Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Paradigma baru pendidikan Indonesia saat ini, menghendaki dilakukan
adanya inovasi yang terintegrasi dan kesinambungan. Salah satu wujudnya
adalah inovasi yang dilakukan pendidikan dalam kegiatan pembelajaran di
kelas. Untuk mengetahui bahwa materi pelajaran yang telah disampaikan oleh
guru dapat dikatakan berhasil atau tidak yaitu dengan memberi penilaian dan
evaluasi kepada siswa. Peran penilaian dalam proses pembelajaran menjadi
sangat penting. Penilaian dalam proses pembelajaran merupakan suatu proses
untuk mengumpulkan, menganalisa dan menginterpretasi informasi untuk
mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran.
Sebagai bagian yang sangat penting dari sebuah proses pembelajaran,
penilaian dalam proses pembelajaran hendaknya dirancang dan dilaksanakan
oleh guru. Dengan melakukan penilaian ketika melaksanakan proses
pembelajaran, guru akan dapat mengetahui tingkat keberhasilan proses
pembelajaran dan akan memperoleh bahan masukkan untuk menentukan
langkah selanjutnya. Dengan demikian, keefektifan suatu proses pembelajaran
banyak ditentukan oleh peran penilaian dalam proses pembelajaran itu sendiri.
Dalam proses pembelajaran ini terdapat dua jenis penilain yaitu
peilain formatif, dan penilain sumatif. Dimana dengan melalakukan penilain
formatif pada setiap akhir topik bahasan maka guru akan mengetahui sejauh
mana proses pembelajaran tersebut telah berjalan dengan baik, agar nantinya
guru mampu mengambil tindakan selanjutannya. Sedangkan penilaian sumatif
ini dilakukan pada akhir semester dimana ini dilakukan untuk mengetahui
secara keseluruhan dari proses pembelajaran yang telah dilalui.
Dalam suatu pembelajaran diperlukan juga suatu pendekatan atau
teknik dalam memberikan suatu penilaian. Pendekatian ini digunakan sebagai
sudut pandang seseorang untuk mempelajari sesuatu, sedangkan teknik disini
adalah suatu cara untuk melakukan suatu penilaian. Ini juga sangat berkaitan
dengan penilaian formatif dan sumatif tersebut.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan suatu permasalahan
yaitu sebagai berikut.
1.2.1 Bagaimanakah penilaian formatif dan sumatif tersebut?
1.2.2 Bagaimanakah pendekatan dan teknik penilaian pembelajaran?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka dapat disusun suatu tujuan
penulisan yaitu sebagai berikut.
1.3.1 Menjelaskan penilaian formatif dan sumatif.
1.3.2 Menjelaskan pendekatan dan teknik penilaian pembelajaran
1.4 Manfaat Penulisan
Berdasarkan tujuan penulisan ini, adapun manfaat yang yang didapatkan
adalah sebagai berikut.
1.4.1 Bagi penulis
Dengan makalah ini, penulis mendapatkan pengetahuan lebih luas dan
mendalami tentang penilaian formatif dan sumatif, pendekatan dan
teknik penilaian pembelajaran. Makalah ini juga dapat dijadikan evaluasi
dalam pembuatan makalah-makalah selanjutnya, agar pada makalah
selanjutnya dapat menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat.
1.4.2 Bagi pembaca
Dapat menambah wawasan pembaca mengenai penilaian formatif dan
sumatif, pendekatan dan teknik penilaian pembelajaran. Disamping itu,
makalah ini juga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu pedoman belajar
dan pembuatan makalah selanjutnya dengan materi ini.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penilaian Formatif dan Sumatif


1. Penilaian Formatif
Penilaian formatif adalah suatu bentuk tes hasil belajar yang bertujuan
untuk mengetahui sudah sejauh mana peserta didik mampu memahami dan
dapat mengetahui kelemahan-kelemahan yang memerlukan perbaikan
dalam suatu pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran setelah
peserta didik mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
Istilah formatif berasal dari kata “form” yang berarti bentuk.
Dalam pembelajaran penilaian formatif memiliki fungsi dan tujuan
diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Fungsi Penilaian Formatif
1. Fungsi utama dari penilaian formatif adalah untuk mengetahui
keberhasilan dan kegagalan proses belajar mengajar, dengan
demikian dapat dipakai untuk memperbaiki dan
menyempurnakannya.
2. Untuk mengetahui masalah dan hambatan kegiatan belajar
mengajar termasuk metode belajar dan pembelajaran yang
digunakan guru, kelemahan dan kelebihan seorang siswa.
3. Untuk memperbaiki proses pembelajaran kearah yang lebih baik
dan efisien atau memperbaiki satuan atau rencana pembelajaran.
b. Tujuan Penilaian Formatif
1. Penilaian formatif adalah mengetahui sejauh mana program yang
dirancang dapat berlangsung, sekaligus mengidentifikasi
hambatan. Dengan diketahui hambatan dan hal-hal yang
menyebabkan program tidak lancar, pengambilan keputusan secara
dini dapat mengadakan perbaikan yang mendukung kelancaran
pencapaian tujuan program.
2. Untuk memastikan tujuan yang diharapkan dapat tercapai dan
untuk melakukan perbaikan suatu produk atau program.

3
Implementasi penilaian formatif dalam pembelajaran dapat dipilah
menjadi penilaian formatif yang bersifat informal dan penilaian formatif
yang bersifat formal.
a. Penilaian formatif yang bersifat formal dilakukan misalnya dengan
meminta siswa untuk mengerjakan tes, kuis, mengembangkan tulisan
atau karya yang lain.
b. Penilaian informal merupakan kegiatan-kegiatan dalam pembelajaran
yang dipilih oleh guru untuk menguak informasi dari siswa. Kegiatan
tanya jawab di kelas, meminta siswa mengkomentari pendapat guru,
wawancara, rekaman pembelajaran merupakan beberapa contoh
penilaian formatif yang bersifat informal.
Penilaian formatif formal dan informal masing-masing memiliki
kelebihan dan kekurangan. Beberapa kelebihan penilaian formatif formal
adalah lebih jelas bagi siswa. Dalam penilaian formatif formal siswa
merasakan langsung bahwa mereka sedang diakses, penilaian formal juga
memiliki kriteria skoring yang jelas, dan akan memotivasi siswa jika
mereka berhasil. Namun seringkali penilaian formatif formal juga dapat
menyebabkan stress jika siswa mengalami kegagalan. Penilaian formal
juga membutuhkan persiapan yang lebih panjang dan memerlukan waktu
untuk menganalisis hasil-hasilnya. Kelebihan penilaian formatif informal
adalah dapat dilaksanakan dalam proses pembelajaran dan dalam suasana
santai sehingga siswa tidak mengalami stres, mudah dipersiapkan, dan
seringkali menghasilkan data-data yang lebih valid langsung dari siswa.
Kegiatan penilaian formatif formal melalui komunikasi guru-siswa di
kelas dapat langsung dianalisis dan diberikan umpan balik oleh guru serta
memberikan gagasan untuk memperbaiki jalannya pembelajaran. Beberapa
kelemahannya adalah tentang validitas hasil penilaian yang dilakukan.
Pelaksanaan penilaian formatif informal tergantung pada ketrampilan
komunkasi guru di kelas. Siswa seringkali juga tidak merasakan kegiatan
penilaian.
Dalam penilaian formatif formal salah satunya tes formatif ini
biasa dilaksanakan di tengah pembelajaran, yaitu dilaksanakan pada setiap

4
kali satuan pelajaran atau subpokok bahasan berakhir atau dapat
diselesaikan. Di sekolah penilain formatif yang dalam bentuk tes formatif
ini biasa dikenal dengan Ulangan Harian. Materi dari tes formatif ini pada
umumnya ditekankan pada bahan-bahan pelajaran yang telah diajarkan.
Butir-butir soalnya terdiri dari butir-butir soal, baik yang termasuk
kategori mudah maupun yang termasuk karegori sulit.
Tindak lanjut yang perlu dilakukan setelah diketahui hasil tes
formatifnya adalah:
a. Jika materi yang diujikan itu telah dikuasai dengan baik, maka
pembelajaran dilanjutkan dengan pokok bahasan yang baru.
b. Jika ada bagian-bagian yang belum dikuasai, maka sebelum
dilanjutkan dengan pokok bahasan baru, terlebih dahulu diulangi atau
dijelaskan lagi bagian-bagian yang belum dikuasai oleh peserta didik.
Tes formatif ini biasa dilaksanakan di akhir setiap pembelajaran,
yang dilaksanakan pada setiap kali satuan pelajaran atau subpokok
bahasan berakhir atau dapat diselesaikan. Di sekolah-sekolah tes formatif
ini biasanya dikenal dengan istilah “Ulangan Harian”.

Pre-test Prost-test
Program
(tes awal) (tes akhir)

Dari uraian tersebut maka tujuan dari tes formatif yaitu untuk
memperbaiki tingkat penguasaan peserta didik dan sekaligus juga untuk
memperbaiki proses pembelajaran.
Tes formatif mempunyai manfaat, baik bagi siswa, guru, maupun program
itu sendiri.
(1) Manfaat bagi siswa
a) Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai bahan
program secara menyeluruh.
b) Merupakan penguatan (reinforcement) bagi siswa. Dengan
mengetahui bahwa tes yang dikerjakan sudah menghasilkan skor
yang tinggi sesuai dengan yang diharapkan maka siswa merasa
mendapat “anggukan kepala” dari guru, dan ini merupakan suatu

5
tanda bahwa apa yang sudah dimliki merupakan pengetahuan yang
sudah benar. Dengan demikian maka pengetahuan itu akan
bertambah membekas di ingatan. Di samping itu, tanda
keberhasilan suatu pelajaran akan memperbesar motivasi siswa
untuk belajar lebih giat, agar dapat mempertahankan nilai bagus
yang diperoleh atau untuk memperoleh nilai yang lebih baik lagi.
c) Usaha perbaikan, di mana dengan umpan balik (feed back) yang
diperoleh setelah melakukan tes, siswa mengetahui kelemahan-
kelemahannya. Balikannya dengan teliti siswa mampu mengetahui
bab atau bagian dari bahan mana yang belum dikuasainya. Dengan
demikian, akan ada motivasi untuk meningkatkan penguasaan.
d) Sebagai diagnosis. Bahan pelajaran yang sedang dipelajari oleh
siswa merupakan serangkaian pengetahuan, keterampilan atau
konsep. Dengan mengetahui hasil tes formatif, siswa dengan jelas
dapat mengetahui bagian mana dari bahan pelajaran yang masih
dirasakan sulit.
(2) Manfaat bagi guru
Dengan telah mengetahui hasil tes formatif yang diadakan, maka guru:
a) Mengetahui sampai sejauh mana bahan yang diajarkan sudah dapat
diterima oleh siswa. Hal ini akan menentukan pula apakah guru
harus mengganti strategi mengajarnya atau tetap menggunakan
strategi mengajar yang lama.
b) Mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum
menjadi miliki siswa. Apakah bagian yang belum dikuasai
kebetulan merupakan bahan prasyarat bagi bagian pelajaran yang
lain, maka bagian itu harus dijelaskan kembali, dan apabila
memerlukan cara maupun media lain untuk memperjelasnya.
Apabila baha ini tidak diulangi, maka akan menganggu kelancaran
pemberian bahan pelajaran selanjutnya, dan siswa akan semakin
tidak dapat menguasainya.
c) Dapat meramalkan sukses dan tidaknya seluruh program yang akan
diberikan.

6
(3) Manfaat bagi program
Setelah diadakan tes formatif, maka diperoleh hasil. Dari hasil
tersebut dapat diketahui:
a) Apakah program yang telah diberikan merupakan program yang
tepat dalam arti sesuai dengan kecapakan anak.
b) Apakah program tersebut membutuhkan pengetahuan-pengetahuan
prasyarat yang belum diperhitungkan.
c) Apakah diperlukan alat, sarana, dan prasarana untuk mempertinggi
hasil yang akan dicapai.
d) Apakah metode, pendekatan, dan alat evaluasi yang digunakan
sudah tepat.
Apabila ingin memastikan apakah penilaian formatif ini berjalan secara
efektif, dengan melakukan beberapa prosedur antara lain.
a. Menentukan materi pengajaran
Guru perlu menentukan materi pengajaran yang harus diselesaikan
dalam satu tahun akademik. Langkah yang terbaik ialah menyusun
materi instruksional berdasarkan tingkat kompleksitas. Sebelum
beralih ke materi lain, guru perlu mengadakan ujian formatif untuk
menilai penguasaan pelajaratas materi yang telah diajar.
b. Menentukan aspek dan tahap penguasaan
Guru perlu menentukan aspek-aspek tertentu bagi setiap materi
pengajaran yang perlu dikuasai pelajar. Setelah aspek-aspek
ditentukan, maka guru perlu pula menentukan tingkat penguasaan
pelajar terhadap aspek-aspek yang ditentukan itu. Misalnya, apabila
75% hingga 85% pelajar menguasai suatu materi, maka dapat
disimpulkan bahwa kebanyakan siswa telah menguasai materi
dimaksud.
c. Mengaitkan komponen-komponen materi pengajaran
Guru perlu menyusun komponen-komponen yang terdapat dalam
setiap materi pengajaran berdasarkan taksonomi objektif pengajaran.
d. Menyusun soal ujian
Penyusun naskah soal ujian berdasarkan materi yang telah diajarkan.

7
e. Menyiapkan langkah-langkah tindak lanjut
Ketika siswa masih lemah dalam suatu materi, sebagai tindakan
susulan, guru perlu mengulang semua materi, atau mengubah
pendekatan pengajaran agar pelajar dapat menguasai materi tersebut.
Contoh penerapan penilaian formatif ini bisa dilakukan misalnya,
ketika guru sedang mengajar, guru tersebut mengajukan beberapa
pertanyaan-pertanyaan kepada siswa untuk mengecek atau mendapatkan
informasi apakah siswa telah memahami apa yang telah diterangkan guru.
Jika ternyata masih banyak siswa yang belum mengerti, maka tindakan
guru selanjutnya ialah menambah atau memperbaiki cara mengajarnya
sehingga benar-benar dapat diserap oleh siswa.
Dari contoh tersebut, jelas bahwa penilaian formatif tidak hanya
berbentuk tes tertulis dan hanya pada akhir pelajaran, tetapi dapat pula
berbentuk pertanyaan-pertanyaan lisan atau tugas-tugas yang diberikan
selama pelajaran berlangsung ataupun sesudah pelajaran selesai. Dalam
hubungan ini maka proses dan post-tes yang bisaa dilakukan dalam sistem
pelajaran termasuk dalam penilaian formatif.

2. Penilaian Sumatif
Penilaian sumatif adalah suatu aktivitas penilaian yang
menghasilkan nilai atau angka yang kemudian digunakan sebagai
keputusan pada kinerja siswa. Kegiatan penilaian ini dikakukan jika satuan
pengalaman belajar atau seluruh materi pelajaran telah selesai. Penilaian
sumatif digunakan untuk menentukan klasifikasi penghargaan pada akhir
kursus atau program. Penilaian sumatif dirancang untuk merekam
pencapaian keseluruhan siswa secara sistematis.
Penilaian sumatif salah satu bentuk tes hasil belajar yang
dilaksanakan setelah semua satuan program pembelajaran selesai
diberikan. Disekolah tes sumatif dikenal dengan Ulangan Umum atau
EBTA (Evaluasi Belajar Tahap Akhir), dimana hasilnya digunakan untuk
mengisi nilai rapor atau mengisis ijazah. Tes sumatif ini pada umum ya
disusun atas dasar materi pelajaran yang telah diberikan selama satu

8
semester. Dengan demikian materi tes sumatif ini jauh lebih banyak
dibandingkan dengan tes formatif. Tes sumatif dilaksanakan secara
tertulis, agar semua siswa memperoleh soal yang sama. Butir-butir soal
yang dikemukakan dalam tes sumatif ini pada umumnya juga lebih sulit
atau lebih berat daripada butir-butir soal tes formatif.
Fungsi dari penilain sumatif yaitu untuk mengetahui angka atau
nilai murid setelah mengikuti program belajar dalam satu semester.
Sedangkan tujuan utama tes sumatif adalah untuk menentukan nilai yang
melambangkan keberhasilan peserta didik setelah menempuh proses
pembelajaran dalam jangka waktu tertentu, sehingga dapat ditentukan
bahwa :
1. Kedudukan dari masing-masing peserta didik di tengah-tengah
kelompoknya.
2. Dapat atau tidaknya peserta didik untuk mengikuti program
pembelajaran berikutnya.
3. Kemajuan peserta didik untuk diinformasikan kepada pihak orangtua,
petugas bimbingan dan konseling, lembaga-lembaga pendidikan
lainnya atau pasaran kerja yang tertuang dalam bentuk rapor atau
ijazah.
Ada beberapa manfaat tes sumatif, dan 3 diantaranya yang terpenting
adalah:
1. Untuk menentukan nilai. Apabila tes formatif terutama digunakan
untuk memberikan informasi demi perbaikan penyampaian, dan tidak
digunakan untuk memberikan nilai atau tidak digunakan untuk
penentuan kedudukan seorang anak di antara teman-temannya
(grading), maka nilai dari tes sumatif ini digunakan untuk menentukan
kedudukan anak. Dalam penentuan nilai ini setiap anak dibandingkan
dengan anak-anak lain. Asumsi yang mendasari pandangan ini adalah
bahwa prestasi belajar siswa-siswa dalam sebuah kelas, akan
tergambar dalam sebuah kurva normal.

9
2. Untuk menentukan seorang anak dapat atau tidaknya mengikuti
kelompok dalam menerima program berikutnya. Dalam kepentingan
seperti ini maka tes sumatif berfungsi sebagai tes prediksi.
3. Untuk mengisi catatan kemajuan belajar siswa yang akan berguna bagi:
a. Orang tua siswa.
b. Pihak bimbingan dan penyuluhan di sekolah.
c. Pihak-pihak lain apabila siswa tersebut akan pindah ke sekolah
lain, akan melanjutkan belajar atau akan memasuki lapangan kerja.
2.2 Pendekatan dan Teknik Penilaian Pembelajaran
1. Pendekatan Penilaian Pembelajaran
Dalam bagian ini akan diuraikan pendekatan penilaian yang
membandingkan orang-orang lain dalam kelompoknya, yaitu yang dinamakan
penilaian Acuan Norma (Norm-Referenced-Evaluation), dan pendekatan
penilaian yang membandingkan hasil pengukuran seseorang dengan patokan
“batas lulus” yang telah ditetapkan, yaitu yang dinamakan penilaian Acuan
patokan (CriterionReferenced Evaluation).
a. Penilaian Acuan Norma (PAN).
Secara singkat dapat dikatakan bahwa PAN ialah penilaian yang
membandingkan hasil belajar siswa terhadap hasil siswa lain dalam
kekompoknya. Pendekatan penilaian ini dapat dikatakan sebagai pendekatan
“apa adanya”, dalam arti, bahwa patokan pembanding semata-mata diambil
dari kenyataan-kenyataan yang diperoleh pada saat pengukuran/penilaian itu
berlangsung, yaitu hasil belajar siswa yang diukur itu beserta pengolahannya.
Penilaian ini sama sekali tidak dikaitkan dengan ukuran-ukuran ataupun
patokan yang terletak luar hasil-hasil pengukuran sekelompok siswa.
Pendekatan PAN dapat dipakai untuk semua mata pelajaran, dari mata
pelajaran yang paling teoritis (penuh dengan materi kognitif) sampai ke mata
pelajaran yang paling praktis (penuh dengan materi keterampilan). Angka-
angka hasil pengukuran yang menyatakan penguasaan kompetensi-kompetensi
kognitif, keterampilan, dan bahkan sikap yang dimiliki atau dicapai oleh
sekelompok siswa sebagai hasil dari suatu pengajaran, dapat dikurvekan.
Dalam pelaksanaannya dapat ditempuh prosedur yang sederhana. Setelah

10
pengajaran diselenggarakan, kelompok siswa yang menerima pengajaran
tersebut menjawab soal-soal atau melaksanakan tugas-tugas tertentu yang
dimaksudkan sebagai ujian. Bahan Perpelajaranan Evaluasi Hasil ujian ini
diperiksa dan angka hasil pemeriksaan diberikan untuk masing-masing
siswa dan selanjutnya angka tersebut disusun dalam bentuk kurve. Kurve dan
segala hasil perhitungan yang menyertainya (terutama angka rata-rata dan
simpangan baku dapat segera dipakai dalam rangka PAN. Kurve ini dibentuk
dengan mengikut sertakan semua angka hasil pengukuran yang diperoleh. Dua
kenyataan yang ada di dalam “kurve normal” yang dipakai untuk
membandingkan atau menafsirkan angka yang diperoleh masing-masing siswa
ialah angka rata-rata (mean) dan angka simpangan baku(standard deviation).
Dapat dimengerti bahwa patokan ini bersifat relatif, bisa bergeser ke atas atau
ke bawah, sesuai dengan besarnya dua kenyataan yang diperoleh di dalam
kurve itu. Dengan kata lain, patokan itu bisa berubah-ubah dari “kurve
normal” yang satu ke “kurve normal” yang lain. Ujian siswa dalam suatu
kelompok pada umumnya naik, yaitu sebagaimana terlihat dari angka-angka
hasil pengukuran yang pada umumnya lebih baik dan yang menghasilkan
angka rata-rata yang lebih tinggi, maka patokan menjadi bergeser ke atas
(dinaikkan), sebaliknya, jika hasil ujian kelompok itu pada umumnya merosot,
patokannya bergeser ke bawah (diturunkan). Dengan demikian, angka yang
sama pada dua kurve yang berbeda akan mempunyai arti yang berbeda.
Demikian juga, nilai yang sama yang dihasilkan melalui bangunan dua kurve
yang berbeda akan mempunyai arti umum yang berbeda pula.
b. Penilaian Acuan Patokan (PAP)
PAP pada dasarnya berarti penilaian yang membandingkan hasil belajar
siswaterhadap suatu patokan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pengertian ini menunjukkan bahwa sebelum usaha penilaian dilakukan
terlebih dahulu harus ditetapkan patokan yang akan dipakai untuk
membandingkan angka-angka hasil pengukuran agar hasil itu mempunyai
arti tertentu. Dengan demikian, patokan ini tidak dicari-cari di tempat lain
dan pula tidak dicari di dalam sekelompok hasil pengukuran sebagaimana
dilakukan pada PAN. Patokan yang telah ditetapkan terlebih dahulu itu

11
biasanya disebut “batas lulus” atau “tingkat penguasaan minimum”. Siswa
yang dapat mencapai atau bahkan melampaui batas ini dinilai “lulus” dan
yang belum mencapainya dinilai “tidak lulus”. Mereka yang lulus ini
diperkenankan menempuh pelajaran yang lebih tinggi, sedangkan yang
belum lulus diminta memantapkan lagi kegiatan belajarnya sehingga
mencapai “batas lulus” itu. Dapat dimengerti bahwa patokan yang dipakai
di dalam PAP bersifat tetap. Patokan ini dapat dipakai untuk
kelompok siswa yang mana saja yang memperoleh pengajaran yang
sama. Dengan patokan yang sama ini pengertian yang sama untuk hasil
pengukuran yang diperoleh dari waktu ke waktu oleh kelompok yang
sama ataupun berbeda-beda dapat dipertahankan. Suatu hal yang biasa
menjadi hambatan dalam penggunaan PAP adalah sukarnya menetapkan
patokan
Pendekatan PAP tidak berorientasi pada “apa adanya”. Pertama,
pendekatan ini tidak semata-mata mempergunakan angka rata-rata yang
dihasilkan oleh kelompok yang diuji, melainkan telah terlebih dahulu
menetapkan kriteria keberhasilan, yaitu “batas lulus” penguasaan bahan
pelajaran. Siswa yang telah mencapai batas ini dianggap telah berhasil dalam
belajar dan diperkenankan mempelajari bahan pelajaran yang lebih tinggi,
sedangkan yang belum mencapai batas tersebut dianggap belum berhasil dan
diharuskan memantapkan kembali pelajarannya itu. Kedua, dalam proses
pengajaran, tenaga pengajar tidak begitu saja membiarkan siswamenjalani
sendiri proses belajarnya, melainkan terus-menerus secara langsung ataupun
tidak langsung merangsang dan memeriksa kemajuan belajar siswa serta
membantunya melewati tahap-tahap pengajaran secara berhasil. Sesuai
dengan ciri utama PAP, pendekatan ini menuntut usaha yang lebih terarah
dan terencana sejak sebelum, selama dan seusai penyelenggaraan pengajaran.
c. Implikasi Pendekatan Penilaian yang Dipakai
Pendekatan penilaian yang dipakai menimbulkan berbagai akibat
dan kegiatan yang menuntut pertimbangan seksama dan
penanggulangan yang memadai. Sistem penunjang dan berbagai
kebijaksanaan baik setempat maupun tingkat pusat mempunyai sangkut-

12
paut yang tidak bisa diabadikan. Kedua pendekatan penilaian tersebut
diatas, terutama PAP, menuntut keterpaduan program pengajaran dan
penilaian. Hal ini mengandung berbagai implikasi yang menyangkut
bidang manajemen, pengelolaan proses belajar mengajar, dan penentuan
tugas pengajar dan siswa. Pertama, program pengajaran dan penilaian
dalam pendekatan kompetensi menuntut pelaksanaan pengajaran yang
terencana, terarah, dinamis, dan membimbing. Pengajaran seperti ini
akan lebih mudah terlaksana bila jumlah siswadalam kelas tidak terlalu
besar (paling banyak sekitar 40 orang). Jumlah yang terbatas ini akan
memungkinkan sebagian terbesar siswa dapat terjangkau oleh staf
pengajar dan sebagian terbesar siswa dapat memanfaatkan bantuan
pengajar secara langsung. Tentu saja jumlah siswa yang terbatas ini
akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh jumlah tenaga pengajar dan
ruangan yang tersedia. Kedua, pengajar perlu memiliki Kemantapan
keterampilan dalam menyusun program pengajaran dan sekaligus
program penilaiannya yang berorientasikan pada kompetensi. Prosedur
pengukuran dan penilaian yang sekaligus diintegrasikan ke dalam
proses pengajaran yang menyeluruh perlu dikuasai benar. Di samping itu
pengajar juga perlu menguasai praktek-praktek pengajaran yang berpusat
pada tujuan dan menguasai teknik-teknik pendekatan terhadap
siswasecara perseorangan maupun kelompok. Teknik-teknik ujian dan
pengukuran lainnya serta pengetahuan statistik dasar diperlukan
untuk penerapan pengukuran/penilaian yang terarah itu. Ketiga, baik
pengajar maupun siswamemerlukan sumber-sumber dan sarana belajar-
mengajar yang cukup. Pengajar memerlukannya untuk menyusun dan
melaksanakan program pengajaran, sedangkan siswamemerlukan untuk
kegiatan perseorangan maupun kelompok guna memenuhi kriteria
keberhasilan. Penyusun dan pelaksanaan program pengajaran serta hasil
belajar siswabanyak sekali ditentukan oleh tersedianya sumber dan sarana
belajar-mengajar. Keempat, dalam program penilaian terbuka siswaperlu
mengetahui program penilaian, kriteria keberhasilan dan hasil-hasil
penilaian. Siswaperlu mengetahui silabi pengajaran, jadual dan cara-cara

13
penilaian yang akan dikenakan kepada mereka. Hal ini menuntut
keterampilan pengajar menyusun silabi dan sikap pengajar yang terbuka.
Kelima, kegiatan mengajar tidak semata-mata di muka kelas. Sesuai
dengan ketentuan sistem kredit semester, kegiatan pelajarandengan harga 1
sks mencakup beban pengajaran untuk pengajaran untuk penyelenggaraan
tiga jenis kegiatan setiap minggu, yaitu : 60 menit untuk pengembangan
bahan pelajaran;50 menit untuk kegiatan tatap muka dengan siswa; 60 menit
untuk usaha penilaian dan kegiatan perencanaan lanjutan.
Dalam 60 menit terakhir itu pengajar dituntut untuk menyediakan diri
bagi pertemuan dengan siswa baik secara perseorangan maupun dalam
kelompok, untuk membahas hal-hal khusus berkenaan dengan
kemajuan dan masalah-masalah pelajaran yang dihadapi siswa.
Pertemuan ini diselenggarakan baik atas prakarsa pengajar ataupun atas
permintaan siswa. Untuk kegiatan-kegiatan praktikum di laboratorium,
kerja lapangan, dan kegiatan lainnya perlu dilakukan kegiatan yang setara
dengan penyelenggaraan tiga kegiatan tersebut. Keenam, siswadituntut
untuk belajar secara dinamis. Dalam rangka memenuhi kriteria
keberhasilan, mereka diminta untuk tidak ragu-ragu menyampaikan
dan membahas masalah yang dihadapinya dengan pengajar. Hal ini akan
bisa terjadi apabila pengajar dapat bersikap terbuka dan dapat menerima
siswadengan senang hati. Ketujuh, program penilaian yang terarah dan
terencana menuntut sistem pelaporan yang lengkap dan rapi, baik
untuk keperluan siswasendiri dan keperluan pengajar, maupun untuk
keperluan lembaga. Hasil ujian pembinaan, ujian akhir, skala ukuran, dan
daftar cek memerlukan sistem pelaporan yang tersendiri, baik untuk
keperluan bimbingan siswaataupun untuk keperluan laporan akhir.
Kedelapan, pengajar memerlukan berbagai sarana administrasi
untuk penyusunan dan pelaksanaan program pengajar dan
penilaian. Untuk memperbanyak silabi, ujian, alat pengukur lainnya,
dan berbagai format diperlukan alat tulis-menulis dan kemudahan dalam
perbanyakkan bahan. Kesembilan, program pengajaran dan penilaian
perlu dicatat dan hasil-hasilnya disimpan secara baik. Hal ini berguna

