Kesuksesan transmisi data tergantung pada dua faktor, yaitu: mutu sinyal yang
ditransmisikan dan karakteristik media transmisi. Transmisi data terjadi antara
transmitter dan receiver melaluli beberapa media transmisi. Media transmisi dapat
digolongkan menjadi guided dan unguided. Pada kedua media itu, komunikasi berada
dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Dengan media guided, gelombang
dikendalikan sepanjang lintasan (path) fisik. Pada media unguided, disebut juga
wireless, terdapat alat untuk mentransmisikan gelombang namun tidak
mengendalikannnya.
Transmisi media guided adalah point-to-point jika media tersebut menyediakan direct
link antara dua devais dan hanya dua perangkat yang menggunakan media itu secara
bersama (sharing). Pada konfigurasi multipoint terdapat lebih dari satu devais yang
menggunakan media secara bersama.
Suatu transmisi bisa satu arah, half duplex, atau full duplex. Transmisi satu arah
(simplex), sinyal ditransmisikan satu arah, satu stasiun menjadi pemancar dan yang
lain menjadi penerima. Dalam komunikasi half duplex, masing-masing stasiun bisa
mengirim, tetapi hanya satu pada satu saat. Dalam operasi full duplex, kedua stasiun
bisa mengirim bersamaan. Istilah di atas mengacu pada definisi ANSI. Istilah yang sama
didefinisikan ITU-T, istilah simplex digunakan untuk korespondensi dengan half duplex,
dan duplex digunakan untuk korespondensi dengan full duplex.
Konsep Time-Domain
Bila dipandang sebagai suatu fungsi waktu, sebuah sinyal elektromagnetik tampak
sebagai sinyal kontinyu atau diskret. Sinyal kontinyu adalah sinyal dimana
intensitasnya berubah-ubah dalam bentuk halus sepanjang waktu, tidak ada sinyal yang
terputus atau diskontinyu. Sinyal diskret adalah sinyal dimana intensitasnya level yang
konstan selama beberapa periode waktu dan kemudian berubah ke level konstan yang
lain. Gambar 2.1 menunjukkan contoh masing-masing sinyal.
Sinyal periodik memiliki pola sinyal yang sama berulang setiap interval waktu tertentu.
Secara matematik, sebuah sinyal s(t) ditentukan sebagai periodik bila dan hanya bila
T adalah interval waktu konstan yang menyatakan pengulangan bentuk dan dikenal
sebagai periode. T merupakan nilai terrendah yang memenuhi persamaan. Sebaliknya,
sebuah sinyal adalah aperiodik. Contoh sinyal kontinyu periodik (gelombang sinus) dan
sinyal diskret periodik (gelombang persegi) disajikan pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2. Sinyal periodik
Gelombang sinus adalah sinyal periodik sederhana. Secara umum gelombang sinus
dapat digambarkan oleh tiga parameter: amplitudo (A), frekuensi (f), dan fasa ().
Amplitudo adalah kekuatan sinyal setiap waktu, biasanya diukur dalam volt. Frekuensi
adalah kecepatan (dalam putaran per detik, jumlah pengulangan dalam satu detik, atau
Hertz (Hz)) pengulangan. Parameter yang ekuivalen adalah periode (T), yaitu jumlah
waktu yang diambil untuk satu pengulangan, T = 1/f. Fase, untuk gelombang sinus,
adalah waktu t dimana gelombang meningkat dari amplitudo nol. Jika dinyatakan dalam
sudut nilai fasa dapat diperoleh dari (t*360)/T. Model matematik gelombang sinus
adalah:
Gambar 2.3 menunjukkan efek keberagaman dari parameter gelombang sinus. Sumbu
horisontal adalah waktu, grafik menunjukkan nilai suatu sinyal pada titik waktu
tertentu. Selain itu, grafik juga menunjukkan sinyal pada titik tertentu pada waktu
tertentu sebagai fungsi jarak. Sebagai contoh, suatu transmisi sinusioda (anggap jarak
suatu gelombang elektromagnet dari antena, atau jarak dari loudspeaker), dalam waktu
tertentu, intensitas sinyal bervariasi dalam jalan sinusioda sebagai fungsi jarak dari
sumber.
