Anda di halaman 1dari 19

Disusun Oleh :

Kelompok 2
 Fahdina Hutami Omeini 2231130063
 Nurul Asmainna 2231130021
 Saut Jhonathan 2231130033
 Sherly Darissalamah 2231130019
 Wandha Zahylla 2231130079
 Yusqi Fahreiza 2231130099

PERCOBAAN IV
MODULASI FREKUENSI

4.1 Tujuan :
1. Mengetahui dan memahami proses modulasi frekuensi
2. Mengetahui dan memahami karakteristik sinyal termodulasi frekuensi
3. Mengetahui dan memahami nilai kostanta modulasi frekuensi

4.2 Dasar Teori


1. Prinsip kerja modulasi frekuensi
Modulasi frekuensi merupakan suatu modulasi dimana frekuensi gelombang pembawa
berubah-ubah menurut sinyal informasi. Gambar 4.1 menunjukkan prinsip kerja proses
modulasi frekuensi. Gambar 4.1(a) adalah sinyal pemodulasi, sedangkan sinyal
pembawa ditunjukkan oleh Gambar 4.1(b). Sinyal termodulasi yang terbentuk dapat
dilihat dalam Gambar 4.1(c). Dalam gambar tersebut tampak bahwa perubahan
amplitudo sinyal pemodulasi menyebabkan terjadinya perubahan pada periode sinyal
pembawa. Sehingga, frekuensi sinyal pembawa juga mengalami perubahan.

Gambar 4.1 Modulasi frekuensi dari gelombang pembawa sinus oleh sinyal sinus (a).
Sinyal Pembawa tak termodulasi (b). Sinyal pemodulasi (c). Gelombang termodulasi
frekuensi
Amplitudo gelombang pembawa tidak berubah, meskipun telah dimodulasi.
Amplitudo gelombang pemodulasi menentukan besarnya perubahan frekuensi
pembawa, sedangkan frekuensi pemodulasi menentukan kecepatan perubahan
frekuensi pembawa.

2. Perhitungan indeks modulasi dan bentuk spektrum modulasi frekuensi


Perhitungan indeks modulasi dapat dilakukan dengan persamaan sebagai berikut:
δ
mf =
fm
Dimana :
mf =¿Indeks modulasi FM
δ =¿ Deviasi frekuensi maksimum sinyal carrier yang disebabkan oleh amplitude sinyal
informasi
f m=¿ Frekuensi sinyal informasi

Index modulasi merepresentasikan seberapa besar perubahan frekuensi sinyal carrier


terhadap bandwidth sinyal informasi (base band)

Spektrum modulasi frekuensi

Gambar 4.2 Spektrum FM

Bentuk spektrum modulasi frekuensi (FM) tergantung pada bentuk gelombang


informasi dan besarnya indeks modulasi, yang menunjukkan seberapa besar
perubahan frekuensi pembawa sesuai dengan amplitudo sinyal informasi.
Jika sinyal informasi merupakan gelombang sinusoidal murni, maka spektrum
FM akan terdiri dari puncak utama pada frekuensi pembawa dan puncak-puncak
samping pada frekuensi-frekuensi yang merupakan kelipatan frekuensi informasi.
Jumlah puncak-puncak samping yang muncul di spektrum FM tergantung pada indeks
modulasi, dengan indeks modulasi yang lebih besar menghasilkan lebih banyak
puncak samping di sekitar puncak utama.
Namun, jika sinyal informasi tidak murni sinusoidal, spektrum FM akan
menjadi lebih kompleks. Gelombang segitiga, gelombang kotak, atau bentuk
gelombang lainnya akan menimbulkan variasi spektrum FM yang berbeda. Selain itu,
jika terdapat perubahan cepat pada sinyal informasi, seperti pada sinyal modulasi
pulsa, spektrum FM akan memiliki puncak samping yang lebih banyak dan lebih
terkonsentrasi di frekuensi yang lebih tinggi.
Secara umum, bentuk spektrum FM dapat dihitung menggunakan transformasi
Fourier dan bergantung pada bentuk gelombang informasi dan besar indeks modulasi.
Hal ini memungkinkan untuk merancang sistem FM yang sesuai dengan persyaratan
aplikasi tertentu.

