Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

DM (DELTA MODULATION) DEMODULATION

Oleh :

Kelompok 2
Atkisa Imanhadi Dwiriandi 1541160070
Ilmi Difna Yurinda Rochma 1541160005
Linda Amalia 1541160116
M. Vinsyah Fahrezi 1541160088
Nafa Meilantu 1541160076
Wisnu Ferdiansyah 1541160085

Kelas 2A

PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI MALANG

2018
1.1Tujuan
a. Untuk mengerti teori dari demodulasi delta
b. Untuk mengerti gelombang sinyal demodulasi delta
c. Mendisain dan menerapkan pada demodulasi delta
d. Mengukur dan mengatur demodulasi delta

1.2Alat dan Bahan

No Alat Jumlah
1 Modul Modulasi Delta 1
2 Osiloskop 1
3 Generator Fungsi 2
4 Power Supply 1
5 Kabel BNC to Aligator 4
6 Kabel Banana to Banana 5
7 Kabel Jumper Kecil secukupunya

1.3 Teori Dasar


1. Teori Dasar Demodulasi Delta
Sebagai hasil dari modulasi delta tidak termasuk encoder, oleh karena itu, struktur
modulasi delta lebih sederhana daripada struktur PCM. Di sisi lain, sinyal DM hanya
terdiri dari satu bit dari nilai kesalahan perkiraan (Ɛq (k)), jadi bandwidth sinyal DM
yang ditransmisikan lebih kecil dari sistem PCM.

Pada bab 8, kita mengetahui bahwa sinyal DM (Xq (t)) adalah sinyal keragaman seri
(Δ (t)), oleh karena itu, struktur demodulator delta akan lebih mudah dicapai. Gambar
8-1 adalah diagram blok demodulasi delta. Sebagai hasil dari sinyal DM adalah deret
keragaman, jadi kita menggunakan integrator untuk menumpuk sinyal seri, lalu kita
dapatkan
Yq (t) = Δ (t) + Δ (t - Ts) + Δ (t-2Ts) + Δ (t - 3Ts) + ....... (8-1)

dimana
Δ (t): Sinyal keragaman, yaitu besarnya nilai langkah.
Namun, sinyal seri akumulasi terdiri dari harmonisa frekuensi tinggi, oleh karena itu,
kita menggunakan filter low-pass untuk melepaskan bagian frekuensi tinggi.
Kemudian kita dapat mendemodulasi sinyal DM dan memulihkan sinyal frekuensi
rendah, seperti yang ditunjukkan pada persamaan (8-2).

YD (t) = Lp {yq (t)} = x (t) (8-2)

Dari gambar 8-1, gelombang bipolar persegi akan melewati integrator dan
mendapatkan bentuk gelombang, yang mirip dengan sinyal audio. Maka sinyal output
akan melewati low pass filter dan akhirnya kita bisa mendapatkan sinyal audio.

UNIPOLAR LOW- ANALOG


DM SAMPLING INTEGRATOR
TO PASS O/P
I/P
BIPOLAR FILTER

Gambar 1. Diagram Blok demodulasi delta

2. Penerapan Demodulasi Delta

Gambar 2 adalah diagram rangkaian dasar delta demodulator. Tipe-D flip-flop adalah
sampler. Sinyal CLK masukan dari delta demodulator harus disinkronkan dengan
sinyal CLK dari modulator delta, yang merupakan sinyal TTL. U1: A adalah
rangkaian unipolar ke bipolar dikonversi. Sebagai hasil dari sinyal gelombang persegi
unipolar tidak dapat berintegrasi dengan sinyal audio asli, oleh karena itu, kita harus
mengubah sinyal unipolar menjadi sinyal bipolar. U1: B adalah integrator invert, yang
dapat mengintegrasikan gelombang bipolar persegi. Jika tanpa menambahkan resistor
R16, keluarannya
1 1 Vi 1
V0= -VC= -
C
∫ idt= - ∫ dt = -
C R RC
∫ Vi dt (8-3)

Jika dua terminal kapasitor shunt integrator dengan resistor, tujuannya adalah
untuk memperbaiki respons frekuensi rendah dari integrator, yang
memanfaatkan gain loop tertutup dari inverter. Resistor R16 dan kapasitor C1
bisa diasumsikan sebagai impedansi yang setara, maka kita dapatkan

