MODULASI FREKUENSI
Disusun oleh :
1.
2.
3.
4.
Alief Yunardi
(13311300?)
Ellen Kurniawati Esmono
(1331130015)
Renata Rama Putri
(1331130064)
Risa Anggraeni
(1331130096)
TT-2A
dimodulasikan
(ditumpangkan)
pada
gelombang
pembawa
FM out
RFC
+
R
V
C
L
RFC
CC
0 ,0 1 F
dc
b lo c k
s in y a l
p e m o d u la s i
Gambar 2
Rangkaian penghasil sinyal FM
Nampak pada Gambar 2, bahwa komponen penentu frekuensi
osilasi adalah, L, Cd, dan C, yang membentuk satu tank circuit osilator
Colpitts, dan nilainya tertentu dari persamaan berikut,
1
1 1
2 L
C
d C
fO =
.........................................(2)
Rangkaian mendapat catu tegangan VCC melalui sebuah RFC
(radio frequency choke) yang berfungsi sebagai penahan sinyal RF masuk
ke batere VCC. Sinyal pemodulasi di-masukkan melalui satu RFC juga yang
berfungsi menahan sinyal RF untuk masuk ke sumber sinyal pemodulasi.
Sementara sinyal termodulasi FM diperoleh dari kolektor transistor.
Tegangan reverse yang dikenakan pada dioda varactor dalam hal
ini, adalah VCC yang memberikan catu tegangan pada rangkaian. Hubungan
antara nilai kapasitansi Cd dengan tegangan reverse tersebut ditunjukkan
pada rumus dibawah :
CO
Cd =
........................................(3)
dimana,
CO = nilai kapasitansi dioda varactor pada V = 0,
= potensial pada junction saat mulai on,
a = nilai index yang tergantung dari jenis junction.
V = modulus tegangan reverse yang diterima dioda varactor.
Untuk jenis dioda tertentu (silikon), maka nilai a = 0,5, dan = 0,5
volt.
Deviasi frekuensi yang akan dihasilkan oleh rangkaian Gambar
2.2.1, setelah melalui penurunan matematis, diperoleh nilai konstanta
deviasi,
fO
4(1 n)(1 2 VO )
k =
..................................(4)
dimana,
k = konstanta deviasi frekuensi, Hz/volt
fO = nilai kapasitansi dioda varactor pada V = 0,
n = perbandingan nilai dua kapasitansi pada tank circuit osilator,
VO = modulus tegangan reverse yang diterima dioda varactor = VCC.
3. Menentukan Indeks Modulasi
Seperti telah dibahas, pada modulasi frekuensi maka frekuensi
sinyal pembawa diubah-ubah sehingga besarnya sebanding dengan dengan
besarnya amplitudo sinyal pemodulasi. Semakin besar amplitudo sinyal
pemodulasi, maka semakin besar pula frekuensi sinyal termodulasi FM.
Besar selisih antara frekuensi sinyal termodulasi FM pada suatu saat dengan
frekuensi sinyal pembawa disebut deviasi frekuensi. Deviasi frekuensi
maksimum didefinisikan sebagai selisih antara frekuensi sinyal termodulasi
tertinggi dengan terendahnya.
Indeks modulasi FM (mf) merupakan perbandingan antara deviasi
frekuensi maksimum dengan frekuensi sinyal pemodulasi
mf = / fm
.....................................................(5)
dengan
: deviasi frekuensi maksimum
m : indeks modulasi FM
f
Besarnya indeks modulasi FM dapat dipilih sebesar mungkin
sejauh tersedia bandwidth (lebar bidang) untuk keperluan transmisinya.
Biasanya besarnya indeks modulasi ini akan dimaksimalkan dengan cara
mengatur besarnya deviasi frekuensi maksimal yang diijinkan.
4. Cara Mengetahui Spektrum Modulasi Frekuensi
Untuk mengetahui seberapa lebar spektrum frekuensi sinyal
termodulasi FM, tentu saja dimulai dari persamaan v = A sin ( Ct + mf sin
mt ), yaitu persamaan gelombang FM yang berbentuk fungsi sinus dari
fungsi sinus. Penyelesaiannya memasukkan fungsi Bessel , yaitu,
v = A { J0 (mf ) sin Ct
+ J1 (mf ) [ sin (C + m) t sin (C - m) t]
+ J2 (mf ) [ sin (C + 2m) t + sin (C - 2m) t]
+ J3 (mf ) [ sin (C + 3m) t sin (C - 3m) t]
+ J4 (mf ) [ sin (C + 4m) t + sin (C - 4m) t] .... }
Dalam persamaan
adalah, koefisien fungsi Bessel ke-n sebagai fungsi index modulasi mf.
