Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“PENGKONDISIAN SINYAL SENSOR”


Disusun untuk memenuhi Tugas Teknologi Sensor

Disusun Oleh :
Ilham Moenir Mauludi
NPM : 21316019

Program Studi Teknik Komputer


Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer
Universitas Teknokrat Indonesia
2021/2022
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Perkembangan teknologi pada masa sekarang ini sudah sangat berkembang pesat
seiring dengan kebutuhan manusia. Begitu pesatnya perkembangan teknologi ini hingga
mencakup berbagai bidang, terutama bidang Pendidikan. Perkembangan Teknologi dan
Informasi dalam dunia pendidikan memberikan dampak yang positif, mulai dari
memperlihatkan perubahan-perubahan cara mengajar yang berkembang dalam dunia
pendidikan. Misalkan contoh penerapannya, sekarang ini jarak dan waktu bukanlah sebagai
masalah yang berarti untuk transfer ilmu pengetahuan. Banyak aplikasi yang dibuat untuk
memfasilitasi dalam transfer pengetahuan ini.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah :
1)      Mahasiswa dapat merancang rangkain pengkondisi sinyal
2)      Mahasiswa  dapat merangkai rangkaian pengkondisi sinyal
3)      Mahsiswa dapat menganalisa rangkaian pengkondisi sinyal
4)      Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja, cara kerja serta karakteristik pengkondisi
sinyal
5)      Mahasiswa dapat mengetahui komponen-komponen yang dibutuhkan dalam rangkaian
pengkondisi sinyal
BAB II
Isi
2.1. Dasar Teori

Pengkondisi sinyal digunakan untuk menggunakan sinyal keluaran dari sensor


sehingga dapat diolah dengan baik dan benar pada tahap berikutnya seperti rangkaian ADC,
mikrokontroler, moving coil atau yang lainnya. Pengkondisi sinyal merupakan istilah umum
yang digunakan dalam sistem instrumentasi, dan pada prakteknya pengkondisi sinyal dapat
berupa rangkaian penguat, penjumlah, pengurang, differensiator, integral, filter dan lain-lain,
serta bisa juga berupa rangkaian gabungan dari 2, 3 atau lebih rangkaian-rangkaian tersebut.
Pada praktikum ini, digunakan penguat operasional yang diterapkan sebagai rangkaian
penguat dan penjumlah. Penguat Operasional (Op-Amp) merupakan rangkaian terpadu yang
dikemas dalam satu IC. Pada umumnya kaki-kaki IC tersebut terdiri atas input membalik atau
inverting input (-), input tak membalik atau non inverting input (+), output, offset, dan catu
daya seperti pada gambar 1.1 Secara ideal, Op-Amp memiliki beberapa karakteristik,
diantaranya :

a.       Penguat tegangan tak berhingga (AV = ∼)


b.      Impedansi input tak berhingga (rin = ∼)
c.       Impedansi output nol (ro = 0) d. Bandwidth tak berhingga (BW = ∼)
d.      Tegangan offset nol pada tegangan input (Eo = 0 untuk Ein = 0)
Komponen Op-Amp dikemas dalam satu IC. Salah satu tipe IC Op-Amp yang sering
digunakan adalah IC Op-Amp 741

Op-Amp yang digunakan sebagai penguat ditunjukkan pada gambar 2 dan gambar 3. Pada
penguat inverting (gambar 2), sinyal Vi diumpakan ke input inverting pada Op-Amp. Disebut
inverting atau membalik karena sinyal input Vi berbeda fasa 180o terhadap sinyal output Vo.
Sedangkan penguat non inverting (gambar 3), sinyal Vi diumpakan ke input non inverting
pada Op-Amp. Disebut non inverting atau tidak membalik karena sinyal input Vi mempunyai
fasa yang sama dengan sinyal output Vo.

Op-Amp yang digunakan sebagai penjumlah ditunjukkan pada gambar 4. Sesuai dengan
namanya, rangkaian penjumlah akan menjumlahkan semua sinyal input dengan faktor
penguat tertentu yang ditentukan oleh nilai resistor yang digunakan, untuk kemudian
dikeluarkan sebagai sinyal output Vo.

