Anda di halaman 1dari 21

CRITICAL BOOK REPORT

INSTRUMENTASI DAN PENGUKURAN TEKNIK

(ELEMEN PEGKONDISIAN SINYAL)

Dosen Pengampu : Drs.Hidir Efendi,M.Pd.

Disusun Oleh

Nama : KEVIN SIMARMATA (5183121035)

M.SATRIO AGUNG (5183121024)

Kelas : PTM B

PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................................... i

Daftar Isi ..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................................


B. Tujuan ...................................................................................................................
C. Manfaat .................................................................................................................

BAB II ISI BUKU

A. Ringkasan Buku ....................................................................................................

BAB III : PEMBAHASAN

A. Kelemahan ............................................................................................................
B. Kelebian ................................................................................................................

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................................
B. Saran ......................................................................................................................
BAB I

KATA PENGANTAR

Pujisyukur saya sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas kesempatan dan pertolongan-
Nyalah sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Critical Book Report ini sebagai bahan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Instrumentasi dan pengukuran teknik, .Makalah ini
membahas tentang“elemen pengkondisian sinyal”. Saya sangat berharap makalah ini dapat
bermanfaat dan menambah wawasan serta pengetahuan kita.

Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu saya berharap
adanya kritik maupun saran yang dapat membangun. Sebelumnya saya mohon maaf apabila
ada kesalahan kata dan saya ucapkan terima kasih.

A. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Instrumentasi dan pengukuran teknik
2. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan buku Instrumentasi dan pengukuran
teknik

B. Manfaat
1. Dapat mengkritisi buku Instrumentasi dan pengukuran teknik
2. Dapat memenuhi tugas mata kuliah Instrumentasi dan pengukuran teknik
BAB II
DASAR TEORI

1. OPERASIONAL AMPLIFIER
Secara umum, aplikasi dari IC memerlukan pengetahuan tentang jalur yang tersedia dari
peralatan yang demikian, spesifikasi dan batasannya, sebelum dapat diaplikasikan untuk masalah
khusus. Terpisah dari IC-IC yang dikhususkan ada juga tipe dari amplifier yang mendapatkan aplikasi
yang luas seperti blok pembentuk dari aplikasi pengkondisi sinyal. Peralatan ini, disebut operasi
amplifier (op amp), telah ada selama bertahun-tahun, awalnya dibuat dari tabung, kemudian
transistor diskrit, dan sekarang integrated circuit. Meski banyak jalur dari op amp dengan bermacam
spesifikasi khusus ada dari beberapa pabrik, semuanya memiliki karakteristik umum dalam operasi
yang dapat dipakai dalam rancangan dasar berkaitan dengan op amp umum.

a. Karakteristik Op Amp
Dengan sendirinya, op amp adalah amplifier elektronik yang sangat sederhana dan nampak tak
berguna. Dalam Gambar 1.1 kita dapat lihat simbol standar dari op amp dengan penandaan input (+)
dan input (-), dan output. Input (+) juga disebut input noniverting (tidak membalik) dan (-)input
inverting (membalik). Hubungan dari input op amp dan output sungguh sangat sederhana, seperti
yang terlihat dengan menganggap dari deskripsi idealnya.

b. Op-Amp Ideal
Untuk menjelaskan respon dari op amp ideal, kita menamai V1 tegangan pada input (+), V2
tegangan pada terminal input (-), dan V0 tegangan output. Idealnya, jika V1-V2 adalah positif (V1>V2),
maka V0 saturasi positif. Jika V1-V2 adalah negatif (V2>V1), maka V0 saturasi negatif seperti
ditunjukkan dalam Gambar 1.1. Input (-) disebut input inverting. Jika tegangan dalam input ini adalah
lebih positif dibandingkan pada input (+), output saturasi negatif. Amplifier ideal ini mempunyai gain
tak terbatas karena perbedaan yang sangat kecil antara V1 dan V2 hasilnya adalah output saturasi.

