PRAKTIKUM
ELEKTRONIKA
DAYA
JURUSAN S1
TEKNIK TENAGA LISTRIK
NAMA :……………………………………
NIM :……………………………………
TAHUN AJARAN
2023/2024
Laboratorium Mesin Listrik IT-PLN
KARTU PRAKTIKUM
ELEKTRONIKA DAYA
Nama :
NIM :
Tanggal Praktikum :
Kelompok : 3x4
Program Studi :
Asisten :
Mahasiswa Asisten
(………………………………….) (….……………………………..)
DAFTAR ISI
I. TUJUAN
Konverter DC‐DC merupakan salah satu jenis rangkaian elektronika daya yang
berfungsi untuk mengkonversi tegangan masukan searah konstan menjadi tegangan
keluaran searah yang dapat divariasikan berdasarkan perubahan duty cycle rangkaian
kontrolnya. Sumber tegangan DC dari konverter DC‐DC dapat diperoleh dari baterai, atau
dengan menyearahkan sumber tegangan AC yang kemudian dihaluskan dengan filter
kapasitor untuk mengurangi riak (ripple). Secara umum ada dua fungsi pengoperasian dari
DC Chopper yaitu penaikan tegangan dimana tegangan keluaran yang dihasilkan lebih
tinggi dari tegangan masukan, dan penurunan tegangan dimana tegangan keluaran lebih
rendah dari tegangan masukan.
Ditinjau dari proses pengaturan, chopper dapat dibedakan dalam tiga jenis yaitu
chopper penurun tegangan (step down), chopper penaik tegangan (step up), dan chopper
penaik penurun tegangan (step up down).
REFERENSI
4. Pada SCR DC Chopper Set, letakkan sakelar Trigger Source Selector(SW1) di posisi Int
dan atur knob Kontrol td ke min.
5. Nyalakan Catu Daya DC. Menggunakan DSO (DC input coupling), ukur dan rekam
bentuk gelombang tegangan VG1 dan VG2 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4-5-4.
Hitung dan catat penundaan antara VG1 dan VG2, td = ms. (kira-kira 0,3ms).
6. Atur kenop Kontrol td ke posisi tengah. Ulangi Langkah 5 dan catat bentuk gelombang
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4-5-5. Hitung dan catat penundaan antara VG1
dan VG2, td = ms. (kira-kira 2ms).
7. Atur kenop Kontrol td ke posisi maks. Ulangi Langkah 5 dan catat bentuk gelombang
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4-5-6. Hitung dan catat penundaan antara VG1
dan VG2, td.
Min
Mid
Max
I. TUJUAN
1. Untuk memahami struktur, karakteristik, dan metode komputasi untuk rangkaian
penyearah tak terkontrol setengah gelombang dan gelombang satu fasa dengan
menggunakan dioda.
2. Untuk memahami jenis karakteristik beban.
4 Channels Isolation
5 1 588 021
Amplifiers
7 U-LINKS 1 159-019
III. TEORI
Penyearahan adalah pengubahan tegangan AC menjadi tegangan DC. Rangkaian
penyearah tak terkontrol menggunakan dioda pada rangkaiannya. Penyearah setengah
gelombang satu fasa berguna untuk memahami prinsip dari operasi penyearah. Diagram
rangkaian dengan beban resistif ditunjukkan pada gambar 1.1 (a). Selama tegangan
masukan memiliki siklus setengah positif, dioda 𝐷1 berkonduksi dan tegangan masukan
muncul melalui beban. Selama tegangan masukan memiliki siklus setengah negative,
dioda pada kondisi tertahana (blocking condition) dan tegangan keluarannya nol. Bentuk
gelombang untuk tegangan masukan dan keluaran ditunjukkan pada gambar 1.1 (b).
REFERENSI
Elektronika Daya, Rangkaian, Device, dan Aplikasinya Jilid 1 Edisi Bahasa Indonesia
Power Electronics, Second Edition, Muhammad H. Rashid Ph.D., Fellow IEE Professor
of Electrical Engineering Purdue University Fort Wayne.
Zuhal, 1986, Dasar Tenaga Listrik, cetakan ketiga, terbitan kedua, Penerbit ITB,
Bandung.
6. Jelaskan yang dimaksud dengan setengah gelombang dan disertakan dengan gambar
gelombangnya!
7. Jelaskan yang dimaksud dengan gelombang penuh dan disertakan dengan gambar
gelombangnya!
V. PROSEDUR PRAKTIKUM
CAUTION ! Sebelum menyalakan alat percobaan tanya terlebih dahulu kepada
assisten yang bertugas
MODUL III
SINGLE-PHASE PWM CONTROLLER
I. TUJUAN
1. Memahami prinsip operasi pengontrol PWM satu fasa.
2. Untuk mengukur bentuk gelombang keluaran dari pengontrol PWM satu fasa.
3. Untuk membandingkan perbedaan antara sinyal kontrol persegi dan sinyal kontrol
PWM.
III. TEORI
Pengoperasian pengontrol Sinusoidal Pulse-Width Modulation (SPWM) identik
dengan pengontrol DC PWM, tetapi gelombang sinusoidal bukan gelombang dc. Seperti
ditunjukkan pada Gambar 5-1-1, sinyal pulsa keluaran dihasilkan denganmembandingkan
gelombang pembawa(carrier) segitiga dengan gelombang referensi sinusoidal.
Gambar 5-1-1(b) menunjukkan pulsa keluaran ketika gelombang pembawa
dibandingkan dengan gelombang referensi 1 (amplitudo tinggi). Ketika gelombang
pembawa dibandingkan dengan gelombang referensi 2 (amplitudo rendah), pulsa
keluaran ditunjukkan pada Gambar 5-1-1(c).
Gambar 5-1-1 Operasi SPWM. (a) Pembawa segitiga dan gelombang referensi
sinusoidal; (b) keluaran PWM 1; (c) keluaran PWM 2
REFERENSI
Power Electronics Training System_K&H MFG CO., LTD.
V. PROSEDUR PERCOBAAN
CAUTION ! Sebelum menyalakan alat percobaan tanya terlebih dahulu kepada
assisten yang bertugas
CH 1 :
DIF AMP V RANGE :
VOL TS/DIF :
SEC/DIV :
CH 2 :
DIF AMP V RANGE :
VOL TS/DIF :
SEC/DIV :
Gambar 5-1-4 Terukur S1 (CH1) dan S3 (CH2); Vc=2.5V, fc=1KHz
14. Sesuaikan knob kontrol V dari Reference Variabel Generator untuk mengatur
Vc=7.5V. Dengan menggunakan DSO, ukur dan catat bentuk gelombang tegangan
keluaran S1 dan S3 pada Gambar 5-1-5.
CH 1 :
DIF AMP V RANGE :
VOL TS/DIF :
SEC/DIV :
CH 2 :
DIF AMP V RANGE :
VOL TS/DIF :
SEC/DIV :
Gambar 5-1-5 Terukur S1 (CH1) dan S3 (CH2); Vc=7.5V, fc=1KHz
15. Pada Differential Amplifier, sambungkan input Ch.A DIF ke output Multiplier (+ ke
output Multiplier, - ke 0V) dan input Ch.C DIF ke S1 (+ ke S1, - ke 0V). Dengan
menggunakan DSO, ukur dan catat bentuk gelombang tegangan pada keluaran S1 dan
Multiplier.
16. Set Frequency Selector (SW1) F(KHz) dari modul Kontroler PWM Fase Tunggal ke
x5 (5KHz). Menggunakan DSO, ukur dan catat bentuk gelombang tegangan pada
keluaran S1 dan Multiplier.
17. Set Frequency Selector (SW1) F(KHz) dari modul Kontroler PWM Fase Tunggal ke
x15 (15KHz). Dengan menggunakan DSO, ukur dan catat bentuk gelombang
tegangan pada keluaran S1 dan Multiplier pada Gambar 5-1-6.
CH 1 :
DIF AMP V RANGE :
VOL TS/DIF :
SEC/DIV :
CH 2 :
DIF AMP V RANGE :
VOL TS/DIF :
SEC/DIV :
Gambar 5-1-6 Keluaran Multiplier Terukur (CH1) dan S1 (CH2); Vc=7.5V,
fc=15KHz
18. Sesuaikan knob kontrol V Reference Variabel Generator ke 100%, kira-kira
Vc=10V. Pada modul Kontroler PWM Fase Tunggal, atur sakelar Frequency
Selector (SW1) F(KHz) dari Pembangkit Gelombang Carrier Segitiga ke x1
(1KHz), dan atur sakelar Pemilih PWM/CLK (SW2) ke PWM. Dengan
menggunakan DSO, ukur dan catat bentuk gelombang tegangan pada keluaran S1
dan Multiplier.
19. Set Frequency Selector (SW1) F(KHz) dari Pembangkit Gelombang Carrier
Segitiga ke x5 (5KHz). Menggunakan DSO, ukur dan catat bentuk gelombang
tegangan pada output S1 dan Multiplier.
20. Set Frequency Selector (SW1) F(KHz) dari Pembangkit Gelombang Carrier
Segitiga ke x15 (15KHz). Dengan menggunakan DSO, ukur dan catat bentuk
gelombang tegangan pada keluaran S1 dan Multiplier.
