NIM : 200821013
GEL/KEL : I/II
PENDAHULUAN
Pencacah Geiger, atau disebut juga Pencacah Geiger-Müller adalah sebuah alat pengukur
radiasi ionisasi. Pencacah Geiger bisa digunakan untuk mendeteksi radiasi alpha dan beta.
Sensornya adalah sebuah tabung Geiger-Müller, sebuah tabung yang diisi oleh gas yang
akan bersifat konduktor ketika partikel atau foton radiasi menyebabkan gas (umumnya
Argon) menjadi konduktif. Alat tersebut akan membesarkan sinyal dan menampilkan pada
indikatornya yang bisa berupa jarum penunjuk, lampu atau bunyi klik dimana satu bunyi
menandakan satu partikel. Pada kondisi tertentu, pencacah Geiger dapat digunakan untuk
mendeteksi radiasi gamma, walaupun tingkat reliabilitasnya kurang. Pencacah geiger tidak
bisa digunakan untuk mendeteksi neutron.
Detektor ini menghasilkan sebuah pulsa listrik dari setiap partikel tunggal yang datang
padanya., dan tidak tergantung pada energi radiasi. Biasanya detektor ini digunakan untuk
mendeteksi sinar gamma (yang madah menembus dinding tabung) namun sinar beta pun
dapat dideteksi, yaitu melalui jendela ujung yang biasanya terbuat dari mika yang
sangattipis agar dinar beta dapat menembusnya. Detektor Geiger-Muller (GM) beroperasi
pada tegangan diatas detektor proporsional. Dengan mempertinggi tegangan akan
mengakibatkan proses ionisasi yang terjadi dalam detektor menjadi jenuh. Pulsa yang
dihasilkan tidak lagi bergantung pada ionisasi mula-mula maupun jenis radiasi. Jadi,
radiasi jenis apapun akan menghasilkan keluaran sama.
DASAR TEORI
Pada tahun 1896 Becquerel menemukan bahwa suatu senyawa uranium mempengaruhi suatu
pelat fotografi terbungkus dalam kertas pembuktian cahaya, dan dia menyebutnya
radioaktivitas phenomenon. Radiasi dari uranium dipisahkan ke dalam tiga komponen ketika
suatu medan magnetik B diberikan tegak lurus ke hulu radiasi, dan mereka disebut sinar alpa,
beta, dan gamma. Sinar alpa dan sinar beta dibelokkan oleh medan dan dengan demikian
secara tepat mengisi partikel, tetapi sinar gamma tidak dipengaruhi.
Sinar beta dan sinar gamma oleh pembelokan partikel beta tegak lurus dengan medan
magnetik dan medan listrik, perbandingan massa dan muatan mereka dapat ditentukan. Ini
serupa dengan eksperimen Thomson. Eksperimen ini menunjukkan bahwa partikel beta
merupakan elektron yang bergerak pada kecepatan tinggi.
Secara umum, partikel beta mempunyai suatu daya penetrasi material lebih besar
daripada partikel alpa. Ini berkaitan dengan ionisasi udara lebih lemah oleh partikel beta
dibandingkan dengan partikel alpa, jadi energi mereka hilang sedikit secara cepat daripada
partikel alpa dan jika mereka lewat terlalu jauh.
Sinar gamma alami ditunjukkan oleh eksperimen dengan kristal. Fenomena pembiasan
dijelaskan dalam kasus ini, yang mana menyarankan sinar gamma merupakan gelombang
elektromagnetik. Pengukuran panjang gelombang mereka, oleh teknik spesial dengan kristal,
menunjuk mereka lebih pendek daripada panjang gelombang sinar X. Sinar gamma dapat
menetrasi logam yang ketebalannya lebih besar, tetapi mereka mempunyai daya mengionisasi
kurang jauh dalam gas daripada partikel beta.
Pada tahun 1930 Bothe dan Becker menemukan bahwa suatu radiasi sangat penetrasi
dihasilkan ketika partikel alpa berada pada peristiwa berilium. Radiasi tidak mempunyai
muatan karena itu jadi bisa melewati radiasi gamma yang sangat hebat energinya. Pada tahun
1932 Curie-Juliot menempatkan suatu blok paraffin di depan radiasi penetrasi, dan
menunjukkan bahwa pertimbangan jarak proton ditolak dari paraffin. Energi radiasi dapat
dihitung dari jarak penolakan proton, dan itu kemudian ditemukan dengan kemungkinan yang
tinggi. Pada tahun 1932 Chadwick mengukur kecepatan proton ketia mereka ditolak oleh
penetrasi radiasi dari material seperti paraffin yang mengandung hidrogen. Dia menggunakan
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
polonium A sebagai suatu sumber partikel alpa dan tidak diketahui radiasi X dibangun oleh
dampak berilium B yang kemudian terjadi pada paraffin C. Kecepatan proton tertolak dari C
yang dapat ditemukan dari jarak mereka dalam udara, yang mana ditentukan oleh banyaknya
penempatan ketebalan penyerapan lempengan aluminium D di depan suatu tempat
pengionisasian E sampai tidak ada efek yang dihasilkan di sana. Dengan kalibrasi ketebalan
lempengan aluminium sebelumnya diistilahkan dalam ketebalan udara, jarak dalam udara
ditemukan.
Suatu partikel beta, suatu elektron, dan suatu sinar gamma, suatu gelombang
elektromagnetik, hanya mempunyai dampak yang kecil dalam massa suatu inti ketika mereka
dipancarkan. Suatu partikel beta mempunyai muatan –e. Sekarang thorium mempunyai suatu
muatan inti +90e dan nomor massa 234, dan memancarkan sinar beta dan sinar gamma.
Dengan akibatnya nomor massa tidak ada, tetapi muatan inti meningkat ke +91e, dan jika
suatu elemen baru dibentuk nomor atom 91.
Ini merupakan isotop protatinium secara tepat. Simbol elemen baru terbentuk
ditunjukkan dalam kurung pada kolom elemen dalam tabel. Satuannya mengandung isotope
Pb yang paling banyak, thorium Th dan bismuth Bi, elemen yang mana mempunyai nomor
atom yang sama tetapi nomor massa yang berbeda.
Peluruhan radioaktivitas, yang menghasilkan pemancaran dari partikel alpa, beta, dan
sinar gamma merupakansuatu proses yang acak. Kita tidak meramalkan atom akan meluruh
pada suatu fakta yang praktis. Semuanya kita tahu bahwa laju rata-rata pemancaran dari suatu
contoh radioaktif yang ideal pada bilangan tidak mengubah atom yang menghadirkannya
secara praktis. Pada perhitungan acak yang pemancarannya alami, perhitungan nomor
pemancaran dalam pemberian waktu seperti satu menit yang akan ditemukan fluktuasinya,
walaupun sumber aktivitasnya konstan. Ini baik diilustrasikan oleh radiasi layar yang
berkaitan dengan sinar kosmik ketika mereka dibelokkan oleh suatu tabung G-M dan skalar.
Radiasi dapat dipertimbangkan berkaitan dengan sumber aktivitas konstan yang lebih
merupakan keaslian dari sinar kosmik yang memasuki atmosfer bumi. Dalam kasus ini,
perhitungan membuat fluktuasi dalam konsekutif menit setelah dipertimbangkan. Dalam cara
yang sama, pencacah per menit dalam eksperimen dengan sumber radiasi laboratorium akan
memfluktuasikan, meskipun tidak sebanyak kasus sinar kosmik yang mana merupakan suatu
sumber relativitas yang lemah. (Nelkon, 2000)
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
Seperti atom yang tereksitasi begitu juga inti yang tereksitasi dapat memancarkan foton. Sinar
gamma dari inti yang tereksitasi. Sebuah inti dapat berada dalam keadaan ikat yang energinya
lebih tinggi daripada keadaan dasar, seperti juga atom bisa berada berada dalam keadaan
seperti itu. Inti tereksitasi diberi tanda bintang setelah lambang yang biasa dipakai, misalnya
Sr*. Inti tereksitasi kembali ke keadaan dasar dengan memancarkan foton yang energinya
bersesuaian dengan perbedaan energi antara berbagai keadaan awal dan keadaan akhir dalam
transisi yang bersangkutan. Foton yang dipancarkan oleh inti daerah energinya berbeda-beda
hingga mencapai beberapa MeV dan secara tradisional disebut sinar gamma.
Hubungan sederhana antara tingkat energi dan skema peluruhan ditunjukkan dengan
perubahan peluruhan beta Mg menjadi Al. Umur paro peluruhan itu ialah 9,5 menit, dan dapat
terjadi ke salah satu dari kedua tingkat eksitasi Al. Inti Al* yang dihasilkan mengalami dua
peluruhan gamma untuk mencapai keadaan dasar.
Konversi internal. Sebagai alternatif dari peluruhan gamma untuk beberapa kasus inti
tereksitasi dapat kembali dalam keadaan dasar dengan memberikan energi eksitasinya ke
salah satu elektron orbital di sekelilingnya. Kita dapat membayangkan proses yang dikenal
sebagai konversi internal ini sebagai sejenis efek fotolistrik di mana sebuah foton nuklir
diserap oleh elektron atomik; lebih cocok dengan eksperimen jika kita menganggap konversi
internal menyatakan transfer langsung energi eksitasi dari sebuah inti ke sebuah elektron.
Elektron yang terpancar memiliki energi kinetik sama dengan energi eksitasi nuklir yang
hilang dikurangi energi ikat elektron itu dalam sebuah atom.
Isomer mempunyai umur panjang. Kebanyakan inti tereksitasi memiliki umur paro
yang pendek terhadap peluruhan gamma, tetapi beberapa tetap tereksitasi selama beberapa
jam. Inti tereksitasi yang berumur panjang disebut isomer dari inti yang sama dalam keadaan
dasar. Inti tereksitasi Sr* memiliki umur paro 2,8 jam sehingga bisa disebut isomer Sr.
Pada tahun 1895 Roentgen mendeteksi sinar X dengan fluorosensi yang
ditimbulkannya dalam bahan tertentu. Ketika Henri Becquerel mempelajari hal itu pada awal
tahun 1896, ia mempersoalkan apakah proses baliknya dapat terjadi yaitu dengan intensitas
tinggi, cahayanya menstimulasi bahan fluoresen untuk menghasilkan sinar X. Ia meletakkan
garam uranium pada pelat fotografik yang ditutupi kertas hitam, kemudian sistem ini disinari
oleh cahaya matahari. Ia mendapatkan bahwa pelat fotografi itu seperti berkabut sesudah
dicuci. Selanjutnya Becquerel mencoba mengulangi eksperimen itu tetapi awan menutupi
matahari untuk beberapa hari. (Arthur, 2004)
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
A. Karakteristik Tabung GM
1. Disiapkan semua peralatan yang digunakan dalam percobaan
2. Dihubungkan tabung GM pada alat pencacah (scaler) dengan menggunakan kabel
koaksial
3. Dihidupkan scalar
4. Diatur tegangan pada scaler dengan tegangan 50 volt
5. Ditunggu selama 1 menit
6. Dicatat hasil yang didapatkan sebagai cacah per menit
7. Diulangi percobaan sebanyak 2 kali
8. Dilakukan percobaan yang sama sampai tegangan 500 volt dengan interval 25 volt
9. Dicatat hasil yang didapat.
(Terlampir)
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
BAB IV
(Terlampir)
3210,5+ 6303,5+4124,5
T=
2 ( 3210,5 )( 6303,5)
= 0,000337 detik
= 33,7×10−5 detik
3. Berapa banyak waktu yang dibutuhkan untuk aktivitas isotop radioaktif yang memiliki
waktu paruh t tahun untuk turun ke:
a. 3,268% dari awal
b. 1% dari nilai awalnya
Jawab:
Waktu paruh T1/2 = T tahun
Jumlah radioaktif awal = N0
a. Setelah pembusukan, jumlah isotop radioaktif menjadi = N. Diberikan hanya
3,268% N0 yang tersisa setelah pembusukan. Maka:
N
= 3,268%
No
N 3,268
=
No 100
N 1
=
No 30,59
N
= e− λt , maka
No
1
e− λt =
30,59
−λt = ln 1- ln 30,59
−λt = 0 – 3,4207
Karena λ=¿ 0,693/ T1/2
3,4207 0,693
Sehingga t = =
t T
0,693
3,4207 = t
T
3,4207
[ 0,693
T ]=t
t = 4,936 T tahun
waktu yang digunakan untuk berkurang 3,268% dari jumlah awalnya.
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
BAB V
5.1 Kesimpulan
2. Prinsip kerja tabung Geiger Muller (GM) yaitu bekerja untuk mendeteksi radiasi unsur
radioaktif. Tabung GM terbuat dari bahan logam yang memiliki kawat didalamnya.
Tabung bersifat sebagai katoda dan kawat bersifat sebagai anoda. Diantara katoda dan
anoda terdapat gas isian berupa gas tekanan rendah (biasanya argon). Bahan radioaktif
diletakkan tepat dibawah tabung pada rak tabung GM. Unsur radioaktif memancarkan
radiasi pengion dan masuk ke tabung GM, kemudian berinteraksi dengan gas isian
(biasanya He, Ne, atau Ar) maka terjadilah ionisasi primer. Setelah berinteraksi,
radiasi pengion tersebut akan mengionisasi gas sehingga terbentuklah pasangan-
pasangan ion yaitu ion-ion positif dan ion-ion negatif (elektron). Kemudian, ion-ion
positif akan tertarik ke katoda (dinding tabung) dan elektron akan tertarik ke anoda
(bagian tengah tabung). Elektron yang tertarik ke anoda tadi, akan berinteraksi dengan
gas isian lainnya proses ini merupakan proses ionisasi sekunder. Apabila tegangan
pada tabung dinaikkan, maka akan timbul medan listrik diantara keduanya. Dengan
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
tegangan yang relatif tinggi maka dapat menghasilkan ionisasi tersier. Hal ini akan
terjadi berulang-ulang sampai arus dianoda penuh dan terjadi avalanche. Jika tegangan
terus diberikan maka akan terjadi pelucutan elektron sekunder yang akibatnya anoda
diselubungi muatan negatif sehingga peristiwa ionisasi berhenti seketika yang disebut
dead time counter dan akan kembali melanjutkan pencacahan kembali setelah
beberapa saat. Dan kembali lagi menghasilkan pulsa listrik sehingga hasil pengukuran
cacah (pulsa listrik) dapat terbaca pada scalar.
3. Daerah plato merupakan daerah tegangan kerja tabung Geiger Muller dimana
memanfaatkan ionisasi sekunder sehinggga setiap radiasi pengion yang datang akan
menghasilkan satu pulsa yang tinggi pulsa tersebut tetap sama tinggi dan tidak
bergantung pada besar kecilnya energi radiasi pengion. Daerah plato adalah tegangan
dalam rentang counter Geiger-Muller beroperasi. Di wilayah ini, potensi perbeedaan di
pencacahan cukup kuat untuk mengionisasi semua gas di dalam tabung, tergantung
pemicu radiasi ionisasi yang masuk (alfa, beta atau sinar gamma). Kaitannya daerah
plato dengan karakteristik tabung Gm akan nampak pada daerah platonya. Dan hanya
pada daerah platonya laju pencacah per satuan waktu dapat terbaca untuk unsur TI-
204,dan Sr-90.
5.2 Saran
1. Sebaiknya Praktikan selanjutnya harus memahami prinsip kerja tabung Geiger Muller
2. Sebaiknya Praktikan selanjutnya lebih memahami teori tentang tabung Geiger Muller
3. Sebaiknya Praktikan selanjutnya lebih teliti dalam melakukan percobaan
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
DAFTAR PUSTAKA
VISIO
Scaler dan
Tabung GM Ratemeter
Mull
ard
ZP1
431
Rak tabung GM
GM ss
STOPWATCH
Sr-90 TI-204 Sarung
penjepit Tangan
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
PENGAMATAN
1. Tegangan operasi tabung GM = 220 Volt
2. Counter rate tanpa radioaktif pada awal (b1) = 15 getaran/menit
3. Counter rate tanpa radioaktif pada awal (b2) = 16 getaran/menit
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
Grafik CPM - Vs - HV
9000
8000
7000
6000
5000
CPM
4000
3000
2000
1000
0
250 270 302 323 350 377 406 422 453 474 501
HV (Volt)
Y 2−Y 1
Slope¿
X 2−X 1
5585,33−2784,33
¿ =18,55 cpm
474−323
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155