Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-ISSN: 2548-964X

Vol. 3, No. 9, September 2019, hlm. 8454-8462 http://j-ptiik.ub.ac.id

Sistem Pengenalan Pergerakan Lengan Menggunakan Exponential Moving


Average Dengan Metode Decision Tree Berbasis EMG
Aufa Nizar Faiz1, Rizal Maulana2, Fitri Utaminingrum3

Program Studi Teknik Komputer, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Email: 1auzariz@gmail.com, 2rizal_lana@ub.ac.id, 3f3_ningrum@ub.ac.id

Abstrak
Manusia dapat melakukan perkerjaannya dalam kondisi sehat, maka kesehatan adalah hal
paling penting dalam kehidupan. Tetapi banyaknya manusia yang tidak dapat melakukan pekerjaannya
dikarenakan keterbatasan fisik, yang biasa disebut penyandang disabiltas. Teknik biomedis adalah
ilmu medis yang menggunakan ilmu medis dan desain insinyur untuk memecahkan masalah
kesehatan. Electromyograhy (EMG) salah satu ilmu biomedis yang dapat mendeteksi sinyal yang
dihasilkan kontraksi pada otot, dengan menggunakan EMG dapat membuat sistem pedeteksian sinyal
kontraksi otot terutama pada otot lengan. Pada sistem ini akan membantu pedeteksian kontraksi otot
lengan untuk penyandang disabilitas pada lengan. Pedeteksian dilakukan pada perubahan derajat
lengan, derajat yang dideteksi yaitu 0, 30, 60, 90, 120, 150, dan 180 dejarat. Sinyal-sinyal yang
diterima oleh EMG memiliki noise yang dapat menganggu pedeteksian, maka diperlukannya
pengalusan sinyal berupa metode exponential moving average (EMA). Exponential moving average
mempunyai nilai bobot untuk melakukan pengahulan, nilai yang dipakai yaitu 0.1 dan 0.3. Setelah
melakukan penghalusan sinyal, maka dilakukannya pendeteksian perubahan derajat dengan
menggunakan metode klasifikasi decision tree. Kemudian hasil dari klasifikasi akan ditampilkan pada
LED dan LCD.
Kata kunci: sinyal otot, gerakan lengan, elektromiographi, Exponential Moving Average, decision
tree
Abstract
Humans can carry out their work in a healthy condition, so health is the most important thing in
life. But many people are unable to do their jobs due to physical limitations, commonly called persons
with disabilities. Biomedical engineering is medical science that uses medical science and design
engineers to solve health problems. Electromyograhy (EMG), one of the biomedical sciences that can
detect signals generated by contractions in muscles, using EMG can make the system of detecting
signals of muscle contractions, especially in the arm muscles. This system will help detect arm muscle
contractions for people with disabilities in the arms. Detection is performed on changes in the degree
of the arm, the degrees detected are 0, 30, 60, 90, 120, 150, and 180 degrees. Signals received by
EMG have noise that can interfere with detection, so signal refining is required in the form of an
exponential moving average (EMA) method. Exponential moving average has a weighting value to
make a reward, the value used is 0.1 and 0.3. After refining the signal, the detection of degree changes
is performed using the decision tree classification method. Then the results of the classification will be
displayed on the LED and LCD.
Keywords: muscle signal, arm movement, electromyography, Exponential Moving Average, decision
tree

manusia tidak dapat melakukan akitifitas dan


1. PENDAHULUAN pekerjaannya dikarenakan keterbatasan fisik
Sehat hal yang sangat penting oleh manusia yang biasa disebut penyandang disabilitas.
untuk melakukan aktifitas dan pekerjaannya. Disabilitas biasanya terlihat memiliki
Bagi manusia sehat sangat dijaga dikarenakan keterbatasan fisik pada kaki, tetapi tidak banyak
sehat sangatlah mahal. Tetapi banyaknya juga yang memiliki keterbatasa fisik pada
tangan dalam hal menggerakan lengan.

