Anda di halaman 1dari 20

FINAL

LAPORAN LAB TEKNIK PENGUKURAN FREKUENSI TINGGI

Percobaan No. 1
Pengukuran Karakteristik Directional Coupler

Oleh:
Kelompok 1 / Kelas 3A

1. Irham Nur Lillah / 161331018


2. Mugi Ariz Firdaus / 161331019
3. Muhammad Reza S. M / 161331020
4. Muhammad Rifqi P. / 161331021

Tanggal percobaan : 18/09/2018


Tanggal pengumpulan laporan : 25/09/2018

PRODI TELEKOMUNIKASI – TEKNIK ELEKTRO


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2018
1. Percobaan No : 1

2. Judul Percobaan
Pengukuran Karakteristik Directional Coupler

3. Tujuan
1) Memahami tentang cara kerja, fungsi dan kegunaan Directional Coupler
2) Mengukur Insertion Loss (IL), Daya Pantul (Pr), Coupling Factor (Cf), Directivity
3) Mengetahui pengaruh frekuensi terhadap parameter-parameter pada directional
coupler

4. Teori Pendahuluan
Directional coupler merupakan komponen yang digunakan untuk mendistribusikan
sinyal RF (Radio Frequency) pada suatu saluran menjadi dua bagian yang terpisah dan
mempunyai kemampuan untuk mengarahkan sinyal dan mengkopel (coupled) sinyal.
Konfigurasi dasar dari directional coupler pada umumnya menggunakan 4 port
mengilustrasikan 2 saluran transmisi paralel dan seringkali terdapat directional coupler
yang menggunakan 3 port dan hanya memiliki satu output coupled, itu berarti bahwa
output coupled yang lain diterminasi secara internal.
Pada single directional coupler kita memiliki port input, port output, dan coupled
port. Jadi untuk perangkat ini kita punya main line path atau jalur utama transmisi yang
berlangsung dari arah input ke output dan beberapa dari dayanya ada yang
diambil/dicoupled ke arah coupled port. Kemudian reverse power dari output akan di
coupling dan akan digabungkan walaupun sangat sedikit.

Gambar 4.1 Skematik Single Directional Coupler


Directional coupler memiliki rentang frekuensi yang dapat digunakan, yang
biasanya akan dicetak pada perangkat atau tercantum dalam datasheet perangkat.
Directional Coupler ini memiliki rentang frekuensi yaitu dari 10 sampai 1000 MHz.

Gambar 4.2 Bentuk Fisik Single Directional Coupler Mini-Circuits 15542 ZFDC-10-2

Karakeristik umum yang dimiliki Directional Coupler diantaranya adalah Insertion


Loss, Coupling Factor dan Directivity

 Insertion Loss (IL)


Insertion loss dapat diartikan sebagai banyaknya daya yang hilang saat proses
transmisi dilakukan. Adanya insertion loss dapat disebabkan oleh beberapa hal
diantaranya penyerapan material pembangun serat optic, adanya daya yang bocor
dan lain sebagainya. Insertion loss biasanya dinyatakan dalam dB. Insertion loss
dapat juga dinyatakan sebagai perbandingan tegangan yang dikirim atau input
(Vin-), terhadap tegangan yang diterima atau output (Vout), seperti pada persamaan
berikut:

Insertion Loss = 20log Vin (4.2.1)


Vout
 Coupling Factor (CPL)
Coupling Factor adalah nilai yang menunjukkan bagian daya keseluruhan yang
dikopel oleh directional coupler dan biasanya dinyatakan dalam dB. Coupling
Factor dapat juga dinyatakan sebagai perbandingan tegangan yang dikirim oleh
sumber atau source (Vin), terhadap tegangan source yang dikopel sebagai
coupling forward atau Vinc, seperti pada persamaan berikut.

CPL = 20log Vin (4.2.2)


Vinc

 Directivity (DIR)
Directivity adalah kemampuan directional coupler mengarahkan sinyal insiden
dan sinyal refleksi. Directvity yang tinggi dapat menekan interferensi dari sinyal
yang dipantulkan. Nilai minimal besaran directivity pada sebuah directional
coupler adalah 24 dB. Directivity dengan kata lain menentukan seberapa besar
directional coupler dapat mengisolasi antara sinyal datang dan sinyal pantul,
seperti pada persamaan berikut.

Directivity = -20log Vref (4.2.3)


Vinc

5. Setup Pengukuran
Oscilloscope
Sweep Oscillator GW INSTEK GOS-622G
HP 8 62 0C SWE EP OSCIL LAT OR
Hewl et-Pac ka rd

Full Sweep M arker S weep

Sweep Out RF output

CH 1 CH 2
Detector

Gambar 5.1 Pengaturan Level Tegangan Input


Oscilloscope
Sweep Oscillator
HP 8 62 0C SWE EP OSCIL LAT OR GW INSTEK G OS-622G
H ew l et-Pac ka rd

Full Sweep M arker S weep

Sweep Out RF output

CH 1 CH 2

Directional Coupler
Detector

IN OUT
CPL

50 ohm

Gambar 5.2 Pengukuran Insertion Loss

Oscilloscope
Sweep Oscillator
HP 8 62 0C SWE EP OSCIL LAT OR GW INSTEK G OS-622G
H ew l et-Pac ka rd

Full Sweep M arker S weep

Sweep Out RF output

CH 1 CH 2

Directional Coupler
50 ohm
IN OUT
CPL

Detector

Gambar 5.3 Pengukuran Coupling

Oscilloscope
Sweep Oscillator GW INSTEK G OS-622G
HP 8 62 0C SWE EP OSCIL LAT OR
Hewl et-Pac ka rd

Full Sweep M arker S weep

Sweep Out RF output

CH 1 CH 2

Directional Coupler

IN OUT
CPL
50 ohm

Detector

Gambar 5.4 Pengukuran Directivity


6. Alat dan Bahan yang diperlukan
1) Hewlet-Packard Type 8620C Sweep Oscillator. 0.01-2.4 GHz
2) Oscilloscope GW-INSTEK GOS-622G Frequency 20 MHz
3) RF Detector 50 Ω, max. input 3 volt
4) Directional Coupler Mini-Circuits 15542 ZFDC-10-2
5) Terminator 50 Ω
6) Adapter N- male to BNC-male
7) Kabel penghubung BNC-male to BNC- male

7. Metode Percobaan
a. Level Tegangan Input
Oscilloscope
Sweep Oscillator
Ch 2
RF Output
Ch 1
Sweep Out

Gambar 7.1 Diagram pengukuran level tegangan input

Dengan mengatur Sweep oscillator dengan frekuensi pada Start Marker 100 MHz
dan frekuensi Stop Marker 1000 MHz untuk menetukan band frekuensi yang akan
digunakan dalam pengukur. Sweep Output pada Sweep Oscillator dihubungkan ke Kanal
1 Oscilloscope menggunakan kabel BNC to BNC. Pada oscilloscope atur sampai terlihat
sinyal segitiga pada Kanal 1, artinya Sweep Oscillator mengeluarkan sinyal output yang
sesuai. RF Output dari Sweep Oscillator dihubungkan ke Detector agar merubah sinyal
RF menjadi DC. Kemudian dari detektor disambungkan ke Kanal 2 Oscilloscope ketika
kita ON kan RF pada Sweep Oscillator, kemudian pada Oscilloscope pilih Inverse
kemudian GND kan pada Kanal 1 nya. Maka akan terlihat Vin yang kita atur sebesar
800mV jika tanpilan pada Oscilloscope belum menunjukan 800mV maka atur power
pada Sweep Oscillator sampai terukur 800mV pada Oscilloscope dengan menghitung
kotak pada Layar Oscilloscope.
b. Insertion Loss
Seperti yang telah disinggung dalam Teori Pendahuluan, Insertion loss dapat diartikan
sebagai banyaknya daya yang hilang saat proses transmisi dilakukan. Adanya insertion
loss dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya penyerapan material pembangun
serat optic, adanya daya yang bocor dan lain sebagainya.

800mV
IN OUT Vout

RF
Detector

CPL
50 Ω
(terminasi)

Gambar 7.2 Diagram pengukuran Vout

Untuk melakukan pengukuran Insertion Loss, hal yang perlu dilakukan ialah
mengatur Sweep oscillator dengan frekuensi pada Start Marker 100 MHz dan frekuensi
Stop Marker 1000 MHz. Inilah band frekuensi yang akan dipakai untuk pengukuran.
Sweep Output pada Sweep Oscillator dihubungkan ke Kanal 1 Oscilloscope
menggunakan kabel BNC to BNC. RF Output pada Sweep Oscillator dihubungkan ke
port Input Directional Couple, kemudian port Output Directional Coupler dihubungkan
ke Detektor. Detektor dihubungkan ke Kanal 2 Oscilloscope dengan menggunakan
kabel BNC. Sedangkan port CPL pada Directional Coupler diterminasi sebesar 50Ω,
hal ini dilakukan agar sinyal tidak tercoupling. Ketika RF di ON kan pada Sweep
Oscillator, akan terdapat sinyal keluaran di Oscilloscope, lalu tuliskan besar nilai Vout-
nya dengan menghitung kotak pada Oscilloscope. Untuk mencari Insertion Loss
menggunakan rumus sebagai berikut:

IL = 20log Vin (7.1)


Vout

c. Mengukur CPL
Seperti yang telah disinggung dalam Teori Pendahuluan, Coupling Factor adalah nilai
yang menunjukkan bagian daya keseluruhan yang dikopel oleh directional coupler dan
biasanya dinyatakan dalam dB. Coupling Factor dapat juga dinyatakan sebagai
perbandingan tegangan yang dikirim oleh
sumber atau source (Vin), terhadap tegangan source yang dikopel sebagai coupling
forward atau Vinc.

800mV
IN OUT
50 Ω
(terminasi)

CPL
RF
Detector

Vinc

Gambar 7.3 Diagram pengukuran Vinc

Untuk melakukan pengukuran Coupling Factor, setelah mengatur band frekuensi pada
Start Marker 100 MHz dan frekuensi Stop Marker 1000 MHz, Sweep Output pada Sweep
Oscillator dihubungkan ke Kanal 1 Oscilloscope menggunakan kabel BNC to BNC. RF
Output pada Sweep Oscillator dihubungkan ke port Input Directional Couple, kemudian
port Output pada Directional Coupler diterminasi sebesar 50Ω, agar didapatkan Vinc di
CPL. Jika pada Output tidak diterminasi, maka tegangan akan terbagi dua yaitu ke arah
CPL dan ke arah Output. Sehingga tidak akan didapatkan harga Vinc. Port CPL pada
Directional Coupler dihubungkan ke Detektor. Detektor dihubungkan ke Kanal 2
Oscilloscope dengan menggunakan kabel BNC. Ketika RF pada Sweep Oscillator di ON-
kan, akan terdapat sinyal keluaran di Oscilloscope, lalu tuliskan besar nilai Vinc-nya
dengan menghitung kotak pada Oscilloscope. Untuk mencari CPL menggunakan rumus
sebagai berikut:

CPL = 20log Vin (7.2)


Vinc
d. Mengukur Directivity
Seperti yang telah disinggung dalam Teori Pendahuluan, Directivity adalah
kemampuan directional coupler mengarahkan sinyal insiden dan sinyal refleksi.
Directvity yang tinggi dapat menekan interferensi dari sinyal yang dipantulkan. Nilai
minimal besaran directivity pada sebuah directional coupler adalah 24 dB. Dengan kata
lain, Directivity menentukan seberapa besar directional coupler dapat mengisolasi
antara sinyal datang dan sinyal pantul.

