Anda di halaman 1dari 12

UJIAN TENGAH SEMESTER

TAHUN AKADEMIK 2023/2024


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA

Mata Kuliah : Organisasi Pembelajar dan Berpikir Sistem (OPBS)


Fakultan/Peminatan : Kesehatan Masyarakat/ Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Sifat Ujian : Online
Nama Peserta : Shofwa Mumtaz Zakiya
NPM : 2306287582

Konsep Organisasi Pembelajaran Berpikir Sistem (OPBS)

Learning Organization atau organisasi pembelajar dipopulerkan pertama kali oleh Peter Senge
dalam bukunya yang berjudul The Fifth Discipline (1990) . menurut Senge, keberhasilan organisasi
ditentukan oleh kemampuan untuk mengembangkan institusinya menjadi organisasi pembelajar
karena dalam organisasi pembelajar yang ideal, setiap individu mampu mengembangkan berbagai
pemikiran barunya, bebas menyampaikan aspirasi, dan terus belajar. Untuk mencapai tujuan tersebut,
Senge merumuskan 5 komponen , yaitu : pemikiran sistem, penguasaan pribadi, model mental, visi
bersama, dan pembelajar tim.

1. Organisasi pembelajar merupakan organisasi yang menciptakan, memperoleh, dan


mentransfer pengetahuan, memodifikasi perilakunya untuk mencerminkan pengetahuan dan
wawasan baru.
2. Berpikir sistem (System Thinking) merupakan cara pandang, berbahasa untuk
menggambarkan dan memahami kekuatan dan hubungan yang menentukan perilaku dalam
suatu sistem. Hal ini membantu kita untuk melihat bagaimana cara mengubah sistem-sistem
secara efektif, bertindak selaras dengan proses-proses yang lebih besar.
3. Keahlian Pribadi (Personal Mastery) merupakan cara hidup dari sudut pandang yang kreatif
dan bukan reaktif karena dengan car aini seseorang diharapkan untuk belajar memperluas
kapasitas personal dalam mencapai hasil kerja yang paling diinginkan dan menciptakan
lingkungan organisasi yang menumbuhkan anggotanya unutk mengembangkan diri mereka
menuju tujuan yang dipilih.
4. Mental model merupakan cara yang menggambarkan diri tentang dunia luar dan bagaimana
mereka membentuk keputusan dan Tindakan kita
5. Visi Bersama (Shared Vision) merupakan cara untuk membangun komitmen dalam suatu
kelompok dengan mengembangkan gambaran bersama tentang masa depan yang akan
diciptakan

Wibowo (2006) menjelaskan bahwa organisasi pembelajar memiliki tiga karakteristik, yaitu :

a. Gagasan baru : organisasi pembelajar secara aktif memberikan gagasan serta informasi baru
kepada organisasi
b. Pengetahuan baru harus ditransfer ke seluruh organisasi dan berusaha unutk mengurangi
proses dan hambatan interpersonal terhadap berbagai informasi, gagasan, dan pengetahuan
di antara organisasi
c. Perilaku harus berubah sebagai hasil dari pengetahun baru dengan berorientasi pada hasil dan
diperkuat oleh lingkungan dimana pekerja didorong untuk menggunakan perilaku dan pross
operasional baru untuk mencapai tujuan.

Tjakraatmaja (2002) menyatakan bahwa untuk membangun learning organization dibutuhkan tiga
pilar yang saling mendukung, yaitu :

a. Pembelajaran individual
b. Jalur transformasi pengetahuan
c. Pembelajaran organisasi
System Thinking I

Sistem merupakan komponen yang terdiri dari satu rangkaian atau lebih yang saling berkaitan
erat satu dengan lainnya untuk mencapai tujuan tertentu. Senge (1990) menjelaskan bahwa sistem
merupakan sesuatu yang memelihara keberadaannya dan berfungsi sebagai sebuah kesatuan melalui
interaksi antar bagiannya. Selain itu, Senge juga menjelaskan bahwa sebuah sistem mempunyai
karakteristik di luar dan lebih dari karakteristik bagian yang membentuknya.

a. System Thinking dikembangkan dan dipraktikkan di abad 20 dan dipopulerkan oleh Peter
Senge yang sebelumnya telah mempopulerkan organisasi pembelajaran.
b. Berpikir sistem adalah konsep atau upaya untuk memahami hubungan sebab akibat dan
umpan balik dalam memetakan masalah dan menganalisis masalah yang kompleks.
c. Selain itu, berpikir sistem menggunaan pendekatan integrasi yang didasarkan pada pengetian
bahwa bagian-bagian komponen suatu sistem akan bertindak berbeda ketika berpindah dari
lingkungan sistem yang sebelumnya.
d. Berpikir sistem memungkinkan untuk menganalisis hubungan dan interaksi antara elemen-
elemen yang membentuk keseluruhan sistem.