Fakultas Ilmu Komputer


Universitas Brawijaya 8454
Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 8455

Pada saat ini teknologi dan ilmu medis


berkembang dengan cepat, yang menglahirkan
teknik biomedis. Teknik biomedis adalah ilmu
medis yang menggunakan ilmu medis dan
desain insinyur untuk memecahkan masalah
kesehatan. Biomedis dapat melakukan
pendeteksian sinyal dari tubuh manusia yaitu
sinyal biomedis. Sinyal biomedis merupakan Gambar 1. Deskripsi Umum
sinyal yang dapat diukur dan dianalisis untuk
mengetahui informasi mengenai struktur dan 2.1 Perancangan Perangkat Keras
fungsi dari sistem biologis sebuah organ tubuh Pada tahap ini akan membahas tentang
(Santagati, et al., 2017). Salah satu ilmu proses perancangan terkait dengan perangkat
pedeteksian sinyal dari tubuh manusia yaitu keras yang digunakan yaitu pembahas sensor
electromyograhy (EMG), adalah sebuah proses AD8232 sebagai output pendetekasian sinyal
deteksi, analisis dan pemanfaatan sinyal listrik gerak otot (EMG) dan menghasilkan sinyal
yang berasal dari kontraksi otot (De Luca., yang akan diteruskan sebagai output Liquid
2006). Ilmu ini dapat membantu penyandang Crystak Display (LCD) 16x2 I2C berupa
disabilitas melakukan aktifitas dan pekerjaanya. sebuah text dan Light Emitting Diode (LED)
Pada perangkat electromyograhy dapat agar sistem dapat diimplementasikan sesuai
melakukan pendeteksian sinyal yang dihasilkan dengan tujuan yang diharapkan.
kontraksi otot, sinya tersebut memiliki
amplitudo yang berbeda-beda. Amplitudo 2.1.1 Peracangan Peletakkan Elektroda
sering ditemui noise yang menggangu sistem Pemasangan elektroda diletakkan pada
berkerja. Maka diperlukan filter sinyal untuk salah satu lengan atas pengguna dan peletakkan
menghilangkan noise tersebut, filter exponential harus memakai 3 elektroda. Tata letak setiap
moving average dapat melakukan penghalusan elektroda terpaku pada otot lengan biceps, 2
sinyal dan menghilangkan noise. Exponential elektroda akan diletakkan pada beberapa titik
moving average memiliki nilai bobot yang akan otot biceps. Elektroda pertama diletakkan pada
memperngaruhi penghalusan sinyal dan titik mendekati siku dan elektroda selanjutnya
menhilangkan noise dengan jarak nilai dari 0 akan diletakkan sedikit berjauhan pada titik
sampai 1 yang biasa nya diisikan nilai 0.1 pertama yang cenderung ketengan lengan.
sampai 0.9. Elektroda akan diletakkan pada lengan yang
Setelah dilakukan penghalusan dan tidak memiliki otot dan berdekatan dengan 2
menghilangkan noise, hal yang selanjutnya elektroda sebelumnya. Dari kedua elektroda
dilakukan adalah klasifikasi sinyal tersebut. pertama yang berfungsi sebagai input plus (+)
Decision tree adalah metode klasifikasi yang dan input minus (-), elektroda terkahir memiliki
simple dan mudah dilakukan, dengan fungsi sebagai ground. Berikut adalah
menggunakan klasifikasi ini pedeteksian gambaran perancangan peletakkan elektroda
perubahan derajat pada lengan dapat dilakukan pada Otot Lengan Atas seperti gambar 2.
seperti tujuan dari penelitian ini. Dengan
bahasan yang sudah dibahas maka penelitian ini
diharpakan dapat menjadi refrensi untuk
penelitian selanjutnya dalam rangka membuat
exoskeleton atau sejenisnya yang dapat
membantu penyandang disabilitas tertama pada
penyadang disabilitas pada lengan.

2. PERANCANGAN DAN
IMPLEMENTASI
Perancangan dan implementasi
menjelaskan komponen perangkat keras dan
perangkat lunak yang digunakan pada sistem Gambar 2. Peletakan Elektroda
pengenalan pergerakan seperti gambar 1.

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 8456

dari pin digital 3 sampai dengan pin digital 10.