Gambar 2.3. Ragam s(t) = A sin (2ft + ) dengan perbedaan A, f, dan .
Terdapat dua keterkaitan sederhana di antara dua gelombang sinus, satu dalam hal
waktu dan lainnya dalam hal jarak. Menentukan panjang gelombang (wavelength), ,
dari suatu sinyal saat jarak ditempati oleh satu putaran tunggal atau, menggunakan cara
lain, jarak di antara dua titik dari fase yang berhubungan dari dua putaran yang
berurutan.
Periode tegangan adalah 1/50 = 0,02 s = 20 ms. Kecepatan rambat biasanya 0,9c, jadi
panjang gelombangnya adalah: = T = 0,9 x 3.108 x 0,02 = 5,4 x 106 m = 5,4 km.
Umumnya kita mengetahui tegangan jala-jala dalam nilai efektif atau Root Mean Square
(RMS). Hubungan antara nilai efektif dengan nilai puncak adalah: NRMS = Npeak / 2.
Tegangan efektif dari jala jala adalah: VRMS = 311.13 / 2 = 220 V.
Sinyal s(t) pada Gambar 2.4.c memiliki frekuensi fundamental f dan periodenya adalah
T = 1/f. Dapat ditunjukkan dengan menggunakan analisis Fourier, bahwa apapun sinyal
yang dibentuk dari komponen-komponen pada berbagai frekuensi, masing-masing
komponen itu disebut sinusoid.
Dapat kita katakan bahwa untuk setiap sinyal, terdapat fungsi time-domain s(t) yang
menentukan amplitudo sinyal pada setiap waktu tertentu. Hampir sama dengan itu,
terdapat suatu fungsi frekuensi-domain S(f) yang menentukan amplitudo puncak dari
frekuensi sinyal yang konsisten. Gambar 2.5 menunjukkan fungsi frekuensi-domain
untuk sinyal pada Gambar 2.4c.
Gambar 2.5. Penyajian frekuensi domain dari s(t) = (4/) [sin(2ft) + (1/3)sin(2(3f)t)]
Spektrum sebuah sinyal adalah rentang frekuensi di mana spektrum berada. Untuk
sinyal pada Gambar 2.4c, spektrumnya memanjang mulai dari f hingga 3f.
Bandwidth mutlak dari suatu sinyal adalah lebar spektrum. Untuk Gambar 2.4c,
bandwidth mutlaknya adalah 2f. Beberapa sinyal memiliki bandwidth mutlak tak
terbatas. Namun umumnya sebagian besar energi dalam sinyal ditahan dalam band
sempit dari frekuensi f secara relatif. Band ini diacu sebagai bandwidth efektif atau
bandwidth saja.
Suatu sinyal dapat memiliki komponen dc, yaitu suatu sinyal dengan frekuensi nol.
Sebagai contoh Gambar 2.6 yang merupakan penambahan komponen dc ke sinyal
Gambar 2.4c. Tanpa komponen dc, nilai rata-rata sinyal adalah nol. Komponen dc akan
menggeser sinyal ke arah vertikal.
Gambar 2.6. Time domain dan frekuensi domain dari sinyal s(t) = 1 + (4/) sin(2ft) +
(1/3)sin(2(3f)t)
Bandwidth efektif adalah band frekuensi di mana sebagian besar energi sinyal
terkonsentrasi di dalamnya. Istilah sebagian besar dalam konteks ini sedikit berubah-
ubah. Hal terpenting di sini adalah, meskipun gelombang tertentu berisi frekuensi
sepanjang jarak yang sangat panjang, sebagaimana hal-hal praktis yang berkaitan
dengan berbagai sistem transmisi (transmitter plus media plus receiver) yang
dipergunakan akan mampu untuk mengakomodasikan hanya satu band frekuensi
terbatas. Hal ini akan membatasi data rate yang dapat dibawa sepanjang media
transmisi.
