DIFFERENSIATOR
1. TUJUAN
2. TEORI DASAR
Pada frekuensi rendah reaktansi kapasitor adalah "Tinggi" yang menghasilkan gain rendah
( Rƒ/Xc ) dan tegangan output rendah dari Op-amp. Pada frekuensi yang lebih tinggi,
reaktansi kapasitor jauh lebih rendah sehingga menghasilkan gain yang lebih tinggi dan
tegangan output yang lebih tinggi dari penguat differensiator. Namun, pada frekuensi tinggi,
rangkaian differensiator Op-amp menjadi tidak stabil dan akan mulai berosilasi. Hal ini
terutama disebabkan oleh efek orde-1 pertama, yang menentukan respon frekuensi dari
rangkaian Op-amp yang menyebabkan respon orde-2 kedua yang pada frekuensi tinggi
memberikan tegangan output yang jauh lebih tinggi dari yang diharapkan. Untuk menghindari
hal ini, gain frekuensi tinggi dari rangkaian perlu dikurangi dengan menambahkan kapasitor
nilai kecil tambahan pada resistor feedback (umpan balik) Rƒ.
Oke, beberapa pelajaran matematika menjelaskan apa yang terjadi! Karena tegangan simpul
dari Op-amp di terminal input inverting-nya adalah nol, arus, i yang mengalir melalui
kapasitor akan diberikan sebagai:
Muatan pada kapasitor sama dengan Kapasitansi kali Tegangan melintasi kapasitor
Q = C x VIN
Dengan demikian laju perubahan muatan ini adalah:
dari mana kita memiliki output tegangan ideal untuk Differensiator Op-amp diberikan
sebagai:
Oleh karena itu, tegangan output Vout adalah konstan –Rƒ*C kali turunan dari tegangan
input Vin terhadap waktu. Tanda minus (-) menunjukkan pergeseran fasa 180° karena sinyal
input terhubung ke terminal input Op-amp inverting.
Apabila kita menerapkan sinyal yang terus berubah seperti sinyal tipe gelombang-persegi,
segitiga atau gelombang-sinusoidal ke input rangkaian penguat differensiator, sinyal output
yang dihasilkan akan diubah dan yang bentuk akhirnya tergantung pada konstanta waktu RC
dari kombinasi Resistor/Kapasitor.
1
Gambar 2.2 Gelombang Input Outpur Rangkaian Differensiator
Resistor tunggal dasar dan rangkaian differensiator Op-amp kapasitor tunggal tidak banyak
digunakan untuk mereformasi fungsi matematika Diferensiasi karena dua kesalahan inheren
yang disebutkan di atas, "Ketidakstabilan" dan "Kebisingan". Jadi untuk mengurangi gain
loop tertutup keseluruhan pada frekuensi tinggi, resistor tambahan, Rin ditambahkan ke input
seperti yang ditunjukkan di bawah ini.
Menambahkan resistor input R IN membatasi kenaikan differensiator pada rasio Rƒ/R IN.
Rangkaian sekarang berfungsi seperti penguat differensiator pada frekuensi rendah dan
penguat dengan umpan balik resistif pada frekuensi tinggi memberikan penolakan kebisingan
yang jauh lebih baik. Redaman tambahan frekuensi yang lebih tinggi dilakukan dengan
menghubungkan kapasitor Cƒ secara paralel dengan resistor feedback differensiator, Rƒ.
2. Aplikasi Proteus
4. LANGKAH PERCOBAAN
2
1. Memperhatikan rangkaian skematik di bawah ini :
CH1 : ...V/Div
CH2 : ...V/Div
DC Coupling
3. Merangkai rangkaian seperti pada diagram skematik dan pasang catu daya pada proteus.
4. Mengatur input gelombang segitiga pada 1Vpp dan frekuensi pada 500Hz.
5. Untuk sementara melepaskan probe Ch2 dan catatlah posisi dari garis lurus (0V).
(t1).
sebagai :
diperkirakan?