Gambaran pemasangan bisa terlihat pada
gambar 4. Semua resistor 220 ohm akan
dipasangkan pada pin digital 3 sampai dengan
pin digital 10. LED memiliki 2 kaki yaitu
anoda(+) dan katoda(-) .Resistor yang
terhubung dengan pin digital 3 sampai dengan
pin digital 8 akan dipasangkan dengan semua
anoda LED berwarna putih secara berurutan,
begitu juga resistor yang terhubung pin digital 9
dipasangkan dengan anoda LED berwana hijau
dan resistor yang tehubung dengan pin digital
10 dipasangkan dengan anoda LED berwarna
Gambar 4. Skematik Perancangan LED merah. Setelah seluruh LED dan resistor telah
terhubung, seluruh kaki katoda LED
2.1.2 Peracangan Sensor AD8232 pada
dihubungkan pada pin GND pada arduino uno.
Arduino Uno
Disini menjelaskan tentang 2.1.4 Perancangan LCD pada Arduino
perancangan skematik hardware sebagai input Pada tahap ini akan menjelaskan rangkaian
pada sistem. Terdiri dari arduino dan sensor liquid crystal display (LCD) yang dihubungkan
AD8232 yang dihubungkan satu sama lain pada arduino uno. LCD disini berperan sebagai
melalui pin yang tersedia pada kedua hardware. output selain LED. Berbedangan LED, liquid
Setiap pin pada sensor AD8232 akan cystal display (LCD) akan menampilkan sebuah
dihubungkan pada pin yang tepat pada arduino. tulisan sebagai ouput. Pin-pin yang terdapat
Pin output yang tersedia pada sensor AD8232 pada LCD dihubungkan pada pin arduino uno.
akan dihubungkan pada pin A0(Analog 0) Pin pertama yaitu SDA yang akan dihubungkan
arduino, pin A0 tersebut beguna untuk pada pin arduino uno analog 4 (A4) dan yang
menerima data atau nilai analog dari sensor. kedua SDL yang akan dihubungkan pada pin
Selanjutnya pin 3.3v pada sensor AD8232 yang arduino uno analog 5(A5). Pin selanjutnya VCC
dihubungkan pada pin 3.3v. Yang terakhir dan GND, pada VCC akan dihubungkan dengan
adalah pin GND pada sensor AD8232, yang pin 5V pada arduino uno dan GND
dihubungkan pada pin GND arduino. Kedua pin dihubungkan pada pind GND arduino uno.
terakhir harus terhubung agar sensor bisa Perancangan LCD dapat dilihat pada gambar 5.
menyala. Gambaran skematik dapat dilihat pada
gambar 3. 2.2 Perancangan Perangkat Lunak
2.1.3 Perancangan LED pada Arduino Pada tahap ini menjelaskan tentang alur
Rangkaian ini menjelaskan hardware kerja sistem untuk memenuhi kebutuhan
berupa LED yang dihubungkan pada arduino fungsional dan non-fungsional yang
uno. Skematic ini memiliki 8 buah LED yang

Gambar 5. Skematik Perancangan LCD


dimana setiap LED akan terbuhung pada pin
digital arduino. Setiap LED mewakili paramater Gambar 6. Diagram Alir Klasifikasi Decision
yang akan ditentukan.Pin pada arduino dipilih Tree

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 8457

digambarkan dalam bentuk diagram alir. Exponential Moving Average filter.


