Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

ANALISIS DATA GEOFISIKA TG2207

MODUL KE – 1
PEMBANGKITAN SINYAL DAN OPERASI DASAR PADA SINYAL

Oleh:
Muhammad Iqbal Rafiqi 119120048

Asisten :
Lestari Sukma Apriliana 12117009
Mustika 12117025
Santo Tri Prabowo 12117041
Agastya Pramadya 12117094
Michael Febrian Mardongan 12117128
Didian Noveni Waruwu 12117131
Muhammad Ichsan 12117143
Fira Pratiwi Darsono 12117151

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA


JURUSAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2021
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa dapat membangkitkan beberapa jenis sinyal dasar yang banyak
digunakan dalam analisa Sinyal dan Sistem.

II. DASAR TEORI


2.1 Sinyal
Sinyal secara umum didefinisikan sebagai suatu besaran fisis yang
merupakan fungsi waktu, ruang, atau beberapa variable. Menurut Stoneytiti, sinyal
adalah kuantitas terukur yang rentang waktunya atau spasial yang bervariasi.
Sebuah sinyal dapat dinyatakan sebagai fungsi dari waktu dan frekuensi.
- Amplitudo merupakan ukuran tinggi rendahnya tegangan dari sinyal
analog
- Frekuensi adalah jumlah gelombang sinyal analog dalam satuan detik.
- Phase adalah besar sudut dari sinyal analog pada saat tertentu.
2.2 Sinyal Kontinyu
Sinyal eksis terus-menerus sepanjang waktu hingga ke Batasan tertentu.
Biasanya dituliskan sebagai x(t)
Penekanan pada “kontinyu” disini bukan beranti sinyal itu secara
matematis merupakan fungsi dari waktu, tetapi lebih kepada kondisi bahwa sinyal
itu memiliki nilai pada seluruh waktu.
Walau tidak memiliki diskontinyuitas di t=t1, tetapi tetap merupakan
fungsi yang kontinyu terhadap waktu karena memiliki nilai untuk seluruh nilai t.
Nilainya tidak didefiniskan pada t < t1 tapi untu t>t1
Contoh : suara manusia merupakan sinyal yang kontinyu

2.3 Sinyal Diskrit


Sinyal diskrit memiliki nilai hanya pada potongan-potongan waktu yang
diskrit. Disini waktu t merupakan satu set bilangan diskrit.
Konsekuensinya disini adalah sinyal ini sering ditulis sebagai x(n) bukan
x(t) dimana n adalah bilangan integer. Jika n merupakan deret integer maka sinyal
juga berupa deret/sikuens.
Seringkali sinyal diskrit berasal dari pencuplikan (sampling) sinyal
kontinyu. Dalam hal ini nilai n bisa digantikan dengan kT dimana k adalah integer
dan T merupakan interval pencuplikan.
III. LANGKAH PENGERJAAN
3.1 Langkah Kerja
3.1.1 Pembangkitan Sinyal
1) Pertama siapkan Matlab beserta script yang digunakan
2) Masukkan nilai frekuensi yang telah ditentukan yaitu 10, 25, 100
3) Masukkan nilai amplitude yang telah ditentukan yaitu 0.1, 10, 100
4) Masukkan nilai frekuensi samplingnya sebesar 100
5) Tuliskan rumus yang akan digunakan yaitu s1=A*sin(2*pi*f*t) ini untuk
mencari sinyal sin, jika ingin mencari sinyal cos rumusnya diganti menjadi
s1=A*cos(2*pi*f*t)

6) Kemudian munculkan hasil perhitungan menggunakan perintah seperti ini


plot(t,s1) perintah ini untuk memunculkan sinyal kontinyu, jika ingin
mengeluarkan sinyal diskrit menjadi stem(t,s1)