Karakteristik lain dari op amp adalah (1) impedansi tak terhingga antar input-inputnya dan (2)
impedansi output zero. Pada dasarnya, op amp adalah peralatan yang mempunyai hanya dua keadaan
output, +Vsat dan –Vsat. Dalam praakteknya, peralatan ini selalu digunakan dengan umpanbalik dari
output ke input. Umpanbalik seperti ini menghasilkan implementasi dari berbagai hubungan khusus
antara tegangan input dan output.
Gambar 1.1 Op amp. (a) Simbol. (b) Karakteristik ideal dari sebuah op amp

a. Efek-efek nonideal
Analisis dari rangkaian op amp dengan respons nonideal dilakukan dengan memperhatikan
parameter-parameter berikut:
1. Gain open loop berhingga. Op amp yang sebenarnya mempunyai gain tegangan seperti ditunjukkan
oleh respons amplifier dalam Gambar 1.2. Gain tegangan dinyatakan sebagai perubahan dalam
tegangan output, Vo, dihasilkan dengan perubahan dalam tegangan input differensial [V1-V2].
2. Impedansi input berhingga. Op amp yang sebenarnya mempunyai impedansi input dan, sebagai
konsekuensi, tegangan berhingga dan arus melalui terminal input.
3. Impedansi output tidak nol. Op amp yang sebenarnya mempunyai impedansi output tidak nol,
meskipun impedansi output rendah ini khsusunya hanya beberapa ohm.

a) Karakteristik nonideal op amp b) Efek-efek nonideal


Gambar 1.2 Tipe-tipe efek nonideal dalam analisis op amp dan rangkaian

Dalam aplikasi modern efek nonideal ini dapat diabaikan dalam desian rangkaian op amp.
Contohnya, anggap rangkaian dari Gambar 2.13b dimana impedansi berhingga dan gain dari op amp
adalah sudah termasuk. Kita dapat menggunakan analisis rangkaian standar umtuk menemukan
hubungan antara tegangan input dan output untuk rangkaian ini. Penjumlahan arus pada titik
penjumlan diberikan

a. Spesifikasi-Spesifikasi Op Amp
Ada karakteristik-karakteristik lain dari op amp dibandingkan yang diberikan dalam bagian
sebelumnya yang masuk dalam aplikasi desain. Karakteristik-karakteristik ini diberikan dalam
spesifikasi untuk op amp khusus bersama dengan gain open loop dan impedansi input dan output
yang dijelaskan sebelumnya. Beberapa karakteristik tersebut adalah:
 Tegangan offset input. Dalam banyak kasus, tegangan output op amp tidak boleh nol ketika tegangan
pada input adalah nol. Tegangan yang harus diterapkan dalam terminal input untuk menggerakkan
output ke nol adalah tegangan offset input.
 Arus offset input. Seperti tegangan offset bisa diperlukan melalui input untuk men-zero-kan tegangan
output, sehingga arus jala bisa diperlukan melalui input untuk men-zero-kan tegangan output. Arus
yang demikian dijadikan acuan sebagai arus offset input. Ini diambil sebagai perbedaan dua arus
input.
 Arus bias input. Ini adalah rata-rata dari dua arus input yang diperlukan untuk menggerakkan
tegangan output ke nol.
 Slew rate. Jika tegangan diterapkan dengan cepat ke input dari op amp, output akan saturasi ke
maksimum. Untuk input step slew rate adalah kecepatan dimana output berubah ke nilai saturasi. Ini
khususnya dinyatakan sebagai tegangan per mikrosecond (V/μs).
 Bandwith frekuensi gain satuan. Respons frekuensi dari op amp khusus disefinisikan dengan bode
plot dari gain tegangan open loop dengan frekuensi. Plot seperti ini sangat penting untuk rancangan
rangkaian yang berhubungan dengan sinyal a-c. Adalah diluar jangkauan dari tulisan ini untuk
menjelaskan detail dari desain seperti ini yang memakai bode plot.

b. Rangkaian Op Amp Dalam Instrumentasi


Setelah op amp menjadi terkenal pada kerja individu dalam kontrol proses dan teknologi
instrumentasi, banyak macam rangkaian dikembangkan dengan aplikasi langsung dalam bidang ini.
Secara umum, lebih mudah untuk mengembangkan sebuah rangkaian untuk pelayanan khusus
menggunakan op amp dibandingkan komponen-komponen diskrit; dengan pengembangan biaya
rendah, IC op amp, juga adalah suatu desain yang praktis. Mungkin salah satu kerugian besar adalah
diperlukannya sumber daya bipolar untuk op amp. Bagian ini menghadirkan sejumlah rangkaian
khusus dan karakteristik dasarnya bersama dengan trurunan dari respons rangkaian dengan asumsi
op amp ideal.