Diagram alir adalah bagan yang memiliki arus Setelah sudah melakukan akuisisi data sensor
yang menggambarkan tahap-tahap penyelesaian makan akan dilakukan perancangan exponential
suatu masalah. Dengan menggunakan diagram moving average (EMA) untuk memperhalus
alir dapat menyapaikan suatu algoritma. Tujuan pengukuran sensor analog dengan
dibuatnya diagram alir yaitu menggambarkan menggunakan sedikit memori. exponential
suatu tahapan penyelesaian masalah secara moving average adalah sebuah metode
sederhana, terurai, rapi dan jelas dengan modifikasi moving average yang berbeda
menggunakan simbol-simbol standar. dengan simple moving average (SMA) yang
dianggap lebih lamban menerima sinyal terbaru.
2.2.1 Peracangan Sistem Klasifikasi Decision Filter dipakai untuk arduino dengan
Tree menggunakan rumus persamaan (2,1) dan
Terlihat pada gambar 6, input sensor persamaan (2,2):
analog hal yang pertama yang dilakukan dari 𝑆1 = 𝑌1 (2.1)
perancangan perangkat lunak, yang kemudian
akan dilakukan inisialisasi global variabel dan Dan untuk t>1:
library. Langkah ini dilakukan demi dapat
menggunakan variabel dan library yang sistem
𝑆𝑡 = 𝛼 ∙ 𝑌𝑡 + (1 − 𝛼) ∙ 𝑆𝑡−1 (5.2)
Dimana :
butuhkan. Inisialisasi fungsi setup yang dalam
ada beberapa tahap seperti inisialisasi liquid 𝑆𝑡 adalah output dari filter pada saat bersamaan
crystal display (LCD), Light emitting diode dengan t
(LED), dan pendeklarasian nilai exponential 𝑌𝑡 adalah input baru pada saat bersamaan
moving average. Selanjutnya percabangan pada dengan t
waktu milis jika waktu tepat maka akan 𝑆𝑡−1 adalah output filter sebelumnya
dilakukan proses akusisi data sensor dan 𝑆1 adalah nilai output data saat ini
melakukan tahap exponential moving average
filter. Setelah melakukan hal tersebut akan 𝑌1 adalah nilai input data baru
menghasilkan nilai yang akan dikategorikan Nilai alpha (α) adalah sebuah faktor nilai
dengan menggunakan klasifikasi decision tree. pembobotan dalam kisaran antara 0 dan 1 yang
Decision tree adalah metode pengenalan menentukan berapa banyak data sinyal yang
suatu nilai yang telah diterima yaitu data dari harus diperhitungkan. Nilai α akan ditentukan
exponential filter. Pengenalan dilakukan berdasarkan pengguna. Pembobotan α akan
melihat kategori pergerakkan berdasarkan berpengaruh terhadap sinyal maka, jika nilai α
derajat lengan. Ada 7 kataegori pergerakkan rendah akan menerima banyak data sinyal yang
yang akan dikenalkan yaitu gerakan 0, 30, 60 diperhitungkan dan semakin lambat respon
,90, 120, 150, dan 180 atau maksimum derajat. perubahan sinyal. Sedangkan jika nilai α tinggi
Jika data atau nilai sesuai salah satu dari akan menerima sedikit data sinyal yang
ketegori tersebut, maka decision tree akan diperhitungkan dan semakin cepat respon
melakukan keluaran suatu instruksi yaitu perubahan sinyal.
menghidupkan atau mematikan LED dan
menampilkan sebuah tulisan yang mewakili 2.3 Implementasi Sistem
pergerakkan di LCD. Setelah klasifikasi selesai
Pada tahap ini akan menjelaskan
maka akan ada percabangan yang akan dipilih
implementasi dari perancangan perangkat keras
untuk tetap menjalankan sistem atau
dan perancangan perangkat lunak pada
memberentikan jalannya sistem.
mikrokontroller yang dilakukan sebelumnya.
2.2.2 Peracangan Exponential Moving
2.3.1 Implementasi Perangkat Keras
Average filter
Implementasi perangkat keras akan
Pada tahap ini percangan akan
melakukan pemasangan setiap kompenen sesuai
dilakukan pada akuisisi data sensor dan
dengan perancangan sistem perangkat keras
exponential moving average. Hal yang dapat
yang telah dilakukan pada subbab sebelumnya.
dilakukan yaitu inisalisasi nilai variabel sensor
Komponen yang pertama yang dilakukan
value dari sensor analog, ini dilakukan agar
adalah rangakaian sensor AD8232 yang sudah
sistem mendapat nilai dari sensor analog. Hasil
terpasang ke pin arduino sesuai perancangan.
dari akuisisi data akan dilanjutkan ke
Rangakaian ini sangat penting dikarenakan