8. Mengubah time base osiloscop menjadi 0,2ms/div dan Ch2 0,2V/div, mengatur
3
frekuensi input pada 1Khz, ulangi langkah 4,5,6 bagaimana hasil percobaan ini
9. Mengubah time base ke 10ms/div dan Ch2 menjadi 2V/div. Mengatur frekuensi pada 30
5. HASIL PERCOBAAN
Bentuk rangkaian
Bentuk gelombang
4
Periode percobaan 1 = 2 ms
Periode percobaan 2 = 1 ms
5
4. Hasil Perhitungan
Percobaan 1
Rf : 22 kΩ
C : 47 nF (47 x 10−9 F)
Vin : 1 Vpp
t1 : 2 ms (2 x 10−3 s)
−2 x 22000 x 47 . 10−9 x 1
−3 = -1,034 V
2 x 10
Percobaan 2
Rf : 22 kΩ
C : 47 nF (47 x 10−9 F)
Vin : 1 Vpp
t1 : 1 ms (1 x 10−3 s)
−9
−2 x 22000 x 47 . 10 x 1
−3 = -2,068 V
1 x 10
5. Hasil Pengukuran
Percobaan 1
−1 −1
Tegangan Puncak Negatif : x Vout = x 2,1 = -1,05 V
2 2
6
Percobaan 2
−1 −1
Tegangan Puncak Negatif : x Vout = x 4,14 = -2,07 V
2 2
6. Hasil bentuk gelombang ketika time/div 10 ms, dan volt/div 2V pada ch2 dan terletak pada
frekuensi 30k hz .
6. ANALISIS
Dari praktikum kali ini dapat di ketahui bahwa aplikasi Op-Amp pada rangkaian
differensiator merupakan rangkaian Op-amp (penguat operasional) dasar dari penguat
differensiator menghasilkan sinyal output yang merupakan turunan pertama dari sinyal input.
Pada rangkaian Differensiator posisi Kapasitor dan resistor telah terbalik (reversed).
Reaktansi (XC) terhubung ke terminal input dari penguat inverting sementara resistor (Rƒ)
membentuk elemen umpan balik negatif di seluruh Op-amp seperti biasa.
7
Pada praktikum yang bertujuan agar mahasiswa mengetahui rangkaian Op-Amp sebagai
differensiator juga merencanakan dan membandingkan kinerja dari Op-Amp differensiator
dengan objek hasil perhitungan dengan hasil pengukuran tegangan puncak negatif
menggunakan osiloskop dan generator function pada aplikasi proteus yang dimana 2 alat
bantu tersebut dapat menampilkan hasil gelombang output dari sebuah rangkaian dan juga
generator function yang berguna untuk mengatur beberapa option seperti frekuensi dan
amplitudo agar hasil yang di tampilkan pada layar osiloskop dapat sesuai dengan yang di
perintahkan.
Pada karakteristik rangkaian penguat differensiator ini dapat di buktikan pada hasil
praktikum ini ada 3 percobaan simulasi dengan proteus ini, 2 membandingkan hasil tegangan
puncak negatif antara pengukuran dan perhitungan dengan beberapa pengaturan osiloskop dan
generator function yang berbeda , yaituVin di atur tetap 1 vpp dan pengaturan output dan
frekuensi yang berbeda percobaan pertama frekuensi di atur sebesar 500 hz dan ch2 di atur
vol/div 0,5 V dan time/div 1 ms dan 1 hasil memperlihatkan bentuk gelombang ketika
frekuensi di rubah menjadi 30k hz dan ch2 (output) volt/div di atur menjadi 2V dan time/div
menjadi 10 ms, pada praktikum kali ini praktikan melakukan percobaan nya dengan metode
simulasi pada aplikasi proteus dengan beberapa komponen yang sesuai dengan perintah
modul praktikum , seperti resistor 22k Ω; 2,2k Ω; 330 Ω lalu ada kapasito 47 nF, ada LED
sebagai indikator kondisi beban, ada juga komponen utama seperti ic Op-Amp 741, osiloskop,
dan signal function atau generator function juga sumber tegangan DC beserta ground nya, dan
semua itu bersifat virtual pada aplikasi proteus.