3. Cara mencari kostanta modulasi frekuensi


Konstanta modulasi frekuensi (FM) adalah salah satu parameter penting dalam
sistem modulasi frekuensi. Konstanta modulasi frekuensi didefinisikan sebagai
perubahan frekuensi pembawa yang dihasilkan oleh perubahan amplitudo sinyal
modulasi.
Secara matematis, konstanta modulasi frekuensi didefinisikan sebagai rasio
antara deviasi frekuensi dan amplitudo sinyal modulasi. Deviasi frekuensi adalah
perubahan maksimum dalam frekuensi pembawa yang dihasilkan oleh sinyal
modulasi, sedangkan amplitudo sinyal modulasi adalah nilai puncak dari sinyal
modulasi.
Dalam praktiknya, konstanta modulasi frekuensi sering diukur dalam satuan
hertz per volt (Hz/V). Hal ini menggambarkan perubahan frekuensi pembawa dalam
hertz yang dihasilkan oleh perubahan amplitudo sinyal modulasi sebesar satu volt.
Semakin besar konstanta modulasi frekuensi, semakin besar pula perubahan frekuensi
pembawa yang dihasilkan oleh sinyal modulasi.
Konstanta modulasi frekuensi biasanya dipilih sedemikian rupa sehingga
menghasilkan indeks modulasi yang sesuai dengan persyaratan aplikasi. Indeks
modulasi adalah rasio antara deviasi frekuensi dan frekuensi modulasi, dan
menunjukkan seberapa banyak frekuensi pembawa berubah sesuai dengan amplitudo
sinyal modulasi.
Dalam desain sistem modulasi frekuensi, penting untuk memilih konstanta
modulasi frekuensi yang sesuai untuk mencapai kualitas modulasi yang optimal dan
memenuhi persyaratan aplikasi. Hal ini melibatkan pemilihan nilai konstanta
modulasi frekuensi yang tepat, yang memungkinkan pengaturan indeks modulasi yang
diinginkan dan menghindari distorsi atau perubahan frekuensi pembawa yang tidak
diinginkan.
Untuk mencari kostanta FM dapat menggunakan persamaan sebagai berikut :

∆f o
k=
∆Vi

4. Aplikasi dan keuntungan modulasi frekuensi


Keuntungan modulasi frekuensi
 Dalam penerima FM, kebisingan dapat dikurangi dengan meningkatkan
penyimpangan frekuensi dan karenanya penerimaan FM kebal terhadap
kebisingan dibandingkan dengan penerimaan AM, sehingga radio FM memiliki
kualitas suara yang lebih baik daripada radio AM
 FM kurang rentan terhadap beberapa jenis gangguan, perlu diingat bahwa
hampir semua gangguan alami dan buatan manusia dilihat sebagai perubahan
amplitudo.
 FM tidak memerlukan tahap amplifikasi linier dan dilengkapi dengan daya
radiasi yang lebih sedikit.
 FM lebih mudah untuk mensintesis pergeseran frekuensi daripada pergeseran
amplitudo membuat modulasi digital lebih sederhana.
 FM memungkinkan sirkuit yang lebih sederhana digunakan untuk pelacakan
frekuensi (AFC) di penerima.
 Pemancar FM sangat efisien daripada pemancar AM karena dalam transmisi
AM sebagian besar daya terbuang percuma di pembawa yang ditransmisikan.
 Transmisi FM dapat digunakan untuk transmisi suara stereo karena jumlah
sideband yang banyak
 Sinyal FM telah ditingkatkan ke rasio kebisingan (sekitar 25dB) sehubungan
dengan gangguan buatan manusia.
 Gangguan akan sangat berkurang secara geografis antara stasiun radio FM
tetangga.
 Area layanan untuk daya pemancar FM yang diberikan telah ditentukan dengan
baik.