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 8458

sistem membutuhkan sebuah input yang dapat untuk mendeteksi pergerakkan lengan otot atas.
menerjemahkan sinyal electromyography Program yang akan diimplementasikan pada
(EMG) dari lengan otot ke mikrokontroler. mikrokontroler yaitu klasifikiasi decision tree
Kemudian beberapa rangkaian output yaitu untuk pergerakkan lengan otot.
rangkaian LED dan LCD I2C, kedua
rangakaian dihubungkan dengan menggunakan 3. PENGUJIAN DAN ANALISIS
bread board. Sistem memiliki delapan buah Pada tahap pengujian dan analisis
LED yang dimana keenam LED berwarna dilakukan terhadap semua sistem sudah
putih, satu buah LED berwarna hijau, dan satu melakukan implementasi. Pengujian
buah LED berwarna merah, semua LED dilaksanakan berdasarkana skenario yang telah
memiliki satu buah resistor sebesar 220Ω yang ditetapkan sebagai berikut. Pengujian pertama
terhubung. Pada rangakaian LCD menggunakan yaitu pengujian bobot dari exponential moving
komponen I2C sebagai kontroller ke average filter, nilai bobot yang diuji ialah nilai
mikrokontroler. Dengan menggunakan I2C EMA rendah 0.1, 0.3, dan 0.6 kemudian nilai
akan mempermudah penggunaan LCD 16x2. EMA tinggi 0.3, 0.5, dan 0.8. Pengujian kedua
Semua rangakaian tersebut akan dihubungkan dilakukan pada pengguna untuk melakukan
dengan arduino sesuai pin-pin yang sudah pengenalan pergerakkan lengan yaitu geraka 0,
dibahas pada perancangan. 30 ,60, 90, 120, 150, dan 180 derajat.
Selajutnya peletak tiga buah elektroda pada
lengan otot atas pada pengguna. Elektroda akan 3.1 Pengujian dan Analisis Exponential
dipasang pada beberapa tempat pada otot bisep, Moving Average filter
elektroda pertama ditempatkan pada otot bisep
yang dekat dengan siku tangan, kemudian Pengujian disini menjelaskan
elektroda kedua ditempatkan sedikit berjauhan bagaimana nilai bobot exponential moving
dengan elektroda pertama pada otot bisep. average (EMA) berpengaruh terhadap
Elektroda terakhir ditempatkan pada lengan pernghalusan sinyal. Sinyal electromyography
yang tidak memiliki otot yaitu terletak pada (EMG) yang sudah diterima akan terjadi
sikut. penghalusan dengan menggunaka nilai EMA
Setelah semua terpasang maka kabel probe rendah dan nilai EMA tinggi yang berbeda.
akan dipasang pada setiap elektroda yang Dengan melakukan tujuan terhadap nilai bobot
memiliki ketentuan seperti kabel probe EMA rendah dan EMA tinggi dapat
berwarna kuning dipasang pada elektroda memperhalus sinyal electromyography (EMG)
pertama, kabel probe berwarna merah dipasang dengan Optimal. Bobot yang digunakan pada
pada elektroda kedua, dan kable probe warna pengujian disini memiliki nilai bobot EMA low
hijau dipasang pada elektroda terakhir. Tata 0.1, 0.3 , dan 0.6 dan EMA tinggi 0.3, 0.5, dan
letak bisa dilihat pada gambar 7. 0.8.
Terlihat pada gambar 8 sinyal yang
dihasilkan pada bobot ini memberikan respon
dan peredaman noise yang cukup baik, nilai
yang telah terfilter berwarna biru dan sinyal asli
berwarna merah. Pada saat sinyal mendapat
kontraksi awal sinyal terfilter mampu meredam
noise dan tidak terlalu jauh dengan sinyal asli
nya dan saat berhenti kontraksi sinyal dapat
kembali pada nilai awal dengan cepat tanpa
terlalu jauh dengan sinyal aslinya.
Pada gambar 6.2 sama seperti gambar
pengujian sebelumnya sinyal berwarna merah
Gambar 7. Peletakkan Elektroda Pada Lengan adalah sinyal asli sedangkan sinyal berwarna
biru. Saat kontraski terjadi peningkatan nilai
2.3.2 Implementasi Perangkat Lunak sinyal dapat meredam noise tetapi sinyal terlalu
Impelementasi perangkat lunak akan jauh dari sinyal aslinya, kemudia saat kontraski
mejelaskan proses realisasi diagram alir dari berenti sinyal dengan cepat meredam tetapi
perancangan yang sudah dibahas sebelumnya sinyal dihasilkan sama seperti sebelum nya

