Insider Trading melanggar prinsip keadilan dari Good Corporate Governance karena
adanya pemanfaatan informasi yang sifatnya tidak dimiliki oleh publik tetapi
dimanfaatkan oleh beberapa pihak untuk kepentingan sendiri. Transaksi orang dalam
biasanya dilakukan oleh pihak manajemen (komisaris dan dewan direksi), pemegang
saham utama, pihak yang memiliki hubungan usaha (istimewa) dengan perusahaan.
Keberadaan komisaris independen diatur di dalam peraturan OJK nomor
33/POJK.04/2014. Fungsi komisaris independen sebagai balancing dan protecting
hak-hak dari investor minoritas. Hal tersebut tentu akan merugikan hak-hak dari
pemegang saham minoritas akan keterbukaaan informasi yang sifatnya material.
Sesuai dengan fungsinya, Komisaris Independen mewakili kepentingan pemegang
saham minoritas untuk:
- Mengawasi berbagai informasi yang sifatnya sensitif/material/penting (sensitive
information) agar tidak dimanfaatkan oleh pihak tertentu atau mengakselerasi
-
volume gas yang dapat dialirkan melalui proyek SSWJ (South Sumatera-West Java).
Dalam kasus ini jelas bahwa PT PGN melakukan pelanggaran terhadap pasal 93 UU
No. 8/1995. Selain itu, dalam hal upaya mencegah adanya insider trading oleh pihak
orang dalam (insider) diwajibkan melaporkan informasi tersebut tepat waktu
(timelines) sesuai dengan pasal 86 ayat (2) UU No. 5/1995 dan Peraturan Nomor
X.K.1. PT PGN melakukan keterlambatan pelaporan fakta atas penundaan proyek
pipanisasi yang dilakukan oleh PT PGN yang kemudian dimanfaatkan oleh pihak
insider untuk menjual saham yang dimilikinya.