Percobaan No. 1
Pengukuran Karakteristik Directional Coupler
Oleh:
Kelompok 1 / Kelas 3A
2. Judul Percobaan
Pengukuran Karakteristik Directional Coupler
3. Tujuan
1) Memahami tentang cara kerja, fungsi dan kegunaan Directional Coupler
2) Mengukur Insertion Loss (IL), Daya Pantul (Pr), Coupling Factor (Cf), Directivity
3) Mengetahui pengaruh frekuensi terhadap parameter-parameter pada directional
coupler
4. Teori Pendahuluan
Directional coupler merupakan komponen yang digunakan untuk mendistribusikan
sinyal RF (Radio Frequency) pada suatu saluran menjadi dua bagian yang terpisah dan
mempunyai kemampuan untuk mengarahkan sinyal dan mengkopel (coupled) sinyal.
Konfigurasi dasar dari directional coupler pada umumnya menggunakan 4 port
mengilustrasikan 2 saluran transmisi paralel dan seringkali terdapat directional coupler
yang menggunakan 3 port dan hanya memiliki satu output coupled, itu berarti bahwa
output coupled yang lain diterminasi secara internal.
Pada single directional coupler kita memiliki port input, port output, dan coupled
port. Jadi untuk perangkat ini kita punya main line path atau jalur utama transmisi yang
berlangsung dari arah input ke output dan beberapa dari dayanya ada yang
diambil/dicoupled ke arah coupled port. Kemudian reverse power dari output akan di
coupling dan akan digabungkan walaupun sangat sedikit.
Gambar 4.2 Bentuk Fisik Single Directional Coupler Mini-Circuits 15542 ZFDC-10-2
Directivity (DIR)
Directivity adalah kemampuan directional coupler mengarahkan sinyal insiden
dan sinyal refleksi. Directvity yang tinggi dapat menekan interferensi dari sinyal
yang dipantulkan. Nilai minimal besaran directivity pada sebuah directional
coupler adalah 24 dB. Directivity dengan kata lain menentukan seberapa besar
directional coupler dapat mengisolasi antara sinyal datang dan sinyal pantul,
seperti pada persamaan berikut.
5. Setup Pengukuran
Oscilloscope
Sweep Oscillator GW INSTEK GOS-622G
HP 8 62 0C SWE EP OSCIL LAT OR
Hewl et-Pac ka rd
CH 1 CH 2
Detector
CH 1 CH 2
Directional Coupler
Detector
IN OUT
CPL
50 ohm
Oscilloscope
Sweep Oscillator
HP 8 62 0C SWE EP OSCIL LAT OR GW INSTEK G OS-622G
H ew l et-Pac ka rd
CH 1 CH 2
Directional Coupler
50 ohm
IN OUT
CPL
Detector
Oscilloscope
Sweep Oscillator GW INSTEK G OS-622G
HP 8 62 0C SWE EP OSCIL LAT OR
Hewl et-Pac ka rd
CH 1 CH 2
Directional Coupler
IN OUT
CPL
50 ohm
Detector
7. Metode Percobaan
a. Level Tegangan Input
Oscilloscope
Sweep Oscillator
Ch 2
RF Output
Ch 1
Sweep Out
Dengan mengatur Sweep oscillator dengan frekuensi pada Start Marker 100 MHz
dan frekuensi Stop Marker 1000 MHz untuk menetukan band frekuensi yang akan
digunakan dalam pengukur. Sweep Output pada Sweep Oscillator dihubungkan ke Kanal
1 Oscilloscope menggunakan kabel BNC to BNC. Pada oscilloscope atur sampai terlihat
sinyal segitiga pada Kanal 1, artinya Sweep Oscillator mengeluarkan sinyal output yang
sesuai. RF Output dari Sweep Oscillator dihubungkan ke Detector agar merubah sinyal
RF menjadi DC. Kemudian dari detektor disambungkan ke Kanal 2 Oscilloscope ketika
kita ON kan RF pada Sweep Oscillator, kemudian pada Oscilloscope pilih Inverse
kemudian GND kan pada Kanal 1 nya. Maka akan terlihat Vin yang kita atur sebesar
800mV jika tanpilan pada Oscilloscope belum menunjukan 800mV maka atur power
pada Sweep Oscillator sampai terukur 800mV pada Oscilloscope dengan menghitung
kotak pada Layar Oscilloscope.
b. Insertion Loss
Seperti yang telah disinggung dalam Teori Pendahuluan, Insertion loss dapat diartikan
sebagai banyaknya daya yang hilang saat proses transmisi dilakukan. Adanya insertion
loss dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya penyerapan material pembangun
serat optic, adanya daya yang bocor dan lain sebagainya.
800mV
IN OUT Vout
RF
Detector
CPL
50 Ω
(terminasi)
Untuk melakukan pengukuran Insertion Loss, hal yang perlu dilakukan ialah
mengatur Sweep oscillator dengan frekuensi pada Start Marker 100 MHz dan frekuensi
Stop Marker 1000 MHz. Inilah band frekuensi yang akan dipakai untuk pengukuran.
Sweep Output pada Sweep Oscillator dihubungkan ke Kanal 1 Oscilloscope
menggunakan kabel BNC to BNC. RF Output pada Sweep Oscillator dihubungkan ke
port Input Directional Couple, kemudian port Output Directional Coupler dihubungkan
ke Detektor. Detektor dihubungkan ke Kanal 2 Oscilloscope dengan menggunakan
kabel BNC. Sedangkan port CPL pada Directional Coupler diterminasi sebesar 50Ω,
hal ini dilakukan agar sinyal tidak tercoupling. Ketika RF di ON kan pada Sweep
Oscillator, akan terdapat sinyal keluaran di Oscilloscope, lalu tuliskan besar nilai Vout-
nya dengan menghitung kotak pada Oscilloscope. Untuk mencari Insertion Loss
menggunakan rumus sebagai berikut:
c. Mengukur CPL
Seperti yang telah disinggung dalam Teori Pendahuluan, Coupling Factor adalah nilai
yang menunjukkan bagian daya keseluruhan yang dikopel oleh directional coupler dan
biasanya dinyatakan dalam dB. Coupling Factor dapat juga dinyatakan sebagai
perbandingan tegangan yang dikirim oleh
sumber atau source (Vin), terhadap tegangan source yang dikopel sebagai coupling
forward atau Vinc.
800mV
IN OUT
50 Ω
(terminasi)
CPL
RF
Detector
Vinc
Untuk melakukan pengukuran Coupling Factor, setelah mengatur band frekuensi pada
Start Marker 100 MHz dan frekuensi Stop Marker 1000 MHz, Sweep Output pada Sweep
Oscillator dihubungkan ke Kanal 1 Oscilloscope menggunakan kabel BNC to BNC. RF
Output pada Sweep Oscillator dihubungkan ke port Input Directional Couple, kemudian
port Output pada Directional Coupler diterminasi sebesar 50Ω, agar didapatkan Vinc di
CPL. Jika pada Output tidak diterminasi, maka tegangan akan terbagi dua yaitu ke arah
CPL dan ke arah Output. Sehingga tidak akan didapatkan harga Vinc. Port CPL pada
Directional Coupler dihubungkan ke Detektor. Detektor dihubungkan ke Kanal 2
Oscilloscope dengan menggunakan kabel BNC. Ketika RF pada Sweep Oscillator di ON-
kan, akan terdapat sinyal keluaran di Oscilloscope, lalu tuliskan besar nilai Vinc-nya
dengan menghitung kotak pada Oscilloscope. Untuk mencari CPL menggunakan rumus
sebagai berikut:
800mV
OUT IN
50 Ω
(terminasi)
CPL
RF
Detector
Vref
Analisis :
Input Sampel rentang frekuensi pada pengaturan Sweep Oscillator yaitu Start
Marker di 100 MHz dan stop marker di 1000 MHz, adalah sebesar 800 mV.
Oscilloscope diatur pada domain frekuensi dengan GND berada pada posisi paling
bawah dengan skala volt/div pada posisi 0,1 volt/div, kemudian oscilloscope
menampilkan sinyal pada posisi paling atas yaitu 8 div, sehingga 8 x 0,1 = 0,8 volt
atau 800 mV. Dapat dikatakan bahwa nilai input sudah sesuai dengan nilai sampel
yang akan di input-kan ke Directional Coupler. Pada kanal 1 oscilloscope harus
menunjukkan gelombang sinyal segitiga yang merupakan sinyal input dari bagian
Sweep Out pada Sweep Oscillator.
