Anda di halaman 1dari 40

Daftar Isi

Daftar Isi.........................................................................................................................1
PERCOBAAN IV..............................................................................................................1
4.1 Tujuan......................................................................................................................2
4.2 Alat dan Bahan........................................................................................................2
4.3 Teori Dasar..........................................................................................................2
a) Prinsip kerja modulasi frekuensi.........................................................................2
b) Perhitungan indeks modulasi dan bentuk spectrum modulasi frekuensi.............3
c) Cara mencari konstanta modulasi frekuensi........................................................4
d) Aplikasi dan keuntungan modulasi frekuensi......................................................5
4.4 Prosedur Percobaan.................................................................................................7
4.5 Hasil Percobaan.......................................................................................................9
Table 4.1 Gambar Sinyal Carrier, Informasi, Termodulasi FM Hasil Praktik...........9
Tabel 4.2 Pengaruh Tegangan Input Modulator (Vi) Terhadap frekuensi Keluaran
Modulator ( fo)..........................................................................................................12
Tabel dan Grafik Perbandingan................................................................................19
4.6 Analisis Hasil Praktikum.......................................................................................23
1. Fungsi masing-masing komponen blok modul yang digunakan dalam
praktikum..................................................................................................................23
2. Karakteristik sinyal hasil termodulasi FM.........................................................30
3. Perhitungan nilai konstanta input modulasi FM dengan rumus :......................33
4. Grafik pengaruh tegangan input modulator terhadap frekuensi output modulator
36
4.7 Kesimpulan........................................................................................................38
4.8 Referensi............................................................................................................39
PERCOBAAN IV
MODULASI FREKUENSI

4.1 Tujuan
 Mengetahui dan memahami proses modulasi frekuensi
 Mengetahui dan memahami karakteristik sinyal termodulasi frekuensi
 Mengetahui dan memahami nilai konstanta modulasi frekuensi

4.2 Alat dan Bahan


1. Modul DC Power Supply 1 buah
2. Modul Function Generator 2 buah
3. Modul Angle Modulator 1 buah
4. Multimeter digital 1 buah
5. Osiloskop Dual Trace 1 buah
6. U-Patch Panel Type C 1 buah
7. Resistor 220 Ω 2 buah
8. Potensiometer 1 kΩ 1 buah
9. Kabel BNC to Banana 2 buah
10. Jumper besar 8 buah
11. Jumper kecil 8 buah
12. Kabel Banana to Banana 3 buah
13. Penyangga besi 1 buah

4.3 Teori Dasar


a) Prinsip kerja modulasi frekuensi
Modulasi frekuensi merupakan suatu modulasi dimana frekuensi gelombang
pembawa berubah-ubah menurut sinyal informasi. Gambar di bawah menunjukkan
prinsip kerja proses modulasi frekuensi. Gambar (a) adalah sinyal pemodulasi,
sedangkan sinyal pembawa ditunjukkan oleh Gambar (b). Sinyal termodulasi yang
terbentuk dapat dilihat dalam Gambar (c). Dalam gambar tersebut tampak bahwa
perubahan amplitudo sinyal pemodulasi menyebabkan terjadinya perubahan pada
periode sinyal pembawa. Sehingga, frekuensi sinyal pembawa juga mengalami
perubahan.
Gambar 4.01 Modulasi FM

b) Perhitungan indeks modulasi dan bentuk spectrum modulasi frekuensi


Seperti pada AM, modulasi FM mempunyai index modulasi =  atau disebut
juga deviation ratio.
Index modulasi merepresentasikan seberapa besar perubahan frekuensi sinyal
carrier terhadap bandwidth sinyal informasi (base band).

Besar perubahan frekuensi (deviasi), δ atau fd, dari sinyal pembawa sebanding
dengan amplituda sesaat sinyal pemodulasi, sedangkan laju perubahan
frekuensinya sama dengan frekuensi sinyal pemodulasi. Persamaan sinyal FM
dapat dituliskan sebagai berikut:
Dimana;
eFM = Nilai sesaat sinyal FM
Ec = amplituda maksimum sinyal pembawa
ωc = 2π fc dengan fc adalah frekuensi sinyal pembawa
ωm = 2π fm dengan fm atau fs adalah frekuensi sinyal pemodulasi
mf = indeks modulasi frekuensi

Pada modulasi frekuensi kita mengenal istilah indeks modulasi (mf). Indeks modulasi ini

didefinisikan sebagai berikut

Spektrum Sinyal FM

Lebar bandwidth sinyal FM adalah tak berhingga. Namun pada praktek biasanya hanya
diambil bandwith dari jumlah sideband yang signifikan. Jumlah sideband signifikan
ditentukan oleh besar indeks modulasinya seperti dalam fungsi tabel besel.

Δf Δf k f Am
β= = =

W f⏟m fm
base band tone

c) Cara mencari konstanta modulasi frekuensi


Konstanta modulasi frekuensi (FM) adalah salah satu parameter penting
dalam sistem modulasi frekuensi. Konstanta modulasi frekuensi didefinisikan
sebagai perubahan frekuensi pembawa yang dihasilkan oleh perubahan
amplitudo sinyal modulasi.
Secara matematis, konstanta modulasi frekuensi didefinisikan sebagai
rasio antara deviasi frekuensi dan amplitudo sinyal modulasi. Deviasi
frekuensi adalah perubahan maksimum dalam frekuensi pembawa yang
dihasilkan oleh sinyal modulasi, sedangkan amplitudo sinyal modulasi adalah
nilai puncak dari sinyal modulasi.
Dalam praktiknya, konstanta modulasi frekuensi sering diukur dalam
satuan hertz per volt (Hz/V). Hal ini menggambarkan perubahan frekuensi
pembawa dalam hertz yang dihasilkan oleh perubahan amplitudo sinyal
modulasi sebesar satu volt. Semakin besar konstanta modulasi frekuensi,
semakin besar pula perubahan frekuensi pembawa yang dihasilkan oleh sinyal
modulasi.
Konstanta modulasi frekuensi biasanya dipilih sedemikian rupa sehingga
menghasilkan indeks modulasi yang sesuai dengan persyaratan aplikasi.
Indeks modulasi adalah rasio antara deviasi frekuensi dan frekuensi modulasi,
dan menunjukkan seberapa banyak frekuensi pembawa berubah sesuai dengan
amplitudo sinyal modulasi.
Dalam desain sistem modulasi frekuensi, penting untuk memilih konstanta
modulasi frekuensi yang sesuai untuk mencapai kualitas modulasi yang
optimal dan memenuhi persyaratan aplikasi. Hal ini melibatkan pemilihan
nilai konstanta modulasi frekuensi yang tepat, yang memungkinkan
pengaturan indeks modulasi yang diinginkan dan menghindari distorsi atau
perubahan frekuensi pembawa yang tidak diinginkan.
Untuk mencari kostanta FM dapat menggunakan persamaan sebagai berikut :

