KOGNISI SOSIAL
Representation
In Memory
FAKULTAS PSIKOLOGI
Universitas Mercu Buana
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
04
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Manajemen 31046 Agung Sigit Santoso
Abstract
Matakuliah ini mengajarkan tentang konsep-konsep dasar kognisi sosial, konsep hubungan antara
individu dengan orang lain dan lingkungannya, bagaimana individu memahami konteks sosial dan
lingkungannya, hubungan antara kognisi sosial dan afeksi, dan hubungan antara kognisi sosial
dengan perilaku
Representation In Memory
I. Representation in Memory
Representation in Memory adalah hubungan-hubungan fungsional antara konsep-
konsep, dan pendekatan kognitif berfokus pada struktur-struktur mental yang
mendiskripsikan hubungan antara makna dan memori.
Model-model kognitif mengorganisasikan data yang dihasilkan dari eksperimen-
eksperimen semantik menjadi teori-teori memori yang komprehensif dan mencakup
model-model set-teoretik, model bembanding fitur , model-model jaringan, dan jaringan
proposisional.
Model ingatan dan penilian seseorang menurut Srull dan Wayer terdapat empat
proses dasar dalam menciptakan kesan dari perilaku orang lain :
1. Seseorang menafsirkan setiap perilaku dalam hal sifat kepribadian yang dapat
diaplikasikan dan dapat diakses. Artinya sikap adalah pandangan atau
perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap obyek
tertentu. Sikap senantiasa diarahkan kepada sesuatu/ objek. Seperti sikap kita
terhadap norma terhadap binatang dll.
2. Sikap akan bertahan selama obyek sikap masih menyenangkan seseorang,
tetapi kapan obyek sikap dinilainya negatif maka sikap akan berubah (evaluasi
perilaku)
3. Suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan seseorang terhadap satu objek
perasaan mendukung serta tidak mendukung (menafsirkan perilaku)
4. Memberikan penilaian
Proseduralisasi
Konsep terkait apa pun dapat mengungguli yang lain, apakah priming
didasarkan pada kata, wajah, atau simbol, karena proses itu sendiri bersifat umum.
Memori Implisit
• PDP
Selebihnya, PDP punya kegunaan yang berpotensi untuk analisis tingkat sosial.
Dalam model asosiatif yang lebih tradisional, pengetahuan digambarkan secara statis.
Jadi, pengetahuan tidak berubah bentuk dari jangka panjang dan memori yang bekerja
karena itu hanya sering atau jarang di aktivasi. Dalam model PDP, bagaimanapun
juga, pola itu sendiri tidak disimpan, tapi kekuatan dari koneksi antar unit dasar yang
disimpan, yang dapat kita buat kembali pola nya. Dari pandangan praktik, hal ini
memberikan pengetahuan menjadi lebih terbuka dalam sistem ketimbang menjadi set
terbuka dalam peraturan yang tersimpan.
PDP juga memberikan pola stimulus yang tidak sempurna untuk dikenali karena
perkiraan kita dapat mengaktifkan bagian dari pola dalam koneksi, yang kemudian
menggenerasikan sisa aspek dalam pola tersebut. Model PDP bagus untuk dijadikan
beberapa sumber informasi secara serentak. Mereka adalah prosesor paralel secara
kontras dalam model pemrosesan serial yang tradisional.
Contoh : A itu seorang mahasiswa yang pandai. Menurut model non-PDP kita
harus menelusuri kembali ke memori jangka panjang dan menemukan kopian tentang
sosok A yang disimpan dalam memori kita. Sedangkan dalam model PDP pertama
kali melihat sosok A mahasiswa yang pandai maka sejumlah unit akan saling
berhubungan, saliing berkoneksi satu sama lain. Kekuatan koneksi inilah yang
menjadikan pengetahuan kita mengenai sosok A.
Contoh yang bersangkutan dalam kognisi sosial adalah teori kepuasan kendala
paralel. Telah dijelaskan di bab 2 sebagai alternatif single-mode ke model dual-mode,
hal itu melihat kesan formasi sama seperti pemahaman teks. Pengamat butuh
menafsirkan dan mengintegrasi informasi yang masuk secara serentak dengan
mengakses pengetahuan yang relevan, yang termasuk dalam representasi dari
stereotype dan sifat.
Kesan formasi model koneksionis menerapkan prinsip PDP untuk kognisi sosial.
Model ini melewati model kepuasan kendala paralel Kunda-Thagard karena meliputi
komponen pembelajaran juga komponen persepsi.2 prinsip bersatu dalam model
simulasi komputer. Pertama, akuisisi merefleksikan efek dari informasi yang
memastikan yang disebut sebagai set size effect. kedua adalah kompetisi antar
hubungan, dimana yang berhasil diperekuat oleh yang tidak begitu kuat.
a) Problem
Bukti untuk eksemplar tidak jelas. Artinya, orang mengerti bahwa
beberapa kelompok lebih bervariasi daripada yg lain, dan mereka
menggunakan informasi ini, pertama dalam memutuskan apakah akan
menyamaratakan dari individu ke kelompokdan kedua dalam
mengklasifikasikan individu baru. Ini mungkin tampaknya memperdebatkan
eksemplar, tetapi pengetahuan tentang variabelitas tampaknya tidak didasarkan
pada memori untuk eksemplar.
Orang orang kemungkinan besar akan menggunakan eksemplar ketika
mereka mencoba untuk memperhitungkan sesuatu yang luarbiasa, misal nya
ketika terlibat dalam kecelakaan, orang orang memikirkan kecelakaan serupa
dimasa lalu mereka dan menilai seberapa mengejutkan atau dapat dihindari.
Fiske, S. T., & Taylor, S. E. (2013). Social Cognition: From Brains to Culture. Sage.
Moskowitz, G. B. (2005). Social Cognition: Understanding Self and Others. Guilford Press.
Pendukung:
Fiske, S. T. (2018). Social Beings: Core Motives in Social Psychology. John Wiley & Sons.
Aronson, E., Wilson, T. D., Akert, R. M., & Sommers, S. R. (2016). Social Psychology
(Ninth Edition).