1. PENGKONDISI SINYAL
Pengkondisi sinyal digunakan untuk menggunakan sinyal keluaran dari sensor sehingga dapat
diolah dengan baik dan benar pada tahap berikutnya seperti rangkaian ADC, mikrokontroler, moving
coil atau yang lainnya.
Pengkondisi sinyal merupakan istilah umum yang digunakan dalam sistem instrumentasi, dan
pada prakteknya pengkondisi sinyal dapat berupa rangkaian penguat, penjumlah, pengurang,
differensiator, integral, filter dan lain-lain, serta bisa juga berupa rangkaian gabungan dari 2, 3 atau
lebih rangkaian-rangkaian tersebut.
Pada praktikum ini, digunakan penguat operasional yang diterapkan sebagai rangkaian non-
inverting.
Penguat Operasional (Op-Amp) merupakan rangkaian terpadu yang dikemas dalam satu IC.
Pada umumnya kaki-kaki IC tersebut terdiri atas input membalik atau inverting input (-), input tak
membalik atau non inverting input (+), output, offset, dan catu daya seperti pada gambar 2.1 Secara
ideal, Op-Amp memiliki beberapa karakteristik, diantaranya :
a) Penguat tegangan tak berhingga (AV = ∼)
b) Impedansi input tak berhingga (rin = ∼)
c) Impedansi output nol (ro = 0)
d) Bandwidth tak berhingga (BW = ∼)
e) Tegangan offset nol pada tegangan input (Eo = 0 untuk Ein = 0)
Komponen Op-Amp dikemas dalam satu IC. Salah satu tipe IC Op-Amp yang sering digunakan
adalah IC Op-Amp 741
Gambar 1.3 Konfigurasi pin IC Op-Amp 741

(i) Penguat inverting

Gambar 1.4 Penguat inverting

Pada penguat inverting (gambar 1.4), sinyal Vi diumpakan ke input inverting pada Op-Amp.
Disebut inverting atau membalik karena sinyal input Vi berbeda fasa 180o terhadap sinyal output Vo.
Keluaran sensor dan tranduser pada umumnya mempunyai tegangan yang sangat kecil hingga mikro
volt, sehingga diperlukan penguat dengan impedansi masukan rendah. Rangkaian penguat inverting
merupakan rangkaian penguat pembalik dengan impedansi masukan sangat rendah. Rangkaian
penguat inverting akan menerima arus atau tegangan dari tranduser sangat kecil dan akan
membangkitkan arus atau tegangan yang lebih besar. Rangkaian dasar penguat inverting adalah
seperti yang ditunjukkan pada gambar 1, dimana sinyal masukannya dibuat melalui input inverting.
Rangkaian ini adalah pengubah dari arus menjadi tegangan dan digerakkan oleh sumber tegangan dan
bukan sumber arus. Tahanan sumber R1, bagian umpan baliknya berubah dan beberapa sifat umpan
balik juga berubah.
Gambar 1.5 Rangkaian Penguat Pembalik

Input non-inverting pada rangkaian ini dihubungkan ke ground, atau v+ = 0. Karena v+dan v-

nilainya = 0 namun tidak terhubung langsung ke ground, input op-amp v- pada rangkaian ini

dinamakan virtual ground. Dengan fakta ini, dapat dihitung arus pada hambatan resistor R1 dan arus

pada hambatan resistor R2 adalah


Jika penguatan G didefenisikan sebagai perbandingan tegangan keluaran terhadap tegangan

masukan, maka dapat ditulis

Impedansi rangkaian inverting didefenisikan sebagai impedansi input dari sinyal masukan

terhadap ground. Karena input inverting (-) pada rangkaian ini diketahui adalah 0 (virtual ground)

maka impendasi rangkaian ini tentu saja adalah Zin = R1.

Gambar 1.6 Rangkaian Penguat Pembalik

Penguat pembalik adalah penggunanan op amp sebagai penguat sinyal dimana sinyal outputnya
berbalik fasa 180 derajat dari sinyal input.