2.2 OP AMP SEBAGAI PENGUAT PENJUMLAH


Rangkaian Adder/Penjumlah Inverting

Pada operasi adder/penjumlah sinyal secara inverting, sinyal input (V1, V2, V3) diberikan ke
line input penguat inverting berturut-turut melalui R1, R2, R3. Besarnya penjumlahan sinyal
input tersebut bernilai negatif karena penguat operasional dioperasikan pada mode membalik
(inverting).
 Besarnya penguatan tegangan (Av) tiap sinyal input mengikuti nilai perbandingan Rf dan
Resistor input masing-masing (R1, R2, R3). Masing-masing tegangan output (Vout) dari
penguatan masing-masing sinyal input tersebut secara matematis dapat dituliskan sebagai
berikut:
Besarnya tegangan output (Vout) dari rangkaian adder/penjumlah inverting diatas dapat
dirumuskan sebagai berikut.

Rangkaian Adder/Penjumlah Non-Inverting

Rangkaian adder/penjumlah non-inverting memiliki penguatan tegangan yang tidak


melibatkan nilai resistansi input yang digunakan. Oleh karena itu dalam rangkaian penjumlah
non-inverting nilai resistor input (R1, R2, R3) sebaiknya bernilai sama persis, hal ini
bertujutna untuk mendapatkan kestabilan dan akurasi penjumlahan sinyal yang diberikan ke
rangkaian. Pada rangkaian penjumlah non-inverting diatas sinyal input (V1, V2, V3)
diberikan ke jalur input melalui resitor input masing-masing (R1, R2, R3). Besarnya
penguatan tegangan (Av) pada rangkaian penguat penjumlah non-inverting diatas diatur oleh
Resistor feedback (Rf) dan resistor inverting (Ri), sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut
:     

Sehingga dengan diketahuinya nilai penguatan tegangan pada rangkaian penjumlah non-
inverting tersebut dapat dirumuskan besarnya tegangan output (Vout) rangkaian secara
matematis sebagai berikut :       
2.3 Rangkaian Penguat Membalik (Inverting Amplifier)

Rangkaian penguat membalik diatas merupakan rangkaian dasar inverting amplifier yang
menggunakan sumber tegangan simetris. Secara matematis besarnya faktor penguatan (A)
pada rangkaian penguat membalik adalah (-Rf/Rin) sehingga besarnya tegangan output secara
matematis adalah :         

Apabila nilai resistansi feedback (Rf) adalah 10KOhm dan resisntansi input 1 KOhm maka
secara matematik besarnya faktor penguatan rangkaian penguat membalik (inverting
amplifier) diatas adalah :

Untuk melakukan pengujian rangkaian penguat membalik (inverting amplifier) maka


tegangan sumber (simetris) +10Vdc diberikan ke jalur +Vcc sedangkan -10Vdc dihubungkan
ke jalur -Vcc. Sebagai sinyal input sebaiknya menggunakan sinyal input sinusoidal dengan
range frekuensi audio (20 Hz – 20 KHz) agar terlihat jelas perbedaan sinyal input dan output
rangkaian penguat membalik ini yang berbeda phase antar input dan outpunya. Dengan nilai
resistansi dan sumber tegangan seperti disebutkan sebelumnya apabila pada rangkaian
penguat membalik diatas diberikan sinyal input sebesar 0,5 Vpp maka idealnya tegangan
output rangkaian penguat membalik (inverting amplifier) ini adalah.

Dalam bentuk grafik bentuk sinyal output dan sinyal input rangkaian penguat membalik
(inverting amplifier) ini dapat digambarkan sebgai berikut.
Gambar Sinyal Output Dan Sinyal Input Inverting Amplifier

Dalam percobaan untuk mendapatkan bentuk sinyal output dan sinyal input seperti diatas
dapat digunakan osciloscope doble trace dengan input A osciloscope dihubungkan ke jalur
input penguat membalik (inverting amplifier) dan input B osciloscope dihubungkan ke jalur
output penguat mebalik tersebut. Dengan alat ukur osciloscope yang terhubung seperti ini
dapat dianalisa perbandingan sinyal input dengan sinyal output rangkaian penguat membalik
(inverting amplifier) secara lebih life dalam berbagai perubahan sinyal input.