Pola Reaktif – perilaku : sikap seseorang yang secara spontan memberikan tanggapan
terhadap sesuatu - siapa melakukan apa kepada siapa dan mengapa?

Pola Responsif – reaksi yang merupakan aksi yang ada (setingkat solusi) atas
permasalahan yang dialami

Pola Generatif – melihat struktur sistemik: apa penyebab dasar dari pola dan
kecenderungan itu?
Ide Brainstorming, Pesan, dan Keunggulan Produk

Brainstorming merupakan metode pengumpulan sejumlah besar gagasan dari sekelompok orang
dalam waktu singkat dengan cara inventarisasi ide melalui curah pendapat tentang topik tertentu
dengan bebas tanpa seleksi. Pada sesi ini, kelompok diminta untuk melakukan brainstorming terkait
produk atau proyek yang akan dikerjakan dengan tujuan agar proyek tersebut dapat bermanfaat dalam
jangka waktu yang lama.

Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, and Threats) merupakan metode yang
digunakan unutk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman untuk bisnis bahkan
proyek tertentu. Analisis SWOT termasuk alat yang ampuh untuk membantu mengidentifikasi peluang
kompetitif untuk peningkatan. Pada sesi ini kelompok sepakat untuk merencanakan proyek tentang
stiker hemat lampu yang akan diletakkan di setiap saklar lampu Gedung FKM UI. Berikut penjelasan
SWOT tentang produk tersebut :

1. Strength :
• Meningkatkan kesadaran siva FKM UI untuk menghemat energi dalam penggunaan
lampu
• Memahami bagaimana cara menghemat energi dalam penggunaan lampu dengan
mengetahui kapan lampu harus hidup, mati ataupun hidup 24 jam
• Kesadaran tentang pentingnya mengurangi konsumsi energi unutk dampak
lingkungan positif
• Menghemat biaya listrik
2. Weakness

• Tidak terlalu menarik perhatian siva FKM UI karena dalam bentuk bacaan tertulis
yang di tempel.
• Kurangnya pengetahuan tentang cara menghemat energi menggunakan lampu.
• Kesulitan dalam mengubah kebiasaan mematikan lampu dan menggunakan lampu
secara berlebihan.

3. Opportunities
• Peluang untuk menghemat biaya dengan mengurangi tagihan listrik dan
meningkatkan efisiensi penggunaan lampu
4. Threats
• Kurangnya kesadaran untuk hemat energi dari tiap individu
• Stiker dapat memudar karena lekang oleh waktu
System Thinking II

Perbedaan antara sistem 1 dan 2 dalam teori sistem ganda telah menyebar dari dunia akademis
ke dalam Bahasa yang lebih popular karena sifatnya yang mudah diakses. Sistem thinking 1 dan 2
bukanlah proses yang terjadi sebelum sistem lainnya, dalam hal ini orang berpikir bahwa berpikir
sistem 1 terjadi lebih dahulu dari berpikir sistem 2. Akan tetapi, Kahneman beranggapan bahwa
hamper semua proses merupakan gabungan dari kedua sistem dan penting untuk menekankan bahwa
kedua sistem tersebut saling melengkapi.

Penting untuk dipahami bahwa proses bawah sadar (system thinking 1 ) memiliki peran penting
dalam penalaran yang lebih logis (system thinking 2) dan pendekatan integrative inilah yang membuat
kita lebih mudah mengembil keputusan yang lebih bermakna, efektif, dan terarah. Tanpa emosi atau
perasaan, aa=kal hanyalah sebuah metode kalkulasi yang kaku dan mekanis, contohnya adalah kita
paham dengan konsekuensi dari Tindakan kita namun tidak paham apakah Tindakan tersebut
diperlukan atau tidak.