(i) Penguat non inverting

Gambar 1.7 Penguat non inverting


Sedangkan penguat non inverting (gambar 1.7), sinyal Vi diumpakan ke input non
invertingpada Op-Amp. Disebut non inverting atau tidak membalik karena sinyal input Vi
mempunyai fasa yang sama dengan sinyal output Vo. Banyak rangkaian elektronika yang memerlukan
penguatan tegangan atau arus yang tinggi tanpa terjadi pembalikan (inversion) isyarat. Peguat op-
amp tak-membalik (noninverting op-amp) didesain untuk keperluan ini. Rangkain ini dapat digunakan
untuk memperkuat isyarat AC maupun DC dengan keluaran yang tetap sefase dengan masukan.
Impedansi masukan dari rangkaian ini berharga sangat tinggi dengan nilai sekitar 100 M. Dengan
isyarat masukan dikenakan pada terminal masukan noninverting, besarnya penguatan tegangan
tergantung pada harga in R dan F R yang dipasang. Isyarat keluaran penguat ini diambil dari resistorL
R (biasanya berharga sekitar 35-50 ).
Penguat non inverting ini memiliki masukan yang dibuat melalui input non-inverting. Dengan
demikian tegangan keluaran rangkaian ini akan satu fasa dengan tegangan inputnya. Untuk
menganalisa rangkaian penguat op-amp non inverting, caranya sama seperti menganalisa rangkaian
inverting.

Gambar 1.8 Penguat Non-Inverter

Dengan menggunakan analisa konsep bumi semu:


vin = v+
v+ = v- = vin
Dari sini ketahui arus pada hambatan R2 dan arus pada hambatan R1 adalah
iR1 = vin/R1
iout = (vout-vin)/R2
Hukum kirchkof pada titik input inverting merupakan fakta yang mengatakan bahwa :
iout + i(-) = iR1

Arus yang masuk dalam op-amp adalah nol, maka


iout = iR1
(vout – vin)/R2 = vin/R1
yang kemudian dapat disederhanakan menjadi :
vout = vin (1 + R2/R1)
Jika penguatan G adalah perbandingan tegangan keluaran terhadap tegangan masukan, maka
didapat penguatan op-amp non-inverting :
Impendasi untuk rangkaian Op-amp non inverting adalah impedansi dari input non-inverting
op-amp tersebut. Dari datasheet, LM741 diketahui memiliki impedansi input Zin = 108 to 1012 Ohm.
Penguat tidak membalik adalah penggunanan op amp sebagai penguat sinyal dimana sinyal
outputnya sefasa dengan sinyal input.

(i) Penguat penjumlah tegangan

Gambar 1.9 Penjumlah

Dengan menggunakan rangkaian penguat membalik dasar dan menambahkan resistor


masukan lainnya, kita dapat membuat penguat penjumlah membalik atau penjumlah analog, seperti
tampak pada Gambar 2.13. Tegangan keluaran dibalikkan dan nilainya sama dengan penjumlahan
aljabar dari masing-masing perkalian tegangan masukan dengan hasil bagi resistor masukan dengan.
resistor umpan balik yang bersesuaian, atau dapat dinyatakan sebagai :

Suku RF/RN (VN) dalam rumus di atas menyatakan bahwa dalam rangkaian tersebut mungkin
terdapat lebih dari dua masukan. Bila semua resistor luar sama nilainya (RF = R, = R2 = ... = RN),
keluaran dengan mudah dapat dihitung sebagai penjumlahan aIjabar dari masingmasing tegangan
masukan, atau
VOut = - (VI + V2 + - - - + VN)
Gambar 1.10 Penguat Penjumlah Tegangan

