Oleh:
XII IIS 2
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat,taufik serta
hidayah Nya sehingga penyusun Laporan Karyawisata ini dapat terselesaikan tepat waktu.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas akhir kelas 12 semester 2 Tahun Pelajaran
2021/2022. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini dapat dilaksanakan atas bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak,untuk itu penulis sampaikan rasa terima kasih yang setinggi-
tingginya kepada yang terhormat :
1. KH. Ahmad Bajuri selaku Kepala Madrasah Aliyah Qomarul Hidayah Tugu.
2. Bapak Suyatno selaku guru pembimbing penyusunan makalah islam masuk ke Belgia yang
senantiasa memberikan petunjuk dan bimbingan.
3. Para guru pengampu mata pelajaran yang telah mencurahkan dan berbagi ilmu serta
pengetahuannya kepada kami.
4. Orang Tua dan saudara tercinta yang telah memberikan doa dan motivasi kepada penulis serta
tetap semangat.
5. Serta pihak-pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa Laporan ini jauh dari kata sempurna.Untuk itu,kritik dan saran
yang berisfat membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan guna penyempurnaanya.Apa
bila ada kesalahan dalam penulisan ,penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan Islam tidak terbatas hanya di Asia saja, tapi merata ke seluruh dunia termasuk
ke benua Eropa. Sudah tentu perkembangan islam di benua Eropa tidak seperti di Asia dan
Afrika, karena sulitnya berdakwah terhadap masyarakat Eropa yang umumnya beragama Kristen
dan penganut paham sekularisme. Namun, berkat ketangguhan dan kesungguhan para Mubalig
Islam dalam berdakwah, agama Islam di Benua Eropa makin bertambah, baik dari segia kuantitas
maupun kualitas, termasuk Belgia. Di Belgia, telah berdiri gedung Islamic Center sebagai pusat
kegiatan berdakwah Islam. Jumlah umat Islam disana sudah sekitar 150.000 orang. Pada Tahun
1980 di Brussel diselenggarankan Mukhtar Islam Eropa. Sejak awal 1069-an Islam masuk ke
negara dengan luas 30.528 km persegi, Belgia. Islam datang melaluitangan para imigran dari
negara-negara Muslim.
Migrasi ini terjadi bertepatan dengan penandatanganan perjanjian migrasi dengan Maroko dan
Turki. Hingga akhirnya Akhir 1960-an, penandatanganan serupa terlaksana dengan Aljazair dan
Tunisia. Belgia memiliki hubungan dengan dunia Muslim selama periode kolonial. Bousetta dan
Marechal menyebutkan bahwa jumlah Muslim Belgia diperkirakan sebanyak 250 ribu atau
sekitar empat persen dari total penduduk negara yang kini dipimpin oleh Raja Philippe itu.
informasi ini disampaikan melalui Islam and Muslims in Belgium; Local Stakes and Global
Reference.Sama halnya dengan negara lain di Uni Eropa, Islam di Belgia menjadi minoritas.
Walau demikian, tidak ditemukan data resmi berapa jumlah Muslim di Belgia karena pemerintah
setempat belum mengadakan sensus nasional.Mayoritas Muslim yang tinggal di negara itu
berasal dari dari Turki dan Maroko. Jumlah mereka sebanyak 35 persen. Lebih banyak dari
Muslim asli yang berkewarganegaraan Belgia.Menurut euro-islam, data statistik dari 2003
menunjukkan jumlah Muslim Belgia yang berasal dari Maroko sebanyak 125 ribu dan Turki 70
ribu.
Adapun Aljazair berjumlah 8.500 dan Tunisia 4.000. Sedangkan, populasi lainnya berasal dari
C.Tujuan
D.Manfaat
Great Mosque of Brussels atau Masjid Agung Brussels yang terletak di kawasan elit
Komplek Cinquantenaire Park, Brussels, yang tak jauh dari markas besar Uni Eropa, adalah
masjid tertua di Belgia.Tak hanya berarsitektur cantik, Masjid Agung Brussels juga memiliki
sejarah yang yang menarik. Pada awalnya, bangunan ini tidak diperuntukkan sebagai masjid
melainkan sebagai paviliun pameran kebudayaan negeri-negeri timur.Masjid ini juga sempat
difungsikan sebagai gedung eksibisi nasional Belgia, tepatnya di tahun 1879. Kala itu, eksistensi
muslim di Belgia belum terlalu dikenal dan diakui.Seiring keberadaan komunitas muslim yang
makin diterima di Belgia, masjid ini kemudian digunakan sebagai basis Islamic and Cultural
Centre Belgium, Organisasi Islam pertama di Belgia.Islam diakui sebagai agama resmi oleh
pemerintah Belgia sejak tahun 1974. Sejak itu pula ajaran-ajaran Islam kian berkembang di sana.