21. Matikan alat percobaan sesuai dengan prosedur yang benar.
2.5
7.5
10
Tabel 2 Hubungan Frekuensi dengan Sinθ dan Sinyal Carrier Triangle Wave
x1
x5
x15
x1
x5
x15
MODUL IV
SINGLE-PHASE INVERTER
I. TUJUAN
1. Praktikan dapat memahami prinsip kerja dari Single-Phase Full-Bridge Inverter.
2. Praktikan dapat mengukur dan mengerti sinyal gating (trigger) dan tegangan keluaran
dari single-phase inverter.
3. Praktikan dapat mengukur tegangan keluaran dan arus keluaran dari single-phase
inverter dengan beban resistif dan beban induktif.
REFERENSI
Power Electronics _K&H MFG CO., LTD.
V. PROSEDUR PERCOBAAN
6. Atur SEC/DIV dari DSO untuk melihat sinyal masukan dari T1 dan T2 seperti yang
ditampilkan oleh Gambar 5-2-4. atur dan rekam The Dead Time = …… µs.
7. Hubungkan Ch.B DIF input ke T3 (+ ke T3, - ke DC -) dan hubungkan Ch.D DIF input
ke T4 (+ ke T4, - ke DC -). Menggunakan DSO, atur dan rekam sinyla masukan dari
IGBTs T3 dan T4 yang ada pada Gambar 5-2-5.
8. Lakukan ulang Step 6. perhatikan dan rekam The Dead Time = …… µs.
9. Hubungkan Ch.B DIF input ke T1 (+ ke T1, - ke DC - ) dan hubungkan Ch.D DIF
input ke T4 (+ ke T4, - ke DC - ) . Menggunakan DSO, atur dan rekam sinyal masukan
dari IGBTs T1 dan T4 seperti pada Gambar 5-2-6.
10. Hubungkan Ch.B DIF input ke T2 (+ ke T2, - ke DC - ) dan hubungkan Ch.D DIF
input ke T3 (+ ke T3, - ke DC -). Menggunakan DSO, atur dan rekam sinyal masukan
dari IGBTs T2 dan T3 seperti Gambar 5-2-7.
11. Pada Referenve Variable Generator, atur VC Range Selector (SW1) ke 0~+10V dan
atur V kontrol ke 100% (Vc = 10V). pada Single Phase PWM Generator, atur
PWM/CLK Selcektor (SW2) ke PWM
12. Hubungkan Ch.B input to T1 (+ ke T1, - ke DC - ) dan hubungkan Ch.D DIF input
ke T2 (+ ke T2, - ke DC - ). Menggunakan DSO, atur dan rekam sinyal masukan dari
IGBTs T1 dan T2 seperti Gambar 5-2-8.
13. Hubungkan Ch.B input to T1 (+ ke T1, - ke DC - ) dan hubungkan Ch.D DIF input
ke T4 (+ ke T4, - ke DC - ). Menggunakan DSO, atur dan rekam sinyal masukan dari
IGBTs T1 dan T4 seperti Gambar 5-2-9
14. Hubungkan Ch.B input to T2 (+ ke T2, - ke DC - ) dan hubungkan Ch.D DIF input
ke T3 (+ ke T3, - ke DC - ). Menggunakan DSO, atur dan rekam sinyal masukan dari
IGBTs T2 dan T3 seperti Gambar 5-2-10.
15. Hubungkan Ch.B input to T3 (+ ke T3, - ke DC - ) dan hubungkan Ch.D DIF input
ke T4 (+ ke T4, - ke DC - ). Menggunakan DSO, atur dan rekam sinyal masukan dari
IGBTs T3 dan T4 seperti Gambar 5-2-11.
16. Lihat kembali koneksi dari Gambar 5-2-2. Hubungkan beban induktor dengan 50mH
terminal induktor. Kontruksi ini hanya menggunakan beban resisitf (100Ω) pada
keluaran terminal O/P1 dan O/P2.
17. Pada Differential Amplifier, atur V Range Selector (SWA) pada Ch.A ke 500V dan
atur V Range Selector (SWC) pada Ch.C ke 100V, letakkan Ch Selectors (SW1,SW2)
pada A dan C. pada Current Transducer Modul, atur I Range Selector ke 5Ap. Pada
Single Phase PWM Generator, atur PWM/CLK Selector (SW2) Switch ke CLK. Lalu
hidupkan semua daya.
18. Dengan perlahan atur knob V kontrol pada Reference Variable Generator mencapai
Vc=5V. menggunakan DSO, atur dan rekam tegangan beban VL dan arus beban IL
dengan bentuk gelombang seperti Gambar 5-2-12. hitung dan rekam frekuensi
keluaran = Hz (30Hz)
19. Atur knob kontrol V pada Reference Variable Generator ke Vc=10V. menggunakan
DSO, Perhatikan dan rekam tegangan beban dan arus beban dengan bentuk
gelombang seperti Gambar 5-2-13. hitung dan rekam frekuensi keluaran = Hz
(60Hz)
5 T1 dan T4
5 T2 dan T3
10 T1 dan T2
10 T3 dan T4
MODUL V
PENGUKURAN KARAKTERISTIK MOSFET DAYA
I. TUJUAN
1. Dapat memahami prinsip pengoperasian MOSFET daya.
2. Dapat memahami karateristik MOSFET daya.
III. TEORI
MOSFET Daya
Power Metal-Oxide-Semiconductor FET (power MOSFET) adalah perangkat
unipolar dan dikontrol tegangan. MOSFET daya memiliki fitur kecepatan switching yang
cepat, karakteristik frekuensi tinggi yang baik, impedansi input tinggi, daya penggerak
kecil, stabilitas termal yang sangat baik, tidak ada kerusakan kedua, AreaOperasi Aman
(SOA) yang luas, dan linieritas pengoperasian yang tinggi, dll. Sejak keunggulan utama
dari ukuran kecil dan ringan, daya MOSFET menyediakan perangkat kecepatan tinggi,
daya tinggi, tegangan tinggi, dan gain tinggi. MOSFET daya banyak digunakan dalam
aplikasi switching daya tinggi seperti catu daya, konverter, dan drive PWM.
Struktur MOSFET Daya
Power MOSFET adalah perangkat daya terintegrasi yang berisi puluhan ribu
MOSFET kecil yang saling terhubung secara paralel. Gambar 6-7 menunjukkan struktur
khas dan simbol sirkuit dari MOSFET daya saluran-n. Dua daerah n+ yang didoping lebih
tinggi dibangun sebagai terminal sumber dan saluran pembuangan. Lapisan isolasi (SiO2)
ada antara gerbang dan saluran.
REFERENSI
Power Electronics _K&H MFG CO., LTD.
V. PROSEDUR PERCOBAAN
CAUTION ! Sebelum menyalakan alat percobaan tanya terlebih dahulu kepada
assisten yang bertugas
1. Tempatkan Osiloskop Penyimpanan Digital di meja kerja. Letakkan modul PE- 5310-
1A, PE-5310-5E, PE-5310-2B dalam Bingkai Eksperimental.
2. Lengkapi sambungan dengan mengacu pada diagram pengkabelan pada Gambar 6-9
menggunakan sumbat penghubung (garis lengkung) dan kabel penghubung.
Hubungkan suplai AC 220V ke modul Catu Daya DC dan Penguat Diferensial dengan
mencolokkan stopkontak 3-cabang yang diarde.
3. Input CH1 dari DSO terhubung untuk mengukur tegangan beban VL daya MOSFET
melalui Penguat Diferensial Ch.A, sedangkan input CH2 terhubung untuk mengukur
tegangan DS VDS daya MOSFET melalui Penguat Diferensial Ch.C.
4. Pada Penguat Diferensial, tempatkan sakelar pemilih V Range (SWA,SWC) dari
Penguat Diferensial Ch.A dan Ch.C pada posisi 100V (rasio Vi/Vo
5. =100/10=10) dan tempatkan sakelar Ch Selector(SW1,SW2) di A dan C, masing-
masing.
6. Pada MOSFET/IGBT Set, aktifkan S1 (posisi kiri), S2 (posisi atas) dan S3 (posisi
atas) untuk menghubungkan lampu beban E1 dan E2 secara paralel. Atur kenop R1ke
posisi min. Ini mengatur tegangan gerbang VG MOSFET ke nol.
7. Hidupkan semua daya. Ukur dan catat tegangan beban VL dan tegangan DS VDS
MOSFET seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6-10.
Gambar 6-10 Tegangan beban terukur VL (CH1) dan tegangan DS VDS (CH2)
8. Perlahan putar kenop R1 ke arah maks untuk meningkatkan tegangan gerbang VG
sampai MOSFET dihidupkan. Tegangan beban terukur VL (CH1) dan tegangan DS
VDS (CH2) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6-11. Menggunakan RMS Meter
(tidak ditunjukkan dalam diagram pengkabelan), ukur dan catat tegangan gerbang
VG = V (kira-kira 4.1V). V . yang diukur adalah tegangan ambang gerbang VT dari
MOSFET.
Gambar 6-11 Tegangan beban terukur VL (CH1) dan tegangan DS VDS (CH2)
9. Putar kenop R1 ke posisi maksimal (VG maksimum). Ukur dan catat tegangan beban
VL dan tegangan DS VDS MOSFET seperti yang ditunjukkan pada Gambar6-12.
Gambar 6-12 Tegangan beban terukur VL (CH1) dan tegangan DS VDS (CH2)
10. Putar kenop R1 ke posisi min (minimum VG). Ukur dan catat tegangan beban VL
dan tegangan DS VDS MOSFET seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6-13.
Gambar 6-13 Tegangan beban terukur VL (CH1) dan tegangan DS VDS (CH2).