1 R 16 R16
−R 16 /¿ −
V0 sC 1 1+sR 16C 1 R 15
= = =
Vi R 15 R 15 s (8-4)
1+
ωH
Dimana

1
ωH =
R 16 C 1 U1: C, R7, R10, C1, dan C3 terdiri dari filter low-pass orde kedua.
Resistor R5 dan R8 terdiri dari umpan balik negatif, yang fungsinya utamanya adalah
memberi keuntungan.
Gambar 3 adalah diagram rangkaian demodulator delta, yang dimodifikasi dari
diagram rangkaian dasar pada gambar 2. Pada gambar 3, kami menambahkan sebuah
saklar analog. Hal ini mirip dengan modulator delta yang telah kita tambahkan
multiplexer. Fungsi utamanya adalah mengendalikan gain dari integrator. Karena
gain akan mempengaruhi kemiringan integrator, oleh karena itu dengan
menggunakan metode ini, kita dapat memperbaiki masalah overloading kemiringan.
Sakelar analog mirip dengan struktur multiplekser. Bila AB = 00, sinyal akan dikirim
ke integrator melalui resistor R4, R5, R6, R7. Bila AB = 11, sinyal akan dikirim ke
integrator melalui resistor R

Gambar 2. Diagram rangkaian dasar demodulasi delta


Gambar 3. Diagram rangkaian demodulator delta

1.4.1 Gambar Rangkaian


1.4.2 Langkah Percobaan

1. Untuk menerapkan rangkaian modulator delta seperti ditunjukkan pada gambar 7-3
atau lihat gambar DCT7-1 pada modul GOTT DCT-6000-04 untuk menghasilkan
sinyal delta termodulasi. Misalkan J2 dan J3 menjadi hubung singkat, yaitu hubungan
antara Xo dan X menyala. Pada port input sinyal (I / P 1), masukan amplitudo 2 V dan
frekuensi gelombang sinus 500 Hz. Kemudian pada port input CLK (I / P2), masukan
amplitudo 5 V dan sinyal TTL 32 kHz.
2. Untuk menerapkan rangkaian demodulator delta seperti ditunjukkan pada gambar 8-3
atau lihat gambar DCT8-1 pada modul GOTT DCT-6000-04.
3. Pada gambar DCT8-1, misalkan J2 dan J3 menjadi hubung singkat, yaitu hubungan
antara Xo dan X menyala. Kemudian hubungkan sinyal delta termodulasi (O / P) pada
gambar DCT7-1 ke terminal input (I / P 1) demodulator delta pada gambar DCT8-1.
Pada port input CLK (I / P2) dari delta demodulator, masukkan amplitudo 5V dan
sinyal TTL 32 kHz. Kemudian dengan menggunakan osiloskop, amati pada bentuk
gelombang sinyal keluaran dari port output sinyal sampling (T1), unipolar-to-bipolar
(T2), gain merdu (T3), low-pass filter (T4), integrator (T5) dan keluaran sinyal Port
(O / P). Akhirnya, catat hasil yang terukur pada tabel 8-1.
4. Menurut sinyal input pada tabel 8-1, ulangi langkah 3 pada input CLK 64KHz,
128KHz, 256KHz dan catatlah hasil yang terukur pada tabel 8-1.
5. Misalkan J1 dan J4 pada gambar DCT7-1 dan DCT8-1 menjadi hubung singkat, yaitu
hubungan antara X3 dan X menyala. Pada port input sinyal (I / P 1) pada gambar
DCT7-1, masukan amplitudo 2 V dan frekuensi gelombang sinus 2 kHz. Selanjutnya
pada port input CLK (I / P2) pada gambar DCT7-1, masukan amplitudo 2 V dan
sinyal TTL 2kHz. Kemudian hubungkan sinyal delta termodulasi (O / P) pada gambar
DCT7-1 ke terminal input (I / Pl) demodulator delta pada gambar DCT8-1. Pada port
input CLK (I / P2) dari delta demodulator, masukkan amplitudo 5V dan sinyal TTL
32kHz. Kemudian dengan menggunakan osiloskop, amati pada bentuk gelombang
sinyal keluaran TI, T2, T3, T4, T5 dan O / P. Akhirnya, catat hasil yang terukur pada
tabel 8-2.
10. Menurut sinyal masukan pada tabel 8-2, ulangi langkah 9 untuk sinyal input CLK
64KHz, 128KHz, 256KHz dan catatlah hasil yang diukur pada tabel 8-2.
1.5 Hasil Percobaan
Tabel 8-1 Hasil Pengukuran Demodulasi DM pada Frekuensi CLK 32 kHz

