Anda di halaman 1dari 25

Laporan Praktikum

Operasi Dasar Pada Sinyal

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya


Electronic Engineering Polytechnic Institute of Surabaya

Dosen Pengampu :
Ardik Wijayanto

Disusun oleh :
Namira Rizqi Annisa (1103181051)

Program Studi D3 Teknik Elektronika


Departemen Teknik Elektro
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

2020
PERCOBAAN 3
OPERASI DASAR PADA SINYAL

I. TUJUAN
- Mahasiswa dapat memperlihatkan proses-proses aritmatika sinyal dan menerapkan
sebagai proses dasar dari pengolah sinyal audio.

II. DASAR TEORI


2.1. Operasi Aritmatika Sinyal
Pada analisa system pemrosesan sinyal diskrit, deretnya dapat dimanipulasi dalam
beberapa cara. Perkalian (product) dan penambahan (sum) dari dua deret x dan y dinyatakan
sebagai sample perkalian dan pembagian dimana
x.y={x(n)y(n)} (product) (1)
x+y={x(n)+y(n)} (sum) (2)
Perkalian dari deret x dengan sebuah nilai α dinyatakan sebagai
α.x = x(n - n0) (3)
dimana n0 adalah bilangan integer.
Dalam realita kehidupan sehari-hari, khususnya dalam dunia electronic communication
engineering, kita mengenal proses aritmatika pada sinyal yang meliputi meliputi
- penguatan sinyal
- pelemahan sinyal
- penjumlahan dua buah sinyal
- perkalian dua buah sinyal

Penguatan Sinyal
Peristiwa penguatan sinyal seringkali kita jumpai pada perangkat audio seperti radio,
tape, dsb. Fenomena ini dapat juga direpresentasikan secara sederhana sebagai sebuah
operasi matematika sebagai berikut:
y(t) = amp x(t) (4)
dimana:
y(t) = sinyal output
amp = konstanta penguatan sinyal
x(t) = sinyal input
Bentuk diagram blok dari sebuah operasi pernguatan sinyal dapat diberikan pada gambar berikut ini.

Sinyal Operational Sinyal


masuk Amplifier keluar

Gambar 1. Diagram blok penguatan suatu sinyal

Besarnya nilai konstanta sinyal amp >1, dan penguatan sinyal seringkali dinyataklan dalam besaran
deci Bell, yang didefinisikan sebagai:
amp_dB = 10 log(output/input) (5)

Dalam domain waktu, bentuk sinyal asli dan setelah mengalami penguatan adalah seperti gambar
berikut.

Gambar 2. Penguatan Sinyal

Pelemahan Sinyal
Apabila sebuah sinyal dilewatkan suatu medium seringkali mengalami
berbagai perlakuan dari medium (kanal) yang dilaluinya. Ada satu mekanisme
dimana sinyal yang melewati suatu medium mengalami pelemahan energi yang
selanjutnya dikenal sebagai atenuasi (pelemahan atau redaman) sinyal.
Bentuk diagram blok dari sebuah operasi pernguatan sinyal dapat diberikan pada gambar berikut ini.

Sinyal Media transmisi Sinyal


masuk (kanal) keluar

Gambar 3 Operasi Pelemahan suatu sinyal

Dalam bentuk operasi matematik sebagai pendekatannya, peristiwa ini dapat


diberikan sebagai berikut:
y(t) = att x(t) (6)
Dalam hal ini nilai att < 1, yang merupakan konstanta pelemahan yang terjadi.
Kejadian ini sering muncul pada sistem transmisi, dan munculnya konstanta
pelemahan ini dihasilkan oleh berbagai proses yang cukup komplek dalam suatu
media transmisi.

Gambar 4. Pelemahan Sinyal

Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa proses penguatan dan pelemahan sinyal
merupakan dua hal yang hampir sama. Dalam pengatan sinyal amplitudo sinyal output lebih
tinggi disbanding sinyal input, sementara pada pelemahan sinyal amplitudo sinyal output
lebih rendah disbanding sinyal input. Tetapi pada kedua proses operasi ini bentuk dasar
sinyal tidak mengalami perubahan.
Penjumlahan Dua Buah Sinyal
Proses penjumlahan sinyal seringkali terjadi pada peristiwa transmisi sinyal melalui
suatu medium. Sinyal yang dikirimkan oleh pemancar setelah melewati medium tertentu
misalnya udara akan mendapat pengaruh kanal, dapat menaikkan level tegangan atau
menurunkan level tegangannya tergantung komponen yang dijumlahkan. Sehingga pada
bagian penerima akan mendapatkan sinyal sebagai hasil jumlahan sinyal asli dari pemancar
dengan sinyal yang terdapat pada kanal tersebut.