Penguat penjumlah berfungsi menjumlahkan level masing masing sinyal input yang masuk ke
op amp. Penggunanan op amp sebagai penjumlah sering dijumpai pada rangkaian mixer audio.
1. PRINSIP PENGKONDISIAN SINYAL ANALOG
Seringkali, pilihan mengenai karakteristik suatu sensor terhadap variabel masukan sangatlah
terbatas, sehingga diperlukan adanya suatu pengkondisian sinyal. Pengkondisian sinyal ini berkaitan
dengan operasi-operasi yang dikenakan pada sinyal guna mengkonversi sinyal tersebut ke bentuk
yang sesuai dengan yang diperlukan untuk interface dengan elemen-elemen lain dalam sistem
instrumentasi. Efek pengkondisian sinyal pada sinyal masukan sering dinyatakan dalam bentuk fungsi
alih. Pengkondisi sinyal dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis, seperti yang akan diuraikan
berikut.
a. Pengubahan Level Sinyal
Suatu cara yang paling sederhana untuk pengkondisian sinyal adalah dengan mengubah level
sinyal, yaitu dengan melakukan penguatan ataupun peredaman. Salah satu faktor yang penting dalam
pemilihan penguat adalah impedansi masukan yang ditawarkan kepada sensor (atau elemen lain yang
berfungsi sebagai masukan). Dalam beberapa kasus, (misalnya akselerometer dan detektor optik),
tanggapan frekuensi penguat juga merupakan suatu hal yang sangat penting.
b. Linierisasi
Hubungan antara keluaran dengan masukan sensor seringkali tidak linier. Oleh karena itu
diperlukan suatu rangkaian untuk linierisasi sinyal tersebut, seperti yang diperlihatkan dalam Gambar
2.1. Tujuan linierisasi adalah untuk mendapatkan keluaran yang berubah secara linier terhadap
variabel masukan meskipun keluaran sensornya tidak linier. Rangkaian linierisasi ini sulit dirancang,
dan biasanya bekerja hanya dalam batas yang sempit. Cara linierisasi yang lebih modern adalah seara
perangkat lunak, yaitu dengan membolehkan sinyal tak linier sebagai masukan ke komputer dan
selanjutnya melakukan linierisasi dengan menggunakan perangkat lunak.

c. Konversi
Pengkondisian sinyal dalam hal ini digunakan untuk mengkonversi suatu jenis perubahan listrik
ke jenis perubahan listrik yang lain. Konversi ini diperlukan misalnya dalam transmisi sinyal dan
interface dengan sistem digital.
Transmisi Sinyal Untuk transmisi sinyal seringkali digunakan transmisi arus karena tidak
dipengaruhi oleh perubahan beban. Standard level arus yang digunakan adalah 4 sampai 20 mA.
Interface Digital Penggunaan komputer dalam sistem instrumentasi akan memerlukan suatu
konversi dari data analog ke data digital, yaitu yang dilakukan oleh ADC. Konversi ini biasanya
memerlukan pengaturan level sinyal analog agar sesuai dengan masukan yang diperlukan oleh ADC.
Pem-filteran dan Penyesuaian Impedansi. Dalam banyak kejadian, sinyal yang diperlukan sering
bercampur dengan sinyal yang tidak diinginkan (noise). Untuk menyingkirkan sinyal yang tidak
diinginkan tersebut dapat digunakan filter yang sesuai, yaitu low-pass filter (LPF), high-pass
filter(HPF), notch filter, atau gabungan dari filter-filter tersebut.
d. Konsep Pembebanan
Salah satu hal yang sangat penting dalam pengkondisian sinyal analog adalah adanya pengaruh
pembebanan pada suatu rangkaian oleh rangkaian lain, yang dapat menyebabkan terjadinya
ketidakpastian dalam amplituda tegangan. Gambar 2.2 memperlihatkan efek pembebanan pada
sensor, yang dalam hal ini dinyatakan dalam rangkaian setara Thevenin.
Gambar 1.6 Rangkaian ekivalen Thevenin sensor untuk memperlihatkan efek pembebanan pada
sensor
Tegangan beban dalam Gambar 1.7 diberikan oleh Persamaan 1.1 :

dengan : Vy = tegangan beban


Vx = tegangan sensor dalam keadaan rangkaian terbuka
Rx = impedansi internal sensor
RL = impedansi beban

BAB II
PERANCANGAN ALAT

BAGAN ALAT INPUT DAN OUTPUT DARI PENGKONDISI SINYAL

Gambar 2.1 bagan alat input dan output dari pengkondisi sinyal
SIMULASI
Gambar 2.2 rangkaian pengkondisi sinyal
Gambar 2.3 simulasi pengkondisi sinyal