∆f o
k=
∆Vi

d) Aplikasi dan keuntungan modulasi frekuensi


Frequency Modulation (FM) adalah suatu bentuk modulasi di mana perubahan
frekuensi gelombang pembawa berhubungan langsung dengan perubahan sinyal
baseband. FM dianggap sebagai bentuk modulasi analog karena sinyal baseband
biasanya merupakan bentuk gelombang analog tanpa diskrit, nilai digital.
Ringkasan keuntungan dan kerugian dari modulasi frekuensi, FM, merinci
mengapa itu digunakan dalam aplikasi tertentu dan bukan yang lain.
Contoh aplikasi modulasi frekuensi yaitu sebagai berikut.
 Radio FM penyiaran
Keuntungan besar dalam transmisi radio karena memiliki rasio signal-to-
noise yang lebih besar. Artinya, itu menghasilkan gangguan frekuensi
radio yang rendah. Inilah alasan utama mengapa banyak stasiun radio
menggunakan FM untuk menyiarkan musik melalui radio.
 Radar
Penerapan di bidang pengukuran jarak radar adalah Radar gelombang
kontinu termodulasi frekuensi (FM-CW) - disebut juga radar modulasi
frekuensi gelombang kontinu (CWFM) - adalah perangkat radar pengukur
jarak pendek yang mampu menentukan jarak.
 Pencarian seismic
Frmodulasi kesetaraan yang sering digunakan untuk melakukan survei
seismik termodulasi melibatkan langkah-langkah penyediaan sensor
seismik yang mampu menerima sinyal seismik termodulasi yang terdiri
dari sinyal frekuensi yang berbeda, mentransmisikan informasi energi
seismik termodulasi ke bumi, dan merekam indikasi pantulan dan
gelombang seismik yang dibiaskan. oleh sensor seismik sebagai respons
terhadap transmisi informasi energi seismik termodulasi ke bumi.
 Sistem telemetri
Pada kebanyakan sistem telemetering, modulasi dilakukan dalam dua
tahap. Pertama, sinyal memodulasi subcarrier (gelombang frekuensi radio
yang frekuensinya di bawah dari pembawa akhir), dan kemudian
subcarrier termodulasi, pada gilirannya, memodulasi pembawa keluaran.
Modulasi frekuensi digunakan di banyak sistem ini untuk memberi kesan
informasi telemetri pada subcarrier. Jika multiplexing pembagian
frekuensi digunakan untuk menggabungkan grup saluran subcarrier
termodulasi frekuensi ini, sistem ini dikenal sebagai sistem FM / FM.
 Siaran radio dan televisi
Modulasi frekuensi (FM) paling umum digunakan untuk siaran radio dan
televisi, ini membantu dalam rasio sinyal terhadap noise yang lebih besar.
Pita FM dibagi menjadi berbagai tujuan. Saluran televisi analog 0 hingga
72 memanfaatkan bandwidth antara 54 MHz dan 825 MHz. Selain itu, pita
FM juga mencakup radio FM yang beroperasi dari 88 MHz hingga 108
MHz. Setiap stasiun radio menggunakan pita frekuensi 38 kHz untuk
menyiarkan audio.
 Sistem perekam pita magnetik
FM juga digunakan pada frekuensi menengah oleh sistem VCR analog
(termasuk VHS) untuk merekam bagian luminansi (hitam dan putih) dari
sinyal video.
 Pemantauan EEG
Dengan menetapkan model modulasi frekuensi (FM) untuk memantau
aktivitas otak secara noninvasif, electroencephalogram (EEG) tetap
menjadi alat yang paling andal dalam diagnosis kejang neonatal serta
deteksi dan klasifikasi kejang melalui metode pemrosesan sinyal yang
efisien.
 Sistem radio dua arah
FM juga digunakan untuk berbagai sistem komunikasi radio dua arah.
Baik untuk sistem komunikasi radio tetap atau seluler atau untuk
digunakan dalam aplikasi portabel, FM banyak digunakan di VHF dan di
atasnya.
Keuntungan modulasi frekuensi
 Dalam penerima FM, kebisingan dapat dikurangi dengan meningkatkan
penyimpangan frekuensi dan karenanya penerimaan FM kebal terhadap
kebisingan dibandingkan dengan penerimaan AM, sehingga radio FM memiliki
kualitas suara yang lebih baik daripada radio AM
 FM kurang rentan terhadap beberapa jenis gangguan, perlu diingat bahwa hampir
semua gangguan alami dan buatan manusia dilihat sebagai perubahan amplitudo.
 FM tidak memerlukan tahap amplifikasi linier dan dilengkapi dengan daya
radiasi yang lebih sedikit.
 FM lebih mudah untuk mensintesis pergeseran frekuensi daripada pergeseran
amplitudo membuat modulasi digital lebih sederhana.
 FM memungkinkan sirkuit yang lebih sederhana digunakan untuk pelacakan
frekuensi (AFC) di penerima.
 Pemancar FM sangat efisien daripada pemancar AM karena dalam transmisi AM
sebagian besar daya terbuang percuma di pembawa yang ditransmisikan.
 Transmisi FM dapat digunakan untuk transmisi suara stereo karena jumlah
sideband yang banyak
 Sinyal FM telah ditingkatkan ke rasio kebisingan (sekitar 25dB) sehubungan
dengan gangguan buatan manusia.
 Gangguan akan sangat berkurang secara geografis antara stasiun radio FM
tetangga.
 Area layanan untuk daya pemancar FM yang diberikan telah ditentukan dengan
baik.

4.4 Prosedur Percobaan


4.4.1 Karakteristik Sinyal Termodulasi

1. Siapkan alat dan bahan


2. Rangkai modul DC power supply dan 2 function generator di penyangga besi.
Function generator A akan menghasilkan sinyal informasi sedangkan function
generator B sinyal carrier.
3. Beri catu daya masing-masing blok dan sambungkan ground nya.
4. Atur keluaran function generator A 4Vpp, 200 Hz dan B 6Vpp, 2 kHz.
5. Hubungkan channel 1 osiloskop ke keluaran function generator A dan channel 2
osiloskop ke keluaran function generator B. Tampilkan sinyal keluaran masing-
masing function generator di osiloskop.
6. Hubungkan keluaran function generator A ke input VCO function generator B
seperti pada gambar 4.1. Dengan setting seperti ini, function generator A akan
menghasilkan sinyal informasi dar function generator B menghasilkan sinyal
termodulasi
Gambar 4.1 Rangkaian percobaan karkteristik sinyal termodulasi FM