Sekolah-sekolah Belgia mulai memasukkan materi pengenalan Islam ke dalam kurikulum resmi
sekolah.Bahkan, Fadila Laan (30 tahun), terpilih menjadi muslimah Belgia pertama yang masuk
ke dalam jajaran kabinet Belgia sebagai Menteri Kebudayaan dan Audio Visual.Kemudian, pada
tahun 1967, Raja Arab Saudi, Raja Faisal bin Abdul Aziz, melakukan lawatan resmi ke Belgia
dan Raja Belgia, Raja Baudouin, menghadiahkan gedung pameran di Cinquantenaire Park,
Brussels, yang sudah lama tak terpakai dan terabaikan kepada Raja Faisal bin Abdul
Aziz.Momen itulah yang menjadi pembuka jalan bagi pendirian Masjid Agung Brussels untuk
mengakomodasi kebutuhan umat Islam Belgia yang kala itu mulai berkembang.Atas perintah
Raja, pemerintah Arab Saudi kemudian memutuskan untuk mendanai sendiri seluruh biaya
rekonstruksi bangunan tersebut untuk mengubahnya menjadi masjid dan pusat kebudayaan Islam
pertama di Belgia.
Namun takdir menentukan lain, tanggal 25 Maret 1975 Raja Faisal bin Abdul Aziz tewas
ditembak oleh keponakannya sendiri Faisal bin Musa'id, yang baru saja kembali dari Amerika
Serikat. Saudara Raja Faisal, Khalid bin Abdul Aziz kemudian naik tahta menggantikan
beliau.Setelah melalui perjalanan yang begitu panjang dengan berbagai hambatan, proses
rekonstruksi yang diarsiteki oleh Arsitek Tunisia, Boubaker akhirnya rampung dilaksanakan.
Masjid Agung Brussels pun berdiri dan diresmikan pada tahun 1978 oleh Raja Khalid dan
Raja Baudouin sebagai Pusat Kebudayaan Islam Pertama di Belgia.Kini, Masjid Agung Brussels
setiap harinya disesaki oleh para jemaah yang beribadah di sana. Terlebih pada bulan Ramadan
dan dua hari besar Islam. Masjid ini akan selalu penuh sesak oleh jemaah hingga ke halaman.
Tenda-tenda yang dipasang oleh pengurus masjid seringkali tak mampu menampung
jemaah yang ditaksir mencapai 7.000-an orang. Sangat kontradiktif dengan masa awal
penggunaan masjid itu di tahun 1978 yang hanya diisi oleh tak lebih dari dua shaf jemaah setiap
salat fardu.
Ada sejumlah yayasan sosial dan lembaga keislaman atau oganisasi-organisasi pelajar dan
mahasiswa yang terkenal di Belgia. Beberapa diantaraya seperti Persatuan Pelajar dan Pemuda
Muslim Eropa, Persatuan Pelajar Muslim Eropa (Muslim Student Union), Jamaah Dakwah dan
Tabligh, Haiatul Igostah Al-Islamiyah (Islamic Relief Organisation), Islamic Centre Brussel,
Lembaga Para Imam Mesjid (Dibawah naungan Rabitah Alam Islamy), dan Persatuan Mesjid
Belgia.Saat ini Belgia mempunyai sekitar 300 masjid, mushala maupun pusat keislaman. Dalam
hal ini pemerintah tidak menghalangi umat beragama, termasuk muslim, untuk membangun
tempat beribadah atau sarana lainnya.Sejalan dengan itu, tumbuh pula tempat-tempat ibadah dan
kegiatan keagamaan. Ada sekitar 300 masjid, mushala maupun pusat keislaman di seluruh Belgia.