3.1.2 Sinyal Square

1) Pertama siapkan script yang akan digunakan


2) Masukkan nilai frekuensi yang telah ditentukan yaitu 10, 25, 100
3) Masukkan nilai amplitude yang telah ditentukan yaitu 0.1, 10, 100
4) Masukkan nilai frekuensi sampling nya sebesar 100
5) Tuliskan rumus yang akan digunakan yaitu y=A*square(2*pi*f*t)
6 Kemudian munculkan hasil dengan perintah plot(t,y) ini untuk menampilkan
sinyal berbentuk kontinyu, jika ingin menampilkan sinyal dalam bentuk diskrit
maka diubah menjadi stem(t,y)
3.1.3 Sekuen
1) Pertama siapkan script yang akan digunakan
2) Input panjang gelombang sesuai dengan nim belakang yaitu 48
3) Input panjang sekuen sesuai dengan yang diinginkan, saya akan menggunakan
panjang sekuen 30
4) Buat perintah untuk membuat sekuen nya dengan fungsi if else
5) Tampilkan hasil dari sekuen dengan nilai yang telah kita masukkan dengan
perintah plot (x,step) ini untuk menampilkan sinyal kontinyu, untuk menampilkan
sinyal diskrit maka diubah menjadi stem(x,step)
3.1.4 Penjumlahan, Pengurangan, dan Perkalian Sinyal
1) Pertama input nilai Amplitudo pertama nya sesuai nim yaitu 48 dan
frekuensinya 10
2) Kedua input nilai ampitudo nya sesuai dengan nim yaitu 48 dan frekuensi nya 5
3) Kemudian input frekuensi samplingnya 100
4) Masukkan rumus y1 = A1*sin(2*pi*f1*t) ini untuk y1 dan untuk y2, y2 =
A1*sin(2*pi*f1*t). Kemudian untuk mencari y3 yaitu operasi nya seperti
penjumlahan, pengurangan dan perkalian dengan rumus y3 =y1+y2, y3=y1-y2,
dan y3=y1.*y2
5) Kemudian munculkan hasilnya dengan plot

3.2 Diagram Alir


3.2.1 Pembangkitan Sinyal

3.2.2 Sinyal Square


3.2.3 Sekuen

3.2.4 Penjumlahan, Pengurangan dan Perkalian


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

4.1.1 Pembangkitan Sinyal

• Sin, kontinyu dan diskrit A=0.1 f=10


• Sin , kontinyu dan diskrit A=0.1 f=25
• Sin, kontinyu dan diskritA=0.1 f=100
• Sin, Kontinyu dan diskrit A=10 f=10

• Sin, Kontinyu dan diskrit A=10 f=25


• Sin, kontinyu dan diskrit A=10 f=100
• Sin, kontinyu dan diskrit A=100 f=10
• Sin, kontinyu dan diskrit A=100 f=25
• Sin, kontinyu dan diskrit A=100 f=100
• Cos, kontinyu dan diskrit A=0,1 f=10
• Cos, kontinyu dan diskrit A=0.1 f=25
• Cos, kontinyu dan diskrit A=0.1 f=100
• Cos, kontinyu dan diskrit A=10, f=10
• Cos, kontinyu dan diskrit A=10 f=25
• Cos, kontinyu dan diskrit A=10 f=100
• Cos, kontinyu dan diskrit A=100 f=10
• Cos, kontinyu dan diskrit A=100, f=25
• Cos, kontinyu dan diskrit A=100 f=100
4.1.2 Sinyal Square

• Kontinyu dan diskrit A=0.1 f=10


• Kontinyu dan diskrit A=0.1 f=25
• Kontinyu dan diskrit A=0.1 f=100
• Kontinyu dan diskrit A=10 f=10
• Kontinyu dan diskrit A=10 f=25
• Kontinyu dan diskrit A=10 f=100
• Kontinyu dan diskrit A=100 f=10
• Kontinyu dan diskrit A=100 f=25
• Kontinyu dan diskrit A=100 f=100
4.1.3 Sekuen