Sinyal 3
Sinyal 1
(hasil jumlahan)

Sinyal 2

Gambar 5. Diagram blok operasi penjumlahan dua sinyal.

Secara matematis dapat diberikan sebagai berikut:


y(t) = x1(t) + x2(t) (7)
Dalam hal ini, setiap komponen sinyal pertama dijumlahkan dengan komponen sinyal kedua.

Gambar 6. Contoh penjumlahan pada sinyal sinus


(a) Sinyal input 1
(b) Sinyal input 2
(c) Sinyal hasil penjumlahan
Perkalian Dua Buah Sinyal
Perkalian merupakan bentuk operasi yang sering anda jumpai dalam kondisi real. Pada
rangkaian mixer, rangkaian product modulator dan frequency multiplier, operasi perkalian
merupakan bentuk standar yang seringkali dijumpai. Bentuk diagram blok operasi perkalian
dua buah sinyal dapat diberikan seperti pada Gambar 7 berikut.

Sinyal 3
Sinyal 1
(hasil perkalian)

Sinyal 2

Gambar 7. Diagram blok operasi perkalian dua sinyal.

III.PERALATAN
- 1 (satu) buah PC multimedia OS Windows
- 1 (satu) Perangkat lunak Matlab.

IV.LANGKAH PERCOBAAN
4.1. Penguatan Sinyal
1. Bangkitkan gelombang pertama dengan langkah berikut:
T=100;
t=0:1/T:2;
f1=1;
y1=sin(2*pi*t);
subplot(2,1,1)
plot(t,y1)

2. Lanjutkan dengan langkah berikut ini


a=input('nilai pengali yang anda gunakan (> 0): ');
y1_kuat=a*sin(2*pi*t);
subplot(2,1,2)
plot(t,y1_kuat)
Jangan lupa anda masukkan sebuah nilai untuk ‘a’, misalnya 1.5 atau yang lain. Apa yang
anda dapatkan? Apakah gambar seperti berikut? Nilai penguatan sinyal juga seringkali
dituliskan dalam dBell (dB), untuk penguatan 1.5 kali berapa nilainya dalam dB?
3. Ulangi langkah 1 dan 2, tetapi dengan nilai a berbeda misalnya 1.7, 2.5, 3.0 atau yang
lain. Dan jangan lupa anda simpan gambarnya dan buatlah analisa dari apa yang anda
amati dari gambar tersebut? Jangan lupa dalam setiap penggambaran anda cantumkan
nilai dB setiap percobaan.

4.2 Pelemahan Sinyal


Seperti yang kita ketahui bahwa pelemahan merupakan penguatan negatif, atau dalam
hal ini konstanta penguatan bernilai <1. Berdasar pemahaman ini coba anda susun sebuah
program pelemahan sinyal dengan memanfaatkan contoh program yang sudha anda buat
pada langkah 4.1.

4.3 Penjumlahan Dua Sinyal


Dengan mengacu pada penjelasan yang ada di dasar teori ban 2, oprasi penjumlahan
duabuah sinyal dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah berikut ini
1. Buat sebuah program baru dengan perintah:
T=100;
t=0:1/T:2;
f1=1;
y1=sin(2*pi*t);
subplot(3,1,1)
plot(t,y1)

2. Bangkitkan gelombang kedua dengan langkah tambahan berikut


ini: f2=2;
pha2=pi/2;
y2=sin(2*pi*t+pi);
subplot(3,1,2)
plot(t,y2)
3. Lakukan proses penjumlahan pada kedua sinyal y1 dan y2 diatas. Selengkapnya bentuk
programnya adalah seperti berikut:
T=100;
t=0:1/T:2;
f1=1;

Tri Budi Santoso, Miftahul Huda 6


f2=2;
pha2=pi/2;
y1=sin(f1*pi*t);
subplot(3,1,1)
plot(t,y1)
y2=sin(f2*pi*t+ pha2);
subplot(3,1,2)
plot(t,y2)
y3=y1+y2;
subplot(3,1,3)
plot(t,y3)

5. Coba anda rubah nilai f2menjadi 3, 4, 5,……10. Perhatikan apa yang terjadi dan
catat hasilnya.
6. Lakukan perubahan pada pha2 sehingga nilainya menjadi 0.1*pi, 0.25*pi, 0.5*pi,
dan 1.5*pi. Apa yang anda dapatkan dari langkah ini?

4.4 Perkalian Dua Sinyal


Dengan menggunakan dua buah sinyal sinus, langkah yang harus dilakukan adalah
seperti berikut:
1. Bangkitkan gelombang pertama dengan langkah
berikut: T=100;
t=0:1/T:2;
f1=1;
y1=sin(2*pi*t);
subplot(3,1,1)
plot(t,y1)

2. Bangkitkan gelombang kedua dengan langkah tambahan berikut


ini: f2=2;
pha2=pi/2;
y2=sin(2*pi*t+pi);
subplot(3,1,2)
plot(t,y2)
3. Lakukan proses perkalian pada kedua sinyal y1 dan y2 diatas. Selengkapnya bentuk
programbya adalah seperti berikut:
T=100;
t=0:1/T:2;
f1=1;
f2=2;
pha2=pi/2;
y1=sin(f1*pi*t);
subplot(3,1,1)
plot(t,y1)
y2=sin(f2*pi*t+ pha2);
subplot(3,1,2)
plot(t,y2) y3=y1.*y2;
subplot(3,1,3)
plot(t,y3)

4. Coba anda rubah nilai f2menjadi 3, 4, 5,……10. Apa yang terjadi dan catat hasilnya.
5. Lakukan perubahan pada pha2 sehingga nilainya menjadi 0.1*pi, 0.25*pi, dan 1.5*pi.
Apa yang anda dapatkan dari langkah ini?
V. HASIL PERCOBAAN
4.1 Penguatan Sinyal
1. Program :
T=100;
t=0:1/T:2;
f1=1;
y1=sin(2*pi*t);
subplot(2,1,1)
plot(t,y1)

Nilai db = 10 log(output/input) = 10 log 1/1 = 0db

2. Program :
T=100;
t=0:1/T:2;
f1=1;
y1_kuat=4*sin(2*pi*t);
subplot(2,1,2)
plot(t,y1_kuat)

Nilai db = 10 log 4/1 = 6.02db

3. Program :
a = 1.7
T=100;
t=0:1/T:2;
f1=1;
y1_kuat=1.7*sin(2*pi*t);
subplot(2,1,2)
plot(t,y1_kuat)

Nilai db = 10 log 1.7/1 = 2.31 db

a = 2.5
T=100;
t=0:1/T:2;
f1=1;
y1_kuat=2.5*sin(2*pi*t);
subplot(2,1,2)
plot(t,y1_kuat)

Nilai db = 10 log 2.5/1= 3.97db


a = 3.0
T=100;
t=0:1/T:2;
f1=1;
y1_kuat=3*sin(2*pi*t);
subplot(2,1,2)
plot(t,y1_kuat)

Nilai db = 10 log 3/1 = 4.77 db

4.2 Pelemahan Sinyal


a = -5
T=100;
t=0:1/T:2;
f1=1;
y1_kuat=-5*sin(2*pi*t);
subplot(2,1,2)
plot(t,y1_kuat)

Nilai db = 10 log 5/1 = 6.98 db

4.3 Penjumlahan Dua Sinyal


Membuat program baru dengan perintah :
T=100;
t=0:1/T:2;
f1=1;
y1=sin(2*pi*t);
subplot(3,1,1)
plot(t,y1)
Membangkitkan gelombang kedua dengan memberikan perintah :
T=100;
t=0:1/T:2;
f2=2;
pha2=pi/2;
y2=sin(2*pi*t+pi);
subplot(3,1,2)
plot(t,y2)

Melakukan proses penjumlahan kedua sinyal, dengan perintah :

T=100;
t=0:1/T:2;
f1=1;
f2=2;
pha2=pi/2;
y1=sin(f1*pi*t);
subplot(3,1,1)
plot(t,y1)
y2=sin(f2*pi*t+ pha2);
subplot(3,1,2)
plot(t,y2)
y3=y1+y2;
subplot(3,1,3)
plot(t,y3)
Melakukan perubahan nilai pada f2
F2 = 3
T=100;
t=0:1/T:2;
f1=1;
f2=3;
pha2=pi/2;
y1=sin(f1*pi*t);
subplot(3,1,1)
plot(t,y1)
y2=sin(f2*pi*t+ pha2);
subplot(3,1,2)
plot(t,y2)
y3=y1+y2;
subplot(3,1,3)
plot(t,y3)

F2 = 4
T=100;
t=0:1/T:2;
f1=1;
f2=4;
pha2=pi/2;
y1=sin(f1*pi*t);
subplot(3,1,1)
plot(t,y1)
y2=sin(f2*pi*t+ pha2);
subplot(3,1,2)
plot(t,y2)
y3=y1+y2;
subplot(3,1,3)
plot(t,y3)

F2 = 5
T=100;
t=0:1/T:2;
f1=1;
f2=5;
pha2=pi/2;
y1=sin(f1*pi*t);
subplot(3,1,1)
plot(t,y1)
y2=sin(f2*pi*t+ pha2);
subplot(3,1,2)
plot(t,y2)
y3=y1+y2;
subplot(3,1,3)
plot(t,y3)
F2 = 6
T=100;
t=0:1/T:2;
f1=1;
f2=6;
pha2=pi/2;
y1=sin(f1*pi*t);
subplot(3,1,1)
plot(t,y1)
y2=sin(f2*pi*t+ pha2);
subplot(3,1,2)
plot(t,y2)
y3=y1+y2;
subplot(3,1,3)
plot(t,y3)

F2 = 7
T=100;
t=0:1/T:2;
f1=1;
f2=7;
pha2=pi/2;
y1=sin(f1*pi*t);
subplot(3,1,1)
plot(t,y1)
y2=sin(f2*pi*t+ pha2);
subplot(3,1,2)
plot(t,y2)
y3=y1+y2;
subplot(3,1,3)
plot(t,y3)

F2 = 8
T=100;
t=0:1/T:2;
f1=1;
f2=8;
pha2=pi/2;
y1=sin(f1*pi*t);
subplot(3,1,1)
plot(t,y1)
y2=sin(f2*pi*t+ pha2);
subplot(3,1,2)
plot(t,y2)
y3=y1+y2;
subplot(3,1,3)
plot(t,y3)
F2 = 9
T=100;
t=0:1/T:2;
f1=1;
f2=9;
pha2=pi/2;
y1=sin(f1*pi*t);
subplot(3,1,1)
plot(t,y1)
y2=sin(f2*pi*t+ pha2);
subplot(3,1,2)
plot(t,y2)
y3=y1+y2;
subplot(3,1,3)
plot(t,y3)

F2 = 10
T=100;
t=0:1/T:2;
f1=1;
f2=10;
pha2=pi/2;
y1=sin(f1*pi*t);
subplot(3,1,1)
plot(t,y1)
y2=sin(f2*pi*t+ pha2);
subplot(3,1,2)
plot(t,y2)
y3=y1+y2;
subplot(3,1,3)
plot(t,y3)
Melakukan perubahan pada pha2
Pha2 = 0.1 x pi
T=100;
t=0:1/T:2;
f1=1;
f2=2;
pha2=0.1*pi;
y1=sin(f1*pi*t);
subplot(3,1,1)
plot(t,y1)
y2=sin(f2*pi*t+ pha2);
subplot(3,1,2)
plot(t,y2)
y3=y1+y2;
subplot(3,1,3)
plot(t,y3)

Pha2 = 0.25 x pi
T=100;
t=0:1/T:2;
f1=1;
f2=2;
pha2=0.25*pi;
y1=sin(f1*pi*t);
subplot(3,1,1)
plot(t,y1)
y2=sin(f2*pi*t+ pha2);
subplot(3,1,2)
plot(t,y2)
y3=y1+y2;
subplot(3,1,3)
plot(t,y3)

Pha2 = 0.5 x pi
T=100;
t=0:1/T:2;
f1=1;
f2=2;
pha2=0.25*pi;
y1=sin(f1*pi*t);
subplot(3,1,1)
plot(t,y1)
y2=sin(f2*pi*t+ pha2);
subplot(3,1,2)
plot(t,y2)
y3=y1+y2;
subplot(3,1,3)
plot(t,y3)
Pha2 = 1.5 x pi
T=100;
t=0:1/T:2;
f1=1;
f2=2;
pha2=1.5*pi;
y1=sin(f1*pi*t);
subplot(3,1,1)
plot(t,y1)
y2=sin(f2*pi*t+ pha2);
subplot(3,1,2)
plot(t,y2)
y3=y1+y2;
subplot(3,1,3)
plot(t,y3)

4.4 Perkalian Dua Sinyal


Membangkitkan gelombang pertama dengan memasukkan program :
T=100;
t=0:1/T:2;
f1=1;
y1=sin(2*pi*t);
subplot(3,1,1)
plot(t,y1)

Membangkitkan gelombang kedua dengan memasukkan program :


T=100;
t=0:1/T:2;
f2=2;
pha2=pi/2;
y2=sin(2*pi*t+pi);
subplot(3,1,2)
plot(t,y2)
Melakukan perkalian pada kedua gelombang
T=100;
t=0:1/T:2;
f1=1;
f2=2;
pha2=pi/2;
y1=sin(f1*pi*t);
subplot(3,1,1)
plot(t,y1)
y2=sin(f2*pi*t+ pha2);

subplot(3,1,2)
plot(t,y2)
y3=y1.*y2;
subplot(3,1,3)
plot(t,y3)

Merubah nilai f2
F2 = 3
T=100;
t=0:1/T:2;
f1=1;
f2=3;
pha2=pi/2;
y1=sin(f1*pi*t);
subplot(3,1,1)
plot(t,y1)
y2=sin(f2*pi*t+ pha2);
subplot(3,1,2)
plot(t,y2)
y3=y1.*y2;
subplot(3,1,3)
plot(t,y3)

F2 = 4
T=100;
t=0:1/T:2;
f1=1;
f2=3;
pha2=pi/2;
y1=sin(f1*pi*t);
subplot(3,1,1)
plot(t,y1)
y2=sin(f2*pi*t+ pha2);
subplot(3,1,2)
plot(t,y2)
y3=y1.*y2;
subplot(3,1,3)
plot(t,y3)
F2 = 5
T=100;
t=0:1/T:2;
f1=1;
f2=5;
pha2=pi/2;
y1=sin(f1*pi*t);
subplot(3,1,1)
plot(t,y1)
y2=sin(f2*pi*t+ pha2);
subplot(3,1,2)
plot(t,y2)
y3=y1.*y2;
subplot(3,1,3)
plot(t,y3)

F2 = 6
T=100;
t=0:1/T:2;
f1=1;
f2=6;
pha2=pi/2;
y1=sin(f1*pi*t);
subplot(3,1,1)
plot(t,y1)
y2=sin(f2*pi*t+ pha2);
subplot(3,1,2)
plot(t,y2)
y3=y1.*y2;
subplot(3,1,3)
plot(t,y3)

F2 = 7
T=100;
t=0:1/T:2;
f1=1;
f2=5;
pha2=pi/2;
y1=sin(f1*pi*t);
subplot(3,1,1)
plot(t,y1)
y2=sin(f2*pi*t+ pha2);
subplot(3,1,2)
plot(t,y2)
y3=y1.*y2;
subplot(3,1,3)
plot(t,y3)
F2 = 8
T=100;
t=0:1/T:2;
f1=1;
f2=8;
pha2=pi/2;
y1=sin(f1*pi*t);
subplot(3,1,1)
plot(t,y1)
y2=sin(f2*pi*t+ pha2);
subplot(3,1,2)
plot(t,y2)
y3=y1.*y2;
subplot(3,1,3)
plot(t,y3)

F2 = 9
T=100;
t=0:1/T:2;
f1=1;
f2=9;
pha2=pi/2;
y1=sin(f1*pi*t);
subplot(3,1,1)
plot(t,y1)
y2=sin(f2*pi*t+ pha2);
subplot(3,1,2)
plot(t,y2)
y3=y1.*y2;
subplot(3,1,3)
plot(t,y3)

F2 = 10
T=100;
t=0:1/T:2;
f1=1;
f2=10;
pha2=pi/2;
y1=sin(f1*pi*t);
subplot(3,1,1)
plot(t,y1)
y2=sin(f2*pi*t+ pha2);
subplot(3,1,2)
plot(t,y2)
y3=y1.*y2;
subplot(3,1,3)
plot(t,y3)
Merubah nilai pha2
Pha2 = 0,1 x pi
T=100;
t=0:1/T:2;
f1=1;
f2=10;
pha2=0.1*pi;
y1=sin(f1*pi*t);
subplot(3,1,1)
plot(t,y1)
y2=sin(f2*pi*t+ pha2);
subplot(3,1,2)
plot(t,y2)
y3=y1.*y2;
subplot(3,1,3)
plot(t,y3)

pha2 = 0,25 x pi
T=100;
t=0:1/T:2;
f1=1;
f2=10;
pha2=0.25*pi;
y1=sin(f1*pi*t);
subplot(3,1,1)
plot(t,y1)
y2=sin(f2*pi*t+ pha2);
subplot(3,1,2)
plot(t,y2)
y3=y1.*y2;
subplot(3,1,3)
plot(t,y3)

Pha2 = 1.5 x pi
T=100;
t=0:1/T:2;
f1=1;
f2=10;
pha2=1.5*pi;
y1=sin(f1*pi*t);
subplot(3,1,1)
plot(t,y1)
y2=sin(f2*pi*t+ pha2);
subplot(3,1,2)
plot(t,y2)
y3=y1.*y2;
subplot(3,1,3)
plot(t,y3)
VI. Analisa dan Kesimpulan
Analisa
Pada percobaan Operasi Dasar Sinyal yang telah dilakukan, dilakukan beberapa
percobaan, mulai dari penjumlahan hingga perkalian antar sinyal. Selain itu juga
dilakukan percobaan penguatan dan pelemahan terhadap suatu sinyal. Percobaan dilihat
hasilnya menggunakan software Matlab.

Pada percobaan 4.1 dilakukan prosedur penguatan sinyal. Secara matematis, proses
penguatan sinyal dapat ditulis sebagai :
y(t) = amp x(t)
Dimana :
y(t) = sinyal output
amp = konstanta penguatan sinyal
x(t) = sinyal input

Jika dilihat dari outputnya, manipulasi pada penguatan sinyal (A) berpengaruh pada
tinggi rendahnya amplitudo. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar dibawah ini.

Output sinyal dengan besar penguatan 1x (tanpa penguatan)

Output sinyal dengan besar penguatan sebesar 4x (A=4)

Penguatan identik dengan semakin besarnya amplitudo output dibandingkan amplitudo


inputnya. Penguatan juga bisa saja terjadi pada daya. Periode atau T yang digunakan pada
percobaan 4.1 adalah 100. Persamaan gelombangnya adalah y1=sin(2*pi*t). dimana dari
persaman tersebut didapat amplitude dari gelombang sinus yang dihasilkan adalah 1,
dengan beda fase pi atau 180 derajat.
Untuk membangkitkan gelombang penguatnya, maka perlu ditambahkan perintah dalam
editor matlab. Dimana nilai amplitudonya diubah dengan ketentuan a>0. Dan nilai
amplitude yang didefinisikan kedalam persamaan adalah 1,5 ; 1,7 ; 2,5 ; 3,0 . Sehingga
gelombang mengalami penguatan (sesuai dengan input penguatan yang diberikan) dari
keadaan awal yang amplitudonya hanya di setting 1.

Pada Percobaan 4.2 dilakukan prosedur untuk mengamati tentang pelemahan pada sinyal.
Pelemahan adalah kebalikan dari penguatan sinyal. Apabila pada penguatan terjadi
perubahan amplitude menjadi lebih besar, maka nilai amplitude pada pelemahan sinyal
menjadi semakin kecil seperti yang terdapat di gambar gelombang di bawah ini.
Amplitude pada kondisi awalnya adalah 1, sedangkan nilai amplitude setelah mengalami
pelemahan menjadi 0.5. jadi bisa dikatakan bahwa terjadi pelemahan sinyal 0.5 kali dari
keadaan semula.