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 8459

Gambar 10. Sinyal Exponential Moving


Gambar 8. Sinyal Exponential Moving Average Average dengan Bobot 0.6 dan 0.8
dengan Bobot 0.1 dan 0.3
3.2 Pengujian dan Analisis Pergerakkan
yang jauh dari sinyal aslinya. Kemudian Lengan Otot
gambar 6.3 terlihat sama dengan gambar
pengujian sebelumnya, saat kontraksi sinyal Pengujian disini menjelaskan bagaimana
terlalu teredam dan jauh dari sinyal aslinya lengan otot atas dapat dikenali oleh sistem ini.
maupun pada saat kontraksi berentu juga Pengujian dilakukan oleh pengguna yang
mengalami peredaman sinyal jauh dari sinyal memiliki umur dan jenis kelamin yang beda.
aslinya. Bobot yang digunakan disini sesuai dengan
implementasi yang sudah dijelaskan. Pengguna
Pada pengujian Exponential Moving diharuskan menggunakan elektroda dan
Average diatas dapat disimpulkan bahwa, nilai diletakan pada lengan otot atas. Lalu pengguna
bobot sangat mempengaruhi sinyal yang akan diharus kan bergerak sesuai prosedur yang
difilter. Pada nilai bobot 0.1 dan 0.3 sinyal diberikan. Setelah pengguna telah memakai
dapat melakukan peredaman noise dan juga elektroda, selanjutnya pegguna melakukan 5
sinyal tidak terlalu jauh dengan sinyal aslinya. gerakan pada setiap gerakan yang ditentukan.
Tidak seperti kedua nilai bobot setelahnya yang Hal ini bertujuan untuk mengetahui keakuratan
cukup meredam noise tetapi sinyal yang sistem bisa menghasilkan sinyal
dihasilkan sangat jauh dengan sinyal aslinya. electromyography (EMG) pada tujuh gerakan
Karakteristik jika sinyal terlalu jauh tidak dapat lengan otot yaitu 0, 30, 60, 90, 120, 150, dan
dikenali pada sistem pengenalan pergerakkan 180 dejarat dengan menggunakan elektroda
lengan. Maka nilai bobot yang optimal adalah yang tepasang dengan dan hasil bisa terlihat
EMA rendah 0.1 dan EMA tinggi 0.3. pada output LED dan LCD. Pengujian
dilakukan seperti gambar 11.