SINYAL
SINYAL KELUARAN KETERANGAN
INPUT
TP1
Time/div 100µs

CH 1
Frekuensi 500Hz
Amplitudo 2Vpp
Volt/div 1V

CH 2
Frekuensi 16KHz
Amplitudo 6,64Vpp
Volt/div 2V

TP2
Time/div 100µs

CH 1
Frekuensi 500Hz
500 Hz Amplitudo 2Vpp
Volt/div 1V
2V
CH 2
Frekuensi 16KHz
Amplitudo 9,2Vpp
Volt/div 5V

TP3
Time/div 100µs

CH 1
Frekuensi 500Hz
Amplitudo 2Vpp
Volt/div 1V

CH 2
Frekuensi 16KHz
Amplitudo 780mVpp
Volt/div 500mV
SINYAL
SINYAL KELUARAN KETERANGAN
INPUT
TP4
Time/div 500µs

CH 1
Frekuensi 500Hz
Amplitudo 2Vpp
Volt/div 1V

CH 2
Frekuensi 4,98KHz
Amplitudo 3,58Vpp
Volt/div 1V

TP5
Time/div 500µs

CH 1
Frekuensi 500Hz
500 Hz Amplitudo 2Vpp
Volt/div 1V
2V
CH 2
Frekuensi 500Hz
Amplitudo 2,52Vpp
Volt/div 1V

DM O/P
Time/div 500µs

CH 1
Frekuensi 500Hz
Amplitudo 2Vpp
Volt/div 1V

CH 2
Frekuensi 500KHz
Amplitudo 4,16Vpp
Volt/div 2V
Tabel 8-1 Hasil Pengukuran Demodulasi DM pada Frekuensi CLK 64 kHz

SINYAL
SINYAL KELUARAN KETERANGAN
INPUT
TP1
Time/div 100µs

CH 1
Frekuensi 500Hz
Amplitudo 2Vpp
Volt/div 1V

CH 2
Frekuensi 12,76KHz
Amplitudo 8Vpp
Volt/div 2V

TP2
Time/div 100µs

CH 1
Frekuensi 500Hz
Amplitudo 2Vpp
500 Hz Volt/div 1V

2V CH 2
Frekuensi 16KHz
Amplitudo 9,2Vpp
Volt/div 5V

TP3
Time/div 100µs

CH 1
Frekuensi 500Hz
Amplitudo 2Vpp
Volt/div 1V

CH 2
Frekuensi 15,95KHz
Amplitudo 780mVpp
Volt/div 500mV
SINYAL
SINYAL KELUARAN KETERANGAN
INPUT
TP4
Time/div 500µs

CH 1
Frekuensi 500Hz
Amplitudo 2Vpp
Volt/div 1V

CH 2
Frekuensi 13,12KHz
Amplitudo 4,96Vpp
Volt/div 2V

TP5
Time/div 500µs

CH 1
Frekuensi 500Hz
Amplitudo 2Vpp
Volt/div 1V
500 Hz
CH 2
2V
Frekuensi 495Hz
Amplitudo 2,32Vpp
Volt/div 2V

DM O/P
Time/div 500µs

CH 1
Frekuensi 500Hz
Amplitudo 2Vpp
Volt/div 1V

CH 2
Frekuensi 500Hz
Amplitudo 4,24Vpp
Volt/div 2V
Tabel 8-1 Hasil Pengukuran Demodulasi DM pada Frekuensi CLK 128 kHz