2.4 Parameter Kinerja Sensor


Kinerja sensor dapat dilihat dari beberapa karakteristik yang dimiliki oleh sensor
tersebut seperti fungsi
transfer, sensitivitas, span, akurasi, histeresis, nonlinearitas, noise, resolusi, dan bandwidth.
1. Fungsi transfer 
merupakan fungsi yang menunjukkan hubungan fungsional antara masukan Parameter
Kinerja Sensor sinyal fisis dengan keluaran sinyal listriknya. Hubungan tersebut menyatakan
deskripsik karakteristik sensor yang dapat ditunjukkan melalui grafik hubungan antara sinyal
masukan dan sinyal keluaran.
2. Sensitivitas
Sensitivitas sensor didefinisikan sebagai hubungan antara masukan sinyal fisis dengan
keluaran sinyal listriknya. Pada umumnya sensitivitas sensor dinyatakan dalam bentuk rasio
antara perubahan kecil sinyal listrik pada sensor dengan perubahan kecil sinyal fisisnya. Oleh
karena itu, sensitivitas dapat dinyatakan sebagai turunan dari fungsi transfer yang
berhubungan dengan sinyal fisis. Satuan dari sensitivitas adalah Volt/Kelvin,
miliVolt/kiloPascal, atau bentuk lainnya. Sebagai contoh, sebuah termometer memiliki
sensitivitas tinggi jika perubahan suhu yang kecil menimbulkan perubahan tegangan keluaran
yang besar.

3. Span atau Rentang Dinamis


Span atau rentang dinamis disefinisikan sebagai rentang masukan sinyal fisis yang dapat
dikonversi menjadi sinyal listrik oleh sensor. Sinyal yang terdapat di luar rentang tersebut
menyebabkan ketidakakurasian yang tinggi. Span atau rentang dinamis biasanya ditentukan
oleh pemasok sensor sebagai rentang karakteristik kinerja sensor yang dijelaskan pada data
sheet. Satuan yang digunakan untuk menyatakan span atau rentang dinamis antaralain Kelvin,
Pascal, Newton, dan lain sebagainya.
4. Akurasi atau Ketidakpastian
Ketidakpastian secara umum didefinisikan sebagai kesalahan terbesar antara sinyal actual
terhadap sinyal yang ideal. Ketidakpastian juga dapat diartikan sebagai bagian kecil
kesalahan dari keluaran skala penuh atau bagian kecil kesalahan dari hasil bacaan. Misalnya,
termometer memiliki keakurasian 5% dari FSO (skala keluaran maksimum). Akurasi pada
umumnya dianggap sebagai ungkapan kualitatif, sedangkan ketidakpastian adalah ungkapan
kuantitatif. Misalnya suatu sensor memiliki keakurasian 1% artinya sensor tersebut memiliki
ketidakpastian yang lebih baik jika dibandingkan dengan sensor yang memiliki keakurasian
3%.
5. Histerisis
Beberapa sensor tidak kembali ke nilai keluaran yang sama ketika diberikan masukan besaran
fisis naik atau turun. Nilai kuantitas dari lebar kesalahan yang terukur disebut histerisis
dengan satuan Kelvin atau persentase FSO.
Nonlinieritas Nonlinieritas adalah penyimpangan maksimum fungsi transfer linier pada
rentang dinamis yang ditentukan. Ada beberapa jenis perhitungan kesalahan tersebut.
Perhitungan yang paling umum yaitu membandingkan fungsi transfer sebenarnya dengan
garis lurus terbaik yang terletak di tengah antara dua garis sejajar dan mencakup seluruh
fungsi transfer pada rentang dinamis suatu perangkat. Metode perbandingan tersebut banyak
digunakan karena membuat kinerja sensor menjadi lebih baik. Garis referensi lain dapat
digunakan, sehingga pengguna sensor harus berhati-hati untuk membandingkan dengan
referensi yang sama.
6. Noise
Semua sensor selain menghasilkan sinyal keluaran dari sensor tersebut, juga menghasilkan
keluaran berupa noise. Pada beberapa kasus, noise sensor lebih kecil daripada noise dari
elemen elektroniknya atau lebih kecil dari fluktuasi sinyal fisisnya (dalam hal ini dapat
diabaikan). Banyak kasus, noise sensor dapat membatasi kinerja sistem sensor sehingga
sangat merugikan. Noise pada umumnya terdistribusi pada seluruh spektrum frekuensi
tertentu. Banyak sumber-sumber noise yang menghasilkan distribusi white noise maupun
spectrum noise yang memiliki densitas sama pada seluruh frekuensi. Johnson noise pada
sebuah resistor adalah salah satu contoh distribusi noise. Pada white noise dan densitas
spektrum noise dinyatakan dalam satuan Volt/Root (Hz).
7. Resolusi
Resolusi sensor didefinisikan sebagai batas minimum fluktuasi sinyal yang terdeteksi oleh
sensor. Terdapat hubungan antara skala waktu untuk fluktuasi dan amplitudo minimum yang
terdeteksi karena fluktuasi merupakan fenomena temporal. Oleh karena itu, definisi resolusi
harus menyertakan beberapa informasi tentang sifat pengukuran yang dilakukan. Banyak
sensor dibatasi oleh noise dengan distribusi white spectrum. Pada kasus tersebut, resolusi
dapat ditentukan dalam satuan signal/root (Hz). Kemudian, resolusi aktual dalam pengukuran
tertentu dapat diperoleh dengan mengalikan besaran tersebut dengan akar kuadrat dari
pengukuran bandwidth. Data sheet sensor umumnya dalam satuan signal/root (Hz) atau
mendeskripsikan sinyal minimum yang dapat terdeteksi untuk pengukuran tertentu. Jika
bentuk distribusi noise juga ditentukan, maka memungkinkan untuknmenggeneralisasikan
hasil tersebut untuk pengukuran apapun.