• Berpikir sistem 1 : respon yang lebih cepat, otomatis, tidak sadar, dan emosional dalam
menghadapi situasi dan rangsangan. Contoh sederhananya adalah secara naluriah
melompati genangan air
• Berpikir sistem 2 : respon yang lebih lambat, penuh usaha, dan logis, dimana otak kita perlu
memproses masalah yang lebih rumit.
A. Perubahan Cara Berpikir
1. Berpikir Ilmiah : analisis untuk mengetahui berbagai aspek dari suatu masalah
2. Berpikir sistematis : analisis untuk mengetahui hubungan serta fungsi dari suatu hal
3. Berpikir sistem : menganalisis peran suatu hal dalam kehidupan
Seven Learning Disability

Berpikir sistem merupakan hal yang sangat penting dimiliki oleh seorang pemimpin, namun
tidak semua mampu untuk belajar karena sistem belajar hanya berfokus pada formal studying.
Strategic leader merupakan bentuk penting dari leader as learning atau “pemimpin sebagai
pembelajar” namun masih terdapat ketidakmampuan dalam belajar. 7 Learning Disability atau 7
kebutaan merupakan ketidakmampuan seseorang untuk melihat cara berpikir sistem secara utuh.

1. I am my position : “Saya dengan posisi saya” dimana mempertimbangkan posisi saya . Hal
ini akan selalu melibatkan sudut pandang pribadi seseorang di dalam sistem sehingga
berdampak pada terhalangnya proses belajar karena membatasi ruang lingkup berpikir.
Contohnya, seorang perawat yang tidak mau dipindahkan ke unit lain karena merasa
sudah nyaman di unit sekarang dan merasa tidak mampu bekerja di unit yang baru, atau
seorang pejabat instalasi yang hanya memfasilitasi pengadaan barang tertentu yang
mendatangkan keuntungan untuk dirinya tanpa memperhatikan kebutuhan unit yang
melayani pasien.
2. The enemy is out there : merupakan keadaan dimana seseorang menjadi terbatas untuk
belajar karena ketika dihadapkan oleh sebuah masalah, individu tersebut cenderung
menyalahkan apapun yang ada di luar dirinya dan cenderung mencari kambing hitam.
Contohnya, seseorang menyalahkan pemerintah pusat dan menganggapnya kurang
perhatian atau kurangnya penggaran dana sehingga muncul suatu masalah.
3. The Illusion of Taking Charge : merupakan salah satu kebutaan dalam berpikir sistem
dimana seseorang memiliki kecenderungan mengambil keputusan dalam pemecahan
masalah dan bersikap reaktif atau ingin menyelesaikan masalah dengan cepat tanpa
melihat gejala yang lebih mendasar dan belum terlihat. Contohnya, jika seseorang
melakukan persetujuan tanpa berkoordinasi dengan manajemen atau atasan terkait
kemampuan dalam menyetujui keputusan tersebut.
4. The Fixation on Events : merupakan kebutaan yang muncul karena seseorang terlalu focus
pada kejadian jangka pendek sehingga kejadian yang jangka Panjang tidak luput dari
perhatian. Penyelesaian masalah hanya cenderung pada apa yang dialami dan bukan
berdasarkan sebab dari apa yang menjadikan penyebab dari masalah tersebut. Salah satu
contohnya adalah kekurangan staf pada suatu unit yang diatasi dengan bantuan dari unit
lain.
5. The Parable of Boiled Frog Chronic Insidious Blindness : merupakan bentuk kebutaan pada
berpikir sistem dimana seseorang tidak menyadari adanya masalah yang muncul perlahan-
lahan dan tidak segera menanggulanginya sehingga masalah tersebut perlahan-lahan akan
menjadi lebih buruk dan menyebabkan orang tersebut kesulitan menyelesaikan masalah
yang sudah terlanjur memburuk. Contoh dari bentuk ini adalah staf farmasi yang kurang
patuh dalam mengisi kartu stok hingga berulang-ulang sampai suatu saat ada pemeriksaan
dari BPOM dan hal itu menjadi masalah dan teguran bagi rumah sakit.
6. The Delusion of Learning from Experience the Expert Blindness : merupakan bagian dari
kebutaan dalam berpikir sistem karena seseorang merasa berpengalaman dan
kecenderungan menggunakan pengalamannya untuk menangani gejala yang dihadapi.
Namun, karena terbatasnya horizon kehidupan membuatnya tidak bisa melihat dampak
dari keputusan.
7. Mitos Tim Manajemen : merupakan bentuk kebutaan dimana munculnya
ketidakmampuan belajar dari tim manajemen karena menganggap bahwa tim yang solid
pasti akan lebih mudah menyelesaikan masalah. Hal ini karena anggota takut untuk
terlihat berbeda dan tidak setuju dalam menyelesaikan masalah dan menyebabkan tim
tersebut tidak berproses sama sekali.
Mental Models

Mental models merupakan bentuk ide dan pemikiran individu yang dapat digunakan untuk
mendeskripsikan, menjelaskan, dan memprediksi suatu fenomena tertentu. Peter Senge
mendeskripsikan mental model sebagai asumsi, generalisasi, bahkan gambaran yang tersimpan dalam
pikiran dan perasaan sehingga mempengaruhi segala Tindakan, perilaku, dan pandangan tentang
kehidupan dan dunia pada umumnya. Mental model digunakan sebagai lensa (kacamata) untuk
melihat dan mengamati realita yang ada di kepala kita dan merupakan cara pandang dalam
menginterpretasikan sebuah realita, sehingga mental model digunakan seseorang sebagai dasar untuk
menentukan pilihan yang akan diambil atau tindakan yang akan dilakukannya.

Salah satu bentuk skema mindset yang disampaikan Chris Aryris tentang mental model adalah
“ Tangga Argyris” yang merupakan suatu proses dalam mengambil sebuah keputusan. Menurut teori,
terdapat beberapa tingkatan dalam mengambil keputusan, yaitu :

1. Reality and fact (kenyataan dan fakta)


2. Selected reality (kenyataan yang terseleksi)
3. Interpreted reality (kenyataan yang diinterpretasikan)
4. Assumption (asumsi)
5. Conclusion (kesimpulan)
6. Beliefs (keyakinan)
7. Action (Tindakan)

Tahap pembentukan mendal model ada beberapa tahap, yaitu :

1. Penghapusan , yaitu memilih dan menyaring, menutupi beberapa bagian (blocking out some
part)
2. Pembentukan , yaitu mencari pola dan makna hal yang semu. Contohnya adalah eksperimen,
menambah atau merekayasa fakta.
3. Distorsi, yaitu proses mengubah (twisting) pengalaman, mengurangi, dan melengkapi bagian
serta memberikan arti yang berbeda dengan kenyataan
4. Generalisasi, yaitu menciptakan sesuatu dari pengalaman yang kemudian digeneralisasikan

Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi mental models pemimpin, yaitu :

1. Deception (tipuan)
a. Self-decception, merupakan kondisi dimana seseorang beranggapan bahwa dirinya sudah
tidak bisa berubah. Hal ini tentu merupakan salah satu bentuk dari penipuan terhadap diri
sendiri
b. Deceiving others, berbohong kepada orang lain untuk tujuan yang baik atau buruk dengan
tujuan untuk mendapatkan keuntungan pribadi
c. Deceived by others, merupakan penipuan yang dilakukan orang lain. Sebagai seorang
pemimpin, makai a harus lebih peka untuk mengantisipassi orang yang berusaha unutk
menipu atau mencari keuntungan dengan memanfaatkan kelemahannya.
2. Making Decision, merupakan suatu hal yang pasti akan dilakukan semua orang baik itu
pengambilan keputusan skala kecil atau besar dengan tingkat urgensi yang berbeda-beda.
Sebagai seorang pemimpin, diharapkan untuk membuat keputusan secepat dan seakurat
mungkin dengan pertimbangan yang banyak dan dampak yang besar dan jangan sampai
membuat keputusan dalam keadaan setengah sadar.
3. Obedience or disobedience , yaitu patuh dan tidak patuh. Kepatuhan ditunjukkan untuk hal
yang bersifat positif seperti peraturan dan ketentuan, contohnya seseorang yang menegakkan
kejujuran. Sebaliknya, ketidakpatuhan akan lebih terkesan memberatkan di lingkungan karena
dianggap akan merugikan .
4. Memiliki mental model yang positif, merupakan salah satu modal untuk mencapai
keberhasilan karena mempengaruhi cara seseorang mengambil sebuah keputusan, bahkan
dapat ikut mempengaruhi seseorang untuk memiliki mental model yang positif juga.