• Panjang Gelombang 48, panjang sekuen 30. Kontinyu


• Panjang gelombang 48, panjang sekuen 30. Diskrit

4.1.4 Penjumlahan, Pengurangan, dan Perkalian

• Penjumlahan Sin dan Cos A1=0.1 dan A=0.2


• Penjumlahan Sin dan Cos A1=10 dan A=20
• Penjumlahan Sin dan Cos A1=100 dan A=200
• Pengurangan Sin dan Cos A1=0.1 dan A2=0.2
• Pengurangan Sin dan Cos A1=10 dan A2=20
• Pengurangan Sin dan Cos A1=100 dan A2=200
• Perkalian Sin dan Cos A1=0.1 dan A2=0.2
• Perkalian Sin dan Cos A1=10 dan A2=20
• Perkalian Sin dan Cos A1=100 dan A2=200
4.2 Pembahasan
Pada soal No.1 dimana terdapat sinyal kontinyu dan diskrit. Kedua sinyal
tersebut menggunakan sinyal sin dan cos yang bisa dilihat pada gambar pada
hasil. Perbedaan antara sinyal sin dan cos hanya pada awal sinyal dimana sinyal
sin memulai dari 0 dan sinyal cos mulai tergantung dari amplitude yang
digunakan. Pada amplitude A=0.1 , 10, 100 dengan frekuensi f= 10 dan 25 pada
sinyal sin terjadi pada seperti biasa bentuk sinyal umum yaitu bukit dan lembah
dengan tinggi sesuai dengan amplitude nya. Tetapi Ketika f=100 terjadi perbedaan
yang sangat signifikan yaitu bentuk sinyal yang sangat berbeda pada umumnya.
Dan ketinggian nya juga beragam tidak sama dengan amplitude yang digunakan.
Pada sinyal cos Ketika A=0.1,10 dan 100 dengan f= 10 dan 25 juga tidak berbeda
jauh dengan sinyal sin. Tetapi Ketika f=100 sinyal hanya datar Ketika
menggunakan sinyal kontinyu, dan tegak lurus atau hanya garis lurus pada sinyal
diskrit.
Pada soal No.2 yaitu sinyal square bentuk nya menyerupai persegi itulah
mengapa dinamakan sinyal square. Dilihat dari hasil diatas dapat disimpulkan
bahwa tinggi sinyal square tergantung pada amplitude yang digunakan misal
amplitude 0,1 dan 10 tinggi sinyal tersebut menjadi berbeda. Dan Ketika
frekuensinya rendah bentuk dari square masih terlihat karena masih renggang
tetapi Ketika frekuensi bertambah maka bentuknya semakin merapat karena
frekuensi nyam akin tinggi.
Pada soal No.3 yaitu sekuen, sinyal akan terbentuk apabila kita
memasukkan nilai “Panjang Gelombang” dan “Panjang Sekuen”. Pada bagian ini
memiliki ketentuan yaitu pada script mengharuskan panjang gelombang lebih dari
40. Dengan menggunakan nim saya dengan akhiran yaitu 48 telah mencapai
ketentuan pertama. Ketentuan kedua yaitu nilai panjang gelombang harus lebih
panjang dari panjang sekuen. Kali ini saya menggunakan panjang gelombang 48
dan panjang sekuen yaitu 30. Ketika nilai telah dimasukkan maka sinyal akan
muncul. Pada sinyal kontinyu hanya terlihat 1 garis di nilai 30,tetapi Ketika
menggunakan sinyal diskrit maka aka nada garis di tiap nilai mulai dari 30 sampai
48. Ketika lebih dari 30 maka amplitude nya 1 ketika dibawah 30 maka amplitude
nya adalah 0.
Pada soal No.4 yaitu penjumlahan,pengurangan, dan perkalian. Pada A1
menggunakan 0.1,10,100 untuk A2 amplitudo dari A1 hanya dikali 2 menjadi
0.2,20,200. Untuk frekuensi yang digunakan yaitu 48. Pada penjumlahan sinyal
tidak ada perbedaan yang signifikan. Hanya berbeda pada amplitude nya saja, dan
hasil dari penjumlahannya. Untuk pengurangan dan perkalian juga tidak berbeda
jauh, yang berbeda hanyalah pada amplitude nya

V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari praktikum kali ini adalah bahwa perbedaan
antara sinyal kontinyu dan diskrit hanya pada selang waktunya. Sinyal kontinyu
tidak terbatas pada waktu jadi dia akan terus berjalan tanpa jeda atau tidak
terputus-putus saat pembuatan gelombang, sedangkan sinyal diskrit memiliki jeda
waktu atau diskrit itulah kenapa diskrit seperti ada jeda-jeda antara waktunya.
Untuk sinyal sin dan cos hanya berbeda pada awalan sinyal nya saja. Sinyal sin
mulai dari 0 dan sinyal cos mulai sesuai amplitudonya.
DAFTAR PUSTAKA

Modul Praktikum Pembangkitan Sinyal.


Purwanto, Y. (2013). SINYAL DAN SISTEM.
Usman, R. (2019). Laporan Pembangkitan Sinyal Kontinyu.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai