MODUL 1
PENGANTAR SINYAL
NIM : 2004105010036
FAKULTAS TEKNIK
2022
BAB 1
PENDAHULUAN
Selain itu, terdapat juga sinyal data-tercacah dan sinyal boxcar. Sinyal data-
tercacah (sampled-data signal), yaitu sinyal waktu-diskrit yang dengan amplitude
bernilai-kontinu. Sinyal boxcar terkuantisasi (quantized boxcar signal), yaitu sinyal
waktu-kontinu dengan amplitudo bernilai-diskrit. Sinyal-sinyal tersebut digambarkan
dalam Gambar 1.1.
Gambar 1.1 Sinyal Waktu-kontinu, sinyal digital, sinyal data-tercacah, dan sinyal
boxtar terkuantisasi
Untuk sinyal waktu-kontinu, variable bebas kontinunya dilambangkan dengan
t, sementara untuk sinyal waktu-bebas variable bebas diskritnya dilambangkan dengan
n. Sebagai contoh, x(t) menggambarkan suatu sinyal waktu-kontinu dan x[n]
menggambarkan suatu sinyal waktu-diskrit. Setiap anggota, x[n], dari suatu sinyal
waktu-diskrit disebut sampel.
Secara matematik, sampel untuk sinyal waktu-kontinu x(t) pada saat t = nTs
adalah
x[n] = x ( nTs ) dengan n = 0, 1, 2, (1.1)
Secara geometrik, sinyal genap akan simetris terhadap sumbu y dan sinyal
ganjil akan antisimetrik terhadap titik O(0,0). Contoh yang paling sederhana untuk
sinyal genap adalah sinyal kosinus dan untuk sinyal ganjil adalah sinyal sinus.
Setiap sinyal waktu-kontinu x ( t ) mempunyai komponen sinyal genap dan ganjil
sedemikian sehingga
x ( t ) = xe ( t ) + xo ( t ) (1.4)
menjadi
x ( −t ) = xe ( t ) − xo ( t ) (1.5)
Jika dilakukan eliminasi antara persamaan (1.4) dan (1.5) akan menghasilkan
1
xe ( t ) = x ( t ) + x ( −t ) (1.6)
2
1
xo ( t ) = x ( t ) − x ( −t ) (1.7)
2
3. Sinyal periodik dan sinyal aperiodik
Sinyal x ( t ) periodik jika memenuhi
x (t ) = x (t + T ) (1.8)
dengan T adalah suatu konstanta positif yang menyatakan periode sinyal tersebut. Nilai
T terkecil yang memenuhi persamaan (1.8) disebut sebagai periode dasar. Kebalikan
dari T disebut sebagai frekuensi.
1
f = (1.9)
T
Frekuensi pada persamaan (1.9) dinyatakan dalam satuan Hz (hertz) atau siklus
per detik. Cara lain menyatakan frekuensi adalah dengan satuan radian per detik yang
disebut sebagai frekuensi sudut (angular).
2
= 2 f = (1.10)
T
Contoh sinyal periodik ditunjukkan pada Gambar 1.2. Gambar 1.2 mempunyai
periode 0,2 detik.
Sinyal yang tidak memenuhi persamaan (1.10) disebut sinyal aperiodik. Mirip
dengan sinyal waktu-kontinu, untuk sinyal waktu-diskrit periodik memenuhi
x n = x n + N (1.11)
dengan N adalah konstanta bilangan bulat positif. Nilai N terkecil yang memenuhi
persamaan (1.11) disebut periode dasar untuk sinyal waktu-diskrit x n . Frekuensi
2. Sinyal sinusoidal
Secara umum, sinyal sinus dan kosinus disebut sebagai sinyal sinusoidal. Sinyal
kosinus pada dasarnya adalah sinyal sinus yang digeser 2 radian ke kiri. Sehingga,
sinyal kosinus dapat dinyatakan dalam sinus dan begitu juga sebaliknya. Dalam buku
ini sinyal sinusoidal referensi yang digunakan adalah kosinus yang secara umum
dinyatakan sebagai
x ( t ) = A cos (t + ) (1.15)
dengan A adalah amplitudo, ω adalah frekuensi sudut dalam radian/detik, dan ϕ adalah
sudut fasa dalam radian.
Sinyal sinusoidal adalah sinyal periodik dengan periode
2
T= (1.16)
Bentuk sinyal sinusoidal seperti pada persamaan (1.15) disebut sebagai bentuk
polar. Sinyal sinusoidal juga dapat dinyatakan dalam bentuk rectangular, yaitu terdiri
dari komponen sinus dan kosinus, seperti ditunjukkan persamaan (1.19).
(
C 2 + D 2 = A2 cos2 + sin 2 ) (1.20)
A =C +D A= C +D
2 2 2 2 2
C −1 − D
= cos −1 = sin (1.21)
A A
Jika dua sinyal sinusoidal yang mempunyai frekuensi yang sama dijumlahkan,
maka hasilnya juga merupakan sinusoidal dengan frekuensi yang sama pula. Jika
diberikan x1 ( t ) = A1 cos (t + 1 ) dan x2 ( t ) = A2 cos (t + 2 ) maka
Dengan
dengan e jt adalah sinusoidal kompleks dengan amplitudo 1 dan fase 0 dan Ae j
adalah amplitudo kompleks.
Jika sinyal sinusoidal dikalikan dengan sinyal eksponensial menurun akan
didapatkan sinyal yang disebut sebagai sinyal sinusoidal teredam eksponensial
(exponentially damped sinusoidal signal) yang ditunjukkan pada Gambar 1.9. Sinyal
sinusoidal teredam eksponensial diberikan oleh persamaan (1.26).
1, t 0
u (t ) = (1.27)
0 t 0
1, n 0
u n = (1.28)
0, n 0
Sinyal unit step kontinu dan diskrit ditunjukkan pada Gambar 1.10. Sinyal unit
step kontinu tidak terdefinisi pada saat t = 0 , karena pada waktu tersebut terjadi
lonjakan tiba-tiba dari 0 ke 1.
x[n]
1
n
−3 −2 −1 0 1 2 3 4
(a) (b)
Gambar 1.10 Sinyal unit step (a) kontinu (b) diskrit
Contoh 1.1
Sinyal rectangular dapat dibentuk dari penjumlahan dua sinyal unit step. Secara umum,
sinyal rectangular dengan amplitudo A didefinisikan sebagai
A rect ( t 2a ) = A u ( t + a ) − u ( t − a ) (1.29)
Untuk sinyal rectangular seperti pada Gambar 1.11 terbentuk dari persamaan-
persamaan
x1 ( t ) = Au ( t + 0,5 )
x2 ( t ) = − Au ( t − 0,5 )
Sehingga menjadi
x ( t ) = x1 ( t ) + x2 ( t ) = Au ( t + 0,5 ) − Au ( t − 0,5 )
= A rect ( t )
1, t 0
sgn t = 0, t = 0 (1.30)
−1 t 0
Fungsi tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.12 dan dapat juga dinyatakan dalam unit
step sebagai
sgn t = −1 + 2u ( t ) (1.31)
x (t ) (t ) dt = x ( 0)
t1
t1 0 t2 (1.32)
dengan syarat x ( t ) kontinu pada x = 0 . Beberapa properti untuk fungsi Dirac delta
tersebut adalah:
1. ( 0 ) = 1
2. ( t ) = 0, t0
3. (t ) dt = 1
−
1, n = 0
n = (1.33)
0, n 0
Fungsi Dirac delta kontinu dan diskrit ditunjukkan pada Gambar 1.13.
(a) (b)
Gambar 1.13 Fungsi Dirac delta (a) kontinu (b) diskrit
Fungsi impuls merupakan turunan pertama dari fungsi unit step, dan sebaliknya
juga unit step merupakan integral dari fungsi impuls.
d
(t ) = u (t ) (1.34)
dt
t
u (t ) = ( ) d (1.35)
−
x (t ) , t1 t0 t2
t2
x (t ) (t − t ) dt = 0,
0
0 (1.36)
t1 yang lain
diintegral selama selang waktu antara t1 dan t2 maka sinyal akan ‘tersaring’ sehingga
hanya terdefinisi pada t = t0 , selainnya adalah nol, dengan catatan t0 ada dalam rentang
t1 t0 t2 .
x ( t ) ( t − t0 ) = x ( t0 ) ( t − t 0 ) (1.37)
( t − t0 ) maka akan dihasilkan sinyal x ( t0 ) yaitu hanya terdefinisi pada saat sinyal
unit impulse terdefinisi.
Properti penskalaan (scaling property). Properti penskalaan pada unit impulse dapat
ditulis sebagai
1 b
( at + b ) = t + (1.38)
a a
Turunan fungsi impulse. Turunan fungsi unit impulse disebut unit doublet,
didefinisikan sebagai
t2
x (t ) ' (t − t ) dt = − x ' (t ) ,
t1
0 0 t1 t0 t2 (1.39)
doublet adalah:
1. x ( t ) ' ( t − t0 ) = x ( t0 ) ' ( t − t0 ) − x ' ( t0 ) ' ( t − t0 )
t
2. ' ( − t ) d = (t − t )
−
0 0
1 b
3. ' ( at + b ) = ' t +
a a
Turunan kedua unit impulse disebut triplet. Turunan ke-n dari unit impulse diberikan
sebagai
t2
x (t ) (t − t ) dt = ( −1) x( n ) ( t0 ) , t1 t0 t2
( )n n
0 (1.40)
t1
u ( ) d = d = r ( t )
− 0
(1.42)
6. Fungsi sampling
Fungsi yang paling sering muncul pada spektrum frekuensi adalah fungsi sampling
Sa ( x ) , yang didefinisikan sebagai
sin ( x )
Sa ( x ) = (1.43)
x
Fungsi Sa ( x ) merupakan fungsi sinus yang teredam karena nilai
pembilangnya terbatas, yaitu sin x 1 , namun penyebutnya akan terus naik. Fungsi
Sa ( x ) ditunjukkan pada Gambar 1.16. Terlihat fungsi tersebut adalah fungsi genap
Fungsi yang berkaitan dengan fungsi sampling adalah fungsi sinc ( x ) , yaitu
sin x
sinc ( x ) = = Sa ( x ) (1.44)
x
Fungsi sinc ( x ) ditunjukkan pada Gambar 1.17 yang menunjukkan fungsi
Perintah
axis([xmin xmax ymin ymax])
digunakan untuk menyetel batas minimum dan maksimum sumbu x dan sumbu y.
0.8
0.6
amplitudo
0.4
0.2
-0.2
-1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
sampel
% Program 1.2
% Menggambar fungsi unit impuls
% Menentukan panjang signal
N = input('masukkan panjang sinyal = ')
x = 0:(N-1);
delta = [1 zeros(1,N-1)];
% Melakukan plot sinyal
stem(x,delta)
axis([-1 N -0.2 1.2])
xlabel('sampel')
ylabel('amplitudo')
Dengan menggunakan panjang sinyal yang sama dengan contoh sebelumnya didapat
hasil seperti pada Gambar 2.2.
0.8
0.6
amplitudo
0.4
0.2
-0.2
-1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
sampel
2
bagian real
bagian imajiner
1.5
0.5
amplitudo
-0.5
-1
-1.5
-2
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
waktu
Sebuah sinyal waktu diskrit, x[n], adalah sebuah fungsi yang memetakan
variabel bebas (independent) n, ke variabel dependent x. Variabel n adalah bilangan
bulat (integer) yang berfungsi sebagai indeks waktu diskrit. Sedangkan x dapat bernilai
real atau kompleks. Pada praktikum ini dan seterusnya, x dianggap bernilai real, dan
sering disebut dengan amplitudo. Ilustrasi sinyal waktu diskrit x[n] dapat dilihat pada
Gambar 2.4. Harus diingat kembali bahwa variabel T pada gambar tersebut adalah
waktu cuplik atau sampling.
Gambar 2.4 Sinyal Waktu Diskrit
Fungsi impseq. Dapat membangkitkan sinyal unit pulsa. Fungsi ini mempunyai
[x, n]=impseq(n0, ns, ne). Fungsi tersebut mempunyai dua variabel output yaitu x dan
n dan mempunyai tiga variabel input, n0, ns dan ne. Variabel n0 menyatakan posisi
unit pulsa. Sedangkan variabel ns dan ne adalah indeks awal dan akhir interval sinyal
unit pulsa. Berikut adalah definisi fungsi impseq.
Matlab mempunyai fungsi built-in yang dapat digunakan untuk membuat plot
sinyal ini, yaitu: heaviside.
Kita akan mencoba membuat sketsa dari fungsi sinc(x), seperti pada Gambar
2.5. MATLAB menyediakan perintah dengan nama yang sama, yaitu
sinc(x)
Berikut adalah contoh programnya:
% Program 1.4
% Melakukan plot fungsi sinc(x) dari x = -2pi sampai dengan x = 2pi
x = -2*pi:0.2:2*pi
y = sinc(x);
% Melakukan plot sinyal
plot(x,y,'b')
hold on
stem(x,y,'rd:')
xlabel('waktu')
ylabel('amplitudo')
legend('kontinu','diskrit')
1
kontinu
diskrit
0.8
0.6
0.4
amplitudo
0.2
-0.2
-0.4
-8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8
waktu
h[n] = 2(0.8)n, 0 ≤ n ≤ 6.
Plot sinyal tersebut dengan MATLAB dapat dilakukan dengan rangkaian kode
berikut:
3.1.2 Tampilan hasil plot Sinyal unit impulse dapat divisualisasikan dengan
MATLAB sebagai berikut:
3.2 Hasil Dan Pembahasan
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan simulasi pada software mathlab maka dihasilkan plot sinyal dari
h[n] = 2(0.8)n, dengan 0 ≤ n ≤ 6 seperti gambar 3.1 yang mana dapat
disimpulkan bahwa semakin besar n maka semakin kecil amplitudo yang
dihasilkan atau berbanding terbalik. Hal ini dikarenakan r = e untuk
0 r 1 sinyal akan menurun dimana r yang digunakan sebesar 0,8 maka
sinyal yang dihasilkan menurun.
2. Dari plot sinyal h[n] = 2(0.8)n, dengan 0 ≤ n ≤ 6 seperti gambar 3.1
menunjukkan bahwa sinyal tersebut merupakan sinyal eksponensial.
3. Berdasarkan simulasi pada software mathlab maka dihasilkan plot sinyal unit
impuls dengan n= -10:10 seperti gambar 3.2 yang mana dapat disimpulkan
bahwa hanya n=0 yang memiliki amplitudo sebesar 1 selain dari n=0 nilai
amplitudonya sebesar 0.