7. Tampilkan sinyal yang dihasilkan dengan setting langkah (6) pada osiloskop.
8. Ubah keluaran function generator A dan B sesuai dengan Tabel 4.1
9. Ulangi langkah 5-7
10. Amati sinyal keluaran yang dihasilkan

4.4.2 Menentukan nilai konstanta modulasi

1. Siapkan alat dan bahan


2. Rangkai 2 buah Resistor dan potensiometer sebagai rangkaian pembagi
tegangan pada U-Patch seperti pada gambar 4.2
Gambar 4.2 Rangkaian pembagi tegangan

3. Letakkan DC power supply, U-patch, dan angle modulator pada penyangga besi
4. Sambungkan catu daya dan ground ke setiap blok.
5. Atur tegangan keluaran rangkaian pembagi tegangan pada U-Patch, Vout = 0V
6. Sambungkan Vout ke input blok angle modulator dan channel 1 osiloskop ke
outputnya seperti Gambar 4.3. Vout U-Patch akan menjadi tegangan input
modulator (V i )

Gambar 4.3 Rangkaian percobaan kostanta modulasi FM

7. Putar button pada angle modulator hingga frekuensi sinyal keluaran blok
menjadi 20kHz.
8. Amati sinyal yang ditampilkan osiloskop!
9. Dengan nilai pengaturan tombol angle modulator yang tetap, putar
potensiometer hingga didapat nilai sesuai dengan Tabel 4.2. Amati frekuensi
sinyal keluaran. osiloskop!
10. Hitung konstanta modulasi FM!

4.5 Hasil Percobaan


Table 4.1 Gambar Sinyal Carrier, Informasi, Termodulasi FM Hasil Praktik

No Keterangan Gambar Sinyal

1 Sinyal Carrier
V c =6 Vpp
f c =2 kHz

Gambar 4.4 Sinyal Carrier

2 Sinyal Informasi
V m =4 Vpp
f m=200 Hz

Sinyal Termodulasi
V t =6 , 16 Vpp
592,2
ft = Hz
low
4
¿ 148,8 Hz
Gambar 4.5.a Sinyal Termodulasi V t

f t =5 kHz
high

Gambar 4.5.b Sinyal Termodulasi f t low


No Keterangan Gambar Sinyal

Gambar 4.5.c Sinyal Termodulasi f t high

3 Sinyal Informasi
V m =5Vpp
f m=300 Hz

Sinyal Termodulasi
V t =6,24 Vpp
806,5
ft = Hz
low
4
¿ 201,62 Hz
Gambar 4.6.a Sinyal Termodulasi V t

f t =4,167 kHz
high

Gambar 4.6.b Sinyal Termodulasi f t low

Gambar 4.6.c Sinyal Termodulasi f t high

4 Sinyal Informasi
No Keterangan Gambar Sinyal

V m =6 Vpp
f m=400 Hz

Sinyal Termodulasi
V t =6,08 Vpp

1 kHz
ft =
low
2
Gambar 4.7.a Sinyal Termodulasi V t
¿ 500 Hz

f t =5 kHz
high

Gambar 4.7.b Sinyal Termodulasi f t low

Gambar 4.7.c Sinyal Termodulasi f t high


Tabel 4.2 Pengaruh Tegangan Input Modulator (V i ) Terhadap frekuensi Keluaran
Modulator ( f o)
V i (volt) f o (kHz) Gambar Sinyal Keluaran

-10 19,32 kHz

Gambar 4.8.b Sinyal keluaran V i=−10


Gambar 4.8.a Multimeter
Digital -10 V
-9 19,36 kHz

Gambar 4.9.b Sinyal keluaran V i=−9


Gambar 4.9.a Multimeter
Digital -9 V
-8 19,49 kHz

Gambar 4.10.b Sinyal keluaran V i=−8


Gambar 4.10.a Multimeter
Digital -8 V
V i (volt) f o (kHz) Gambar Sinyal Keluaran

-7 19,51 kHz

Gambar 4.11.b Sinyal keluaran V i=−7


Gambar 4.11.a Multimeter
Digital -7 V
-6 19,57 kHz

Gambar 4.12.b Sinyal keluaran V i=−6


Gambar 4.12.a Multimeter
Digital -6 V
-5 19,61 kHz

Gambar 4.13.b Sinyal keluaran V i=−5


Gambar 4.13.a Multimeter
Digital -5 V
V i (volt) f o (kHz) Gambar Sinyal Keluaran

-4 19,65 kHz

Gambar 4.14.b Sinyal keluaran V i=−4


Gambar 4.14.a Multimeter
Digital -4 V
-3 19,80 kHz

Gambar 4.15.b Sinyal keluaran V i=−3


Gambar 4.15.a Multimeter
Digital -3 V
-2 19,85 kHz

Gambar 4.16.b Sinyal keluaran V i=−2


Gambar 4.16.a Multimeter
Digital -2 V
V i (volt) f o (kHz) Gambar Sinyal Keluaran

-1 19,99 kHz

Gambar 4.17.a Multimeter Gambar 4.17.b Sinyal keluaran V i=−1


Digital -1 V
0 20 kHz

Gambar 4.18.b Sinyal keluaran V i=0

Gambar 4.18.a Multimeter


Digital 0 V
1 20,08 kHz

Gambar 4.19.b Sinyal keluaran V i=1


Gambar 4.19.a Multimeter
Digital 1 V
V i (volt) f o (kHz) Gambar Sinyal Keluaran

2 20,16 kHz

Gambar 4.20.b Sinyal keluaran V i=2


Gambar 4.20.a Multimeter
Digital 2 V
3 20,22 kHz

Gambar 4.21.b Sinyal keluaran V i=3


Gambar 4.21.a Multimeter
Digital 3 V
4 20,28 kHz

Gambar 4.22.b Sinyal keluaran V i=4


Gambar 4.22.a Multimeter
Digital 4 V
V i (volt) f o (kHz) Gambar Sinyal Keluaran

5 20,35 kHz

Gambar 4.23.b Sinyal keluaran V i=5


Gambar 4.23.a Multimeter
Digital 5 V
6 20,45 kHz

Gambar 4.24.b Sinyal keluaran V i=6


Gambar 4.24.a Multimeter
Digital 6 V
7 20,53 kHz

Gambar 4.25.b Sinyal keluaran V i=5


Gambar 4.25.a Multimeter
Digital 7 V
V i (volt) f o (kHz) Gambar Sinyal Keluaran

8 20,62 kHz

Gambar 4.26.b Sinyal keluaran V i=8


Gambar 4.26.a Multimeter
Digital 8 V
9 20,75 kHz

Gambar 4.27.b Sinyal keluaran V i=9


Gambar 4.27.a Multimeter
Digital 9 V
10 20,92 kHz

Gambar 4.28.b Sinyal keluaran V i=10


Gambar 4.28.a Multimeter
Digital 10 V
Tabel dan Grafik Perbandingan
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Vt (Vpp) pada Sinyal Termodulasi berdasarkan Vm (Vpp) dan fm
(kHz) pada Sinyal Informasi.