Pada percobaan 4.3, dilakukan prosedur untuk mengamati penjumlahan terhadap dua
sinyal. Operasi penjumlahan sinyal dilakukan dengan membuat program baru yang
kemudian gelombang kedua dibangkitkan dengan menambahkan beberapa tambahan
perintah dalam program sebelumnya. Kemudia langsung saja menjumlahkan kedua
gelombang tersebut. Proses penjumlahan dilakukan dengan menjumlahkan setiap
komponen sinyal pertama dan kedua untuk setiap nilai t yang sama.
Jika diamati, pada program penjumlahan dua sinyal, yaitu :

T=100; Perlu diketahui bahwa antara gelombang pertama dan kedua


t=0:1/T:2; memiliki fase dan frekuensi yg berbeda. Gelombang
f1=1; pertama memiliki frekuensi 1 Hz, sedangkan gelombang
f2=2; kedua memiliki frekuensi 2Hz. g(t) = f(t) + h(t) = sin(πft) +
pha2=pi/2; sin(2πft). Sehingga pasti terjadi perubahan bentuk
y1=sin(f1*pi*t); gelombang setelah dijumlahkan. Amplitude masing masing
subplot(3,1,1) gelombang sebelum dijumlahkan adalah 1, ketika
plot(t,y1) dijumlahkan nilai amplitudonya menjadi 2. Pada percobaan
y2=sin(f2*pi*t+ pha2); ini, nilai fase dari gelombang kedua juga dimanipulasi.
subplot(3,1,2) Perubahan nilai fase pada gelombang akan mempengaruhi
plot(t,y2) bentuk gelombang itu sendiri.
y3=y1+y2;
subplot(3,1,3)
plot(t,y3)

Pada percobaan 4.4 dilakukan prosedur untuk mengamati output gelombang setelah
diterapkan operasi dasar perkalian pada sinyal. Dalam operasi matematika perkalian antar
2 sinyal, setiap komponen ke-t sinyal pertama dikalikan dengan komponen ke-t sinyal
kedua. Setiap komponen dari sinyal pertama dikalikan dengan komponen sinyal kedua
untuk setiap nilai t yang sama. Secara matematis dapat dituliskan: g(t)=f(t) x h(t)= sin(πft)
x sin(2πft+π/2). Sehingga hasil perkalian kedua sinyal tersebut adalah sebagai berikut.
karena ini perkalian, tidak ada perubahan terhadap amplitudonya. Nilai amplitude kedua
sinyal adalah 1. Jadi setelah dikalikan, nilainya tetap 1.

Pada program perkalian dua buah sinyal pada matlab dibawah ini :

T=100; Dapat diamati bahwa karena ini perkalian, tidak ada


t=0:1/T:2; perubahan terhadap amplitudonya. Nilai amplitude kedua
f1=1; sinyal adalah 1. Jadi setelah dikalikan, nilainya tetap 1
f2=2;
pha2=pi/2;
y1=sin(f1*pi*t);
subplot(3,1,1)
plot(t,y1)
y2=sin(f2*pi*t+ pha2);
subplot(3,1,2)
plot(t,y2)
y3=y1.*y2;
subplot(3,1,3)
plot(t,y3)
Kesimpulan
 Terdapat empat operasi dasar sinyal dengan Matlab yaitu :
1. Penguatan Sinyal
2. Pelemahan Sinyal
3. Penjumlahan Dua Buah Sinyal
4. Perkalian Dua Buah Sinyal
 Dalam penguatan sinyal amplitudo sinyal output lebih tinggi dibanding sinyal input,
sementara pada pelemahan sinyal amplitudo sinyal output lebih rendah dibanding
sinyal input. Tetapi pada kedua proses operasi ini bentuk dasar sinyal tidak
mengalami perubahan.
 Manipulasi pada pha akan berpengaruh pada fase dari suatu gelombang. Jika diamati,
maka gelombang akan memiliki bentuk yang berbeda

Anda mungkin juga menyukai