14
untuk perbaikan dan perencanaan program sejenis dimasa mendatang
maupun untuk kepentingan siswayang bersangkut apabila mereka
memerlukannya. Kesepuluh, karena program pengajaran dan penilaian ini
bersifat menyeluruh dan relatif menuntut lebih banyak waktu dan
keterlibatan pengajar, perlu dipikirkan variasi jenis mata pelajaran yang
dipegang oleh setiap tenaga pengajar
2. Teknik Penilaian Pembelajaran
Teknik penilaian dalam uraian ini maksudnya adalah metode atau cara
penilaian yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi. Teknik
penilaian yang memungkinkan dan dapat dengan mudah digunakan yaitu :
a. Teknik penilaian melalui tes
1) Tes tertulis
Tes tertulis yakni tes yang soal-soalnya harus dijawab siswa dengan
memberikan jawaban tertulis. Jenis tes tertulis secara umum dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu:
>tes objektif, misalnya bentuk pilihan ganda, jawaban singkat atau
isian, benar-salah, dan bentuk menjodohkan;
>tes uraian, yang terbagi atas tes uraian objektif (penskorannya dapat
dilakukan secara objektif) dan tes uraian non-objektif (penskorannya
sulit dilakukan secara objektif).
2) Tes lisan
Tes lisan yakni tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan
mengadakan tanya jawab secara langsung antara guru dan siswa. Tes
ini memiliki kelebihan dan kelemahan.
Kelebihannya adalah:
(a) dapat menilai kemampuan dan tingkat pengetahuan yang dimiliki
siswa, sikap, serta kepribadiannya karena dilakukan secara
berhadapan langsung;
(b) bagi siswa yang kemampuan berpikirnya relatif lambat sehingga
sering mengalami kesukaran dalam memahami pernyataan soal, tes
bentuk ini dapat menolong sebab siswa dapat menanyakan langsung
kejelasan pertanyaan yang dimaksud;

15
(c) hasil pengetesan dapat langsung diketahui siswa.
Kelemahannya adalah:
(a) subjektivitas pengetesan (Tutor) sering mencemari hasil tes,
(b) waktu pelaksanaan yang diperlukan relatif cukup lama.
3) Tes perbuatan
Tes perbuatan yakni tes yang penugasannya disampaikan dalam
bentuk lisan atau tertulis dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan
perbuatan atau penampilan. Penilaian tes perbuatan dilakukan sejak
siswa melakukan persiapan melaksanakan tugas, sampai dengan hasil
akhir yang dicapainya. Untuk menilai tes perbuatan pada umumnya
diperlukan sebuah format pengamatan, disesuaikan menurut
keperluan. Untuk tes perbuatan yang sifatnya individual, sebaiknya
menggunakan format pengamatan individual. Untuk tes perbuatan
yang dilaksanakan secara kelompok sebaiknya menggunakan format
tertentu yang sudah disesuaikan untuk keperluan pengamatan
kelompok.
b. Teknik penilaian melalui observasi atau pengamatan
Observasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan tutor/guru untuk
mendapatkan informasi tentang siswa dengan cara mengamati tingkah laku
dan kemampuannya selama kegiatan observasi berlangsung. Observasi dapat
ditujukan kepada siswa secara perseorangan ataupun kelompok. Data
kegiatan observasi perlu dipersiapkan format pengamatan. Di dalam format
perigamatan di antaranya berisi: (1) perilaku-perilaku atau kemampuan yang
akan dinilai, (2) batas waktu pengamatan.
1) Cara dan Tujuan Observasi
Menurut cara dan tujuannya observasi dapat dibedakan menjadi 3 macam:
a. Observasi partisipatif dan nonpartisipatif
Observasi partisipatif adalah observasi dimana orang yang
mengobservasi (observer) ikut ambil bagian alam kegiatan yang
dilakukan oleh objek yang diamatinya. Sedangkan observasi
nonpartisipatif, observasi tidak mengambil bagian dalam kegiatan yang
dilakukan oleh objeknya. Atau evaluator berada “diluar garis” seolah-

16
olah sebagai penonton belaka. Contoh observasi partisipatif : Misalnya
guru mengamati setiap anak. Kalau observasi nonpartisipatif, guru
hanya sebagai pengamat, dan tidak ikut bermain.
b. Observasi sistematis dan observasi nonsitematis
Observasi sistematis adalah observasi yang sebelum dilakukan,
observer sudah mengatur sruktur yang berisi kategori atau kriteria,
masalah yang akan diamati. Sedangkan observasi nonsistematis yaitu
apabila dalam pengamatan tidak terdapat stuktur ketegori yang akan
diamati. Contoh observasi sistematis misalnya guru yang sedang
mngamati anak-anak menanam bunga. Disini sebelum guru
melaksanakan observasi sudah membuat kategori-kategori yang akan
diamati, misalnya tentang: kerajinan, kesiapan, kedisiplinan,
ketangkasan, kerjasama dan kebersihan. Kemudian ketegori-kategori
itu dicocokkan dengan tingkah laku murid dalam menanam bunga.
Kalau observasi nonsistematis maka guru tidak membuat kategori-
kategori diatas, tetapi langsung mengamati anak yang sedang
menanam bunga.
c. Observasi Eksperimental
Observasi eksperimental adalah observasi yang dilakukan secara
nonpartisipatif tetapi sistematis. Tujuannya untuk mengetahui atau
melihat perubahan, gejala-gejala sebagai akibat dari situasi yang
sengaja diadakan. Sebagai alat evaluasi , observasi digunakan untuk:
-Menilai minat, sikap dan nilai yang terkandung dalam diri siswa.
-Melihat proses kegiatan yang dilakukan oleh siswa maupun
kelompok.
-Suatu tes essay / obyektif tidak dapat menunjukan seberapa
kemampuan siswa dapat menjelaskan pendapatnya secara lisan, dalam
bekerja kelompok dan juga kemampuan siswa dalam mengumpulkan
data.
2) Sifat Observasi
Observasi yang baik dan tepat harus memilki sifat-sifat tertentu yaitu:
-Hanya dilakukan sesuai dengan tujuan pengajaran