RF
Detector
CPL
50 Ω
(terminasi)
Insertion Loss
4
Loss (dB)
0
100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
Frekuensi (MHz)
Analisis :
Pada percobaan ini, yaitu pengukuran Insertion Loss, pengukuran dilakukan sesuai
dengan setup pengukuran. Terlihat pada pengukuran Vout dengan domain
frekuensi, besar Vout terhadap frekuensi ialah berbanding terbalik. Semakin besar
nilai frekuensi yang diberikan, maka harga Vout akan semakin menurun. Setelah
besar nilai Vout diketahui, maka dapat dilakukan perbandingan antara Vin (yang
harganya telah diketahui pada pengukuran level tegangan input) terhadap Vout,
yang mana merupakan besar Insertion Loss dari Directional Coupler tersebut,
karena rumus untuk mencari Insertion Loss yaitu :
Vin
IL = 20log Vout
Berdasarkan tabel pengukuran Insertion Loss yang telah dibuat, maka dapat
diketahui bahwa semakin besar frekuensi maka semakin besar Insertion Loss-nya.
Agar lebih jelas, data disajikan dalam bentuk grafik. Grafik menunjukkan bahwa
semakin besar frekuensi yang diberikan, maka akan semakin besar pula Insertion
Loss-nya. Namun berdasarkan datasheet Directional Coupler yang digunakan,
pada rentang frekuensi 10 MHz hingga 1 GHz nilai Insertion Loss-nya 1,02
sampai dengan 1,15. Perbedaan antara hasil pengukuran dengan spesifikasi yang
tertera pada datasheet dapat terjadi karena faktor kondisi coupler yang digunakan
dalam keadaan kurang baik dan atau saluran transmisi yang digunakan.
CPL
RF
Detector
Vinc
Coupling Factor
18
15
12
CPL (dB)
3
100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
Frekuensi (MHz)
Analisis :
Pada percobaan pengukuran Coupling Factor, pengukuran dilakukan sesuai
dengan setup pengukuran. Terlihat pada pengukuran Vinc dengan domain
frekuensi, respons dari besar nilai Vinc (Vincident) terhadap frekuensi ialah
semakin menurun sedikit demi sedikit. Setelah diketahui besar harga Vinc, maka
dapat dilakukan perbandingan antara Vin terhadap Vinc yang merupakan besar
Coupling Factor dari Directional Coupler tersebut, karena rumus mencari
Coupling Factor yaitu :
Vin
CPL = 20log Vinc
Berdasarkan tabel pengukuran Coupling Factor yang telah dibuat, maka dapat
diketahui bahwa perbandingan nilai antara frekuensi dan besar Coupling Factor
ialah berbanding lurus. Semakin besar nilai yang diberikan frekuensi maka
semakin besar pula Coupling Factor-nya. Agar lebih jelas, data disajikan dalam
bentuk grafik. Grafik menunjukkan bahwa semakin besar frekuensi, maka
semakin besar pula Coupling Factor-nya. Namun berdasarkan datasheet
Directional Coupler yang digunakan, pada rentang frekuensi 10 MHz hingga 1
GHz nilai Coupling Factor-nya adalah sebesar 10,60 sampai dengan 11,06.
Perbedaan antara hasil pengukuran dengan spesifikasi yang tertera pada datasheet
dapat terjadi karena faktor kondisi coupler yang digunakan dalam keadaan kurang
baik dan atau saluran transmisi yang digunakan.
8.4 Pengukuran Directivity
800mV
IN
OUT
50 Ω
(terminasi)
CPL
RF
Detector
Vref
45
41
37
33
29
25
100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
Frekuensi (MHz)
Analisis :
Pada percobaan pengukuran Directivity, pengukuran dilakukan sesuai dengan
setup pengukuran. Terlihat pada pengukuran Vref dengan domain frekuensi, besar
Vref (tegangan pantul) terhadap frekuensi cukup kecil. Dan semakin menurun sedikit
demi sedikit. Hal ini dikarenakan beban terminasi yang digunakan, match terhadap
saluran transmisi. Yaitu sebesar 50 Ohm, di mana daya diserap hampir sempurna oleh
beban, sehingga tegangan pantul yang terukur sangatlah kecil. Setelah besar Vref
diketahui, maka dapat dilakukan perbandingan antara Vref terhadap Vinc yang
merupakan besar Directivity dari Directional Coupler tersebut, karena rumus untuk
mencari Directivity yaitu :
Vref
DIR = -20log Vinc