8. Bandwidth
Semua sensor memiliki waktu respon yang terbatas untuk perubahan yang terjadi secara cepat
pada sinyal fisis yang diukur. Selain itu, banyak sensor memiliki waktu peluruhan yang
lambat dan terjadi setelah perubahan pada sinyal fisis. Kebalikan waktu tersebut sesuai
dengan frekuensi cut-off batas atas dan bawah. Bandwidth sensor adalah rentang frekuensi
batas atas dan batas bawah dari sinyal fisis yang terdeteksi oleh sensor tersebut.

2.3 Keterbatasan Sensor

Sensor memiliki keterbatasan untuk mengukuran besaran fisis.

1. Resistansi Konduktor
Konduktor tambahan, seperti kawat timah pada elemen sensor yang bekerja dengan konsep
resistif memiliki kontribusi kesalahan resistansi pada sensor tersebut.
alat ukur banyak yang dirancang dengan impedansi masukan maksimum agar dapat
meminimalkan efek pembebanan . Kapasitansi tersebut bisa terjadi karena suatu konduktor
pada sensor memiliki sifat seperti kapasitor. Nilai tersebut akan berkontribusi terhadap
kesalahan sensor terutama yang memiliki sifat keluaran dengan model kapasitansi. Salah satu
sumber kesalahan efek kapasitansi misalnya terjadinya perubahan nilai kapasitansi sensor
yang dihasilkan dari kabel yang ditanahkan sehingga menyebabkan fluktuasi kapasitansi yang
dapat mempengaruhi sinyal dari sensor. Salah satu solusi untuk meminimalkan
penyimpangan kapasitansi tersebut adalah dengan pemisahan antara elemen sensor dengan
rangkaian elektroniknya.

BAB III
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang didapat dari makalah ini adalah :


1)      Rangkaian pengkondisi sinyal merupakan rangkaian untuk mengubah level tegangan
sesuai dengan yang kita inginkan
2)      Dalam merancang pembuatan suatu rangkaian sebaiknya kita menganalisa terlebih
dahulu komponen-komponen yang di butuhkan
3)      Besarnya R1 dan R2  tidak mempengaruhi tegangan output pada rangakaian
4)      R3  berfungsi sebagai pengatur keluaran dari op amp sesuai yang kita inginkan.

Anda mungkin juga menyukai