Disusun Oleh :
Ilham Moenir Mauludi
NPM : 21316019
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah :
1) Mahasiswa dapat merancang rangkain pengkondisi sinyal
2) Mahasiswa dapat merangkai rangkaian pengkondisi sinyal
3) Mahsiswa dapat menganalisa rangkaian pengkondisi sinyal
4) Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja, cara kerja serta karakteristik pengkondisi
sinyal
5) Mahasiswa dapat mengetahui komponen-komponen yang dibutuhkan dalam rangkaian
pengkondisi sinyal
BAB II
Isi
2.1. Dasar Teori
Op-Amp yang digunakan sebagai penguat ditunjukkan pada gambar 2 dan gambar 3. Pada
penguat inverting (gambar 2), sinyal Vi diumpakan ke input inverting pada Op-Amp. Disebut
inverting atau membalik karena sinyal input Vi berbeda fasa 180o terhadap sinyal output Vo.
Sedangkan penguat non inverting (gambar 3), sinyal Vi diumpakan ke input non inverting
pada Op-Amp. Disebut non inverting atau tidak membalik karena sinyal input Vi mempunyai
fasa yang sama dengan sinyal output Vo.
Op-Amp yang digunakan sebagai penjumlah ditunjukkan pada gambar 4. Sesuai dengan
namanya, rangkaian penjumlah akan menjumlahkan semua sinyal input dengan faktor
penguat tertentu yang ditentukan oleh nilai resistor yang digunakan, untuk kemudian
dikeluarkan sebagai sinyal output Vo.
Pada operasi adder/penjumlah sinyal secara inverting, sinyal input (V1, V2, V3) diberikan ke
line input penguat inverting berturut-turut melalui R1, R2, R3. Besarnya penjumlahan sinyal
input tersebut bernilai negatif karena penguat operasional dioperasikan pada mode membalik
(inverting).
Besarnya penguatan tegangan (Av) tiap sinyal input mengikuti nilai perbandingan Rf dan
Resistor input masing-masing (R1, R2, R3). Masing-masing tegangan output (Vout) dari
penguatan masing-masing sinyal input tersebut secara matematis dapat dituliskan sebagai
berikut:
Besarnya tegangan output (Vout) dari rangkaian adder/penjumlah inverting diatas dapat
dirumuskan sebagai berikut.
Sehingga dengan diketahuinya nilai penguatan tegangan pada rangkaian penjumlah non-
inverting tersebut dapat dirumuskan besarnya tegangan output (Vout) rangkaian secara
matematis sebagai berikut :
2.3 Rangkaian Penguat Membalik (Inverting Amplifier)
Rangkaian penguat membalik diatas merupakan rangkaian dasar inverting amplifier yang
menggunakan sumber tegangan simetris. Secara matematis besarnya faktor penguatan (A)
pada rangkaian penguat membalik adalah (-Rf/Rin) sehingga besarnya tegangan output secara
matematis adalah :
Apabila nilai resistansi feedback (Rf) adalah 10KOhm dan resisntansi input 1 KOhm maka
secara matematik besarnya faktor penguatan rangkaian penguat membalik (inverting
amplifier) diatas adalah :
Dalam bentuk grafik bentuk sinyal output dan sinyal input rangkaian penguat membalik
(inverting amplifier) ini dapat digambarkan sebgai berikut.
Gambar Sinyal Output Dan Sinyal Input Inverting Amplifier
Dalam percobaan untuk mendapatkan bentuk sinyal output dan sinyal input seperti diatas
dapat digunakan osciloscope doble trace dengan input A osciloscope dihubungkan ke jalur
input penguat membalik (inverting amplifier) dan input B osciloscope dihubungkan ke jalur
output penguat mebalik tersebut. Dengan alat ukur osciloscope yang terhubung seperti ini
dapat dianalisa perbandingan sinyal input dengan sinyal output rangkaian penguat membalik
(inverting amplifier) secara lebih life dalam berbagai perubahan sinyal input.
8. Bandwidth
Semua sensor memiliki waktu respon yang terbatas untuk perubahan yang terjadi secara cepat
pada sinyal fisis yang diukur. Selain itu, banyak sensor memiliki waktu peluruhan yang
lambat dan terjadi setelah perubahan pada sinyal fisis. Kebalikan waktu tersebut sesuai
dengan frekuensi cut-off batas atas dan bawah. Bandwidth sensor adalah rentang frekuensi
batas atas dan batas bawah dari sinyal fisis yang terdeteksi oleh sensor tersebut.
1. Resistansi Konduktor
Konduktor tambahan, seperti kawat timah pada elemen sensor yang bekerja dengan konsep
resistif memiliki kontribusi kesalahan resistansi pada sensor tersebut.
alat ukur banyak yang dirancang dengan impedansi masukan maksimum agar dapat
meminimalkan efek pembebanan . Kapasitansi tersebut bisa terjadi karena suatu konduktor
pada sensor memiliki sifat seperti kapasitor. Nilai tersebut akan berkontribusi terhadap
kesalahan sensor terutama yang memiliki sifat keluaran dengan model kapasitansi. Salah satu
sumber kesalahan efek kapasitansi misalnya terjadinya perubahan nilai kapasitansi sensor
yang dihasilkan dari kabel yang ditanahkan sehingga menyebabkan fluktuasi kapasitansi yang
dapat mempengaruhi sinyal dari sensor. Salah satu solusi untuk meminimalkan
penyimpangan kapasitansi tersebut adalah dengan pemisahan antara elemen sensor dengan
rangkaian elektroniknya.
BAB III
KESIMPULAN