Anda di halaman 1dari 16

TUGAS PENDAHULUAN PRAKTIKUM

ANALISIS DATA GEOFISIKA TG2207

MODUL KE-1
PEMBANGKITKAN SINYAL

Oleh :
Winna Sebayang 120120017
Asisten :

Dinda Selta Ewani Buulolo 119120019


Dela Okta Cahyaningtyas S 119120021
Syafwan Hanif 119120024
Nadira Laverda Putri R 119120036
Tongam Tua P Marsoit 119120046
Muhammad Rendi Jaya 119120050
Sukriadi Nasution 119120147
Ahmad Maulana Sidik 119120133

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA


JURUSAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2022
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Adapun tujuan dari praktikum Analisis Data Geofisika modul 1 dengan judul
Pembangkit Sinyal ini adalah mahasiswa dapat membangkitkan beberapa jenis
sinyal dasar yang banyak digunakan dalam analisa Sinyal dan Sistem.
II. DASAR TEORI

A. PENGERTIAN SINYAL

Sinyal adalah informasi yang dapat berupa besaran fisis yang memiliki
beberapa fungsi ataupun variable. Menurut Stoneytit, sinyal adalah kuantitas yang
terukur yang rentang waktu dan spasial yang bervariasi (Rina, 2012). Contoh-
contoh sinyal berdasarkan jumlah variablenya, yaitu:
1. Sinyal 1 dimensi
a. Suara manusia, sinyal domain waktu
b. Electromygrogram
c. Tegangan listrik
2. Sinyal 2 dimensi
a. Citra, sinyal domain ruang x dan y
b. Kecepatan, sinyal domain ruang x,y, dan waktu

B. KLASIFIKASI SINYAL

1. Sinyal terbagi atas beberapa bagian berdasarkan wakti (time) yaitu :


a. Sinyal Kontinyu
Sinyal yang terjadi secara terus-menerus dan kemudian sinyal
dinyatakan sebagai sebuah kesatuan nilai dari variable. (Fadillah, 2019)

Gambar 2.1 Sinyal Kontinyu


Sumber : https://www.nesabamedia.com/pengertian-sinyal-analog-digital/

Sinyal kontinyu memiliki 2 fungsi yaitu fungsi step dan fungsi ramp ,
dimana fungsi step secara sistematik adalah jika (u)t = 1, maka t lebih besar sama
dengan nol, sedangkan fungsi ramp secara sistematik adalah jika r(t) = t, maka t
lebih besar sama dengan nol.
Gambar 2.2 Fungsi step dan fungsi ramp
Sumber : https://pdfcoffee.com/fungsi -impuls-dan-fungsi-step-free.html

b. Sinyal Diskrit
Sinyal ini hanya menyatakan waktu diskrit dan mengakibatkan variable
hanya himpunan nilai kecil, dimana amplitudo hanya terdefinisi disetiap nilai
waktu diskrit (Fadillah, 2019).

Gambar 2.3 Sinyal Diskrit


Sumber : https://fahmizaleeits.wordpress.com/tag/sinyal-diskrit/

Sinyal diskrit mempunyai beberapa fungsi dasar yaitu sekuen impuls,


sekuen step, dan sinus diskrit. Sekuen impuls pada saat bernilai 1 untuk titik ke-10
dan yang lainnya bernilai nol. Sekuen step ketika bernilai 1, dan n lebih besar
sama dengan 10 maka k nya bernilai 0.

2. Sinyal Periodik dan Sinyal Non-Periodik


Sinyal periodik adalah sinyal yang mengalami perulangan bentuk yang
sama pada waktu tertentu, sedangkan sinyal non- periodik adalah yang
tidak mengalami perulangan. (Fadillah, 2019)

Persamaan sinyal periodik :

Persamaan sinyal non-periodik


Gambar 2.4 Sinyal periodik dan non-periodik
Sumber : https://slideplayer.info/amp/12538131/

C. OPERASI DASAR SINYAL


Dalam realita kehidupan sehari-hari, khususnya dalam dunia elektronik,
komunikasi, dan teknik, kita mengenal proses aritmatika pada sinyal yang
meliputi :
a. Penguatan sinyal
b. Pelemahan sinyal
c. Penjumlahan 2 buah sinyal
d. Perkalian 2 buah sinyal

A. Penguatan Sinyal
Penguatan sinyal dapat didefinisikan secara matematis , yaitu :

Dalam domain waktu sinyal akan membentuk sebagai berikut:

Gambar 2.5 Penguatan sinyal


Sumber : http://repository.dinus.ac.id/
B. Pelemahan Sinyal
Apabila sebuah sinyal dilewatkan suatu medium seringkali mengalami
berbagai perlakuan dari medium melewati suatu medium pelemahan
energi yang dikenal atenuasi sinyal (Fadillah, 2019)
C. Penjumlahan 2 Sinyal
Proses penjumlahan sinyal terjadi pada peristiwa transmisi sinyal melalui
suatu medium tertentu. Komponen sinyal pertama dijumlahkan dengan
komponen sinyal kedua. Penjumlahan sinyal dapat didefinisikan secara
matematis y(t)=x1(t)+x2(t).

Gambar 2.6 Penjumlahan 2 sinyal


Sumber : https://slideplayer.info/slide/12621367/

D. Perkalian 2 Sinyal
Perkalian merupakan bentuk operasi yang sering dijumpai dalam kondisi
real. Bentuk diagram blok operasi perkalian 2 buah sinyal :

Secara sistematis, persamaannya dituliskan sebagai berikut :

g(t)= f(t) x h(t)


III. LANGKAH PENGERJAAN

3.2 Langkah Kerja


Pada praktikum Analisis Data Geofisika modul pembangkit dan operasi
sinyal menggunakan software Matlab dilakukan

1. Membuat Sinyal Kontinyu cos dan sin

Langkah kerja:
a. Buka software matlab
b. Klik New Script
c. Input A untuk amplitudo, f untuk frekuensi
d. Input Fs, dimana Fs harus lebih besar 2 kali dari f
e. Input Ts=1/Fs; dan t=0:Ts:1; untuk memberi batasan periode dan
frekuensi sampling
f. Input persamaan gelombang s1=A*sin(2*pi*f*t);untuk gelombang
sinus, dan s1=A*cos(2*pi*f*t) untuk gelombang cosinus
g. Input plot untuk sinyal kontinyu
h. Input subplot untuk menampilkan beberapa hasil difigure
i. Input title untuk menampilkan tulisan pada figure.

2. Membuat Sinyal Diskrit cos dan sin

Langkah kerja :
a. Buka software Matlab
b. Klik New Script
c. input A untuk Amplitudo, f untuk frekuensi dan masukan nilai amplitudo
dan frekuensi yang diinginkan
d. input Ts=1/fs; dan t=0:Ts:1; untuk memberi batasan periode dan
frekuensi sampling
e. input persamaan gelombang s1=A*cos(2*pi*f*t); untuk gelombang
cosinus dan s1=A*sin(2*pi*f*t); untuk gelombang sinus
f. input stem untuk sinyal diskrit
g. input subplot untuk menampilkan beberapa hasil difigure
h. input title untuk menampilkan tulisan pada figure

3. Membuat Sinyal Square Kontinyu dan Diskrit

Langkah kerja :
a. Buka software Matlab
b. Klik New Script
c. input A untuk Amplitudo, f untuk frekuensi dan masukan nilai amplitudo
dan frekuensi yang diinginkan
d. input Ts=1/fs; dan t=0:Ts:1; untuk memberi batasan periode dan
frekuensi sampling
e. input persamaan gelombang square s1=A*square(2*pi*f*t);
f. input stem untuk sinyal diskrit dan plot untuk sinyal kontinyu
g. input axis untuk mengatur tampilan sumbu x dan y
h. input subplot untuk menampilkan beberapa hasil difigure
i. input title untuk menampilkan tulisan pada figurr

4. Membuat Operasi Dasar Sinyal

Langkah kerja :
a. Buka software Matlab
b. Klik New Script
c. input A untuk Amplitudo, f untuk frekuensi, fs untuk frekuensi sampling
dan masukan nilai amplitudo, frekuensi dan frekuensi sampling yang
diinginkan
d. input Ts=1/fs; dan t=0:Ts:1; untuk memberi batasan periode dan
frekuensi sampling
e. input 2 persamaan gelombang s1=A*sin(2*pi*f*t);
f. input operasi 2 sinyal yang diinginkan. Penjumlahan (+), Pengurangan (-
), dan Perkalian (.*)
g. input plot untuk sinyal kontinyu
h. input subplot untuk menampilkan beberapa hasil difigure
i. input title untuk menampilkan tulisan pada figure
3.3 Diagram Alir
a. Sinyal Kontinyu b. Sinyal Diskrit
c.. Sinyal Square d. Operasi Dasar Sinyal

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Sinyal Kontinyu Sinus dengan frekuensi berbeda yaitu 1 Hz, 5 Hz, 10 Hz,
25 Hz, dan 100 Hz dengan amplitudo 3NIM terakhir +2

2. Sinyal Kontinyu Cosinus dengan frekuensi berbeda yaitu 1 Hz, 5 Hz, 10


Hz, 25 Hz, dan 100 Hz dengan amplitudo 3NIM terakhir +2
3. Sinyal Diskrit Sinus dengan frekuensi yang berbeda yaitu yaitu 1 Hz, 5
Hz, 10 Hz, 25 Hz, dan 100 Hz dengan amplitudo 3NIM terakhir +2

4. Sinyal Diskrit Sinus dengan frekuensi yang berbeda yaitu yaitu 1 Hz, 5
Hz, 10 Hz, 25 Hz, dan 100 Hz dengan amplitudo 3NIM terakhir +2
5. Sinyal Kontinyu sinus dengan amplitudo yang berbeda, yaitu 1 , 3, dan 5
serta frekuensi 5

6. Sinyal Kontinyu cosinus dengan amplitudo yang berbeda, yaitu 1 , 3, dan


5 serta frekuensi 5

7. Sinyal Diskrit sinus dengan amplitudo yang berbeda, aytiu 1, 3, dan 5 dan
frekuensi 5 Hz
8. Sinyal Diskrit cosinus dengan amplitudo yang berbeda, yaitu 1, 3, dan 5
dengan frekuensi 5 Hz.

9. Sinyal Kontinyu Square mengubah nilai frekuensi

10. Sinyal Diskrit Square mengubah nilai frekuensi


11. Sinyal Kontinyu Square mengubah nilai frekuensi sampling

12. Sinyal Diskrit Square mengubah nilai frekuensi sampling

13. Penjumlahan Dua Sinyal


14. Pengurangan Dua Sinyal

15. Perkalian Sinyal

PEMBAHASAN

Pada Laporan Sementara modul 1 ini sebelumnya membahas mengenai


pembangkit sinyal dan operasi dasar sinyal juga, yang mana pada laporan
sementara tersebut kita dapat melihat bahwa adanya perbedaan diantara sinyal
kontinyu, sinyal diskrit, sinyal square, penjumlahan dan pengurangan sinyal, serta
perkalian sinyal. Sinyal kontinyu memiliki bentuk gelombang yang kontinyu,
artinya tidak terputus, sedangkan sinyal diskrit memiliki bentuk gelombang yang
putus-putus. Sinyal square memiliki bentuk kotak diakibatkan oleh bentuk
gelombang yang simetris dengan durasi yang sama pada amplitudo dan
penjumlahan, pengurangan, serta perkalian memiliki hasil, yaitu sinyal resultan.
Adapun komponen yang diperlukan dalam merekonstruksi suatu sinyal
adalah pertama, amplitudo. Amplitudo adalah nilai pasti dari intensitas tertinggi,
proporsional dengan energi yang dibawanya. Kedua, Perioda dan Frekuensi Perioda
mengacu pada jumlah waktu dalam detik dimana sebuah sinyal harus menyelesaikan satu
siklus. Sedangkan frekuensi adalah jumlah perioda dalam 1 detik.Ketiga, Fasa
menggambarkan posisi dari bentuk gelombang relatif terhadap waktu 0. Fasa
diukur dalam satuan derajat atau radian. Dimana: radian = 180º. Maka 2 radian =
360º, 90º=∏ /2 dan seterusnya. Keempat, Wavelength atau panjang gelombang
adalah jarak sebuah sinyal yang dapat melintas dalam satu perioda. Panjang
gelombang merupakan karakteristik dari sebuah sinyal yang melewati sebuah
media transmisi. Dari kelima komponen diatas, pada praktikum yang dilakukan
hanya 1 yang tidak terpenuhi, yaitu fasa. Dari hasil kita dapat melihat walaupun
amplitudo tidak terlalu berpengaruh, namun amplitudo tetaplah ada, berbeda
dengan fasa yang tidak ada didalamnya (Susmini, 2014)
Pada percobaan pertama dilakukan percobaan pembangkitan sinyal
kontinyu dan sinyal diskrit dengan amplitudo 19 dan frekuensi 1 Hz, 5 Hz, 10 Hz,
25 Hz, dan 100 Hz dengan sinyal cos dan sin. Pada sinyal kontinyu sinus dan
sinyal kontinyu cosinus didapatkan bentuk sinyal yang hampir sama begitu juga
dengan sinyal diskrit sinus dan cosinus, gelombang sinyal sinus start dari 0 dan
gelombang sinyal cosinus start dari nilai amplitudo. Perbedaan dari 5 gelombang
tersebut adalah semakin tinggi nilai frekuensi maka gelombang sinyal akan
semakin rapat, dan pada frekuensi 100Hz pada gelombang sinyal sinus didapatkan
bentuk gelombang datar dan gelombang sinyal cosinus didapatkan bentuk sinyal
tindak beraturan, hal ini disebabkan karena tingginya nilai frekuensi. Dari
percobaan ini dapat disimpulkan bahwa nilai frekuensi akan mempengaruhi
banyak gelombang, semakin tinggi nilai frekuensi maka gelombang akan semakin
rapat dan cepat.
Pada percobaan kedua dilakukan percobaan pembangkitan sinyal kontinyu
dan sinyal diskrit dengan frekuensi 5 Hz dan amplitudo 1, 3, dan 5 dengan sinyal
cos dan sin. Pada sinyal kontinyu sinus dan sinyal kontinyu cosinus didaptkan
bentuk sinyal yang sama,, hanya nilai periodenya berbeda dan awal mulanya
gelombang. Pada sinyal diskrit sinus dan cosinus didapatkan bentuk sinyal yang
sama hanya nilai periodenya berbeda dan awal mulanya gelombang. Dari
percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tingginya amplitudo
semakin tinggi gelombang sinyal yang dihasilkan, gelombang sinyal sinus dimulai
dari 0 sedangkan gelombang sinyal cosinus dimulai dari nilai amplitudo.
Pada percobaan ketiga dilakukan 2 percobaan pembangkitan sinyal square
pada percobaan pertama dilakukan dengan amplitudo 19 , frekuensi sampling 100
dan frekuensi 1 Hz, 5 Hz, 10 Hz, 25 Hz dan 100 Hz didapatkan gelombang sinyal
kontinyu yang berbeda-beda semakin tinggi nilai frekuensi maka gelombang
sinyal yang dihasilkan semakin rapat dan gelombang yang dihasilkan berbentuk
persegi begitupun dengan sinyal square diskrit yang dihasilkan. Pada percobaan
kedua dilakukan dengan amplitudo 19, dan frekuensi konstan 5 Hz dengan
frekuensi sampling 1, 5, 10, 25, dan 100. Gelombang sinyal kontinyu yang
didapatkan dengan nilai frekuensi sampling diatas berbeda-beda, pada frekuensi
sampling 1 dan 5 didapatkan gelombang datar, pada frekuensi sampling 10
didapatkan gelombang gergaji, dan pada frekuensi sampling 25 dan 100
didapatkan gelombang persegi. Pada gelombang sinyal diskrit didapatkan bentuk
gelombang persegi yang hampir sama dengan perbedaan semakin tinggi nilai
frekuensi sampling maka bentuk gelombang semakin rapat. Pada percobaan ini
dapat disimpulkan bahwa hasil sinyal gelombang square berbentuk persegi dan
semakin tinggi nilai frekuensi dan frekuensi sampling maka panjang gelombang
akan semakin rapat.
Pada percobaan kelima dilakukan operasi penjumlahan, dimana A1 = 017 dan
A2=019, serta f1=10 dan f2=5. Pada operasi ini, y1 memiliki kerapatan yang lebih
kecil dibanding y2 yang memiliki kerapatan besar sehingga menghasilkan gelombang
yang banyak dalam setiap waktu dan menghasilkan bentuk sinyal baru dengan
frekuensi mengikuti frekuensi sinyal asal yang lebih tinggi, dengan bentuk sinyal
yang cenderung mengikuti sinyal dengan frekuensi yang lebih rendah dimana sinyal
yang memiliki fase sama akan saling menguatkan dan sinyal yang berbeda fase akan
saling melemahkan. Pengurangan juga hampir mirip dengan operasi dasar
penjumlahan, dimana hanya memiliki 1 amplitudo, yaitu 050 dan f1=20 f2= 15. Pada
y1 kerapatan gelombang lebih kecil dibanding kerapatan y2 sehingga menghasilkan
sinyal baru yang dihasilakan titik gelombang awal berkebalikan dari hasil sinyal
penjumlahan. Pada operasi dasar sinyal yaitu perkalian dengan A1=024 dan A2=011
yang menghasilkan sinyal baru dengan amplitudo sama dan frekuensi semakin
besar dimana gelombang yang dihasilkan lebih banyak dalam waktu yang sama

V. KESIMPULAN

Pada praktikum Analisis Data Geofisika modul 1 yang berjudul pembangkit


sinyal dan operasi dasar sinyal ini, maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
nilai amplitudo maka semakin tinggi gelombang yang dihasilkan, semakin tinggi nilai
frekuensi maka semakin banyak gelombang dan, semakin rapat gelombang yang
dihasilkan. Serta semakin tinggi nilai frekuensi sampling maka semakin rapat
gelombang yang dihasilkan.
Selain itu kita juga dapat menyimpulkan bahwa penjumlahan dan pengurangan 2
sinyal dengan frekuensi berbeda akan menghasilkan sinyal baru dengan frekuensi
sinyal awal yang lebih tinggi dengan amplitudo mengikuti sinyal awal dan perkalian 2
sinyal akan mengalami penguatan jika difase yang sama dan akan mengalami
pelemahan difase yang berbeda

Fadillah, N. (2019). Pembangkitan dan Operaso Dasar pada Sinyal. Pembangkitan dan
Operaso Dasar pada Sinyal, 3.

Rina. (2012). Sinyal analog dan digital. Sinyal , 7.

Susmini, I. (2014). Data dan Sinyal. Komunikasi data, 8-11.


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai