MESIN LISTRIK
DISUSUN OLEH:
Judul Percobaan :
Disusun Oleh :
Nama :
NIM :
Tgl. Praktikum :
Asisten :
Kelompok :
Teman kerja : 1. NIM :
2. NIM :
3. NIM :
4. NIM :
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan karunia-Nya, sehingga buku panduan praktikum “ MESIN LISTRIK ”
dapat penulis selesaikan.
Buku ini disusun sebagai bahan ajar modul praktikum mahasiswa program studi
Elektromekanika di Laboratorium Listrik Arus Kuat, Politeknik Teknologi Nuklir
Indonesia, Yogyakarta. Isi buku meliputi praktikum Paralel Generator DC, Paralel
generator AC, transformator 3 fasa, Diagram Lingkaran, pengaturan kecepatan motor
AC dan DC, pengereman motor AC dan DC.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu tersusunnya buku ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan buku ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan isi
buku ini kami sambut dengan senang hati.
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
Percobaan 1 PENGATURAN KECEPATAN MOTOR AC 1
Percobaan 2 PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DC 8
Percobaan 3 DIAGRAM LINGKARAN MOTOR INDUKSI 13
Percobaan 4 TRANSFORMATOR 3 FASA 17
Percobaan 5 PENGEREMAN MOTOR AC 22
Percobaan 6 PENGEREMAN MOTOR DC 28
Percobaan 7 PARALEL GENERATOR AC 33
Percobaan 8 PARALEL GENERATOR DC 39
DAFTAR PUSTAKA 44
I. Tujuan percobaan :
1. Mengatur kecepatan putaran motor 3 fasa dengan merubah frekuensi (f).
2. Mengatur kecepatan putaran motor 3 fasa dengan merubah jumlah kutub (p).
3. Mengatur kecepatan putaran motor 3 fasa dengan merubah tahanan rotor (Ra).
III.Teori :
Pengaturan kecepatan motor induksi ada berbagai macam cara, sesuai rumus
dibawah ini :
(1) n 2 = ( 1 − s )n1
120 f
n1 =
p
E 2 − E1( R 2 + SX 2 )
(2) n=
− jk 0
Dari persamaan (1) terlihat bahwa motor induksi dapat diatur kecepatannya bila
kecepatan medan stator (n1) di ubah.
Kecepatan putar medan stator ini dapat diubah dengan cara :
a. Mengubah frekuensi (f) yang masuk ke motor.
b. Mengubah jumlah pole (p) dari motor.
Dari persamaan (2) terlihat bahwa motor induksi dapat diatur kecepatannya bila
merubah ggl rotor. Gaya gerak listrik pada rotor ini dapat diubah dengan cara :
a. Mengubah GGL rotor (E2).
b. Mengubah tahanan rotor (R2).
Pengaturan kecepatan dengan cara ini hanya dapat dilakukan secara kasar, sebab
jumlah pole (kutub) tidak dapat diubah-ubah secara lancar dan halus. Hal ini dapat
dilakukan apabila motor dirancang untuk dapat diubah jumlah kutubnya seperti motor
Dahlander, yaitu motor yang memiliki kutub ganda (6 lilitan). Motor dahlander
dirancang bekerja pada dua kecepatan dengan cara merubah keenam lilitannya dari
hubungan delta ke hubungan bintang-bintang atau sebaliknya.
M
R 3 Fasa
T
Gambar 1.a. Hubungan Delta (∆) pada motor kutub ganda.
Apabila lilitan dihubungkan seperti gambar 1.a, motor akan memiliki kecepatan yang
rendah karena jumlah pole nya menjadi lebih banyak, karena stator motor terhubung
secara delta.
M
3 Fasa
T
Gambar 1.b. Hubungan Bitang-bintang (YY) pada motor kutub ganda.
Sedangkan bila lilitan dihubungkan seperti gambar 1.b, motor akan memiliki
kecepatan yang lebih tinggi karena hanya terdiri dari kutub tunggal yang terdiri dari 2
kutub terpasang secara parallel dengan hubungan bintang-bintang.
Pengaturan kecepatan dengan cara ini hanya dapat dilakukan pada motor induksi
rotor lilit, dimana perubahan tahanan rotor dilakukan dari luar melalui tahanan
rheostat/tahanan variabel 3 fasa yang dipasang atau disambung pada output rotor
melalui cincin gesernya.
Motor induksi jenis ini (motor lilit) memiliki rotor dengan belitan kumparan 3 fasa
sama seperti kumparan statornya. Penambahan variabel tahanan pada belitan rotor,
maka arus rotor akan dapat diatur. Sehingga pengaturan tahanan luar dari motor lilit
selain akan mendapatkan pengaturan putaran motor, pengaturan tahanan rutor
diperlukan pula untuk membatasi arus mula yang besar pada saat start.
V. PERCOBAAN
Vf
0 – 30 V DC
Kopel
M G
DC 3 fasa
shunt
F V
K1
Tegangan out-put
R S T Generator
R S T
K1 K2
M
3 Fasa
2. Hidupkan kontaktor 1, motor akan berjalan dengan dengan kutub ganda dan
tersambung delta (∆).
3. Catatlah arus (I) dan putarannya (n)
4. Matikan kontaktor 1
5. Hidupkan kontaktor 2, motor akan berjalan dengan kutub ganda yang terhubung
bintang-bintang (YY).
6. Catat arus (I) dan putaranya (n). Buat grafik P vs n.
K1
K L M
R S T
M
3∼
M L K
Terminal input
rotor lilit
2. Buatlah kontrol K1 untuk menjalankan motor 3 fasa (rotor lilit) pada sumber
tegangan dengan kontaktor magnet K1.
3. Hubungkan motor 3 fasa secara bintang
4. Aturlah rheostat pada posisi paling besar (50 ohm).
5. Hidupkan rangkaian, catat parameternya pada lembar pengamatan.
6. Lakukan pengamatan untuk pengaturan rheostat berurutan sampai 0.
7. Buatlah grafik R 2 vs n.
1. 48 Hz
2. 49 Hz
3. 50 Hz
4. 51 Hz
5. 52 Hz
1. 0 Hz 6. 25 Hz
2. 5 Hz 7. 30 Hz
3. 10 Hz 8. 35 Hz
4. 15 Hz 9. 40 Hz
5. 20 Hz 10. 50 Hz
(……………………………………..)
ELEKTRO MEKANIKA – POLTEK NUKLIR 2023 8
Praktikum M ESI N LI STRI K
POLTEK NUKLIR 2023
PERCOBAAN 02
PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DC
I. Tujuan percobaan :
1. Mengatur kecepatan putaran motor DC dengan merubah tegangan sumber (U).
2. Mengatur kecepatan putaran motor DC dengan merubah arus jangkar (Ia).
3. Mengatur kecepatan putaran motor DC dengan merubah arus medan (If).
III.Teori :
Pengaturan kecepatan memegang peranan penting dalam motor arus searah, karena
motor arus searah mempunyai karakteristik kopel kecepatan yang menguntungkan
disbanding motor lainnya.
Telah diketahui bahwa untuk motor arus searah dapat diturunkan rumus sebagai
berikut :
Ea = Cnφ , Ea = Vt − Ia.Ra
Vt − Ia.Ra
n=
Cφ
Dari persamaan tersebut, dapat dilihat bahwa kecepatan (n) dapat diatur dengan
mengubah-ubah beasaran Φ , Ra, atau Vt.
Macam-macam hubungan motor DC :
+ +
IA RS IA
ISh
M RA
M
RSh
RA
- -
M M
RSh RSh
RA RA
RS RS
- -
V. PERCOBAAN
A. Mengatur tegangan sumber (Vt).
+
IA RS
M RA
Vt
-
2. Tegangan sumber (Vt) pada keadan nol, hidupkan rangkaian.
3. Aturlah Vt dari 0 naik sampai motor mulai beputar pada kecepatan minimum,
catat harga Vt, Ia, dan n.
4. Naikkan harga Vt bertahap sampai Vt = 100 volt (khusus untuk motor seri
perhatikan nilai putaran nominal motor. Pemberian tegangan jangan melampaui
putaran nominalnya). Ambil data dengan variasi kecepatan minimal 5 data .
5. Buatlah kurva Vt vs n.
6. Lakukan percobaan untuk motor SHUNT, KOMPON PENDEK dan KOMPON
PANJANG.
M RSh
RA
-
2. Tegangan Vt pada posisi nol, hidupkan rangkaian.
3. Aturlah Vt hingga 100 volt.
4. Aturlah Rheostat dari posisi max hingga 0, min 5 data.
5. Catat harga Ia, Vt, dan n
7. Buatlah kurva Ia vs n.
8. Lakukan percobaan untuk motor SERI, KOMPON PANJANG dan KOMPON
PENDEK.
+
IA Rheostat
Ish
M
RA RSh
RS
(……………………………………..)
I. Maksud percobaan :
1. Menentukan seluruh besaran motor induksi secara grafis.
III.Teori :
Pada setiap ada perubahan beban, slip motor induksi juga akan berubah. Maka
seluruh besaran motor juga akan berubah. Hal ini dirasa kurang praktis sebab harus
dilakukan perhitungan-perhitungan yang baru. Untuk itu ada suatu cara yang lebih praktis
yaitu dengan membuat diagram lingkaran dari motor tersebut. Diagram lingkaran ini adalah
merupakan tempat kedudukan arus beban I 2 maupun I 1 dari motor.
Untuk membuat diagram lingkaran suatu motor, harus dilakukan percobaan-
percobaan :
1. Tanpa beban (no load).
2. Rotor ditahan (seperti percobaan hubung singkat pada trafo).
− Dari percobaan tanpa beban diperoleh I 0 dan cos ϕ 0 .
− Dari percobaan rotor ditahan diperoleh I 1 dan cos ϕ 1 , s = 1.
Untuk mendapatkan titik pusat lingkaran, garis I 2 dibagi 2 dan dari titik tersebut ditarik
garis tegak lurus, maka diperoleh titik M.
Lingkaran ini merupakan tempat kedudukan arus I 2 , sebab :
I 2 = A sin ϕ 2 ~ mendekati lingkaran
A= V 1
, sebagai garis tengah lingkaran
X1+ X 2
Pada waktu percobaan tanpa beban, arus masuk I 1 sama dengan arus tanpa beban I 0 sebab
:
− I 1 – I 0 kecil
− Drop di stator kecil.
Pada waktu percobaan rotor ditahan, tidak boleh dilakukan dengan tegangan penuh tetapi
dengan V t , sehingga :
I 1
=V n It
V t
IV. Percobaan :
1. Tanpa beban.
R1 X1 X2 R2
Cos (P)
ϕ Watt
Vt
Sumbu
Rotor
STATOR ROTOR
Gambar 1. Simulasi Motor Induksi.
− Buatlah rangkaian percobaan motor tanpa beban seperti pada gambar diatas.
− Pasanglah alat-alat ukur voltmeter, cos ϕ-meter, wattmeter dan amperemeter
sesuai dengan parameter yang akan diukur.
− Masukkan tegangan pada tegangan rated motor yang diuji dan lakukan pengukuran
data parameter motor tersebut.
− Lakukan pengukuran dan catat V 1 , cos ϕ 0 , P dan I 1 .
2. Rotor ditahan.
− Rangkaian diatas masih digunakan untuk percobaan ini.
− Masukkan tegangan sumber dengan menggunakan trafo regulator mulai tegangan 0
volt. Naikkan tegangan sumber sampai motor sudah mulai berputar.
− Kemudian tegangan sumber dilepas.
− Tahan rotor agar tidak bisa berputar, kemudian masukkan tegangan sumber V t1 .
− Lakukan prosedur diatas dengan sumber V t2 , V t3
Dimana V t3 > V t2 > V t1
n3 > n2 > n1
− Catat V t , n, cos ϕ 1 , P dan I 1 .
3. Motor berbeban.
− Percobaan ini dilakukan untuk membuktikan bahwa arus beban I 1 dan I 2 berada
dalam lingkaran, dengan slip 0 < S < 1.
s= n −n
1 2
x100%
n 1
− Rangkaian no. 1 dipakai kembali untuk melakukan test ini.
ϕ2
S=1
ϕ1
I2’
I2 I1’
I1
I0 S=0
ϕ0
1.
2. 1 Fasa
3.
4.
5. 3 Fasa
6.
2. Rotor ditahan.
Jenis
No. Vt Cos ϕ t n P It
Motor
1.
2. 1 Fasa
3.
4.
5. 3 Fasa
6.
3. Motor berbeban.
Jenis
No. V1 Cos ϕ 1 n P I1 s
Motor
1.
2. 1 Fasa
3.
4.
5. 3 Fasa
6.
Asisten,
(……………………………………..)
I. Tujuan percobaan :
1. Memahami prinsip kerja pembebanan berbagai jenis hubungan transformator 3
phase.
2. Menganalisis tegangan dan arus transformator 3 fasa berbagaijenis hubungan pada
beban tidak setimbang.
III.Teori :
A. Hubungan Y – Y
TT TR
V1 V2
B. Hubungan ∆ - ∆
TT TR
V1 V2
Skema hubungan ∆-∆ ditunjukkan pada gambar di atas. Sisi primer dan sisi sekunder
tersambung. Lilitan-lilitan primer maupun sekunder harus mampu menahan tegangan
penuh jaring-jaring. Antara tegangan jaring-jaring primer dan sekunder tidak berubah
kedudukannya, arah sama.
C. Hubungan ∆ - Y
TT TR
V1 V2
Hubungan delta dapat memberikan jalan bagi arus harmonic ketiga arus magnetisasi.
Arus harmonic ketiga sephase mempunyai phase yang sama, bersirkulasi pada kumparan
yang dihubungkan delta tersebut, sehingga tegangan trafo tidak mengalami distorsi
harmonic ketiga. Jika pada untai delta dipasang Amperemeter, instrument ini akan
mengukur jumlah ketiga harmonic tersebut.
D. Hubungan Y – Z dan ∆ - Z
Hubungan Z diperlukan untuk mengatasi terjadinya arus beban yang tidak selalu
setimbang sehingga tegangan tiap phase tidak stabil karena titik nol selalu berubah
R u S v T w
e1 e2 e3
e4 e5 e6
nol
e1 e2 e3
Trafo Hubungan Y - Z
R u S v T w
e1 e2 e3
e4 e5 e6
nol
e1 e2 e3
Trafo Hubungan ∆ - Z
Prinsip kerjanya adalah lilitan primer bisa dihubungkan segitiga ataupun hubungan
bintang, sedangkan sekunder dihubung zig-zag.
Cara-cara penyambungan sebagai berikut :
ELEKTRO MEKANIKA – POLTEK NUKLIR 2023 19
Untuk lilitan sekunder, terdiri dari dua lilitan dengan hubungan sbb:
e1 dihubungkan dengan e2
e2 dihubungkan dengan e3
e3 dihubungkan dengan e1
sedangkan lilitan primer e4, e5, e6 dihubungkan secara bintang atau delta.
V. PERCOBAAN
1. Buat rangkaian transformator 3 phase dengan hubungan Y-Y dan dibebani dengan
beban yang tidak setimbang. Ukur dan catat tegangan primer phase netral, phase-
phase, serta netral ground. Demikian juga dengan tegangan dan arus sekundernya,
sert arus netral.
2. Seperti pada percobaan 1, lakukan terhadap hubungan ∆-∆.
3. Seperti pada percobaan 1, lakukan terhadap hubungan ∆-Y.
4. Seperti pada percobaan 1, lakukan terhadap hubungan Y-Z.
5. Seperti pada percobaan 1, lakukan terhadap hubungan ∆-Z.
DATA PENGUKURAN
Tegangan
Lilitan Arus (mA) Cos ϕ
No Primer Sekunder Phase (volt)
P S P S P S P S
R
S
1. Y Y
T
N
R
S
2. ∆ ∆
T
N
R
S
3. ∆ Y
T
N
R
S
4. Y Z
T
N
R
S
5. ∆ Z
T
N
Paraf Asisten
(................................)
ELEKTRO MEKANIKA – POLTEK NUKLIR 2023 21
Praktikum M ESI N LI STRI K
POLTEK NUKLIR 2023
PERCOBAAN 05
PENGEREMAN MOTOR AC
I. Tujuan percobaan :
1. Mengatur dan melaksanakan pengereman motor 3 fasa dengan cara Regeneratif.
2. Mengatur dan melaksanakan pengereman motor 3 fasa dengan cara Pluging.
3. Mengatur dan melaksanakan pengereman motor 3 fasa dengan cara Dinamik.
III.Teori :
Pengereman motor induksi pada dasarnya adalah sama dengan pengereman motor
DC yaitu dengan cara : Regeneratif, Pluging, dan Dinamik.
V. PERCOBAAN
A. Pengereman Regeneratif.
1. Buatlah rangkaian pengereman berikut:
R S T R S T
A
K1 K2
kopel
M1 M2
3 Fasa 3 Fasa
2. Hidupkan motor 1 dengan kontaktor K1, catat arus, rpm dan arah putarannya.
3. Matikan motor 1.
4. Hidupkan motor 2 dengan K2.
5. Atur putaran motor 2 searah dengan motor 1, catat arus dan rpm nya.
6. Matikan motor 2.
7. Hidupkan motor 1, setelah beberapa saat kemudian hidupkan motor 2.
8. Amati dan catat arus dan rpm nya.
9. Buatlah kesimpulan dari percobaan tersebut.
B. Pengereman Plugging.
1. Buatlah rangkaian pengereman berikut:
ELEKTRO MEKANIAK – POLTEK NUKLIR 2023 23
R S T Fasa
fuse
Over load 95
98
96
K1 K2
Stop
Breake
NO
On K1 K2
A
Tahanan seri
M Breake T T
750 – 1500 ohm
3 Fasa NC
K1 K2
Motor yang di
rem 1500 rpm
N
Gambar 5.2 Diagram utama dan diagram pengendali pengereman plugging.
C. Pengereman Dinamik.
1. Buatlah gambar rangkaian sebagai berikut:
R S T DC 40V
+ -
K1 K2 K3 K4
w v u x y z
A
u v w
x y z
Motor yang di
rem 1500 rpm
x x
z y V DC z y V DC
w v w v
(a) (b)
Gambar 4.3 Rangkaian utama pengereman dinamik. Gambar (a) dan (b) merupakan
gambar hubungan medan stator saat dilakukan pengereman dengan menggunakan
arus DC. Gambar (c) merupakan diagram pengendali dari rangkaian pengereman
Dinamik.
Fasa
fuse
Over load 95
98
96
Stop
Breake
NO
On K1 K3
Breake T T
NC
K1 K2 K3 K4
(c)
VI. TUGAS.
1. Dari berbagai pengereman motor 3 fasa yang saudara lakukan, apakah kelebihan
dan kelemahan dari pengereman tersebut.
2. Dari berbagai pengereman yang dilakukan, cara manakah yang menurut saudara
paling baik dan aman.
1. Pengereman Regeneratif.
Motor tanpa pengereman Motor dengan pengereman
No. Rpm
I1 Rpm 2 I2 Rpm rem I1’ I2’
1
1.
2.
3.
2. Pengereman Plugging.
a. R seri = 750 ohm
Motor tanpa
Motor dengan pengereman
pengereman
No.
Rpm
I1 t1 R seri I1’ t2’
1
1.
2.
3.
b. R seri = 1500 ohm
Motor tanpa
Motor dengan pengereman
pengereman
No.
Rpm
I1 t1 R seri I1’ t2’
1
1.
2.
3.
3. Pengereman Dinamik.
a. Hubungan medan (a)
Motor tanpa
Motor dengan pengereman
pengereman
No.
Rpm
I1 t1 Hub medan I1’ t2’
1
1.
2.
3.
b. Hubungan medan (b)
Motor tanpa
No. Motor dengan pengereman
pengereman Asisten,
I. Tujuan percobaan :
1. Mengatur dan melaksanakan pengereman motor DC dengan cara Regeneratif.
2. Mengatur dan melaksanakan pengereman motor DC dengan cara Pluging.
3. Mengatur dan melaksanakan pengereman motor DC dengan cara Dinamik.
III.Teori :
Pengereman motor DC hampir sama dengan pengereman motor 3 fasa, yaitu dapat
di lakukan dengan tiga cara yaitu Regeneratif, Pluging, dan Dinamik
V. PERCOBAAN
A. Regeneratif
1. Buatlah rangkaian pengereman regeneratif untuk motor SERI sebagai berikut:
A +
IA RS
R
M RA
S M Vt
3 fasa
T
B. Plugging.
1. Buatlah rangkaian pengereman plugging untuk motor SHUNT sebagai berikut :
+ Vt -
A Fasa
fuse
K1 K2 Over load 95
98
96
Stop
Breake
NO
Tahanan seri On K1 K2
0 - 120 ohm
Breake T T
RSh M NC
RA K1 K2
N
a. Diagram Utama Pengereman Plugging. B. Diagram Pengendali.
2. Aturlah Vt hingga putaran mencapai 1000 rpm.
ELEKTRO MEKANIKA – POLTEK NUKLIR 2023 29
3. Cobalah dahulu pengendali sebelum dirangkai dengan motor.
4. Hidupkan motor dengan menekan tombol On, catat arusnya.
5. Matikan motor dengan menggunakan tombol Stop.
6. Catat waktu motor DC berhenti tanpa rem.
7. Aturlah tahanan seri pada 60 ohm.
8. Atur pula timer kurang lebih 6 detik.
9. By pass terlebih dahulu ampere meter.
10. Hidupkan motor, kemudian hentikan motor dengan tombol breake.
11. Amati apa yang terjadi, apabila pengaturan timer terlalu cepat atau terlalu
lambat, atur sedikit-demi sedikit sehingga motor benar-benar berhenti.
12. Pasang kembali ampere meter.
13. Lakukan percobaan sekali lagi, dan catat arus dan waktu berhenti saat di rem.
14. Lakukan percobaan seperti diatas dengan mengganti tahanan pada 120 ohm.
15. Lakukan percobaan untuk motor SERI, KOMPON PANJANG dan KOMPON
PENDEK. (diagram utama pengereman pluging untuk jenis motor-motor tersebut
harap dibuat terlebih dahulu !)
C. Dinamik.
1. Buatlah rangkaian pengereman Dinamik untuk motor DC KOMPON PENDEK
sebagai berikut :
+ Vt - Tahanan beban
Fasa
0 - 120 ohm fuse
Over load 95
98
K1 K2 96
Stop
Breake
NO
On K1 K2
A
RSh
Breake T T
NC
RA K1 K2
RS
M
N
VI. Tugas.
1. Dari berbagai cara pengereman, manakah yang menurut saudara paling mudah,
menguntungkan dan paling baik.
1. Pengereman Regeneratif.
Putaran Tegangan DC = Vt (volt) Arus Motor DC = Ia (mA) Putaran motor DC = n (rpm)
motor Seri Shunt
Kompon Seri Shunt
Kompon Seri Shunt
Kompon
pendek panjang pendek panjang Pendek panjang
3 fase
TR DR TR DR TR DR TR DR TR DR TR DR TR DR TR DR TR DR TR DR TR DR TR DR
2. Pengereman Plugging.
Tahanan Tegangan DC = Vt (volt) Arus Motor DC = Ia (mA) Waktu = t (detik)
seri Kompon Seri Shunt
Kompon Seri Shunt
Kompon
Seri Shunt pendek panjang Pendek panjang
(ohm) pendek panjang
TR DR TR DR TR DR TR DR TR DR TR DR TR DR TR DR
3. Pengereman Dinamik.
Tahanan Tegangan DC = Vt (volt) Arus Motor DC = Ia (mA) Waktu = t (detik)
beban Kompon Seri Shunt
Kompon Seri Shunt
Kompon
Seri Shunt pendek panjang Pendek panjang
(ohm) pendek panjang
TR DR TR DR TR DR TR DR TR DR TR DR TR DR TR DR
Keterangan :
TR : Tanpa Rem.
DR : Dengan Rem.
Asisten,
(……………………………………..)
I. Tujuan percobaan :
1. Mengoperasikan kerja paralel Generator 3 Fasa sesuai SOP pengoperasian dengan
benar.
2. Mengoperasikan kerja paralel Generator 3 Fasa untuk memperoleh kapasitas daya
listrik yang lebih besar serta untuk pemeliharaan dan perawatan.
III.Teori :
Generator 3 fasa yang akan kita lakukan kerja paralel, haruslah kita atur dahulu
agar memenuhi syarat kebutuhan beban yang akan di suplai. Antara lain yaitu tegangan
(volt), frekuensi (Hz) dan kebutuhan daya (watt) yang disesuaikan dengan beban.