Pada percobaan pertama dengan pengaturan tetap Vin (Tegangan Masuk) 1 vpp, dan
pengaturan variabel frekuensi 500 hz, dan time/div 1 ms lalu pengaturan osiloskop pada ch1
volt/div 0,5 V dan pada ch2 di atur volt/div 0,5 V mendapat nilai Vout (Tegangan Keluar)
sebesar 2,1 V/ 2,1 vpp dimana tegangan puncak negatifnya itu setengah nya dari Vout
tersebut lalu di kalikan dengan minus dan hasil yang di dapat dari pengukurannya yaitu -1,05
V, pada hasil perhitungan tegangan puncak negatif dengan nilai periode Vout 2 ms, yang
dimana nilai periode Vout tersebut sangat mempengaruhi hasil tegangan puncak negatif
tersebut , dan hasil perhitungan nya yaitu sebesar -1,034 V, pada percobaan ini terdapat nilai
error sebesar 0,016 namun hal tersebut masi dalam nilai toleransi.
Pada percobaan kedua dengan pengaturan tetap Vin (Tegangan Masuk) 1 vpp, dan
pengaturan variabelnya frekuensi 1k hz, dan time/div 0,2 ms lalu pengaturan osiloskop pada
ch1 volt/div 0,5 V dan pada ch2 di atur volt/div 0,2 V mendapat nilai Vout (Tegangan Keluar)
sebesar 4,14 V/ 4,14 vpp dan gelombang yang di hasilkan sangat tinggi dan melebihi batas
layar osiloskop pada proteus, jadi untuk mengukur vpp nya praktikan harus mengatur volt/div
agar bisa di lihat secara baik agar bisa di ukur vpp nya. Tegangan puncak negatifnya itu
setengah nya dari Vout tersebut lalu di kalikan dengan minus dan hasil yang di dapat dari
pengukurannya yaitu -2,07 V, pada hasil perhitungan tegangan puncak negatif dengan nilai
periode Vout 1 ms, yang dimana nilai periode Vout tersebut sangat mempengaruhi hasil
tegangan puncak negatif tersebut , dan hasil perhitungan nya yaitu sebesar -2,068 V, pada
percobaan ini terdapat nilai error sebesar 0,002 namun hal tersebut masi dalam nilai toleransi.
Pada percobaan ke tiga dengan pengaturan tetap Vin (Tegangan Masuk) 1 vpp, dan
pengaturan variabelnya frekuensi 30k hz, dan time/div 10 ms lalu pengaturan osiloskop pada
ch1 volt/div 0,5 V dan pada ch2 di atur volt/div 2 V menghasilkan gelombang Vout dan Vin
yang sangat rapat hal tersebut di pengaruhi oleh besarnya frekuensi yang di berikan pada
rangkaian tersebut sehingga hasil gelombang yang terlihat pada layar osiloskop menjadi
sangat rapat.
8
Pada percobaan differensiator menggunakan metode simulasi proteus ini sedikit rumit
karena nama komponen komponen yang ada pada aplikasi proteus ini banyak yang tidak
familiar dengan komponen komponen yang biasa di pakai di laboratorium sehingga
menyulitkan praktikan dalam mencari komponen yang di butuhkan untuk merangkai skematik
yang di tetapkan, juga terkadang aplikasi proteus ini mengalami error yang dimana ketika di
running pada layar osiloskop tidak terdapat gelombang yang harusnya terlihat, sehingga
praktikan harus merangkai ulang skematik tersebut.
7. KESIMPULAN
2. Semakin kecil nilai periode, maka akan semakin besar nilai tegangan puncak negatif
yang di peroleh.
3. Rapat nya bentuk gelombang yang terlihat pada layar osiloskop di pengaruhi oleh
pengaturan pada signal function atau generator function dan juga pengaturan chanel
pada osiloskop.
9
8. LAMPIRAN
TUGAS-TUGAS
1. Pada frekuensi berapakah ragkaian ini tidak bertindak sebagai differensiator (yaitu
mendekati inverting amplifier) ?
2. Bagaimana output rangkaian Differensiator apabila inputnya berupa gelombang sinus dan
kotak
JAWAB
1. Rangkaian ini tidak bertindak sebagai Differensiator atau mendekati Inverting amplifier
ketika terletak pada frekuensi 150 hz
2. -Jika tegangan input differensiator berbentuk gelombang sinus, maka tegangan output
gelombangnya akan berbentuk cosinus.
-Jika tegangan input differensiator berbentuk gelombang kotak, maka tegangan output
gelombangnya akan berbentuk lancip.
10
-Input gelombang kotak, output gelombang lancip.
11