Aplikasi Modulasi Frekuensi


Frequency Modulation (FM) adalah suatu bentuk modulasi di mana perubahan
frekuensi gelombang pembawa berhubungan langsung dengan perubahan sinyal
baseband. FM dianggap sebagai bentuk modulasi analog karena sinyal baseband
biasanya merupakan bentuk gelombang analog tanpa diskrit, nilai digital. Ringkasan
keuntungan dan kerugian dari modulasi frekuensi, FM, merinci mengapa itu digunakan
dalam aplikasi tertentu dan bukan yang lain.Contoh aplikasi modulasi frekuensi yaitu
sebagai berikut.
 Radio FM penyiaran
Keuntungan besar dalam transmisi radio karena memiliki rasio signal-to-noise
yang lebih besar. Artinya, itu menghasilkan gangguan frekuensi radio yang
rendah. Inilah alasan utama mengapa banyak stasiun radio menggunakan FM
untuk menyiarkan musik melalui radio.
 Radar
Penerapan di bidang pengukuran jarak radar adalah Radar gelombang kontinu
termodulasi frekuensi (FM-CW) - disebut juga radar modulasi frekuensi
gelombang kontinu (CWFM) - adalah perangkat radar pengukur jarak pendek
yang mampu menentukan jarak.
 Pencarian seismic
Frmodulasi kesetaraan yang sering digunakan untuk melakukan survei seismik
termodulasi melibatkan langkah-langkah penyediaan sensor seismik yang
mampu menerima sinyal seismik termodulasi yang terdiri dari sinyal frekuensi
yang berbeda, mentransmisikan informasi energi seismik termodulasi ke bumi,
dan merekam indikasi pantulan dan gelombang seismik yang dibiaskan. oleh
sensor seismik sebagai respons terhadap transmisi informasi energi seismik
termodulasi ke bumi.
 Sistem telemetri
Pada kebanyakan sistem telemetering, modulasi dilakukan dalam dua tahap.
Pertama, sinyal memodulasi subcarrier (gelombang frekuensi radio yang
frekuensinya di bawah dari pembawa akhir), dan kemudian subcarrier
termodulasi, pada gilirannya, memodulasi pembawa keluaran. Modulasi
frekuensi digunakan di banyak sistem ini untuk memberi kesan informasi
telemetri pada subcarrier. Jika multiplexing pembagian frekuensi digunakan
untuk menggabungkan grup saluran subcarrier termodulasi frekuensi ini, sistem
ini dikenal sebagai sistem FM / FM.
 Siaran radio dan televisi
Modulasi frekuensi (FM) paling umum digunakan untuk siaran radio dan
televisi, ini membantu dalam rasio sinyal terhadap noise yang lebih besar. Pita
FM dibagi menjadi berbagai tujuan. Saluran televisi analog 0 hingga 72
memanfaatkan bandwidth antara 54 MHz dan 825 MHz. Selain itu, pita FM
juga mencakup radio FM yang beroperasi dari 88 MHz hingga 108 MHz.
Setiap stasiun radio menggunakan pita frekuensi 38 kHz untuk menyiarkan
audio.
 Sistem perekam pita magnetik
FM juga digunakan pada frekuensi menengah oleh sistem VCR analog
(termasuk VHS) untuk merekam bagian luminansi (hitam dan putih) dari sinyal
video.
 Pemantauan EEG
Dengan menetapkan model modulasi frekuensi (FM) untuk memantau aktivitas
otak secara noninvasif, electroencephalogram (EEG) tetap menjadi alat yang
paling andal dalam diagnosis kejang neonatal serta deteksi dan klasifikasi
kejang melalui metode pemrosesan sinyal yang efisien.
 Sistem radio dua arah
FM juga digunakan untuk berbagai sistem komunikasi radio dua arah. Baik
untuk sistem komunikasi radio tetap atau seluler atau untuk digunakan dalam
aplikasi portabel, FM banyak digunakan di VHF dan di atasnya.