Sebagai ilustrasi, amati gelombang persegi pada Gambar 2.2b. Anggap pulsa positif
mewakili biner 1 dan pulsa negatif mewakili biner 0. Bentuk gelombang akan mewakili
rentetan biner 1010 Durasi masing-masing pulsa adalah 0,5f, jadi data ratenya
sebesar 2f per detik (bps). Apa komponen-komponen frekuensi sinyal ini? Analisis
Fourier menunjukkan komponen-komponen frekuensi dari gelombang persegi dengan
amplitudo A dan A dapat dinyatakan sebagai:
Jadi bentuk gelombang itu memiliki komponen-komponen frekuensi yang tidak terbatas
dan oleh karena itu bandwidth yang tidak terbatas. Bagaimanapun tampak bahwa
puncak amplitudo dari komponen frekuensi ke k, kf, hanyalah 1/k. Jadi begitu banyak
dari energi di dalam bentuk gelombang itu pada sebagian kecil dari komponen-
komponen frekuensi yang awal.
Jika bila kita membatasi bandwidth hanya sampai tiga komponen frekuensi awal maka
akan diperoleh bentuk gelombang seperti Gambar 2.7a. Jika ditambah dengan
komponen ke empat akan diperoleh bentuk yang semakin mendekati bentuk persegi,
Gambar 2.7b.
Kita dapat menggunakan Gambar 2.7 untuk menjelaskan hubungan antara data rate dan
bandwidth. Anggap sistem transmisi digital mampu mentransmisikan sinyal-sinyal
dengan bandwidth 4 MHz. Jika pendekatan sinyal persegi seperti Gambar 2.7a (anggap
bentuk gelombang itu merupakan pendekatan sinyal persegi yang baik) ditransmisikan
menggunakan sistem transmisi itu, berapa data rate yang bisa dicapai?.
Kasus 1. Jika frekuensi gelombang kotak adalah 1 MHz maka bandwidth sinyal adalah:
5f f = 5.106 106 = 4MHz. Model matematis sinyal adalah :
s(t) = (4/) x [ sin((2 x 106)t + (1/3) sin ((2 x 3 x 106)t) + (1/5) sin ((2 x 5 x 106)t) ]
Kasus 2. Jika sinyal pada Gambar 2.7a dengan frekuensi 2 MHz ditransmisikan. Maka
bandwidth sinyal adalah : 5f f = 5 x 2.106 2.106 = 8 MHz. Periode sinyal adalah T = 1/f
= 1/2.106 = 0,5 s. Selanjutnya kita peroleh interval bit 0,25 s yang akan menghasilkan
data rate sebesar 4 Mbps.
Kasus 3. Jika sinyal pada Gambar 2.4c (pendekatan gelombang persegi yang kurang
baik) dengan frekuensi 2 MHz dikirimkan. Perhatikan bahwa bentuk sinyal cukup
menyimpang dari bentuk gelombang kotak. Maka bandwidth sinyal adalah : 3f f =3 x
2.106 2.106 = 4 Mhz. Periode sinyal adalah T = 1/f = 1/2.106 = 0,5 s. Selanjutnya kita
peroleh interval bit 0,25 s yang akan menghasilkan data rate sebesar 4 Mbps.
Gambar 2.8 menunjukkan suatu rentetan bit digital dengan data rate sebesar 2000 bps.
Kemudian ditransmisikan dengan beberapa sistem transmisi yang memiliki bandwith
berbeda. Dengan bandwidth sistem transmisi 2500 Hz, atau lebih tinggi akan diperoleh
tampilan yang baik. Secara umum, bila data rate suatu sinyal adalah W bps maka akan
diperoleh tampilan yang sangat baik (3 komponen frekuensi awal dalam deret Fourier
dapat dilewatkan saluran) jika ditransmisikan dengan bandwidth saluran sebesar 2 W
Hz.
Gambar 2.8. Pengaruh bandwidth saluran transmisi terhadap suatu sinyal digital.
Gangguan Transmisi
Dalam sistem komunikasi, sinyal yang diterima bisa berbeda dengan sinyal yang
dikirimkan karena adanya gangguan di sepanjang jalur transmisi. Bagi sinyal analog,
gangguan ini dapat menurunkan kualitas sinyal. Sedangkan bagi sinyal digital, gangguan
transmisi menyebabkan kesalahan bit (bit error). Gangguan paling berpengaruh adalah:
Pelemahan (Attenuation)
Berkurangnya kekuatan sinyal setelah mencapai suatu jarak dari pembangkit sinyal.
Pada media terpandu (misal twisted pair dan fiber optik), pengurangan kekuatan, atau
atenuasi, umumnya eksponensial dan dinyatakan sebagai nilai konstan dalam satuan
desibel. Untuk media unguided (wireless), pelemahan adalah fungsi kompleks dari jarak
dan atmosfer. Insinyur perlu tiga pertimbangan ketika merancang pengirim sinyal:
1. Sinyal yang diterima harus cukup kuat agar rangkaian elektronik di penerima
dapat mendeteksi dan mengintrepretasi sinyal.
2. Sinyal harus dipertahankan pada level yang cukup tinggi dari desah yang
diterima.
3. Pelemahan semakin tinggi pada frekuensi lebih tinggi, dan ini menyebabkan
penyimpangan bentuk sinyal (distorsi).
Pertimbangan pertama dan kedua dapat diselesaikan dengan amplifier atau repeater.
Untuk sambungan poin-to-point kekuatan sinyal yang dihasilkan pengirim harus cukup
kuat, tetapi kekuatan yang berlebihan harus dihindari agar rangkaian pengirim dan
penerima tidak mengalami overload yang akan menyebabkan distorsi. Setelah
melampaui suatu jarak, terjadi pelemahan sehingga amplifier atau repeater harus
dipasang pada interval jarak tertentu untuk meningkatkan sinyal.
Sebagai contoh, pada Gambar 2.9 memperlihatkan pelemahan sebagai fungsi frekuensi
dari leased line. Pelemahan disajikan relatif terhadap pelemahan pada 1000 Hz. Nilai
positif pada sumbu y menyatakan pelemahan yang terjadi lebih besar dari pelemahan
pada 1000 Hz. Pengukuran dilakukan dengan mengumpankan sinyal nada tunggal
(single tone) 1000Hz yang memiliki level daya tertentu pada masukan saluran
transmisi, kemudian mengukur daya, ditandai dengan P1000, pada keluaran saluran
transmisi. Pengukuran diulangi dengan umpan masukan frekuensi lain dan daya tetap,
selanjutnya pelemahan relatif bisa dihitung sebagai berikut:
Distorsi attenuation tidak begitu menjadi masalah pada sinyal digital. Kuat sinyal digital
jatuh secara curam dengan frekuensi, lihat spektrum frekuensi sinyal digital Gambar
2.5. Kandungan komponen utama sinyal terkumpul pada frekuensi fundamental dan itu
adalah bit rate dari sinyal.
Gambar 2.9. Kurva pelemahan sinyal suara sebelum dan sesudah equalisasi.
Distorsi Tunda
Derau
Sinyal yang diterima akan berisikan sinyal dari pembangkit plus sinyal-sinyal tambahan
yang tak diinginkan. Sinyal yang tak diharapkan itu disebut derau. Derau yang
merupakan faktor utama yang membatasi kinerja sistem komunikasi adalah:
- Derau suhu
- Derau intermodulasi
- Crostalk
- Derau impuls
Derau Suhu adalah suatu gejolak termal elektron. Muncul di semua perangkat
elektronik dan media transmisi serta merupakan fungsi temperatur. Derau thermal
secara keseluruhan diseberkan sepanjang spektrum frekuensi dan sering disebut
sebagai white noise. Derau termal tidak dapat dihilangkan dan karena itu
menempatkan suatu batas atas pada unjuk kerja sistem komunikasi. Kerapatan daya
derau suhu yang dapat ditemukan dalam suatu bandwidth sebesar 1 Hz untuk semua
jenis perangkat atau konduktor adalah:
N0 = kT (W/Hz)
Derau termal dalam watt yang ditampilkan dalam suatu bandwidth B hertz dapat
dinyatakan sebagai:
N = kTB (W)
Contoh: Sebuah receiver dengan temperatur sebesar 100K dan bandwidth 10 MHz
memiliki tingkat derau temperatur:
Tipe nois diatas cenderung bisa diperkirakan dan memiliki magnitudo konstan. Nois
impulse adalah pulsa tak teratur, ia memiliki durasi yang pendek dan magnitudonya
tinggi. Pembangkitnya antara lain petir, hubung singkat, dan kerusakan sistem
elektronik. Nois ini tidak begitu berpengaruh pada data analog. Namun pada data digital
menjadi penyebab utama kesalahan dalam komunikasi data digital. Sebuah sinyal paku
(spike) dengan durasi 0,01 s tidak akan berpengaruh pada sinyal suara, tetapi akan
menghilangkan 560 bit data digital yang dikirimkan dengan rate 56 kbps.
Gambar 2.11 menunjukkan pengaruh nois pada sinyal digital. Tampak adanya nois
termal dan nois impuls. Data digital dapat dipulihkan dengan pencuplikan sinyal yang
diterima, satu cuplikan tiap satu bit. Data digital disisi penerima ada yang mengalami
perubah, 1 menjadi 0 dan 0 menjadi 1.
Kapasitas Channel
Di atas telah ungkapkan berbagai jenis gangguan yang dapat mengganggu atau merusak
sebuah sinyal. Untuk data digital, pertanyaan yang akan muncul adalah seberapa tingkat
gangguan-gangguan ini mampu membatasi data rate. Rate maksimum yang dapat
dicapai dari pengiriman data melalui suatu jalur komunikasi tertentu, atau channel,
pada kondisi tertentu disebut sebagai kapasitas channel. Terdapat empat parameter
yang akan terkait:
Data rate: merupakan kecepatan pengiriman bit (bps).
Bandwidth: bandwidth sinyal yang ditransmisikan (Hz).
Derau: merupakan level rata-rata derau sepanjang jalur komunikasi.
Error rate: merupakan rate di mana error terjadi. Diterima 1 ketika dikirim 0 dan
diterima 0 ketika dikirim 1.
Nyquist Bandwidth
Menurut Nyquist, bila rate transmisi sinyal digital adalah 2B bps, maka suatu sinyal
dengan frekuensi tidak lebih besar daripada B Hz cukup memadai untuk menghasilkan
rate sinyal. Kebalikannya, jika suatu bandwidth sebesar B Hz maka rate sinyal tertinggi
yang bisa dibawa adalah sebesar 2B bps. Keterbatasan ini terkait dengan interferensi
intersimbol yang disebabkan oleh distorsi tunda.
Bila sinyal-sinyal yang ditransmisikan berupa biner (tegangan dua tingkat), maka data
rate yang bisa didukung oleh B Hz adalah 2B bps.
C = 2B
Jika terdapat beberapa level, M, yang digunakan, misal terdapat empat level maka ada
dua bit yang dibawa sebuah sinyal, maka rumus Nyquist menjadi:
C = 2B log2M
Jadi untuk bandwidth tertentu, data rate bisa ditingkatkan dengan menaikkan jumlah
elemen sinyal. Hal ini manambah beban receiver: dibandingkan mendeteksi satu dari
dua level sinyal dalam satu waktu, jika mendeteksi satu dari M level sinyal maka
kepekaan (sensitivitas) receiver perlu ditingkatkan. Nois dan gangguan pada saluran
jalur transmisi akan membatasi nilai M.