Pemerintah pun, sesuai undang-undang, tidak menghalangi umat beragama, termasuk Muslim,
untuk membangun tempat ibadah atau sarana pendidikan.
Jika Tokyo memiiki Masjid Camii di Shibuya--di mana pernikahan Syahreino yang
membuat penasaran se-Indonesia dilaksanakan--maka Belgia yang hanya berpenduduk 12 juta
jiwa dengan komunitas Muslim sekitar 600 ribu orang, juga memiliki Masjid Agung yang
terletak di taman Cinquentenaire, tak jauh dari kantor Komisi Eropa di Schuman Round, Brussel.
Berbeda dengan Masjid Camii yang kental dengan arsitektur dan ornamen Turki, Mesjid Agung
Brussel justru lebih dekat dengan Arab Saudi. Hal ini dikarenakan masjid yang juga diperuntukan
bagi research and cultural centre ini dibiayai rekonstruksinya oleh Raja Faisal bin Abdul Azis
pada kunjungan kenegaraannya ke Belgia di tahun 1967.
Proses rekonstruksi bangunan yang awalnya merupakan gedung pameran ini sempat
terhambat akibat situasi politik di Arab Saudi kala itu, namun akhirnya diresmikan pada tahun
1978 oleh Raja Khalid bin Abdul Azis (Arab Saudi) dan Raja Baudouin (Belgia).
Meski masjid terbesar di Brussel itu mendapatkan banyak pengaruh dari Arab Saudi,
namun komunitas Muslim terbesar di Belgia berasal dari Maroko, disusul dengan imigran Turki
yang berimigrasi pada tahun 1960-an sebagai pekerja bangunan. Baru pada tahun 1980-an,
gelombang imigran Muslim asal Algeria, Tunisia, Bosnia-Herzegovina, Pakistan, Lebanon, Iran,
Suriah, dan Mesir datang ke Belgia dikarenakan situasi politik yang tidak menentu di negaranya.
Menurut perkiraan, jumlah penduduk Muslim di Belgia mencapai 600 ribu orang, yang
menjadikan Islam sebagai agama resmi kedua.
Pada tahun 1974, Islam resmi menjadi salah satu subsidized religion di Belgia, yang
memberikan Islam hak-hak yang sama seperti agama lain yang sudah terlebih dahulu established
di Belgia, yaitu Katolik, Protestan, dan Yahudi. Realisasi dari pemberlakuan pengakuan ini
adalah memperbolehkan Islam diajarkan di sekolah umum dan pemberian provisi finansial untuk
infrastruktur pengembangan dan penelitian tentang Islam.
Tidak hanya itu, perhatian pemerintah setempat terhadap umat Islam pun semakin baik.
Pihak kerajaan secara resmi mengakui keberadaan agama Islam dengan membuat sejumlah
kebijakan, antara lain memperbolehkan Islam sebagai salah satu bidang studi yang diajarkan di
sekolah, memberikan subsidi bagi tenaga pengajar agama Islam, mengizinkan pembangunan
tempat peribadatan berupa masjid, musala atau Islamic Centre.
Soal catatan kependudukan, pemerintah setempat juga mengizinkan foto berjilbab pada
kartu identitas penduduk, paspor, dan surat resmi lainnya bagi muslimah. Selain itu, juga
membenarkan pelaksanaan pemakaman jenazah secara Islam, meski belum terdapat tanah khusus
untuk pemakaman Islam.
Namun isu Islamophobia di Belgia semakin meruncing sejak pemboman di stasiun kereta
api bawah tanah Malbeek dan bandara Brussel, 22 Maret 2016. Sebelumnya, peristiwa seperti
9/11 dan serangkaian peristiwa lainnya yang melibatkan imigran Islam di Eropa, juga
memperparah keadaan tersebut.
Hal ini juga dipicu dengan fakta bahwa tersangka pelaku notabene merupakan generasi
ketiga imigran muslim asal Maroko di Belgia. Fakta ini diperparah dengan kenyataan bahwa
pelaku bom Paris dan London juga memiliki keterkaitan dengan Belgia, terutama dengan distrik
Molenbeek yang disebut-sebut media sebagai hotbed of jihad di Eropa.