4.3 Alat dan Bahan


1. Modul DC Power Supply 1 buah
2. Modul Function Generator 2 buah
3. Modul Angle Modulator 1 buah
4. Multimeter digital 1 buah
5. Osiloskop Dual Trace 1 buah
6. U-Patch Panel Type C 1 buah
7. Resistor 220 Ω 2 buah
8. Potensiometer 1 kΩ 1 buah
9. Kabel BNC to Banana 2 buah
10. Jumper besar 8 buah
11. Jumper kecil 8 buah
12. Kabel Banana to Banana 3 buah
13. Penyangga besi 1 buah

4.4 Prosedur Praktikum


4.4.1 Karakteristik Sinyal Termodulasi
1. Siapkan alat dan bahan
2. Rangkai modul DC power supply dan 2 function generator di penyangga besi.
Function generator A akan menghasilkan sinyal informasi sedangkan function
generator B sinyal carrier.
3. Beri catu daya masing-masing blok dan sambungkan ground nya.
4. Atur keluaran function generator A 4Vpp, 200 Hz dan B 6Vpp, 2 kHz.
5. Hubungkan channel 1 osiloskop ke keluaran function generator A dan channel 2
osiloskop ke keluaran function generator B. Tampilkan sinyal keluaran masing-
masing function generator di osiloskop.
6. Hubungkan keluaran function generator A ke input VCO function generator B seperti
pada gambar 4.1. Dengan setting seperti ini, function generator A akan menghasilkan
sinyal informasi dar function generator B menghasilkan sinyal termodulasi

Gambar 4.3 Rangkaian percobaan karkteristik sinyal termodulasi FM

7. Tampilkan sinyal yang dihasilkan dengan setting langkah (6) pada osiloskop.
8. Ubah keluaran function generator A dan B sesuai dengan Tabel 4.1
9. Ulangi langkah 5-7
10. Amati sinyal keluaran yang dihasilkan

4.4.2 Menentukan Nilai Kostanta Modulasi

1. Siapkan alat dan bahan


2. Rangkai 2 buah Resistor dan potensiometer sebagai rangkaian pembagi tegangan
pada U-Patch seperti pada gambar 4.2
3. Letakkan DC power supply, U-patch, dan angle modulator pada penyangga besi
4. Sambungkan catu daya dan ground ke setiap blok.
5. Atur tegangan keluaran rangkaian pembagi tegangan pada U-Patch, Vout = 0V
6. Sambungkan Vout ke input blok angle modulator dan channel 1 osiloskop ke
outputnya seperti Gambar 4.3. Vout U-Patch akan menjadi tegangan input modulator
(V i )
Gambar 4.4 Rangkaian percobaan kostanta modulasi FM

7. Putar button pada angle modulator hingga frekuensi sinyal keluaran blok menjadi
20kHz.
8. Amati sinyal yang ditampilkan osiloskop
9. Dengan nilai pengaturan tombol angle modulator yang tetap, putar potensiometer
hingga didapat nilai sesuai dengan Tabel 4.2. Amati frekuensi sinyal keluaran.
osiloskop!
10. Hitung konstanta modulasi FM!

4.5 Hasil pengamatan


Table 4.1 Gambar Sinyal Carrier, Informasi, Termodulasi FM Hasil
Praktik

No Keterangan Gambar Sinyal

1 Sinyal Carrier
V c = 6 Vpp

f c = 2 kHz

Gambar 4.5 Sinyal Carrier


No Keterangan Gambar Sinyal

2 Sinyal Informasi
V m = 4 Vpp
f m = 200 Hz
Sinyal Termodulasi
V t = 6 Vpp
f t = 240,38 Hz
low

f t = 4,16 kHz
high

Gambar 4.6.a Sinyal Termodulasi V t

Gambar 4.6.b Sinyal Termodulasi f t low

Gambar 4.6.c Sinyal Termodulasi f t high

3 Sinyal Informasi
V m = 5 Vpp
f m = 300 Hz
Sinyal Termodulasi
V t = 6 Vpp
f t = 308,36 Hz
low

f t = 5,55 kHz
high

Gambar 4.7.a Sinyal Termodulasi V t


No Keterangan Gambar Sinyal

Gambar 4.7.b Sinyal Termodulasi f t low

Gambar 4.7.c Sinyal Termodulasi f t high

4 Sinyal Informasi
V m = 6 Vpp
f m = 400 Hz
Sinyal Termodulasi
V t = 6 Vpp
f t = 398,82 Hz
low

f t = 6,25 kHz
high

Gambar 4.8.a Sinyal Termodulasi V t

Gambar 4.8.b Sinyal Termodulasi f t low


No Keterangan Gambar Sinyal

Gambar 4.8.c Sinyal Termodulasi f t high

Tabel 4.2 Pengaruh Tegangan Input Modulator (V i ) Terhadap frekuensi Keluaran


Modulator ( f o)