17
-Direncanakan secara sistematis
-Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan
-Dapat diperika validitas, rehabilitas dan ketelitiaanya
c. Teknik penilalan melalui wawancara
Teknik wawancara pada suatu segi mempunyai kesamaan arti dengan tes
lisan yang telah diuraikan di atas. Teknik wawancara ini diperlukan tutor/guru
untuk tujuan mengungkapkan atau mengejar lebih lanjut tentang hal-hal yang
dirasa tutor/guru kurang jelas informasinya. Teknik wawancara ini dapat pula
digunakan sebagai alat untuk menelusuri kesukaran yang dialami siswa tanpa
ada maksud untuk menilai.
Wawancara, suatu cara yang dilakukan secara lisan yang berisikan
pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan tujuan informsi yang hendak
digali. wawancara dibagi dalam 2 kategori, yaitu pertama, wawancara bebas
yaitu si penjawab (responden) diperkenankan untuk memberikan jawaban
secara bebas sesuai dengan yang ia diketahui tanpa diberikan batasan oleh
pewawancara. Kedua adalah wawancara terpimpin dimana pewawancara
telah menyusun pertanyaan pertanyaan terlebih dahulu yang bertujuan untuk
menggiring penjawab pada informasi-informasi yang diperlukan saja.
Wawancara adalah suatu tehnik penilain yang dilakukan dengan jalan
percakapan (dialog) baik secara langsung (face to pace relition) secara
langsung apabila wawancara itu dilakukan kepada orang lain misalnya kepada
orang tuannya atau kepada temanya. Keberhasilan wawancara sebagai alat
penilaian sangat dipengaruhi oleh beberapa hal :
Hubungan baik pewawancara dengan anak yang diwawancarai. Dalam hal
ini hendaknya pewawancara dapat menyesuikan diri dengan orang yang
diwawancarai
a) Keterampilan pewawancara
Keterampilan pewawancara sangat besar pengaruhnya terhadap hasil
wawancara yang dilakukan, karena guru perlu melatih diri agar meiliki
keterampilan dalam melaksanakan wawancara.
b) Pedoman wawancara

18
Keberhasilan wawancara juga sangat dipengaruhi oleh pedoman yang
dibuat oleh guru sebelum guru melaksanakan wawancara harus membuat
pedoman-pedoman secara terperinci, tentang pertanyaan yang akan diajukan.
c) Langkah-langkah penyusunan wawancara :
1. Perumusan tujuan
2. Perumusan kegiatan atau aspek-aspek yang dinilai
3. Penyusunan kisi-kisi
4. Penyusunan pedoman wawancara
5. Lembaran penilaian
d) Kelebihan dan kelemahan wawancara
Kelebihan wawancara yaitu :
-Wawancara dapat memberikan keterangan keadan pribadi hal ini
tergantung pada hubungan baik antara pewawancara dengan objek
-Wawancara dapat dilaksanakan untuk setiap umur dan mudah dalam
pelaksaannya
-Wawancara dapat dilaksanakan serempak dengan observasi
-Data tentang keadaan individu lebih banyak diperoleh dan lebih tepat
dibandingkan dengan observasi dan angket.
-Wawancara dapat menimbulkan hubungan yang baik antara si
pewawancara dengan objek.
Sedangkan Kelemahan wawancara:
-Keberhasilan wawancara dapat dipengaruhi oleh kesediaan, kemampuan
individu yang diwawancarai
-Kelancaran wawancara dapat dipengaruhi oleh keadaan sekitar pelaksaan
wawancara
-Wawancara menuntut penguasaan bahasa yang baik dan sempurna dari
pewawancara
-Adanya pengaruh subjektif dari pewawancara dapat mempengaruhi hasil
wawancara

19
DAFTAR PUSTAKA
Pendekatan penilaian pembelajaran terdapat di
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/1968072
91998021-SURYADI/PENDEKATAN_DALAM_PENILAIAN.pdf di akses pada
tanggal 16 September 2019
Teknik Penilaian pembelajaran terdapat di
https://www.academia.edu/6403478/JENIS_DAN_TEKNIK_PENILAIAN_HASI
L_BELAJAR di akses pada tanggal 16 September 2019

20

Anda mungkin juga menyukai