Vm (Vpp) fm (Hz) Vt (Vpp)


4 200 6,16
5 300 6,24
6 400 6,08

Grafik Hubungan Vm (Vpp) dan fm (Hz) terhadap Vt


(Vpp)
6.3
6.25 6.24
6.2
Vt (Vpp)

6.15 6.16 Vt
6.1
6.08
6.05
6
3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5
Vm (Vpp)

Analisa: Berdasarkan gambar grafik di atas, ketika amplitudo sinyal informasi (Vm) semakin
tinggi, dan frekuensi sinyal informasi juga semakin tinggi maka pada sinyal termodulasi, nilai
tegangan output sinyal termodulasi (Vt) adalah semakin naik. Akan tetapi, ketika sampai pada
Vm maksimum = 6 Vpp dengan frekuensi 400 Hz justru tegangan output sinyal termodulasi
turun dari yang sebelumnya 6,28 Vpp menjadi 6,08 Vpp.
Tabel 4.4 Hasil Pengukuran f low (Hz) pada Sinyal Termodulasi berdasarkan Vm (Vpp) dan fm
(kHz) pada Sinyal Informasi.

Vm (Vpp) fm (Hz) f low (Hz)


4 200 148,8
5 300 201,62
6 400 250

Grafik Hubungan Vm (Vpp) dan fm (Hz)


terhadap f low (Hz)
7
6 6
5 5
4 4
Vt (Vpp)

f low
3
2
1
0
140 160 180 200 220 240 260
f low (Hz)

Analisa: Berdasarkan gambar grafik di atas, ketika amplitudo sinyal informasi (Vm) semakin
tinggi, dan frekuensi sinyal informasi juga semakin tinggi maka pada sinyal termodulasi, nilai
frekuensi rendah (low) sinyal termodulasi juga semakin naik. Dapat dilihat berdasarkan gambar
grafik telah terbentuk garis lurus yang naik ke atas menunjukkan hubungan bahwa amplitudo
input sinyal informasi dan frekuensi sinyal informasi sebanding dengan flow pada sinyal
termodulasi.
Tabel 4.5 Hasil Pengukuran f high (kHz) pada Sinyal Termodulasi berdasarkan Vm (Vpp) dan
fm (Hz) pada Sinyal Informasi.

Vm (Vpp) fm (Hz) f high (kHz)


4 200 5.000
5 300 4.167
6 400 5.000

Grafik Hubungan Vm (Vpp) dan fm (Hz)


terhadap f high (kHz)
5,200
5,000 5,000 5,000
4,800
4,600
Vt (Vpp)

4,400 f high
4,200 4,167
4,000
3,800
3,600
3 4 5 6 7
f high (kHz)

Analisa: Berdasarkan gambar grafik di atas, ketika amplitudo sinyal informasi (Vm) semakin
tinggi, dan frekuensi sinyal informasi juga semakin tinggi maka pada sinyal termodulasi, nilai
frekuensi tinggi (high) sinyal termodulasi juga semakin naik. Dapat dilihat berdasarkan gambar
grafik telah terbentuk garis lurus yang naik ke atas menunjukkan hubungan bahwa amplitudo
input sinyal informasi dan frekuensi sinyal informasi sebanding dengan flow pada sinyal
termodulasi. Namun, pada amplitudo 5 Vpp terjadi penurunan frekuensi high dari yang semula
5.000 Hz turun menjadi 4.167 Hz.
4.6 Analisis Hasil Praktikum
1. Fungsi masing-masing komponen blok modul yang digunakan dalam praktikum
a. Modul DC Power Supply

Gambar 4.29 Modul DC Power Supply

Power supply adalah komponen yang memasok daya ke satu atau lebih beban listrik.
Umumnya, power supply mengubah satu jenis daya listrik ke yang lain. Tetapi, juga mampu
mengubah bentuk energi yang berbeda. Contohnya matahari, mekanik, atau kimia menjadi energi
listrik. Power supply menyediakan komponen dengan daya listrik. Misalnya, power supply
komputer mengubah arus AC menjadi DC. Umumnya, power supply untuk komputer ada di sisi
belakang CPU dilengkapi satu kipas. Power supply menghasilkan tegangan dan mengubahnya
menjadi daya DC. Proses ini mengirim tegangan yang tidak teratur atau tidak stabil yang
dihasilkan dari power supply. Tetapi, kalau kamu ingin menghasilkan daya yang bisa diatur,
butuh perangkat untuk mengatur tegangan seperti trafo.

Pada dasarnya, fungsi power supply bisa dijumpai di semua model dengan fitur tambahan
tergantung jenis perangkat. Power supply dapat diatur agar bisa mengubah tegangan naik atau
turun, mengubah daya menjadi arus searah atau mengatur daya untuk tegangan output yang lebih
lancar.

Fungsi power supply yang banyak bisa memenuhi berbagai kebutuhan listrik. Diantaranya:

 Dapat menaikkan atau menurunkan tegangan, dengan trafo kita bisa mengubah
tegangan menjadi AC/DC sesuai kebutuhan.
 Menyediakan beberapa metode pembagian tegangan untuk memenuhi kebutuhan
peralatan listrik.
 Mengubah tegangan AC ke tegangan DC dengan penyearah setengah gelombang atau
gelombang penuh.
 Memfilter atau menyaring tegangan DC non stabil ke tegangan stabil DC untuk
kebutuhan peralatan.
 Mengatur output power supply secara proporsional dengan beban yang diterapkan.

Setelah memahami apa fungsi power supply, sekarang mari pelajari ketiga komponen power
supply berikut ini.

 Transformator

Trafo mengubah tegangan input ke level tegangan output yang dibutuhkan. Perangkat ini
dapat menaikkan atau menurunkan tegangan. Biasanya, tegangan DC yang dibutuhkan jauh lebih
kecil daripada tegangan AC yang masuk dari sumber listrik utama.

 Rectifier

Untuk mengubah daya yang masuk dari AC ke DC, power supply menggunakan penyearah,
yaitu suatu perangkat yang dapat mengubah tegangan menjadi setengah gelombang, gelombang
penuh, atau bridge.

