secara terintegrasi. Keterampilan
mengembangkan wawasan siswa dan berbahasa yang idealnya disajikan
suksesnya penerapan inovasi dalam secara terintegrasi belum dapat
sistem penyajian materi ajar terutama diimplementasikan secara optimal di
untuk menghasilkan metakognitve kelas (Permendikbud, 2016). Aspek-
(Clayton & Blumberg, 2010). aspek kemahiran berbahasa masih
Introspeksi diri dalam mengajar sangat disajikan secara terpisah. Misalnya,
jarang dilakukan kecuali tenaga pendidik mengajarkan analisis
mengandalkan dari pengawas sehingga unsur kebahasaan, seakan-akan tenaga
kelemahan yang muncul dari praktik pendidik hanya terfokus pada satu
mengajarnya sangat jarang diketahui. unsur tata bahasa saja. Walaupun buku
Kemungkinan ini diprediksi menjadi pegangan peserta didik sudah
265
Sujinah/Tantangan dan Solusi Pembelajaran Bahasa…
Stilistika: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol.13, No. 2, Juli 2020 Hal 256–271
266
Sujinah/Tantangan dan Solusi Pembelajaran Bahasa…
Stilistika: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol.13, No. 2, Juli 2020 Hal 256–271
267
Sujinah/Tantangan dan Solusi Pembelajaran Bahasa…
Stilistika: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol.13, No. 2, Juli 2020 Hal 256–271
268
Sujinah/Tantangan dan Solusi Pembelajaran Bahasa…
Stilistika: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol.13, No. 2, Juli 2020 Hal 256–271
Topik lainnya misalnya, Teks Seperti yang dilakukan oleh salah satu
Eksposisi, pendidik dapat menugasi sekolah di Jawa Timur berikut ini.
peserta didik membuat main mapping.
269
Sujinah/Tantangan dan Solusi Pembelajaran Bahasa…
Stilistika: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol.13, No. 2, Juli 2020 Hal 256–271
270
Sujinah/Tantangan dan Solusi Pembelajaran Bahasa…
Stilistika: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol.13, No. 2, Juli 2020 Hal 256–271
271