ANALISA DATA

Pada rangkaian pengkondisi sinyal menggunakan sensor cahaya (LDR) menggerakkan motor
(fan) dengan menggunakan sensor cahaya. Apabila tidak ada cahaya atau tegangan masukan yang di
berikan, maka motor (fan) akan berjalan. Apabila di dalam rangkaian tersebut diberikan cahaya atau
tegangan masukan, maka motor (fan) tidak akan berjalan. Motor (fan) akan berjalan labat, dan
tegangan outputnya kecil apabila ada tegangan masukan yang diberikan. Semakin besar tegangan
masukan yang diberikan , maka akan semakin lambat gerak motor (fan). Transistor dalam rangkaian
ini hanya berfungsi sebagai saklar saja. Apabila dalam kondisi tidak ada tegangan masukan, dan
transistor ini ditiadakan, maka motor (fan) tidak akan berhenti bergerak. Maka dari itu digunakan
transistor agar dapat berhenti sesuai dengan masukan sensor.
Gambar 4.1 rangkaian pengkondisi sinyal

Jadi prinsip kerja dari pengkondisi sinyal menggunakan sensor cahaya adalah apabila sensor
mendapatkan tegangan input atau cahaya, maka motor tidak akan bekerja. Dan apabila sensor tidak
mendapatkan tegangan input atau, maka motor akan bekerja.
BAB III
PEMBAHASAN
Kelebihan:

 Bila dilihat dari aspek tampilan buku, buku ini bagus dan menarik. Membuat kesan
pertama orang yang melihat, ingin sekali membaca nya.
 Penggunaan rata kanan dan kiri pada buku ini juga sangat bagus sehingga membuat lebih
rapi.
 Buku ini sangat rinci dalam menjelaskan pengertian psikologi belajar.
 Buku ini mengajarkan kita mengenai perkembangan belajar sehingga kita memiliki
pengetahuan baru.

Kelemahan

 Terdapat beberapa kata yang salah dalam pengetikan yang sebenarnya bukan lah hal
yang fatal ( manusiawi ), namun karna salah pengetikan teersebut sedikit membuat
pembaca bingung.
 Ada beberapa kalimat yang berbelit-belit dan nada kata-kata asing yang sulit dipahami.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan
Pinsip kerja dari pengkondisi sinyal dengan sensor cahaya (LDR) adalah apabila tidak ada
cahaya atau tegangan masukan yang di berikan, maka motor (fan) akan berjalan. Apabila di dalam
rangkaian tersebut diberikan cahaya atau tegangan masukan, maka motor (fan) tidak akan berjalan.
Motor (fan) akan berjalan labat, dan tegangan outputnya kecil apabila ada tegangan masukan yang
diberikan. Semakin besar tegangan masukan yang diberikan , maka akan semakin lambat gerak motor
(fan). Transistor dalam rangkaian ini hanya berfungsi sebagai saklar saja. Apabila dalam kondisi tidak
ada tegangan masukan, dan transistor ini ditiadakan, maka motor (fan) tidak akan berhenti bergerak.
Maka dari itu digunakan transistor agar dapat berhenti sesuai dengan masukan sensor.
Untuk menyajikan gambaran lengkap pengkondisi sinyal analog, poin-poin bertikut ini patut
dipertimbangkan:
1. Keperluan untuk pengkondisi sinyal analog ditinjau dan ditetapkan menjadi syarat-syarat dari
pengubahan level sinyal, linierisasi, konversi sinyal, dan penyaringan dan penyesuaian impedansi.
2. Operational amplifier (op amp) adalah sebuah pengkondisi sinyal yang sangat istimewa yang
membentuk blok sekitarnya dimana bebrapa rangkaian dengan fungsi khusus dapat dikembangkan.
Divais ini diperagakan pada aplikasi-aplikasi yang melibatkan amplifier, konverter, rangkaian
linierisasi, integrator, dan bebrapa fungsi lainnya.

b. Saran
Dengan di tambahkannya transistor maka rangkaian ini akan berjalan dengan baik.
Seharusnya tegangan keluaran pada saat praktek keluar sesuai dengan yang di simulasikan,.

Anda mungkin juga menyukai