 Filter

Ketika fungsi power supply mengubah daya AC berubah menjadi DC, tegangannya masih
belum stabil atau tidak teratur. Sekalipun, filter tak sepenuhnya mengubah gelombang menjadi
nol, namun sangat membantu dalam stabilitas tegangan.

b. Modul Function Generator

Gambar 4.30 Modul Function Generator


Function generator (generator fungsi) adalah alat uji yang bisa membangkitkan berbagai
macam bentuk gelombang. Bentuk gelombang yang bisa dihasilkan oleh function generator
diantaranya yaitu seperti bentuk gelombang sinus (sine wave), gelombang kotak (square wave),
gelombang gigi gergaji (saw tooth wave), gelombang segitiga (triangular wave) dan gelombang
pulsa (pulse). Fungsi ini sedikit berbeda dengan RF signal generator ataupun audio signal
generator yang umumnya hanya fokus pada pembangkitan bentuk gelombang sinus. Function
generator bisa menghasilkan frekuensi hingga 20MHz tergantung pada rancangan produsennya.
Frekuensi yang dihasilkan tersebut bisa kita atur sesuai dengan kebutuhan kita. Selain
pengaturan frekuensi, kita juga bisa mengatur bentuk gelombang, DC Offset dan Duty Cycle
(siklus kerja). Sebagai pengetahuan, DC Offset dipakai untuk mengubah tegangan rata-rata pada
sinyal relatif terhadap 0V atau Ground.

Sedangkan yang dimaksud dengan Duty Cycle (siklus kerja) adalah perbandingan waktu
ketika sinyal mencapai kondisi ON dan ketika mencapai kondisi OFF dalam satu periode sinyal.
Dengan begitu, Duty Cycle (siklus kerja) adalah perbandingan lamanya waktu kondisi ON dan
kondisi OFF suatu sinyal pada setiap periode. Fungsi pengaturan Duty Cycle untuk mengubah
rasio tegangan tertinggi ke tegangan terhadap tegangan terendah pada sinyal gelombang persegi.

Jenis Jenis Function Generator

Dipasaran ada beberapa jenis function generator yang menawarkan kinerja serta harga yang
bervariasi. Nah berikut ini merupakan jenis-jenis function generator, diantaranya:

 Generator Fungsi Analog (Analogue Function Generator)


Function generator jenis ini merupakan function generator yang paling pertama
dikembangkan yakni sekitar tahun 1950an.

Pada saat itu, penggunaan teknologi digital masih sangat terbatas. Walaupun masih
menggunakan teknologi analog, function generator jenis ini mempunyai beberapa kelebihan
yaitu harganya yang relatif lebih murah, cara penggunaannya yang lebih mudah dan sederhana.

 Generator Fungsi Digital (Digital Function Generator)


Seperti namanya, function generator jenis ini dimanfaatkan teknologi digital untuk
menghasilkan bentuk gelombangnya.

Ada beberapa cara yang bisa dipakai untuk membangkitkan bentuk gelombang, tetapi cara
yang paling umum dipakai yaitu teknik Direct Digital Synthesis (Sintesis Digital Langsung) atau
yang disingkat dengan DDS. Digital function generator ini bisa menghasilkan bentuk gelombang
dengan tingkat akurasi dan stabilitas yang tinggi karena rangkaian sistem pewaktunya (clock)
dikendalikan oleh kristal (crystal).

Digiatl function generator juga bisa menghasilkan spektral yang murni (high spectral purity)
dan noise fase yang rendah (low phase noise).
Adapun beberapa kelebihan digital function generator yang ditawarkan, yaitu harganya
menjadi lebih mahal serta pengoperasian lebih rumit jika dibandingkan dengan analog function
generator.

 Generator Fungsi Sweep (Sweep Function Generator)


Function generator jenis ini memiliki kemampuan sweep pada frekuensinya. Umumnya
sweep function generator ini menggunakan teknologi digital, tetapi ada juga yang menggunakan
versi analog.

Kemampuan sweep pada function generator jeis ini bisa mencapai 100;1 atau bahkan lebih
tergantung pada tipe generatornya.

Fungsi Function Generator

Berikut ini merupakan beberapa fungsi yang dimiliki oleh function generator, diantaranya:

 Function Generator Output, untuk menghasilkan keluaran (output) bentuk gelombang


yang diinginkan.
 Sweep Generator Output, untuk menghasilkan ayunan (sweep) bentuk gelombang yang
diinginkan.
 Frequency Counter, untuk mengetahui dan menghitung nilai frequency.

c. Modul Angle Modulator

Gambar 4.31 Modul Angle Modulator


Jenis Modulasi Sudut

 Modulasi Fasa (Phase Modulation)


 Modulasi Frekuensi (Frequency Modulation)
 Modulasi Sudut dan Frekuensi Sesaat
Pada modulasi sudut,sinyal carrier termodulasi dirumuskan seperti berikut :

Xc (t )= A cos [ ωct+ φ ( t ) ] … … … .(1)

Dimana A dan ω (Konstan), sementara sudut fase φ (t) adalah fungsi dari sinyal informasi m
(t).

Persamaan diatas dapat di tulis kembali menjadi persamaan berikut:

Xc (t )= A cos θ (t ) … … … .(2)

Dimana

θ ( t )=ωct +φ ( t ) … …..( 3)

Dari persamaan-persamaan tadi, kita dapat menentukan frekuensi radian sesaat dari Xc (t ) ,
yaitu :

dθ(t) dφ( t)
ωi= =ωc + … … … .( 4)
dt dt

 Ketika φ ( t ) =Konstan , makaωi=ωc


 Fungsi φ ( t ) adalah Deviasi Fasa Sesaat dari Xc ( t )
 d ( t ) atau dt adalah Deviasi Frekuensi Sesaat dari Xc (t)
Deviasi Frekuensi Radian Maxiukm adalah

∆ ω=|ωi−ωc|max … ….. ( 5 )

 Phase Modulation (PM) dan Frequency Modulation (FM)


Dalam PM , deviasi fasa sesaat dari carrier dibuat proporsional sesuai dengan sinyal
informasinya

φ ( t )=kp m ( t ) … … … (6)

Dimana kp adalah konstanta deviasi,dinyatakan dalam radian per unit m(t).

Pada FM, deviasi frekuensi sesaat dari carrier dibuat proporsional sesuai dengan sinyal
informasi
dφ ( t )
=kfm ( t ) … … … ( 7 )
dt
t
φ ( t )=kf ∫ m(¿ λ) dλ+ φ ( t 0 ) … …( 8) ¿
t0

Dimana

 Kf adalah konstanta deviasi frekuensi, dinyatakan dalam radian per unit m(t).
 φ (t 0) adalah fasa saat t=t 0 (biasanyat 0=−∞ , sehingga φ ( ∞ )=0)
Dari penjabaran tadi, modulasi sudut dapat kita gambarkan seperti berikut ini :

X PM ( t )= A cos [ ωct + kp m ( t ) ] … ….. ( 9 )

X FM ( t )= A cos ¿ ¿

Frekuensi radian sesaat

 Untuk PM
dm(t)
ωt=ωc +kp … … … (11)
dt
 Untuk FM
ωt=ωc +kfm ( t ) … … … ..(12)

 Pada PM, ωi bervariasi sesuai turunan sinyal termodulasi.