800mV
OUT IN

50 Ω
(terminasi)

CPL
RF
Detector

Vref

Gambar 7.4 Diagram pengukuran Vref

Untuk melakukan pengukuran Directivity, setelah mengatur Sweep oscillator


dengan frekuensi pada Start Marker 100 MHz dan frekuensi Stop Marker 1000 MHz
sebagai band fekuensi pengukuran, Sweep Output pada Sweep Oscillator dihubungkan
ke Kanal 1 Oscilloscope menggunakan kabel BNC to BNC. RF Output pada Sweep
Oscillator dihubungkan ke port Output Directional Coupler, kemudian port Input pada
Directional Coupler diterminasi sebesar 50Ω, karena nilai yang akan dicari adalah
tegangan pantul atau Vref. Dikarenakan penggunaan Single Directional Coupler dalam
praktikum, maka hal yang perlu dilakukan ialah dengan menukarkan bagian input dan
outputnya saja. Jadi bagian port Input akan diterminasi sementara port Output akan
diberikan Input dari Sweep Oscillator. Port CPL pada Directional Coupler dihubungkan
ke Detektor. Detektor dihubungkan ke Kanal 2 Oscilloscope dengan menggunakan
kabel BNC. ON-kan RF pada Sweep Oscillator, maka akan terdapat sinyal keluaran di
Oscilloscope, lalu tuliskan besar nilai Vref nya dengan menghitung kotak pada
Oscilloscope. Untuk mencari Directivity menggunakan rumus sebagai berikut:
Vref
DIR = -20log (7.3)
Vinc
8. HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS
8.1 Pengaturan Level Tegangan Input
Oscilloscope
Sweep Oscillator
RF Output Ch 2
Ch 1
Sweep Out

Gambar 8.1 Diagram Pengaturan Tegangan Input

Analisis :
Input Sampel rentang frekuensi pada pengaturan Sweep Oscillator yaitu Start
Marker di 100 MHz dan stop marker di 1000 MHz, adalah sebesar 800 mV.
Oscilloscope diatur pada domain frekuensi dengan GND berada pada posisi paling
bawah dengan skala volt/div pada posisi 0,1 volt/div, kemudian oscilloscope
menampilkan sinyal pada posisi paling atas yaitu 8 div, sehingga 8 x 0,1 = 0,8 volt
atau 800 mV. Dapat dikatakan bahwa nilai input sudah sesuai dengan nilai sampel
yang akan di input-kan ke Directional Coupler. Pada kanal 1 oscilloscope harus
menunjukkan gelombang sinyal segitiga yang merupakan sinyal input dari bagian
Sweep Out pada Sweep Oscillator.

8.2 Pengukuran Insertion Loss


800mV
IN OUT Vout

RF
Detector

CPL
50 Ω
(terminasi)

Gambar 8.2 Diagram pengukuran Vout


Tabel 8.1 Pengukuran Insertion Loss
Frekuensi Vin Vout Insertion Loss
(MHz) (mV) (mV) (dB)

100 800 680 1,41


200 800 665 1,61
300 800 640 1,93
400 800 630 2,07
500 800 605 2,42
600 800 600 2,49
700 800 585 2,72
800 800 575 2,86
900 800 565 3,02
1000 800 560 3,09

Insertion Loss

4
Loss (dB)

0
100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
Frekuensi (MHz)

Gambar 8.3 Grafik Insertion Loss terhadap frekuensi

Analisis :
Pada percobaan ini, yaitu pengukuran Insertion Loss, pengukuran dilakukan sesuai
dengan setup pengukuran. Terlihat pada pengukuran Vout dengan domain
frekuensi, besar Vout terhadap frekuensi ialah berbanding terbalik. Semakin besar
nilai frekuensi yang diberikan, maka harga Vout akan semakin menurun. Setelah
besar nilai Vout diketahui, maka dapat dilakukan perbandingan antara Vin (yang
harganya telah diketahui pada pengukuran level tegangan input) terhadap Vout,
yang mana merupakan besar Insertion Loss dari Directional Coupler tersebut,
karena rumus untuk mencari Insertion Loss yaitu :
Vin
IL = 20log Vout

dengan satuan (dB)

Berdasarkan tabel pengukuran Insertion Loss yang telah dibuat, maka dapat
diketahui bahwa semakin besar frekuensi maka semakin besar Insertion Loss-nya.
Agar lebih jelas, data disajikan dalam bentuk grafik. Grafik menunjukkan bahwa
semakin besar frekuensi yang diberikan, maka akan semakin besar pula Insertion
Loss-nya. Namun berdasarkan datasheet Directional Coupler yang digunakan,
pada rentang frekuensi 10 MHz hingga 1 GHz nilai Insertion Loss-nya 1,02
sampai dengan 1,15. Perbedaan antara hasil pengukuran dengan spesifikasi yang
tertera pada datasheet dapat terjadi karena faktor kondisi coupler yang digunakan
dalam keadaan kurang baik dan atau saluran transmisi yang digunakan.

8.3 Pengukuran Coupling Factor


800mV
IN OUT
50 Ω
(terminasi)

CPL
RF
Detector

Vinc

Gambar 8.4 Diagram pengukuran Vinc


Tabel 8.2 Pengukuran Coupling Factor
Frekuensi Vin Vinc CPL
(MHz) (mV) (mV) (dB)

100 800 180 12,95

200 800 175 13,20

300 800 167 13,61

400 800 163 13,81

500 800 162 13,87

600 800 160 13,97

700 800 158 14,08

800 800 155 14,26

900 800 145 14,83

1000 800 142 15.02

Coupling Factor
18

15

12
CPL (dB)

3
100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
Frekuensi (MHz)

Gambar 8.5 Grafik Coupling Factor terhadap frekuensi

Analisis :
Pada percobaan pengukuran Coupling Factor, pengukuran dilakukan sesuai
dengan setup pengukuran. Terlihat pada pengukuran Vinc dengan domain
frekuensi, respons dari besar nilai Vinc (Vincident) terhadap frekuensi ialah
semakin menurun sedikit demi sedikit. Setelah diketahui besar harga Vinc, maka
dapat dilakukan perbandingan antara Vin terhadap Vinc yang merupakan besar
Coupling Factor dari Directional Coupler tersebut, karena rumus mencari
Coupling Factor yaitu :
Vin
CPL = 20log Vinc

dengan satuan (dB)

Berdasarkan tabel pengukuran Coupling Factor yang telah dibuat, maka dapat
diketahui bahwa perbandingan nilai antara frekuensi dan besar Coupling Factor
ialah berbanding lurus. Semakin besar nilai yang diberikan frekuensi maka
semakin besar pula Coupling Factor-nya. Agar lebih jelas, data disajikan dalam
bentuk grafik. Grafik menunjukkan bahwa semakin besar frekuensi, maka
semakin besar pula Coupling Factor-nya. Namun berdasarkan datasheet
Directional Coupler yang digunakan, pada rentang frekuensi 10 MHz hingga 1
GHz nilai Coupling Factor-nya adalah sebesar 10,60 sampai dengan 11,06.
Perbedaan antara hasil pengukuran dengan spesifikasi yang tertera pada datasheet
dapat terjadi karena faktor kondisi coupler yang digunakan dalam keadaan kurang
baik dan atau saluran transmisi yang digunakan.
8.4 Pengukuran Directivity
800mV
IN
OUT
50 Ω
(terminasi)

CPL
RF
Detector

Vref

Gambar 8.6 Diagram pengukuran Vref

Tabel 8.3 Pengukuran Directivity


Frekuensi Vref Vinc Directivity
(MHz) (mV) (mV) (dB)

100 0,8 180 47,04

200 1,0 175 44,86

300 1,1 165 43,52

400 1,2 163 42,66

500 1,25 162 42,25

600 1,2 160 42,50

700 1,1 155 42,98

800 1,0 150 43,52

900 0,9 148 44,32

1000 0,9 142 43,96


Directivity
57
53
49
Directivity (dB)

45
41
37
33
29
25
100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
Frekuensi (MHz)

Gambar 8.5 Grafik Gambar 8. 7 Grafik Directivity terhadap frekuensi

Analisis :
Pada percobaan pengukuran Directivity, pengukuran dilakukan sesuai dengan
setup pengukuran. Terlihat pada pengukuran Vref dengan domain frekuensi, besar
Vref (tegangan pantul) terhadap frekuensi cukup kecil. Dan semakin menurun sedikit
demi sedikit. Hal ini dikarenakan beban terminasi yang digunakan, match terhadap
saluran transmisi. Yaitu sebesar 50 Ohm, di mana daya diserap hampir sempurna oleh
beban, sehingga tegangan pantul yang terukur sangatlah kecil. Setelah besar Vref
diketahui, maka dapat dilakukan perbandingan antara Vref terhadap Vinc yang
merupakan besar Directivity dari Directional Coupler tersebut, karena rumus untuk
mencari Directivity yaitu :
Vref
DIR = -20log Vinc

dengan satuan (dB)

Berdasarkan tabel hasil pengukuran Directivity dapat diketahui bahwa


semakin besar frekuensi yang diberikan, maka semakin kecil nilai Directivity-nya.
Untuk lebih jelasnya bisa disajikan dalam bentuk grafik. Grafik menunjukan
semakin besar frekuensi, semakin kecil nilai Directivity-nya. Pada rentang
frekuensi 100 MHz hingga 500 MHz penurunan Directivity terjadi, sesuai
spesifikasi yang diberikan datasheet. Namun pada rentang frekuensi 600 MHz
hingga 1 GHz, terdapat perbedaan antara nilai dari hasil pengukuran dengan nilai
yang tertera pada datasheet. Perbedaan ini dapat terjadi karena faktor kondisi
coupler yang digunakan dalam keadaan kurang baik dan atau saluran transmisi
yang digunakan.
9. Kesimpulan
Pada praktikum pengukuran karakteristik Directional Coupler ini dapat disimpulkan
bahwa :
Directional Coupler berfungsi mendistribusikan sinyal RF (Radio Frequency)
pada suatu saluran menjadi dua bagian terpisah dan berfungsi untuk mengarahkan
sinyal, juga mengkopel (coupled) sinyal. Single Directional Coupler memiliki main
line path atau jalur utama transmisi yang berlangsung dari arah input ke arah output
di mana sebagian kecil dari dayanya akan diambil/dikopel ke arah coupled port.
Kemudian reverse power dari output akan di-coupling dan akan digabungkan
walaupun dengan jumlah yang sedikit.
Besar nilai Insertion Loss dan Coupling Factor yang didapatkan saat
melakukan pengukuran, memiliki kemungkinan untuk tidak sesuai dengan
spesifikasi yang terdapat di dalam datasheet. Hal tersebut juga berlaku pada hasil
pengukuran Directivity, di mana nilai yang sesuai dengan yang terlampir di dalam
datasheet hanya terjadi pada rentang frekuensi tertentu. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa Directional Coupler yang digunakan saat pengukuran, mungkin berada
dalam kondisi yang kurang baik, atau ketidaksesuaian tersebut juga dapat
merupakan hasil pengaruh dari saluran transmisi yang digunakan.
Di samping itu, dapat diketahui bahwa besar nilai frekuensi yang diberikan
dapat memengaruhi parameter-parameter karakteristik Directional Coupler.
Semakin tinggi frekuensi yang digunakan, maka kualitas dan kinerja Directional
Coupler akan semakin menurun.
10. DAFTAR PUSTAKA
1) Arises, Hana.2014.“Directional Coupler Frekuensi Radio Menggunakan Dua Jalur
Asimetris Mikrostrip untuk Sistem Radar X-band”. Bandung : Lembaga llmu
Pengetahuan Indonesia.
2) Datasheet Directional Coupler Mini-Circuits 15542 ZFDC-10-2. Tersedia secara
online: https://www.minicircuits.com/pdfs/ZFDC-10-2.pdf
3) Setiawan, Hani. Buku catatan kuliah Teknik Pengukuran HF. 2017.
4) Sutrisno. Scalar Measurement. Jurusan Teknik Elektro Program Studi
Telekomunikasi. Politeknik Negeri Bandung.

Anda mungkin juga menyukai