Selengkapnya nilai koefisien tersebut ditunjukkan pada Tabel-1, yang
diturunkan dari rumus fungsi Bessel pada gambar dibawah ini sebagai
berikut.
mf
2
Jn (mf ) =
(m f / 2) 4 (m f / 2) 6
1 (m f / 2)
.......
fm
akan berubah oleh dua perubah sesuai persamaan mf
, yaitu nilai
(a)
Gambar 3
(b)
Spektogram sinyal FM
(a) fm konstan, bertambah; (b) konstan, fm bertambah
Bandwidth
FM
dapat
diperkirakan
secara
cepat
dengan
ditempatkan pada awal sebelum sinyal itu sempat masuk pada modulator.
Pengaruh kecacatan itu berasal dari differential gain (DG-penguatan yang
berbeda) dan differential phase (DP-fasa yang berbeda). Pre-emphasis akan
menekan amplitudo dari frekuensi sinyal FM yang lebih rendah pada input.
Dengan penggunaan alat ini ketidaklinearan (cacat) akibat sifat DG
dan DP dalam transmisi dapat dikurangi. Nantinya di ujung terima pada
demodulator dipasang komponen de-emphasis yang mempunyai fungsi
kebalikan dari pre-emphasis.
Perbedaan dari sistem AM adalah, adanya blok pre-emphasis pada
jalur pengolahan sinyal pemodulasi. Blok pre-emphasis merupakan satu
penguat dengan gain yang tidak konstan dan cenderung overshoot atau
boosted pada daerah frekuensi tinggi, seperti ditunjukkan karakteristiknya
pada Gambar4.
Gambar 4
p r e -e m p h
out
p r e -e m p h
in
75W
AF out
1 nF
A F in
Gambar 5
Rangkaian Emphasis 75 s
7. Pemancar FM
Tujuan dari pemancar FM adalah untuk merubah satu atau lebih
sinyal input yang berupa frekuensi audio (AF) menjadi gelombang
termodulasi dalam sinyal RF (Radio Frekuensi) yang dimaksudkan sebagai
output daya yang kemudian diumpankan ke sistem antena untuk
dipancarkan. Dalam bentuk sederhana dapat dipisahkan atas modulator FM
dan sebuah power amplifier RF dalam satu unit. Sebenarnya pemancar FM
terdiri atas rangkaian blok subsistem yang memiliki fungsi tersendiri, yaitu:
FM exciter merubah sinyal audio menjadi frekuensi RF yang sudah
termodulasi
Intermediate Power Amplifier (IPA) dibutuhkan pada beberapa
pemancar untuk meningkatkan tingkat daya RF agar mampu
subsistem
Transmitter Control System memonitor, melindungi dan memberikan
perintah bagi tiap subsistem sehingga mereka dapat bekerja sama dan
output pemancar
Directional coupler yang mengindikasikan bahwa daya sedang
dikirimkan atau diterima dari sistem antena
8. FM Exciter
Jantung dari pemancar siaran FM terletak pada exciter-nya. Fungsi
dari exciter adalah untuk membangkitkan dan memodulasikan gelombang
pembawa dengan satu atau lebih input (mono, stereo, SCA) sesuai dengan
standar FCC. Gelombang pembawa yang telah dimodulasi kemudian
diperkuat oleh wideband amplifier ke level yang dibutuhkan oleh tingkat
berikutnya.
Direct FM merupakan teknik modulasi dimana frekuensi dari
oscilator dapat diubah sesuai dengan tegangan yang digunakan. Seperti
halnya oscilator, disebut voltage tuned oscilator (VTO) dimungkinkan oleh
perkembangan dioda tuning varaktor yang dapat merubah kapasitansi
menurut perubahan tegangan bias reverse (disebut juga voltage controlled
oscillator atau VCO).
Kestabilan frekuensi dari oscillitor direct FM tidak cukup bagus,
untuk itu dibutuhkan automotic frekuensi control system (AFC) yang
menggunakan sebuah kristal oscillator stabil sebagai frekuensi referensi.
Komponen AFC berperan sebagai pengatur frekuensi yang dibangkitkan
oscillator lokal untuk dicatukan ke mixer, sehingga frekuensi oscillator
menjadi stabil.