Gambar 9. Sinyal Exponential Moving Average


dengan Bobot 0.3 dan 0.5

Gambar 11. Pengujian Pada Subjek

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 8460

Pengujian dilakukan pada beberapa derajat tertentu yang memiliki akurasi yang
subjek yang memiliki umur dan jenis kelamin rendah pada setiap pengujian pengenalan
yang berbeda. Hasil pengujian akan berupa pergerakkan yaitu pergerakkan 120 derajat.
akurasi pergerakkan dari seluruh subjek yang di
uji. Rata-rata akurasi berasal dari akurasi 3.3 Pengujian dan Analisis Pergerakkan
perubahan derajat pada setiap gerakkan yang Lengan Otot
dilakukan subjek terlihat pada tabel. Pada tahap ini menjelaskan pengujian delay
Tabel 1. Akurasi Gerakkan Subjek pada Setiap pada sistem pengenalan pergerakkan lengan.
Perubahan Derajat Delay berperan sebagai waktu pada akuisisi
Akurasi data yang menerima sinyal dari sensor analog.
Gerakkan Rata-rata Pengujian akan menguji beberapa delay yang
Subjek Setiap
sebenarnya Akurasi
Gerakkan akan dipakai pada sistem. Pengenalan dilakukan
0° 100% pada setiap perubahan gerakan seperti
30 ° 20%
pengujian sebelumnya. Delay tidak
60 ° 40%
1 90 ° 60% 46% memperngaruh nilai bobot yang ditentukan
120 ° 20% pada rumusan exponential moving average.
150 ° 40% Pengujian ini mencari delay yang optimal pada
180 ° 40% sistem pengenalan gerakan agar sistem
Tabel 2. Rata-Rata Akurasi mendapat data yang baik. Dikarenakan delay
mempengaruhi akurasi sistem pengenalan
Rata-Rata Rata-rata Akurasi pergerakkan lengan pengujian bisa diliat pada
Subjek
Akurasi Keseluruhan
1 46% tabel 3.
2 54% Tabel 3. Rata-Rata Akurasi Delay
3 46%
4 49% Rata-Rata
Subjek Delay
5 51% Akurasi
49% 49%
6
7 54% 20ms 51%
8 46% 2 50ms 26%
9 46% 100ms 34%
10 49% Pengujian delay dapat disimpulkan bahwa
Subjek 1 berjenis kelamin perempuan, penggunaan delay yang berbeda dapat
sedangkan subjek 2 berjenis kelamin laki-laki. mempengaruhi klasifikasi sistem pengenalan
Total akurasi pada kedua subjek memiliki rata- pergerakkan lengan. Delay yang optimal
rata akurasi subjek 1 bernilai 46% dan subjek 2 menggunakan 20ms dikarenakan akurasinya
bernilai 54%. Subjek ketiga berjenis kelamin lebih tinggi dibanding kedua delay selanjutnya
laki-laki dengan umur 12 tahun dan subjek yaitu 50ms dan 100ms.
keempat berjenis kelamin perempuan berumur
15 tahun. Dengan rata-rata akurasi subjek 3 4. PENUTUP
bernilai 46% dan akurasi subjek 4 49%.
Pada bab ini, menjelaskan kesimpulan dan
Pengujian selanjutnya dilakukan 3 subjek laki-
saran terhadap peneilitian yang sudah dilakukan
laki umur berbeda. Rata-rata akurasi pada
yaitu dengan judul “Sistem Pengenalan
subjek memiliki nilai berbeda yaitu 51% pada
Pergerakkan Lengan Menggunakan Exponential
subjek 5, 49% pada subjek 6, dan 54% pada
Moving Average dengan Metode Decision Tree
sunjek 7. Kemudian pengujian pada 3 subjek
Berbasis EMG”. Kesimpulan berisi jawaban
perempuan dengan umur yang berbeda. Nilai
dari rumusan masalah yang telah dibuat berupa
rata-rata akurasi terhadap 3 subjek ini bernilai
penjelasan pada pengujian dan analisis.
46% pada subjek 8, 46% pada subjek 9, dan
Kemudian saran adalah penejelasan peneliti
49% pada subjek 10.
memberi usulan kepada penelitian selanjutnya
Pada hasil pengujian dapat disimpulkan
yang terkait agar melakukan atau menggunakan
bahwa, setiap umur berbeda umur maupun
metode dan perangkat yang lebih baik.
kelamin memiliki perbedaan akurasi. Perbedaan
jenis kelamin sangat mempengaruhi pada
4.1 Kesimpulan
sistem pengenalan pergerakkan. Jenis kelamin
laki-laki cenderung lebih baik akurasi nya dari Beberapa kesimpulan hasil dari pengujian
pada jenis kelamin perempuan. Pada perubahan penellitian ini dengan judul “Sistem Pengenalan

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 8461

Pergerakkan Lengan Menggunakan Exponential begitu sistem pengenalan pergerakkan akan