Salah Abdeslam, tersangka penyerangan Paris, meski warga negara Prancis, namun lahir
dan dibesarkan di distrik Molenbeek, yang merupakan distrik termiskin kedua di Brussel dengan
tingkat pengangguran tertinggi. Distrik ini juga sangat identik dengan berbagai kejahatan seperti
penodongan, narkotika, perampokan hingga terorisme. Bahkan dua serangan teror terakhir di
Paris, yaitu penembakan kantor majalah Charlie Hebdo dan serangan yang gagal terhadap kereta
cepat Thalys, juga melibatkan warga Molenbeek.
Hal ini cukup mendapatkan apresiasi positif tidak hanya dari warga Molenbeek, tetapi
juga penduduk Brussel dan warga Belgia. Distrik yang tadinya terisolir dan identik dengan
kejahatan mulai membuka diri terhadap keberagaman. Hal ini tidak lepas dari dukungan program
pemberdayaan yang digagas pemerintah dan masyarakat setempat.
Upaya membuka diri terhadap keberagaman di Distrik Molenbeek juga diamini pemuka
agama setempat. Semenjak tahun 2016, tahun pemboman terjadi di Brussel, The Church of St.
John-Baptist of Molenbeek secara rutin menyelenggarakan buka puasa bersama dengan
mengundang berbagai kalangan dari agama dan kepercayaan yang berbeda di town square jika
cuaca bersahabat dan di gereja, jika cuaca buruk.
Tak kurang dari 600 orang dari berbagai kalangan turut hadir dalam acara ini. Selain diisi
dengan buka puasa bersama, acara ini juga mengangkat tema yang berbeda. Pada tahun 2016,
acara buka puasa bertemakan La Jihad de l'Amour (Jihad of Love) menghadirkan keluarga
korban ledakan Brussel, termasuk Pendeta Gereja St. John Baptiste, yang juga merupakan suami
dari Loubna Lafquir, salah satu korban yang tewas dalam ledakan.
Tidak hanya berhenti di keberagaman, Distrik Molenbeek pun mulai berbenah dengan
menjadikan kawasan itu sebagai tujuan wisata baru di Brussel. Seperti dilansir surat kabar lokal
De Morgen, dalam artikel berjudul Molenbeek is more popular than ever (10/2018), banyak turis
yang mendatangi Molenbeek karena ingin mengetahui lebih dalam tentang Distrik di mana
tersangka teroris seperti Salah Abdeslam dibesarkan. Guided Tourists di Distrik tersebut mulai
berkembang pesat dan bahkan fully booked setiap hari Sabtu.
Hal ini tentunya juga membawa dampak ekonomi yang semakin membaik bagi
Molenbeek. Diharapkan dengan berkembangnya Distrik tersebut ke arah yang lebih positif, maka
hal ini juga dapat membawa pengaruh bagi wajah Islam yang lebih ramah di Brussel, Belgia, dan
Eropa.
Masjid Raya Brussels adalah masjid terbesar di Belgia yang sekaligus menjadi lokasi
Islamic Cultural Center of Belgium (ICCB) atau Pusat Islam dan Budaya di Belgia. Salah satu
pengurusnya adalah seorang warga Indonesia yang sudah 30 tahun bermukim di Brussels.
"Masjid ini bisa menampung empat ribu sampai lima ribu jemaah. Kalau Hari Raya, bisa
penuh bahkan sampai keluar ke taman, terutama di bulan Ramadan," ujar Syarif Abdullah
Alqadrie administrator masjid yang berasal dari Indonesia, kepada BeritaBenar akhir November
lalu.
Masjid tertua di Belgia ini berjarak hanya beberapa meter dari kawasan Schuman yang
merupakan lokasi markas Komisi Eropa dan institusi-institusi Uni Eropa lainnya.
Menurut Syarif, masjid ini ada setelah Raja Baudoiun dari Belgia memberikan sebuah
bangunan di sudut Taman Cinquantenaire, yang merupakan salah satu bangunan utama yang
menjadi ciri khas Belgia, kepada Raja Faisal dari Arab Saudi pada 1967 untuk mendirikan masjid
dan pusat Islam. Disaksikan Raja Baudouin, Raja Khalid dari Arab Saudi pada 1978 meresmikan
masjid tersebut yang menjadi satu dari 150 masjid yang ada di seluruh Belgia."Tapi masjid-
masjid itu seperti rumah, hanya ini saja yang terlihat bentuknya seperti masjid," ujar Syarif.
Syarif yang berasal dari Pontianak merupakan satu dari 20 pegawai yang bekerja di
ICCB. Sebelum hijrah ke Brussels, dia sempat tinggal lebih dari 10 tahun di Arab Saudi untuk
belajar dan bekerja. Syarif bertanggung jawab atas administrasi masjid dan pusat budaya Islam
yang dibiayai oleh Kerajaan Arab Saudi melalui Liga Dunia Muslim.
Syarif mengakui serangan bom di Paris yang dilakukan beberapa pemuda radikal Islam
yang berasal dan pernah tinggal di Molenbeek, salah satu wilayah di Brussels yang mayoritas
penduduknya adalah Muslim keturunan Maroko, telah mengusik ketenangan warga Muslim di
Brussels.
Sementara ibu kota Belgia, yakni Brussel, tercatat sebagai salah satu kota di Uni Eropa
dengan penduduk Muslim terbesar. Populasi Muslim di Belgia ini diprediksi terus merangkak
naik. Jika saat ini masih menyumbang enam persen dari total populasi Muslim di Eropa, pada
2020 mendatang persentasenya bakal membengkak menjadi 20 persen.
Keberadaan Muslim di Brussel pun kian hari kian terlihat. Seperti dikatakan Dassetto,
keberadaan Muslim yang kian tampak itu ditandai dengan bertambahnya jumlah masjid berikut
menaranya yang menjulang tinggi. Bukti nyata lainnya bisa dilihat dari bertambahnya
perempuan-perempuan berjilbab di berbagai sudut kota dengan beragam aktivitasnya.
Pada saat yang sama, bertambah pula orga ni sasi Muslim yang didirikan di kota ini.
Semakin besarnya populasi Muslim di Brussel juga tecermin dari makin banyaknya bayi di sana
yang dinamai dengan nama-nama Islam. Survei pada 2003 menunjukkan, nama populer pada
bayi yang dilahirkan di Brussel adalah Mohammed and Sarah.
Dibandingkan Muslim di beberapa negara Uni Eropa lainnya, Muslim di Belgia umumnya
berasal dari kelompok usia relatif muda. Sekitar 35 persen dari mereka, seperti tertulis pada
laman www.euro-islam.info, berdarah Turki dan Maroko. Statistik 2003 menunjukkan, terdapat
konsentrasi besar Islam keturunan Maroko, yakni mencapai 125 ribu orang, dan Turki sebanyak
70 ribu orang. Sementara sisanya berasal dari Aljazair, Tunisia, Bosnia Herzegovina, Pakistan,
Lebanon, Iran, Suriah, dan Mesir.
Belgia memiliki populasi 11.190.846 orang pada 1 Januari 2015 dibandingkan dengan
10.839.905 orang pada 1 Januari 2010, meningkat 601.000 dibandingkan tahun 2000 (10.239.085
jiwa). Antara tahun 1990 (9.947.782 jiwa) dan 2000 meningkat hanya 291.000. Populasi
Flanders, Wallonia dan Brussels pada tanggal 1 Januari 2010 adalah 6.251.983 (57,7%),
3.498.384 (32,3%) dan 1.089.538 (10,1%).
Pada awal 2012, orang-orang dari latar belakang asing dan keturunan mereka
diperkirakan telah membentuk 25% dari total populasi.
Dari 'Orang-orang Belgia Baru' ini, 1.200.000 (49%) berasal dari keturunan Eropa dan
1.350.000 (51%) dari negara-negara non-barat. Sejak relaksasi undang-undang kewarganegaraan
Belgia lebih dari 1,3 juta migran telah mendapatkan kewarganegaraan Belgia dan sekarang
dianggap sebagai orang Belgia baru. 89,2% penduduk asli orang Turki telah dinaturalisasi,
karena memiliki 88,4% orang latar belakang Maroko, 75,4% orang Italia, 56,2% orang Prancis
dan 47,8% orang Belanda.
Pada tahun 2007, ada 1,38 juta penduduk kelahiran asing di Belgia, setara dengan 12,9%
dari total populasi. Dari jumlah tersebut, 685.000 (6,4%) lahir di luar Uni Eropa dan 695.000
(6,5%) lahir di Negara Anggota UE lainnya.
Negara ini dihuni oleh mayoritas orang Flemish yang mayoritasnya berjumlah sekitar
6.400.000 orang berbahasa Belanda, minoritas berbahasa Prancis yang berjumlah 4.100.000
orang (Walloons dan penutur bahasa Prancis di Brussels), serta 73.000 komunitas berbicara
bahasa Jerman dari Belgia, umumnya ada di Wallonia, dekat perbatasan Jerman. Namun, David
Levinson melaporkan bahwa "kelompok Flemish dan Walloon digambarkan oleh para ahli
sebagai "Komunitas, wilayah dan wilayah bahasa di Belgia, daripada sebagai kelompok etnis".
Kelompok imigran terbesar dan keturunan mereka di Belgia adalah orang Italia, dengan
lebih dari 450.000 orang, yang merupakan lebih dari 4% dari total populasi Belgia. Orang-orang
Maroko adalah kelompok ketiga terbesar, dan kelompok etnis Muslim terbesar, berjumlah
220.000. Sisanya sebagian besar terdiri dari orang-orang yang berbahasa Prancis dari Brussel,
Turki, Belanda, Prancis, Portugis, [[Spanyol], Yunani, Bosnia, Aljazair, Kongo, Vietnam,
Polandia, India], dan Guinea (sekitar 23% populasi Belgia berasal dari negara non - Belgia.
Jumlah pasti penutur bahasa Prancis di Brussels sulit ditentukan, tetapi diperkirakan 80%
orang yang tinggal di Brussels menggunakan bahasa Prancis dan 20% menggunakan bahasa
Belanda di rumah tangga mereka, sebagai bahasa tunggal atau bahasa sekunder, sedangkan
bahasa Arab juga sebagian besar diucapkan.
Sekitar 53% orang Belgia, secara nominal adalah pemeluk agama Katolik Roma. Muslim,
Kristen lainnya dan agama minoritas lainnya terdiri dari 14% populasi. 32% adalah agnostik,
atheis atau orang tidak beriman lainnya. Konstitusi menjamin pemisahan gereja dan
negara. Kebebasan aliran sesat, kebebasan menjalankannya di depan umum dan hak atas
kebebasan berekspresi dijamin, tetapi tidak membatasi hukuman pelanggaran yang dilakukan
dalam pelaksanaan kebebasan ini (Pasal 19 Konstitusi). Semua murid usia sekolah berhak atas
pendidikan agama atau moral dengan mengorbankan masyarakat (Pasal 24 Konstitusi). Di
sekolah, dari usia 5 hingga 18 tahun, mereka mengikuti pendidikan agama (dengan
mempertimbangkan agama yang diakui di Belgia: Katolik, Protestan, Ortodoks, Islam, Yahudi
dan Anglikan), atau pendidikan moral non-denominasi, yang disebut etika pendidikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Islam di Eropa terus semakin bertambah tidak terkecuali di Belgia. Buktinya, di Belgia, telah
berdiri gedung Islamic Center sebagai pusat kegiatan berdakwah Islam. Jumlah umat Islam
disana sudah sekitar 150.000 orang. Pada Tahun 1980 di Brussel diselenggarankan Mukhtar
Islam Eropa.
Menurut sensus tahun 1989 jumlah kaum Muslimin Belgia mencapai 234.815 jiwa. Kaum
muslimin Belgia umumnya tinggal di kota-kota besar seperti Brussell, Charleroi dan lain-lain.
Mayoritas kaum muslimin Belgia adalah kaum emigran dari beberapa negara Islam dan Arab.
Menurut hasil penelitian setiap seribu warga muslim terdapat tiga atau empat muslim asli Belgia.
Diperkirakan kaum muslimin pertama datang ke Belgia setelah Perang Dunia II.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini tentu tidakalah lepas dari kesalahan dan kehilapan. Dan salah
satunya adalah sumber materi dan referensi dari makalah ini. Karena penyusun hanya mengambil
atau memuat materi dari beberapa sumber saja yang tentunya masih banyak lagi sumber-sumber
lain yang tidak dapat penyusun sajikan di dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Belgia
https://www.islampos.com/28641-28641/
https://www.republika.co.id/berita/om1iwt313/islam-berkembang-pesat-di-belgia