 Pada FM, ωi bervariasi sesuai sinyal informasi.
 Modulasi sinyal sinusoidal (TONE)
 Index Modulasi
Jika sinyal informasi berupa sinyal sinusoidal murni, maka :
 Untuk PM
m ( t )=amsin ωmt … … (13)
 Untuk FM
m ( t )=am cos ωmt … ..(14)

Apabila disubstitusikan persamaan 13 dan 14 dengan persamaan 6 dan 8 maka


akan diperoleh persamaan berikut :

φ ( t )=β sin ωmt … … .(15)

dimana ,

 Untuk PM
β=kp am… … .(16)
 Untuk FM
kt am
β= … … .. ( 17 )
ωm
 Parameter β dikenal dengan Index Modulasi
∆ω
 β juga dirumuskan sebagai berikut β= … … ..(18)
ωm

 Bandwith Sinyal Termodulasi Sudut


Bandwith dari sinyal termodulasi sudut bergantung pada nilai β dan ωm atau dapat
dinyatakan dengan persamaan berikut :
Wb ≈ 2 ( β+ 1 ) ωm … …(19)
 Perbandingan Deviasi (Deviation Ratio)
 Definisi
max ¿⁡ ∆ω
D= = … … ..(20)
bandwith ¿ (t ) ωM
 Carlson,s Rule
W ≈ 2 ( D+1 ) ωM … … ..(21)
 Pada Narrowband Angle modulation, nilai D ≪1 , sehingga bandwithnya berkisar
pada nilai 2 ωm .
 Pada wideband angle modulation, nilai D ≫1 , sehingga bandwithnya berkisar
pada nilai 2 Dωm=2 ∆ ω
 Demodulasi Sinyal Termodulasi Sudut
 Demodulasi sinyal FM memerlukan sebuah sistm yang akan menghasilkan output
yang proporsional terhadap deviasi frekuensi sesaat dari inputnya.
 Salah satu sistem yang dapat mengakomodasi syarat diatas adalah Frequency
Discriminator.
 Jika input dari sebuah ideal discriminator adalah sinyal termodulasi sudut dengan
persamaan
Xc (t )= A cos [ ωct+ φ ( t ) ] … …(22)
Maka output dari discriminator adalah
dφ (t)
yd ( t ) =kd … … (23)
dt
Dimana Kd adalah sesitivitas dari discriminator
 Untuk FM, φ ( t ) diberikan oleh persamaan 8
t
φ ( t )=kf ∫ m(¿ λ) dλ … … .(24 )¿
t0

Sehingga persamaan 24 menjadi


yd ( t ) =kdkfm ( t ) … … .(25)
 Untuk PM,
φ ( t )=kpm ( t ) … .(26)
 Sehingga,
dm(t )
yd ( t ) =kd kp … … ..(27)
dt
 Demodulator untuk PM dapat pula digunakan untuk FM dengan menambahkan
sebuah integrator.
 Jenis demodulator FM yang lain adalah :
 Slope Detector
 Round Travis Detector
 Quadrature Detector
 Ratio Detector
2. Karakteristik sinyal hasil termodulasi FM

Modulasi adalah proses merubah parameter sinyal carrier menggunakan sinyal informasi.
Parameter sinyal carrier berupa amplitudo, fekuensi, dan phase. Memodulasi berarti mengatur
atau menyetel. Dalam telekomunikasi tepatnya berarti mengatur suatu parameter dari suatu
pembawa (carrier) frekuensi tinggi dengan pertolongan sinyal informasi yang memiliki frekuensi
rendah. Keperluan akan modulasi mula-mula timbul dalam transmisi radio dari sinyal-sinyal
frekuensi rendah (misalnya frekuensi audio). Pada sistem komunikasi ada dua teknik modulasi
yaitu modulasi digital dan modulasi analog. Modulasi analog terdiri dari tiga macam yaitu AM
(Amplitudo Modulation), FM (Frequency Modulation), dan PM (Phase Modulation).

Dalam modulasi frekuensi, frekuensi dari gelombang pembawa dimodulasikan sesuai


dengan amplitudo gelombang sinyal, sedangkan amplitudo gelombang pembawa tetap (tidak
berubah). Apabila amplitudo gelombang sinyal pada puncak positifnya, frekuensi gelombang
pembawa juga menjadi maksimum. Apabila amplitudo gelombang sinyal pada puncak
negatifnya, frekuensi gelombang pembawa menjadi minimum.Dalam hal ini frekuensi
gelombang pembawa diubah sesuai dengan amplitudo gelombang sinyal. Perubahan frekuensi
yang disebabkan oleh perubahan amplitudo.

Gelombang sinyal disebut frequency deviation atau penyimpangan frekuensi. Perbandingan


modulasi dari FM ditentukan / ditetapkan 100% pada penyimpangan frekuensi maksimum. Bila
gelombang pembawa 1.500 kHz dimodulir oleh gelombang sinyal 10 kHz dalam sistem AM,
dihasilkan dua gelombang yang berfrekuensi pada 1.510 kHz atau 1.500 kHz dan 1.490 kHz.
Yaitu jika frekuensi baru f0 + f1 dan f0 – f1 disebut gelombang samping, dimana f0 + f1 disebut
gelombang samping atas dan f0 – f1 disebut gelombang samping bawah. Lebar band terhadap f0
sebagai pusat disebut side band (band samping). Lebar band pada frekuensi yang lebih tinggi
disebut upper size band (band samping atas) dan lebar band pada frekuensi yang lebih rendah
disebut lower side band (band samping bawah).

Pada FM sama seperti halnya AM, band disamping atas dan bawah dihasilkan dari
pusat frekuensi gelombang pembawa. Perbedaan yang sangat mencolok dari AM ialah
bila gelombang pembawa dimodulasikan dengan gelombang yang berfrekuensi tetap
tertentu sekalipun, dihasilkan gelombang samping yang sangat lebar (besar) dengan
waktu selang yang tetap sama dengan frekuensi gelombang sinyal. Oleh sebab itu lebar
band samping dalam FM dapat di ungkapkan sebagai berikut.
Lebar FM = (penyimpangan frekuensi maksimum + frekuensi sinyal) dikalikan dua.

Noise pemancar FM jauh lebih besar dari pada noise AM karena digunakannya rangkaian
pre-emphasis dan de-emphasis serta pembatas amplitudo.