V i (volt) f o (kHz) Gambar Sinyal Keluaran

-10 15,40

Gambar 4.9 Sinyal Keluaran V i = -10

-9 15,47

Gambar 4.10 Sinyal Keluaran V i = -9


V i (volt) f o (kHz) Gambar Sinyal Keluaran

-8 15,61

Gambar 4.11 Sinyal Keluaran V i = -8

-7 15,65

Gambar 4.12 Sinyal Keluaran V i = -7

-6 15,74

Gambar 4.13 Sinyal Keluaran V i = -6


V i (volt) f o (kHz) Gambar Sinyal Keluaran

-5 15,87

Gambar 4.14 Sinyal Keluaran V i = -5

-4 15,90

Gambar 4.15 Sinyal Keluaran V i = -4

-3 16,00

Gambar 4.16 Sinyal Keluaran V i = -3

-2 16,03
V i (volt) f o (kHz) Gambar Sinyal Keluaran

Gambar 4.17 Sinyal Keluaran V i = -2

-1 16,06

Gambar 4.18 Sinyal Keluaran V i = -1

0 16,09

Gambar 4.19 Sinyal Keluaran V i = 0

1 16,19

Gambar 4.20 Sinyal Keluaran V i = 1


V i (volt) f o (kHz) Gambar Sinyal Keluaran

2 16,22

Gambar 4.21 Sinyal Keluaran V i = 2

3 16,23

Gambar 4.22 Sinyal Keluaran V i = 3

4 16,34

Gambar 4.23 Sinyal Keluaran V i = 4

5 16,44
V i (volt) f o (kHz) Gambar Sinyal Keluaran

Gambar 4.24 Sinyal Keluaran V i = 5

6 16,51

Gambar 4.25 Sinyal Keluaran V i = 6

7 16,52

Gambar 4.26 Sinyal Keluaran V i = 7

8 16,68

Gambar 4.27 Sinyal Keluaran V i = 8


V i (volt) f o (kHz) Gambar Sinyal Keluaran

9 16,69

Gambar 4.28 Sinyal Keluaran V i = 9

10 16,79

Gambar 4.29 Sinyal Keluaran V i = 10

4.6 Analisis
1. Fungsi masing-masing komponen blok modul yang digunakan dalam praktikum
 Modul DC Power Suply berfungsi untuk memberi arus listrik DC
 Modul Function Generator berfungsi untuk pembangkitan gelombang
 Modul angle modulator sebagai komponen untuk menghitung konstanta
modulasi , pada angle modulator juga terdapat tombol putar yang
berfungsi untuk mengatur keluaran frekuensi sinyal
 Multimeter digital berfungsi untuk mengukur tagangan output dari modul
power supply
 Osiloskop dual trace berfungsi memunculkan dua sinyal yang berlainan
dan untuk mengukur frekuensi dan amplitudo sinyal
 U-Patch berfungsi sebagai penghubung yang menyediakan multi port yang
menyalurkan kabel-kabel ke perangkat lainnya
 Resistor berfungsi untuk membatasi aliran arus
 Potensiometer berfungsi sebagai pembagi tegangan yang bisa disesuaikan
dan nilai resistansinya juga dapat disesuaikan
 Kabel BNC to Banana berfungsi untuk menghubungkan satu Rangkaian
elektronika ke rangkaian elektronika lainnya
 Jumper berfungsi untuk penghubung (connector) pada suatu rangkaian.
 Kabel banana to banana berfungsi untuk menghubungkan satu rangkaian
elektronika ke rangkaian elektronika lainnya
 Penyangga besi berfungsi untuk alat bantu penyangga modul dan
praktikum komponen

2. Karakteristik sinyal hasil termodulasi FM


Karakteristik sinyal hasil termodulasi FM yaitu amplitudo termodulasi yang sama
dengan amplitudo sinyal carrier, Frekuensi sinyal termodulasi low yang mendekati
nilai frekuensi sinyal informasi, serta sinyal termodulasi high yang lebih tiinggi
dibandingkan dengan frekuensi carrier.