Pakar matematika Claude Shannon menghubungkan data rate dan nois, pada tingkat
nois tertentu, data rate semakin tinggi maka interval bit semakin pendek dan semakin
banyak bit yang mengalami perubahan. Diperlukan level sinyal yang semakin
meningkat untuk meningkatkan kemampuan receiver pada tingkat nois tertentu.
Parameter kunci Signal-to-Noise Ratio (SNR) adalah perbandingan daya suatu sinyal
terhadap daya nois yang muncul pada titik-titik tertentu dalam saluran transmisi.
Biasanya rasio ini diukur pada receiver, karena SNR hasil ukur pada titik tersebut
dimaksudkan untuk memproses sinyal dan menghilangkan nois yang tak diinginkan.
SNR dinyatakan dalam desibell yang berguna untuk menunjukkan bahwa sinyal lebih
dari level nois. Nilai SNR yang tinggi menyatakan bahwa sinyal berkualitas tinggi dan
jumlah amplifier atau repeater sedikit.
SNR sangat penting dalam transmisi data digital karena menyusun batas atas terhadap
rate data yang mampu dicapai. Kapasitas saluran maksimum, C, dalam bit per detik dari
saluran yang memiliki bandwidth B dalam Hz menurut Shannon adalah:
Rumus Shannon menunjukkan nilai kapasitas saluran maksimum secara teoritis. Dalam
praktik, kecepatan yang diperoleh lebih rendah dari C. Karena nois impulse tidak
dilibatkan, juga distorsi atenuasi dan distorsi delay. Kapasitas C dikenal sebagai
kapasitas bebas error (error-free capacity). Oleh karena itu, sebenarnya harga C
menunjukkan nilai batas dari kapasitas saluran dan kecepatan pengiriman harus kurang
dari batas itu.
Pernyataan lain, yang menunjukkan transmisi digital sebagai bit rate yang dapat
didukung oleh bandwith saluran adalah efisiensi spektrum (spectral efficiency) atau
efisiensi bandwidth (bandwidth effeciency). Secara teoritis efisiensi spektrum dapat
diperoleh dari memindah variabel bandwidth, B, dari rumus kapasitas Shannon ke ruas
kiri. Akan diperoleh
Dimensi C/B adalah bps/Hz. Gambar 2.12 menyajikan harga C/B dalam skala logaritmis.
Saat SNR = 1 harga C/B = 1. Ada beberapa kajian penting dari gambar itu.
- Untuk SNR < 1 (kualitas sinyal buruk) menghasilkan kurva C/B linier. Teorema
Shannon menyatakan bahwa komunikasi bisa dilakukan atas kondisi ini tetapi
kecepatan data relatif rendah. Kecepatan dikurangi sebanding dengan SNR (ingat
gambar itu dalam skala logaritmis).
- Untuk SNR > 1 kurva C/B meningkat menuju datar. SNR sekitar 6 dB diatas 0 dB,
bukan faktor dominan yang mempengaruhi kecepatan komunikasi. Pada daerah
ini, ada sedikit ambiguitas dalam amplitudo dan fasa relatif sinyal, dan
pencapaian kapasitas saluran yang tinggi (high-channel capacity) bergantung
pada rancangan sinyal, dan juga tipe modulasi dan pengkodean.
Beberapa observasi lain menunjukkan bahwa pada level nois tertentu, tampak bahwa
data rate dapat ditingkatkan dengan meningkatkan kuat sinyal atau bandwidth. Namun
jika level sinyal ditingkatkan efek ketidaklinearan sistem juga meningkat, yang
menyebabkan peningkatan nois intermodulasi. Juga, bila bandwidth B semakin lebar
maka white noise juga semakin meningkat, sehingga SNR semakin rendah.