 Rangkaian pre-emphasis dan de-emphasis


Banyak gelombang samping FM berkurang sebanding dengan kenaikan frekuensi
gelombang sinyal, faktor modulasi juga berkurang sesuai dengan kenaikan frekuensi gelombang
sinyal. Dalam distribusi sinyal suara manusia atau suara musik, komponen yang lebih tinggi dari
1 kHz menjadi lebih kecil. Jika sinyal tersebut dimodulasi FM, penyimpangan menjadi lebih
kecil dalam batas frekuensi tinggi dari gelombang sinyal. Akibatnya, faktor modulasi lebih
banyak berkurang. Hasilnya, potensial untuk noise dan beat interface bertambah. Untuk
kompensasinya faktor modulasi gelombang sinyal yang lebih dari 1 kHz dinaikan dalam
pemancar, untuk mencegah berkurangnya gelombang sinyal. Proses ini
disebut pre-emphasis.

Dalam penerimaan, dilengkapi dengan rangkaian de-emphasis untuk mengembalikan sinyal


yang sudah dinaikan (de-emphasis). Derajat (tinggi rendahnya) pre-emphasis dan de-emphasis
bergantung pada konstanta waktu. Konstanta waktu yang lebih besar mengakibatkan emphasis
yang lebih besar.

 Penggunaan amplitudo limiter ( pembatas amplitudo)


Jika noise tercampur kedalam gelombang FM, gelombang tersebut akan dimodulasi
amplitudo oleh noise. Pembatas amplitudo menghilangkan komponen AM (misalnya noise
tersebut) dan memberikan gelombang FM dengan amplitudo yang tetap ke rangkaian deteksi
gelombang. Inilah sebabnya kenapa pemancar FM tidak di pengaruhi noise.

Dalam pemancar FM, gelombang VHF digunakan sebagai pembawa (carrier) karena
diperlukan lebar band yang luas. Akan tetapi, gelombang radio dalam band ini sulit untuk
dipancarkan dengan jarak jauh. Akibatnya gelombang tersebut tidak bergesaran dengan yang
lainnya dan memungkinkan pemancar yang mantap setiap saat.

 Proses Modulasi Frekuensi (Frequency Modulation, FM)


Gambar 4.32 Proses Modulasi FM

Besar perubahan frekuensi (deviasi), δ atau fd, dari sinyal pembawa sebanding dengan
amplituda sesaat sinyal pemodulasi, sedangkan laju perubahan frekuensinya sama dengan
frekuensi sinyal pemodulasi.

Persamaan sinyal FM dapat dituliskan sebagai berikut:

eFM =ec sin ¿ ¿

Dimana ;

 eFM =Nilai sesaat sinyal FM


 Ec=amplitudo maksimum sinyal pembawa
 ωc =2 π fc dengan fc adalah frekue nsi sinyal pembawa
 ωm=2 π fm dengan fm atau fsadalah frekuensi sinyal pemodulasi
 mf =indeks modulasi frekuensi
Pada modulasi frekuensi kita mengenal istilah indeks modulasi (mf). Indeks modulasi ini
didefinisikan sebagai berikut :

fd δ
mf = =
fs fm

 Spektrum Sinyal FM

Gambar 4.33 Spektrum sinyal FM


Lebar bandwidth sinyal FM adalah tak berhingga. Namun pada praktek biasanya hanya
diambil bandwith dari jumlah sideband yang signifikan. Jumlah sideband signifikan ditentukan
oleh besar indeks modulasinya.

3. Perhitungan nilai konstanta input modulasi FM dengan rumus :


∆f0
k=
∆Vt
Berdasarkan hasil praktikum pada Tabel 4.2 Pengaruh Tegangan Input Modulator (Vi)
Terhadap Frekuensi Keluaran Modulator (f0) didapatkan perhitungan nilai konstanta
modulasi FM yaitu sebagai berikut :
 Mencari konstanta pada Input Modulator (Vi) 1 dan Frekuensi Keluaran
Modulator (f0) 1.
∆f 0
k=
∆ Vi

fv(1)−fv(−1)
k 1=
V ( 1 )−V (−1)

20,08−19,99
k 1=
1−(−1)

0,09
k 1=
2

k 1=0,045

 Mencari konstanta pada Input Modulator (Vi) 2 dan Frekuensi Keluaran


Modulator (f0) 2.
∆f 0
k=
∆ Vi

fv(2)−fv(−2)
k 1=
V ( 2 )−V (−2)

20,16−19,85
k 1=
2−(−2)

0,31
k 1=
4

k 1=0,0775
 Mencari konstanta pada Input Modulator (Vi) 3 dan Frekuensi Keluaran
Modulator (f0) 3.
∆f 0
k=
∆ Vi

fv (3)−fv(−3)
k 1=
V ( 3 ) −V (−3)

20,22−19,80
k 1=
3−(−3)

0,42
k 1=
6

k 1=0,07

 Mencari konstanta pada Input Modulator (Vi) 4 dan Frekuensi Keluaran


Modulator (f0) 4.
∆f 0
k=
∆ Vi

fv(4)−fv(−4)
k 1=
V ( 4 ) −V (−4 )

20,28−19,65
k 1=
4−(−4)

0,63
k 1=
8

k 1=0,078

 Mencari konstanta pada Input Modulator (Vi) 5 dan Frekuensi Keluaran


Modulator (f0) 5.
∆f 0
k=
∆ Vi

fv(5)−fv(−5)
k 1=
V ( 5 ) −V (−5)

20,35−19,61
k 1=
5−(−5)
0,74
k 1=
10

k 1=0,074

 Mencari konstanta pada Input Modulator (Vi) 6 dan Frekuensi Keluaran


Modulator (f0) 6.
∆f 0
k=
∆ Vi

fv(6)−fv(−6)
k 1=
V ( 6 )−V (−6)

20,45−19,57
k 1=
6−(−6)

0,88
k 1=
12

k 1=0,073

 Mencari konstanta pada Input Modulator (Vi) 7 dan Frekuensi Keluaran


Modulator (f0) 7.
∆f 0
k=
∆ Vi

fv(7)−fv(−7)
k 1=
V ( 7 )−V (−7)

20,53−19,51
k 1=
7−(−7)

1,02
k 1=
14

k 1=0,072

 Mencari konstanta pada Input Modulator (Vi) 8 dan Frekuensi Keluaran


Modulator (f0) 8.
∆f 0
k=
∆ Vi

fv(8)−fv(−8)
k 1=
V ( 8 )−V (−8)
20,62−19,49
k 1=
8−(−8)

1,13
k 1=
16

k 1=0,0706

 Mencari konstanta pada Input Modulator (Vi) 9 dan Frekuensi Keluaran


Modulator (f0) 9.
∆f 0
k=
∆ Vi

fv(9)−fv(−9)
k 1=
V ( 9 )−V (−9)

20,75−19,36
k 1=
9−(−9)

1,39
k 1=
18

k 1=0,077

 Mencari konstanta pada Input Modulator (Vi) 10 dan Frekuensi Keluaran


Modulator (f0) 10.
∆f 0
k=
∆ Vi

fv(10)−fv(−10)
k 1=
V ( 10 ) −V (−10)