SINYAL
SINYAL KELUARAN KETERANGAN
INPUT
TP1
Time/div 100µs

CH 1
Frekuensi 500Hz
Amplitudo 2Vpp
Volt/div 1V

CH 2
Frekuensi 25,52KHz
Amplitudo 8,16Vpp
Volt/div 2V

TP2
Time/div 100µs

CH 1
Frekuensi 500Hz
Amplitudo 2Vpp
500 Hz Volt/div 1V

2V CH 2
Frekuensi 21,92KHz
Amplitudo 9,6Vpp
Volt/div 5V

TP3
Time/div 100µs

CH 1
Frekuensi 500Hz
Amplitudo 2Vpp
Volt/div 1V

CH 2
Frekuensi 31,94KHz
Amplitudo 780mVpp
Volt/div 500mV
SINYAL
SINYAL KELUARAN KETERANGAN
INPUT
TP4
Time/div 500µs

CH 1
Frekuensi 500Hz
Amplitudo 2Vpp
Volt/div 1V

CH 2
Frekuensi 27KHz
Amplitudo 5,04Vpp
Volt/div 2V

TP5
Time/div 500µs

CH 1
Frekuensi 500Hz
Amplitudo 2Vpp
500 Hz Volt/div 1V
2V CH 2
Frekuensi 501,5Hz
Amplitudo 2,4Vpp
Volt/div 2V

DM O/P
Time/div 500µs

CH 1
Frekuensi 500Hz
Amplitudo 2Vpp
Volt/div 1V

CH 2
Frekuensi 500Hz
Amplitudo 4,32Vpp
Volt/div 2V
Tabel 8-1 Hasil Pengukuran Demodulasi DM pada Frekuensi CLK 256 kHz

SINYAL
SINYAL KELUARAN KETERANGAN
INPUT
TP1
Time/div 100µs

CH 1
Frekuensi 500Hz
Amplitudo 2Vpp
Volt/div 1V

CH 2
Frekuensi 32KHz
Amplitudo 4,48Vpp
Volt/div 2V

TP2
Time/div 100µs

CH 1
Frekuensi 500Hz
Amplitudo 2Vpp
500 Hz Volt/div 1V
2V
CH 2
Frekuensi 36KHz
Amplitudo 9,2Vpp
Volt/div 5V

TP3
Time/div 100µs

CH 1
Frekuensi 500Hz
Amplitudo 2Vpp
Volt/div 1V

CH 2
Frekuensi 36,5KHz
Amplitudo 800mVpp
Volt/div 1V
SINYAL
SINYAL KELUARAN KETERANGAN
INPUT
TP4
Time/div 500µs

CH 1
Frekuensi 500Hz
Amplitudo 2Vpp
Volt/div 1V

CH 2
Frekuensi 9KHz
Amplitudo 4,92Vpp
Volt/div 1V

TP5
Time/div 500µs

CH 1
Frekuensi 500Hz
Amplitudo 2Vpp
500 Hz Volt/div 1V
2V CH 2
Frekuensi 207,6KHz
Amplitudo 2,52Vpp
Volt/div 1V

DM O/P
Time/div 500µs

CH 1
Frekuensi 500Hz
Amplitudo 2Vpp
Volt/div 1V

CH 2
Frekuensi 501KHz
Amplitudo 4,4Vpp
Volt/div 2V
Tabel 8-2 Hasil Pengukuran Demodulasi DM pada Frekuensi CLK 32 kHz

SINYAL
SINYAL KELUARAN KETERANGAN
INPUT
TP1
Time/div 100µs

CH 1
Frekuensi 2KHz
Amplitudo 2Vpp
Volt/div 1V

CH 2
Frekuensi 16KHz
Amplitudo 5,28Vpp
Volt/div 2V

TP2
Time/div 100µs

CH 1
Frekuensi 2KHz
2 kHz Amplitudo 2Vpp
Volt/div 1V
2V
CH 2
Frekuensi 7,99KHz
Amplitudo 4,4Vpp
Volt/div 2V

TP3
Time/div 100µs

CH 1
Frekuensi 2KHz
Amplitudo 2Vpp
Volt/div 1V

CH 2
Frekuensi 10,67KHz
Amplitudo 2,48Vpp
Volt/div 2V
SINYAL
SINYAL KELUARAN KETERANGAN
INPUT
TP4
Time/div 500µs