Contoh berikut terkait dengan rumus Nyquist dan Shannon. Anggap spektum suatu
saluran adalah antara 3 MHz dan 4 MHz dan SNRdB = 24 dB, maka:
B = 4 MHz 1 MHz = 1 MHz
SNRdB = 24 dB = 10 log10(SNR)
SNR = 251
Ini adalah batas teoritis, tetapi kita bisa mencapai batas itu. Berdasar rumus Nyquist,
berapa jumlah sinyal yang diperlukan untuk mencapai C?
C = 2B log2 M
8 x 106 = 2 x 106 x log2 M
4 = log2 M
M = 16
Pernyataan Eb/N0
Eb/N0 adalah parameter yang terkait dengan SNR yang dapat dikatakan lebih cocok
dalam penentuan data rate dan error rate sinyal digital dan itu merupakan standar
ukuran kualitas bagi kinerja sistem komunikasi. Itu adalah perbandingan energi sinyal
per bit terhadap kerapatan daya nois per hertz. Pandang sebuah sinyal, digital atau
analog, yang mengandung data digital biner ditransmisikan pada bit rate R.
Ingat bahwa 1 watt = 1 J/s, energi per bit dalam sinyal adalah:
Eb = STb,
dimana S menyatakan daya sinyal dan Tb adalah waktu untuk mengirim 1 bit. Data rate
R adalah R = 1/Tb, maka:
dalam desibel:
Perbandingan Eb/N0 ini penting karena bit error rate (BER) untuk data digital adalah
fungsi perbandingan ini. Jika diinginkan suatu nilai error rate maka diperlukan nilai
Eb/N0 untuk memperolehnya, parameter dalam persamaan bisa dipilih. Catat bahwa
peningkatan R akan terkait dengan peningkatan daya sinyal relatif terhadap nois untuk
menjaga Eb/N0.
Pemahaman secara intuitif akan diperoleh dengan mengacu Gambar 2.11. Pada gambar
disajikan sinyal digital namun pertimbangan yang sama berlaku juga untuk sinyal
analog. Pada beberapa keadaan, nois cukup besar sehingga bisa merubah nilai bit. Jika
data rate digandakan, bit-bit menjadi lebih rapat dan pada nois impuls yang sama bisa
merusak dua bit. Karena itu, untuk SNR konstan, peningkatan data rate akan
menginkatakan error rate.
Kelebihan Eb/N0 dibanding SNR adalah bahwa besaran SNR masih bergantung pada
bandwidth.
Contoh: Pada modulasi PSK, dibutuhkan Eb/N0 = 8,4 dB untuk menjaga harga error rate
pada 10-4 (error 1 bit setiap transmisi 10000 bit). Pada suhu 290 K (temperatur ruang)
dan data rate 2400 bps, berapa level sinyal yang diperlukan pada penerima?
Hubungan Eb/N0 dan SNR (= S/N) diturunkan sebagai berikut. Dari hubungan
Parameter N0 adalah kerapatan daya nois dalam watt/hertz. Nois pada sebuah sinyal
dengan bandwidth B adalah N = N0B. Jadi,
Persamaan lain yang menarik adalah hubungan Eb/N0 dan efisiensi spektrum, C/B.
Rumus kapasitas saluran Shannon adalah:
Jadi hubungan Eb/N0 dan efisiensi spektrum adalah:
Contoh. Berapakan Eb/N0 minimal yang diperlukan untuk efisiensi spektrum 6 bps/Hz?
Review Questions
Problems
3.1. a. For multipoint configuration, only one device at a time can transmit. Why?
b. There are two methods of enforcing the rule that only one device can
transmit. In the centralized method, one station is in control and can either
transmit or allow a specified other station to transmit. In the decentralized
method, the stations jointly cooperate in taking turns. What do you see as the
advantages and disadvantages of the two methods?
3.2. A signal has a fundamental frequency of 1000 Hz. What is its period?
sites.google.com/site/komdatjtdpolinema