20,92−19,32
k 1=
10−(−10)

1,6
k 1=
20

k 1=0,08

4. Grafik pengaruh tegangan input modulator terhadap frekuensi output modulator


Grafik Hubungan Vi (volt) terhadap fo (kHz)
15
13
11
Tegangan Input Modulator (Vi) (volt)

9
7
5
3
1
-1 9 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9
1 9 9 9 9 9 9 9 9 9 20 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 21
-3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2

-5
-7
-9
-11
-13
-15

Frekuensi Keluaran Modulator (fo) (kHz)

Analisa:

Hubungan antara tegangan input modulator Vi (volt) terhadap frekuensi keluaran


modulator f0 (kHz) adalah berbanding lurus. Artinya, semakin besar nilai tegangan
inputnya, maka frekuensi keluaran modulatornya juga akan semakin besar. Hal tersebut
terlihat dari grafik yang berupa garis yang bergerak naik ke atas seiring dengan
bertambah besar nilai input tegangan yang diberikan pada modulator. Nilai frekuensi
terendah adalah pada tegangan input (-10) volt yaitu sebesar 19,32 kHz sedangkan
frekuensi tertinggi pada tegangan input 10 volt yaitu sebesar 20,92 kHz. Antara frekuensi
tertinggi dan terendah terdapat selisih (S) sebesar:

S=Frekuensi Tertinggi−Frekuen si Terenda h

S=20,92−19,32

S=1,6 kHz

Selisih antara frekuensi tertinggi dan frekuensi terendah diperoleh 1,6 kHz. Jika
dinyatakan dalam persen adalah sebagai berikut:

FREKUENSI TERTINGGI −FREKUENSI TERENDA H


%KR = X 100%
FREKUENSI TERENDAH
20 , 92−19 , 32
%KR = X 100%
19 , 32

1,6
%KR = X 100%
19 ,32

%KR = 0,083%

Persentase selisih antara nikai frekuensi tertinggi dan frekuensi terendah adalah 0,08%.
Perubahan nilai frekuensi output pada modulator terjadi akibat variasi tegangan inputnya.

4.7 Kesimpulan
1) Modul DC Power Supply . Fungsi power supply yang banyak bisa memenuhi berbagai
kebutuhan listrik. Diantaranya:

 Dapat menaikkan atau menurunkan tegangan, dengan trafo kita bisa mengubah
tegangan menjadi AC/DC sesuai kebutuhan.
 Menyediakan beberapa metode pembagian tegangan untuk memenuhi kebutuhan
peralatan listrik.
 Mengubah tegangan AC ke tegangan DC dengan penyearah setengah gelombang atau
gelombang penuh.
 Memfilter atau menyaring tegangan DC non stabil ke tegangan stabil DC untuk
kebutuhan peralatan.
 Mengatur output power supply secara proporsional dengan beban yang diterapkan.

2) Function generator (generator fungsi) adalah alat uji yang bisa membangkitkan berbagai
macam bentuk gelombang. Bentuk gelombang yang bisa dihasilkan oleh function
generator diantaranya yaitu seperti bentuk gelombang sinus (sine wave), gelombang
kotak (square wave), gelombang gigi gergaji (saw tooth wave), gelombang segitiga
(triangular wave) dan gelombang pulsa (pulse).
3) Jenis Modulasi Sudut
 Modulasi Fasa (Phase Modulation)
 Modulasi Frekuensi (Frequency Modulation)

4) Perhitungan nilai konstanta modulasi FM dengan rumus :


∆f 0
k=
∆ Vi
5) Persentase selisih antara nilai frekuensi tertinggi dan frekuensi terendah adalah 0,08%.
Perubahan nilai frekuensi output pada modulator terjadi akibat variasi tegangan inputnya.
6) Semakin tinggi nilai amplitudo sinyal informasi(Vm) dan frekuensi sinyal informasi pada
sinyal termodulasi, (Nilai Tegangan Output sinyal termodulasi (Vt),Nilai frekuensi
rendah (low),dan nilai frekuensui tinggi (high) akan semakin naik.
7) Hubungan antara tegangan input modulator Vi(Volt) teerhadap frekuensi keluaran
modulator fo(KHz) adalah berbanding lurus. Dengan artian, semakin besar nilai tegangan
inputnya, maka frekuensi keluaran modulatornya juga akan semakin besar.
4.8 Referensi
4.9

Modulasi Frekuensi (Frequency Modulation, FM). (2022, September 4). Retrieved March 18,
2023, from web.id: https://elektronika-dasar.web.id/modulasi-frekuensi-frequency-
modulation-fm/

Kardiawarman. (n.d.). Proyek Pningkatan PPPG. Retrieved March 20, 2023, from upi.edu:
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/195905271985031-
KARDIAWARMAN/STS-P3G-AM_dan_FM.pdf

Kusmaryanto, S. (2013, December 2). TEKNIK MODULASI FREKUENSI (FM). Retrieved


March 19, 2023, from ub.ac.id: http://sigitkus.lecture.ub.ac.id/?p=1762

Pambudi, A. D. (2017). Sistem FM. Retrieved March 19, 2023, from TelkomUniversity.ac.id:
https://www.google.com/url?
sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=0CAQQw7AJahcKE
wjY4cGg2ur9AhUAAAAAHQAAAAAQAw&url=https%3A%2F
%2Fafiefdiaspambudi.staff.telkomuniversity.ac.id%2Ffiles%2F2013%2F11%2FSistem-
FM.pptx&psig=AOvVaw1NriLiBiJOmrjlbqd

polsri. (n.d.). Modulasi . Retrieved March 2023, from polsri.ac.id:


http://eprints.polsri.ac.id/8122/3/File%20III.pdf

Risetya, D. (2022, June 2). apa itu power supply? Retrieved March 20, 2023, from ekrut.com:
https://www.ekrut.com/media/fungsi-power-supply

Rizal. (2017, April 23). modul 1. Retrieved March 19, 2023, from pwt.ac.id:
https://rizal.dosen.ittelkom-pwt.ac.id/wp-content/uploads/sites/23/2017/04/Modul-1.pdf

Telecommunication. (2020, July 23). modulasi dan demodulasi am. Retrieved March 19, 2023,
from blogspot.com: https://zona-teknikk001.blogspot.com/2020/07/modulasi-dan-
demodulasi-am-lengkap.html

Roody, Dennis dan Collen, John. 1990. Komunikasi Elektronika. Jilid 1. Jakarta. Penerbit
Erlangga.
Schwartz, Mischa.1986.Informasi, Modulasi dan Bising. Edisi III.Terjemahan Sri Jatno
Wirjosoedirdjo. Jakarta. Penerbit Erlangga. (Modulasi Frekuensi (Frequency Modulation, FM),
2022)

Anda mungkin juga menyukai