Untuk menyesuaikan dan mengambangkan mental model, seorang individu dapat mengasah mental
model tersebut dengan realitas yang kolektif, dengan cara seperti berikut :

1. Ladder of interfence, yaitu urutan berpikir untuk menanggapi suatu kejadian dengan cara tidak
terlalu cepat dalam menyimpulkan (leap of abstraction), yaitu ketika terlalu cepat transisi dari
pengamatan (concrete data) ke kesimpulan tanpa pengujian lebih dahulu
2. Left hand column, yaitu kemampuan untuk mengungkapkan hal-hal yang bersifat tacit dengan
tidak mengatakan sesuatu yang berbeda dengan yang ada di dalam pikiran, contohnya adalah
berkata manis yang tidak sesuai dengan kenyataan .

Konsep Kepemimpinan Transformasional, merupakan konsep yang dikemukakan pertama kali oleh
Burn yang menjelaskan bahwa kepemimpinan transformasional adalah proses dimana pimpinan dan
bawahan berusaha untuk mencapai tingkat moralitas dan motivasi yang lebih tinggi dengan
mengandalkan pertemuan visi kedepan ynag dibangun berdasarkan keputusan bersama tiap anggota.
Shared Vision

Shared vision atau visi bersama dapat diartikan sebagai sesuatu yang diharapkan terjadi atau
diciptakan, ataupun visi bersama dapat diartikan sebagai uraian atau gambaran jelas mengenai masa
depan yang ingin dicapai atau diciptakan oleh semua stakeholder atau merupakan bentuk kesepakatan
masa depan dimana setiap anggota organisasi bersedia berkorban untuk mencapainya. Visi
menggambarkan masa depan yang dipilih dan akan diwujudkan dengan realistic, dapat dipercaya,
meyakinkan, dan mengandung daya Tarik sendiri.

A. Untuk dapat membangun visi bersama, sebuah kelompok harus memiliki tujuan, sebagai berikut :

1. Mencerminkan apa yang ingin dicapai oleh sebuah organisasi


2. Memberikan arah dan fokus organisasi
3. Mengunggah inspirasi setiap anggota untuk berperilaku yang melebihi biasanya (kreatif,
inovatif, ulet, Tangguh, dan punya keinginan untuk terus belajar)
4. Menjadi perekat dan menyatukan berbagai gagasan strategik
5. Menumbuhkan komitmen seluruh jajaran dalam organisasi
6. Mengintegrasikan resources organisasi (material dan non material resources)
7. Menjamin kesinambungan kepemimpinan organisasi

B. Sebuah visi dianggap baik apabila :

1. Dapat menginspirasi orang


2. Nyata
3. Mendorong orang untuk berbuat
4. Melibatkan semua orang

C. Strategi membangun visi bersama

1. Mengatakan (telling)
• Menyampaikan instruksi secara langsung, jelas, dan konsisten
• Mengemukakan dengan jelas apa yang dapat di negosiasikan dan apa yang tidak dapat
dinegosiasikan
2. Menjual (selling)
• Terbuka dalam menerima anggota
• Mendukung inisiatif usulan anggota (enrolment), tidak memanipulasi
3. Menguji (testing)
• Memberikan informasi sebanyak mungkin untuk memperbaiki kualitas jawaban
• Membuat tes yang rapi dan mengadakan tes mengenai motivasi, kegunaan, dan
kemampuan
4. Mengkonsultasikan (consulting)
• Kumpulkan dan sebarkan hasil masukan
• Jangan menggunakan “telling” dan “consulting” secara bersamaan
5. Menciptakan bersama (co-creating)
• Mulai dengan visi pribadi
• Memperlakukan setiap anggota dengan sama
• Mengupayaan kemitraan (alignment) bukan persetujuan
• Dorong upaya saling tergantung dan keanekaragaman dalam tim dan hindari
“sampling”
• Harapkan dan pupuk referensi
• Pertimbangkan untuk menggunakan “visi sementara” untuk menciptakan momentum
• Fokus pada dialog, tidak hanya pernyataan visi

Anda mungkin juga menyukai