3. Perhitungan nilai kostanta modulasi FM dengan rumus :


∆f
k= o
∆Vi
Perhitungan nilai kostanta modulasi FM berdasarkan data pada Tabel 4.2 hasil
praktikum yaitu sebagai berikut:

f v −f v 16,19−16,06 0,13
k 1= = = =0,06 5
1 (−1)

V 1 −V (−1) 1−(−1) 2
f v −f v 16 , 22−16,0 3 0,1 9
k 2= = = =0,0 47
2 (−2)

V 2 −V (−2 ) 2−(−2) 4
f v −f v 16 , 23−16,0 0 0 ,2 3
k 3= 3
=
(−3)
= =0,0 38
V 3−V (−3 ) 3−(−3) 6
f v −f v 16 , 34−15,90 0 , 44
k 4= = = =0,0 5 5
4 (−4)

V 4 −V (−4) 4−(−4) 8
f v −f v 16 , 44−1 5,87 0 , 57
k 5= = = =0,0 57
5 (−5)

V 5−V (−5 ) 5−(−5) 10


f v −f v 16 ,51−15,74 0 ,77
k 6= = = =0,06 4
6 (−6)

V 6−V (−6) 6−(−6) 12


f v −f v 16 ,51−15 , 6 5 0 , 87
k 7= 7
=
(−7)
= =0,06 2
V 7−V (−7) 7−(−7) 14
f v −f v 16 ,68−1 5 ,6 1 1,07
k 8= = = =0,06 6
8 (−8)

V 8−V (−8) 8−(−8) 16


f v −f v 16 ,6 9−1 5,47 1, 22
k 9= = = =0,06 7
9 (−9)

V 9−V (−9) 9−(−9) 18


f v −f v 16 , 7 9−1 5,40 1, 3 9
k 10 = = = =0,06 9
10 (−1 0)

V 1 0−V (−1 0) 1 0−(−1 0) 20

4. Grafik pengaruh tegangan input modulator terhadap frekuensi output modulator


Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dan berdasarkan data pada table 4.2
diperoleh grafik sebagai berikut :

Gambar 4.30 Pengaruh tegangan input modulator terhadap frekuensi output


modulator
4.7 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini adalah
a. Pada sinyal termodulasi FM nilai amplitudo termodulasi sama dengan nilai amplitudo
sinyal carrier
b. Pada sinyal termodulasi FM nilai frekuensi termodulasi low mendekati nilai frekuensi
sinyal informasi
c. Pada sinyal termodulasi FM nilai frekuensi termodulasi high lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai frekuensi sinyal carrier
d. Amplitudo gelombang pemodulasi menentukan besarnya perubahan frekuensi
pembawa, sedangkan frekuensi pemodulasi menentukan kecepatan perubahan
frekuensi pembawa.
e. Perubahan amplitudo sinyal pemodulasi menyebabkan terjadinya perubahan pada
periode sinyal pembawa. Sehingga, frekuensi sinyal pembawa juga mengalami
perubahan
f. Semakin tinggi tegangan input modulator, maka nilai frekuensi output modulator juga
akan semakin tinggi, serta nilai kostanta yang hamper mendekati.

4.8 Referensi

Laboratorium Telekomunikasi Analog dan Digital.2023.Modul Praktikum Telekomunikasi


Analog dan Digital, Modulasi Frekuensi. Politeknik Negeri Malang
Roody, Dennis dan Collen, John. 1990. Komunikasi Elektronika. Jilid 1. Jakarta. Penerbit
Erlangga.
Schwartz, Mischa.1986.Informasi, Modulasi dan Bising. Edisi III.Terjemahan Sri Jatno
Wirjosoedirdjo. Jakarta. Penerbit Erlangga.
Sigit Kusmaryanto, 2004, Diktat Kuliah: Sistem Transmisi Telekomunikasi, Teknik Elektro

Anda mungkin juga menyukai