Tegangan kerja dari beban listrik untuk 3 fasa yaitu 380 volt, yang diukur dari
tegangan antar fase nya. Kemudian frekuensi energi listrik yang dipakai di Indonesia adalah
50 Hz. Kondisi seperti ini yang harus dipenuhi terlebih dahulu apabila kita hendak
memparalelkan dua buah generator 3 fasa.
1. Mengatur Generator.
Tahap persiapan adalah tahap dimana dua buah generator yang akan diparalelkan
diatur sedemikian rupa sehingga diperoleh teganan dan frekuensi dari kedua generator
sudah diperoleh. Cara mengatur tegangan dan frekuensi dari kedua generator
tersebut adalah :
a. Mengatur Tegangan.
Seperti apa yang telah kita ketahui tentang teori dari suatu generator, maka guna
penguatan kutub-kutub magnet pada rotor, membutuhkan tegangan DC (arus
searah) yang kita kenal dengan Eksitasi.
Setelah generator dijalankan dengan tenaga penggerak seperti diesel, motor
bensin maupun motor DC, Generator Tegangan kutub-kutub magnet sama dengan 0
volt, karena belum terbentuk arus penguatan kutub-kutub magnet Generator.
Tegangan kutub-kutub generator ini ditentukan oleh besarnya arus daya magnet
If dari rotor generator.
ELEKTRO MEKANIKA – POLTEK NUKLIR 2023 33
Dilihat pada rumus pembentukan tegangan pada generator yaitu :
E1 (R2 + SX 2 ) = E 2 − (n × − jk 0 )
Dimana E1 = GGL Stator
E2 = GGL Rotor
n = Putaran motor
− jk 0 = Konstanta rotor
R2 = Tahanan rotor
Dengan melihat rumus diatas, dapat kita simpulkan bahwa tegangan stator atau
tegangan medan magnit akan terbentuk bila ada tegangan rotor.
Untuk memberikan penguatan medan-medan magnit pada generator, kita berikan
arus eksitasi If pada rotor dengan tegangan DC sedikit-demi sedikit. Sehingga
akan timbul interaksi induksi listrik pada medan stator (kutub magnet), dan mulai
memberikan arus penguatan pada kutub-kutub magnet generator yang
menyebabkan tegangan generator akan naik sesuai yang dikehendaki.
Besar-kecilnya arus penguatan (If) akan menentukan besar-kecilnya tegangan
generatornya.
b. Mengatur Frekuensi
Pengertian frekuensi adalah jumlah ayunan atau gelombang arus bolak-balik tiap
detik. Dengan menggunakan frekuensimeter kita dapat mengetahui besarnya
frekuensi dari suatu generatoryang sedang berputar. Frekuensi dari generator
ditentukan oleh jumlah putaran per menit (n) dan banyaknya pasang kutub (p) di
sekeliling rotornya. Sehingga frekuensi ditentukan oleh :
p×n
f =
60
Dengan ketentuan diatas, maka dapat kita simpulkan bahwa besarnya frekuensi
dari generator tergantung pada jumlah putaran tiap menitnya. Sedangkan kutub-
kutub magnet dari generator selalu tetap dan tidak akan selalu berubah-ubah.
Karena putaran generator ini degerakkan oleh tenaga penggerak (dalam praktek di
lakukan oleh motor DC shunt), maka besarnya frekuensi generator ditentukan
oleh kecepatan putaran dari motor DC penggerak tersebut. Pada prinsipnya untuk
mengatur kecepatan putaran motor DC dapat dilakukan bermacam cara, salah
satunya dengan mengatur tegangan dari motor DC tersebut. Namun apabila kita
lihat pada persamaan yang pertama, maka putaran motor juga akan mempengaruhi
tegangan generator.
t1 t2 t3
II Jalannya fase dan tegangan dari
tiap generator saling berlawanan
arah.
I
t4 t5
I
Tegangan dari generator-generator
II belum se fasa. Tegangan dari GII
masih terbelakang dari dari GI.
t6 t7 t8 t9
Antara saat t7 dan saat t8
I adalah sefase. (tegangan saling
II
se fasa).
Apabila ke-4 (empat) syarat tersebut tercapai, maka dapat kita lakukan pemaralelan
kedua generator tersebut.