CH 1
Frekuensi 2KHz
Amplitudo 2Vpp
Volt/div 1V

CH 2
Frekuensi 15,38KHz
Amplitudo 5,52Vpp
Volt/div 5V

TP5
Time/div 500µs

CH 1
Frekuensi 2KHz
2 KHz Amplitudo 2Vpp
Volt/div 1V
2V
CH 2
Frekuensi 1,04KHz
Amplitudo 2,64Vpp
Volt/div 2V

DM O/P
Time/div 500µs

CH 1
Frekuensi 2KHz
Amplitudo 2Vpp
Volt/div 1V

CH 2
Frekuensi 166KHz
Amplitudo 4,36Vpp
Volt/div 1V
Tabel 8-2 Hasil Pengukuran Demodulasi DM pada Frekuensi CLK 64 kHz

SINYAL
SINYAL KELUARAN KETERANGAN
INPUT
TP1
Time/div 100µs

CH 1
Frekuensi 2KHz
Amplitudo 2Vpp
Volt/div 1V

CH 2
Frekuensi 32,1KHz
Amplitudo 8Vpp
Volt/div 2V

TP2
Time/div 100µs

CH 1
Frekuensi 2KHz
Amplitudo 2Vpp
2 kHz Volt/div 1V

2V CH 2
Frekuensi 32KHz
Amplitudo 4,32Vpp
Volt/div 2V

TP3
Time/div 100µs

CH 1
Frekuensi 2KHz
Amplitudo 2Vpp
Volt/div 1V

CH 2
Frekuensi 31,9KHz
Amplitudo 2,4Vpp
Volt/div 2V

SINYAL SINYAL KELUARAN KETERANGAN


INPUT
TP4
Time/div 500µs

CH 1
Frekuensi 2KHz
Amplitudo 2Vpp
Volt/div 1V

CH 2
Frekuensi 15,15KHz
Amplitudo 4,16Vpp
Volt/div 2V

TP5
Time/div 500µs

CH 1
Frekuensi 2KHz
Amplitudo 2Vpp
2 KHz Volt/div 1V

2V CH 2
Frekuensi 909Hz
Amplitudo 1,92Vpp
Volt/div 1V

DM O/P
Time/div 500µs

CH 1
Frekuensi 2KHz
Amplitudo 2Vpp
Volt/div 1V

CH 2
Frekuensi 501Hz
Amplitudo 3,4Vpp
Volt/div 1V
Tabel 8-2 Hasil Pengukuran Demodulasi DM pada Frekuensi CLK 128 kHz

SINYAL
SINYAL KELUARAN KETERANGAN
INPUT
TP1
Time/div 100µs

CH 1
Frekuensi 2KHz
Amplitudo 2Vpp
Volt/div 1V

CH 2
Frekuensi 32KHz
Amplitudo 7,52Vpp
Volt/div 2V

TP2
Time/div 100µs

CH 1
Frekuensi 2KHz
2 kHz Amplitudo 2Vpp
Volt/div 1V
2V
CH 2
Frekuensi 31,9KHz
Amplitudo 4,32Vpp
Volt/div 2V

TP3
Time/div 100µs

CH 1
Frekuensi 2KHz
Amplitudo 2Vpp
Volt/div 1V

CH 2
Frekuensi 32KHz
Amplitudo 2,4Vpp
Volt/div 2V
SINYAL
SINYAL KELUARAN KETERANGAN
INPUT
TP4
Time/div 500µs

CH 1
Frekuensi 2KHz
Amplitudo 2Vpp
Volt/div 1V

CH 2
Frekuensi 30KHz
Amplitudo 3,28Vpp
Volt/div 2V

TP5
Time/div 500µs

CH 1
Frekuensi 2KHz
Amplitudo 2Vpp
2 KHz Volt/div 1V
2V
CH 2
Frekuensi 874Hz
Amplitudo 2,04Vpp
Volt/div 1V