Moving Average dengan Metode Decision Tree mendapat hasil yang lebih baik.
Berbasis EMG” sebagai berikut.
1. Penggunaan exponential moving 5. DAFTAR PUSTAKA
average (EMA) filter dapat melakukan Ajim, Nanang. Mikirbae. 07 2018.
penghalusan dan meredam noise yang www.mikirbae.com (diakses 06 30,
diterima, tetapi filter harus menentukan 2019).
nilai bobot seperti layaknya cutoff pada
filter bandpass. Nilai bobot EMA rendah Al, Yugi. Edupensa. 21 04 2019.
bernilai 0.1 dan EMA tinggi bernilai 0.3 www.edupensa.id (diakses 06 30,
paling optimal meredam sinyal dibanding 2019).
nilai bobot yang lain pada pengujian. Auriccho , F, A Ferrara, E Lanzarone, Morganti
2. Pengujian mengenali perubahan derajat S, dan P Totaro. “A Regression Method
sistem pengenalan pergerakan lengan Based on Noninvasive Clinical Data to
menggunakan exponential moving average Predict the Mechanical Behavior of
filter, dengan nilai bobot yang sudah Ascending Aorta Aneurysmall Tissue.”
optimal untuk lengan menghasilkan IEEE Transactions on Biomedical
keseluruhan akurasi pada setiap subjek Engineering, 2017: Vol. 64, No. 11,
yang diuji bernilai 49%. Akurasi sistem pp.2607-2617. .
pengenalan pergerakkan lengan De Luca C, Besagni C, Frontali L, Bolotin-
keseluruhan pengenalan dapat dipengaruhi Fukuhara M, Francisci S. “Mutations in
oleh jenis kelamin. Pada jenis kelamin laki- yeast mt tRNAs: specific and general
laki memiliki akurasi yang cenderung lebuh suppression by nuclear encoded tRNA
besar daripada akurasi jenis kelamin interactors.” Research Support, 2006.
perempuan. G.E Santagati, T. Melidia. “Experimental
3. Penggunaan delay pada sistem Evaluation of Impulsive Ultrasonic
pengenalan pergerakkan lengan dapat Intra-Body Communications for
mempengaruhi akurasi pengenalan. Delay Implantable Biomedical Device.” IEEE
yang optimal menggunakan 20ms Transactions on Mobile Computing,
dikarenakan memiliki akurasi pada subjek 2017: Vol. 16, No. 2, pp.367-380.
yaitu 51% pada sistem pengenalan
pergerakkan lengan. Hayes, Adam. investopedia. 17 04 2019.
www.investopedia.com (diakses 06 30,
4.2 Saran 2019).
Kho, Dickson. Teknik Elektronika. 2019.
Beberapa saran peneliti berdasarkan www.teknikelektronika.com (diakses
penelitian berjudul “Sistem Pengenalan 06 30, 2019).
Pergerakkan Lengan Menggunakan Exponential
Moving Average dengan Metode Decision Tree Maulidi, Achmad. Kanal Informasi. 07 March
Berbasis EMG” untuk penelitan selanjutnya 2017. kanalinfo.web.id (diakses August
yang bersankutan sebagai berikut. 30, 2018).
1. Penggunaan metode penghalusan sinyal Michael. Cara Tekno. 06 June 2015.
yang berbeda agar dapat meningkatkan https://www.caratekno.com/2015/07/pe
akurasi pengenalan pergerakkan lengan. ngertian-arduino-uno-
2. Menggunakan sensor pendeteksian mikrokontroler.html (diakses
yang dikhususkan untuk sinyal September 1, 2018).
electromyography (EMG) agar dapat lebih Mulyadi, Tedi. budisma. 11 2014.
akurat mendeteksi pergerakkan terhadapt https://budisma.net/ (diakses 1 7, 2019).
kontraksi otot. AD8232 tidak dikhususkan Newton, Alex. How To Electronics. 7 Maret
untuk sinyal electromyography (EMG) 2019. www.how2electronics.com
maka sinyal juga kurang bagus. (diakses Juli 5, 2019).
3. Menggunakan 2 sensor atau sensor
yang memiliki input elektroda yang banyak. Rika Rokhana, Kemalasari, Paulus Susetyo
Hal ini membantu menambah data yang Wardana. “Identifikasi Sinyal
diterima atau data yang lebih detail, dengan Electromyograph (Emg) Pada Gerak
Ekstensi-Fleksi Siku Dengan Metode

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 8462

Konvolusi Dan Jaringan Syaraf Tiruan


.” Kampus PENS ITS Sukolio, 2013.
Sinar Arduino. Sinar Arduino. 16 03 2016.
www.sinararduino.com (diakses 06 30,
2019).

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

Anda mungkin juga menyukai