V. PERCOBAAN
A. Paralel generator tanpa beban.
1. Buatlah rangkaian percobaan paralel generator sebagai berikut:
Kopel Kopel
M1 G1 G2 M2
DC 3 fasa 3 fasa DC
seri seri
V1 V2
Tegangan out-put
A A
Tegangan out-put
Generator 1 F1 F2 Generator 2
K1 K2
R S T T S R
oV
Sinkron
K3 meter
R KE
S BEBAN
T
(……………………………………..)
I. Tujuan percobaan :
1. Membuat watak luar dari dua buah Generator DC pemacu terpisah sebagai syarat paralel
Generator DC.
2. Mengoperasikan kerja Paralel dua buah generator DC pemacu terpisah pada keadaan tanpa
beban.
3. Mengoperasikan kerja Paralel dua buah generator DC pemacu terpisah pada keadaan
berbeban.
III.Teori :
Kerja paralel Generator DC shunt harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut
:
1. Tegangan terminal Generator harus sama.
2. Polaritas terminal generator harus sama.
3. Watak luar Generator sama / hampir sama.
Generator DC shunt pemacu terpisah bekerja berdasarkan interaksi medan magnet yang
ditimbulkan oleh arus eksitasi atau arus pemacu dengan putaran kawat konduktor.
Tegangan terminal yang dihasilkan berbanding lurus terhadap konstanta mesin, putaran dan
fluks magnet yang dihasilkan adalah :
E = Cnφ
Dimana : E = Tegangan terminal
C = Konstanta mesin
n = putaran
Φ = fluks magnet
Watak luar Generator DC shunt, yakni tegangan terminal fungsi arus beban, dengan arus
eksitasi yang konstan, mengikuti kurve sebagai berikut :
U
U0
Un
IL
In
ELEKTRO MEKANIKA – POLTEK NUKLIR 2023 39
Sebagaimana terlihat dari kurve karakteristik diatas, pada saat arus beban bertambah
besar, maka tegangan terminal akan turun mendekati linier, dimana turun tegangan tersebut
disebabkan rugi-rugi tembaga (Cu) pada kumparan jangkar dan adanya reaksi jangkar.
Regulasi pada Generator DC didefinisikan sebagai :
U0 − Un
Vr = × 100%
Un
U0A = U0B
UAn
UT
UBn
GA
GB
IL
IA Ia Ib IB
Kerja paralel Generator DC shunt akan tergantung dari watak luar masing-masing Generator
yang dikerjakan paralel.
Daya total dari kedua Generator kerja paralel dapat dituliskan sebagai berikut :
Pt = U t × I t
U0B Generator B
U 0 B − U Bn I B
=
Ib U 0B − U T Ib
UT
IB
UBn
Generator A
U0A
U 0A − UT I
Ia = a
UT U 0 A − U An I A
IB
UAn
V. PERCOBAAN
A. Watak luar Generator DC shunt pemacu terpisah.
1. Buatlah rangkaian percobaan untuk menentukan watak luar dari masing-masing Generator
A dan B seperti gambar berikut :
Beban
K3
K1 K2
A V A V
Kopel Kopel
M GA M GB
If If
GA GB
2. Operasikan Generator A, n = 2700 rpm, berikan arus eksitasi (If) hingga tegangan
Generator A = 50 volt.
3. Hubungkan saklar K1
4. Atur Beban pada tahanan yang paling besar.
ELEKTRO MEKANIKA – POLTEK NUKLIR 2023 41
5. Hubungkan K3, catat arus dan tegangan Generator A.
6. Atur beban sedikit-demi sedikit untuk mendapatkan watak luar Generator A, catat arus
dan tegangannya tiap titik beban.
7. Apabila sudah didapatkan data watak luar Generator A, Matikan K3 dabn K1.
8. Ulangi percobaan untuk mendapatkan watak luar Generator B.
9. Buatlah grafik watak luar Generator shunt A dan B.
VI. Tugas.
1. Apakah yang terjadi apabila ternyata watak luar Generator yang akan diparalel tidak sama ?
2. Apa yang terjadi bila tegangan generator tidak sama ?
3. Apa pula yang terjadi bila polaritas dari kedua generator ada yang terbalik ?
Asisten,
(……………………………………..)