DM O/P
Time/div 500µs

CH 1
Frekuensi 2KHz
Amplitudo 2Vpp
Volt/div 1V

CH 2
Frekuensi 500Hz
Amplitudo 3,36Vpp
Volt/div 1V
Tabel 8-2 Hasil Pengukuran Demodulasi DM pada Frekuensi CLK 256 kHz

SINYAL
SINYAL KELUARAN KETERANGAN
INPUT
TP1
Time/div 100µs

CH 1
Frekuensi 2KHz
Amplitudo 2Vpp
Volt/div 1V

CH 2
Frekuensi 42KHz
Amplitudo 8,24Vpp
Volt/div 2V

TP2
Time/div 100µs

CH 1
Frekuensi 2KHz
Amplitudo 2Vpp
2 kHz Volt/div 1V
2V
CH 2
Frekuensi 42,6KHz
Amplitudo 4,4Vpp
Volt/div 2V

TP3
Time/div 100µs

CH 1
Frekuensi 2KHz
Amplitudo 2Vpp
Volt/div 1V

CH 2
Frekuensi 51,46KHz
Amplitudo 2,32Vpp
Volt/div 2V
SINYAL
SINYAL KELUARAN KETERANGAN
INPUT
TP4
Time/div 500µs

CH 1
Frekuensi 2KHz
Amplitudo 2Vpp
Volt/div 1V

CH 2
Frekuensi 5,22KHz
Amplitudo 2,88Vpp
Volt/div 2V

TP5
Time/div 500µs

CH 1
Frekuensi 2KHz
2 KHz Amplitudo 2Vpp
Volt/div 1V
2V
CH 2
Frekuensi 498Hz
Amplitudo 2Vpp
Volt/div 1V

DM O/P
Time/div 500µs

CH 1
Frekuensi 2KHz
Amplitudo 2Vpp
Volt/div 1V

CH 2
Frekuensi 500Hz
Amplitudo 3,16Vpp
Volt/div 1V
1.6Analisa Data dan Pembahasan
 TP1

Pada TP1 hasil sinyal keluaran dari D flip flop


yang merupakan hasil sample dari delta
modulation dan clock. CLK masukan dari delta
demodulator harus disinkronkan dengan sinyal
CLK dari modulator delta, yang merupakan
sinyal TTL

 TP2

Pada TP2 hasil perubahan sinyal dari unipolar


ke polar agar gelombang persegi dapat
diintegrasi dengan sinyal audio.

 TP3

Pada TP3 hasil dari multiplexer, dimana


multiplexer ini sendiri mengendalikan gain dari
integrator untuk memperbaiki masalah
overloading kemiringan.

 TP4

Pada TP4 ini sinyal mengalami proses integrator


inverter untuk mengintegrasikan gelombang
bipolar persegi. Pada tahap ini sinyal mulai
membentuk gelombang sinus namun masih
memiliki noise
 TP5
Pada TP5 memperbaiki respon frekuensi rendah
dari integrator yang memanfaatkan gain loop
tertutup dari inverter. Hasil TP5 ini noise pada
gelombang sinus semakin tidak terlihat.

 O/P DM

Pada O/P DM sinyal telah mengalami proses


mulai TP1 sampai TP5 kemudian sinyal akan
dilewatkan OP AMP, R7, R10, C1 dan C3
sebagai rangkaian LPF. Pada hasil demodulasi
ini sinyal hampir mendekati sinyal informasi
namun amplitudonya mengalami peningkatan.

Pada percobaan ini menggunakan 2 frekuensi input yang berbeda yaitu 500Hz dan
2KHz, perbedaan dari kedua frekuensi ini semakin tinggi frekuensi maka lebar pulsa
semakin rapat. Percobaan juga menggunakan 4 clock TTL yang berbeda yaitu 32, 64, 128
dan 256KHz, semakin tinggi clock yang digunakan maka hasil demodulasi akan mendekati
sama dengan sinyal informasi.

1.7Kesimpulan
 Proses demodulasi ini mengembalikan sinyal modulasi menjadi sinyal yang sama
dengan sinyal informasi
 Semakin tinggi frekuensi maka lebar pulsa semakin rapat
 Semakin tinggi clock yang digunakan maka hasil demodulasi akan mendekati
sama dengan sinyal informasi

Anda mungkin juga menyukai